Rehabilitasi Tanaman Kakao sebagai Solusi Efektif Atasi Kelesuan Produktivitas. (Studi Kasus di Berau, Kaltim)

dokumen-dokumen yang mirip
Ketersediaan klon kakao tahan VSD

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)

KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER )

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

I B M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT

Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1)

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Metode Penelitian

Pengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118

ACARA VI. PERBANYAKAN/ PERKEMBANGBIAKKAN BERBAGAI TANAMAN DENGAN MACAM-MACAM BENTUK SAMBUNGAN (GRAFTING)

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,


KAJIAN BERBAGAI LAMA PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP HASIL SAMBUNG SAMPIN GKAKAO (Theobroma cacao L.) KLON SULAWESI

SMA NEGERI 2 KABUPATEN TEBO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

KEGIATAN BELAJAR Kegiatan Belajar 1 ( Menjelaskan prinsip pembiakan tanaman secara vegetative)

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

III. BAHAN DAN METODE

Prospek Klon-Klon Lokal Kopi Robusta Asal Bengkulu. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF CANGKOK. Di Susun Oleh: Kelompok 7 Sony Paula

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

PENYAKIT BIDANG SADAP

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

Penaung. TRAINING OF MASTER FACILITATORS ICCRI, Jember, East Java, Indonesia, September Jl. PB Sudirman No. 90 Jember Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

TUJUAN PEMANGKASAN tajuk tanaman yang ideal cabang sakit, tunas air, dan cabang kering cabang-cabang produktif bentuk kerangka tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

III. BAHAN DAN METODE

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai September 2014 di kebun

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

PERBAIKAN PENGELOLAAN POHON INDUK MANGGA

PERANAN TEKNIK PEMANGKASAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH PADA KEBUN SUMBER BENIH KAKAO Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama)

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Getas, 2 Juni 2009 No : Kepada Yth. Hal : Laporan Hasil Kunjungan Kebun Getas PTP Nusantara IX

MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI. DAN Cara perbanyakannya

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

Pengkajian Penggunaan Bahan Tanaman Unggul Menunjang Program Rehabilitasi Tanaman Kakao di Sulawesi Selatan.

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010

HASIL DAN PEMBAHASAN

PETUNJUK TEKNIS PERBANYAKAN TANAMAN DENGAN CARA SAMBUNGAN (GRAFTING)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

Taksasi Benih (Biji) (x 1.000)

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

Teknologi Produksi Ubi Jalar

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

Transkripsi:

Rehabilitasi Tanaman Kakao sebagai Solusi Efektif Atasi Kelesuan Produktivitas (Studi Kasus di Berau, Kaltim) A. Adi Prawoto 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Rehabilitasi tanaman kakao dengan tenik sambung samping dan sambung pucuk sudah diterapkan oleh petani maupun pekebun kakao di Indonesia untuk meningkatkan produktivitas tanaman tua atau tidak produktif. Pendampingan rehabilitasi kakao yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia bekerjasama dengan PT. Berau Coal kepada kelompok tani di Kecamatan Sambaling, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur berhasil meningkatkan produktivitas kakao hingga mencapai 2,1 ton/ha saat umur sambungan sekitar 30 bulan. Rehabilitasi tersebut menggunakan klon-klon unggul seperti Sulawesi 01 dan Sulawesi 02. Cara rehabilitasi tersebut juga mulai diterapkan di negaranegara produsen kakao lainnya seperti di Afrika Barat dan Amerika Tengah. Psederhana dan sudah sangat menyatakan bahwa 30% populasi tanaman memberikan kontribusi produksi hanya 50%. Hal itu berarti lebih dari 50% populasi tanaman hasil perbanyakan dengan benih, kurang produktif. Masalah lain yang akhir-akhir ini merebak adalah serangan penyakit VSD (Vascular Streakerbanyakan tanaman kakao menggunakan benih hibrida F 1 merupakan metode yang paling lazim diterapkan para pekebun. Tanamannya cepat tumbuh dan pada umur 3-4 tahun sudah mulai berbuah. Hasil buah terus meningkat dan puncak produksi sekitar 1.500 kg/ha (populasi sekitar 1.000 pohon/ ha) dapat dicapai pada umur 10-12 tahun. Mengingat tanaman kakao kebanyakan bersifat menyerbuk silang, maka keturunannya akan mengalami segregasi. Keragaman sifat antarindividu tanaman dapat dalam bentuk buah, warna, dan ukuran buah, daya hasil dan mutu biji, serta dayatahan terhadap hama dan penyakit. Adanya keragaman dayahasil pernah dinyatakan oleh Arasu & Phang cit. Shamsudin et al. (1994) bahwa sekitar 60% hasil biji diperoleh hanya dari 30% populasi tanaman. Lee (1978) juga Produktivitas kakao meningkat setelah direhabilitasi 11 <<

dieback). Penyakit yang disebabkan oleh jamur Oncobasidium theobromae ini sulit dikendalikan dan sangat merugikan karena berpotensi membuat tanaman yang terserang mati terlebih tanaman kakao muda. Rekomendasi pengendalian dengan pangkasan sanitasi, membuat pertumbuhan tanaman muda terhambat dan capaian produksi rendah. Penggunaan fungisida spesifik yang aplikasinya pada tunas-tunas muda (flush) cukup mahal, mengingat kakao bertunas setiap 6-7 minggu. Metode pengendalian yang efektif hanyalah menggunakan bahan tanam tahan atau toleran. Dewasa ini sudah ditemukan bahan tanam tahan VSD dan produksi tinggi, antara lain Sulawesi 01, Sulawesi 03, ICCRI 03, yang memiliki potensi produksi di atas 2 ton/ha. Terhadap tanaman yang kurang produktif dan rentan penyakit tersebut, dewasa ini dapat dibuat menjadi produktif dan tahan penyakit dengan melakukan rehabilitasi. Rehabilitasi tanaman kakao merupakan teknik perbaikan tanaman dari sifat-sifat yang kurang baik menjadi lebih baik. Rehabilitasi dilakukan pada tanaman tua yang kurang produktif namun belakangan juga diterapkan pada tanaman muda untuk meningkatkan produktivitas. Pelaksanaan Rehabilitasi Ada dua metode rehabilitasi tanaman kakao yaitu sambung samping dan sambung pucuk. Sambung samping (side grafting) artinya rehabilitasi dilakukan pada batang/cabang tanaman, dan sambung pucuk (top grafting) artinya rehabilitasi (penyambungan) dilakukan pada tunas air yang sengaja dipelihara. Metode sambung pucuk hanya disarankan manakala sambung samping sulit dilakukan karena pelaksanaan rehabilitasi tidak dapat dilakukan serentak mengingat pertumbuhan tunas air belum dapat dikendalikan. Entres Kualitas entres menjadi faktor penentu capaian tujuan pokok dari rehabilitasi. Entres harus diambil dari tanaman yang jelas identitasnya, klonklon unggul yang memiliki produksi tinggi, mutu biji dan tahan terhadap hama/penyakit. Entres berupa cabang plagiotrop, sehat, diameter sekitar 1 cm. Ukuran entres yang cukup besar ini penting karena terkait dengan cadangan nutrisi dan hormon yang diperlukan untuk pertumbuhan awal. Entres berwarna hijau namun sudah menua dan satu Kondisi tanaman sebelum direhabilitasi >> 12

Sumber entres cabang plagiotrop untuk rehabilitasi bagian di bawahnya (semi hardwood), lebih baik daripada entres yang berwarna cokelat. Entres bagian ujung tersebut berumur sekitar 75 hari sudah berkayu sehingga mampu menahan kehilangan lengas yang berlebihan. Kenampakan warna hijau pada entres ini juga menandakan adanya parenkim asimilasi (klorenkim) yang juga berperan aktif dalam fotosintesis (Tohari & Soedaroedjian, 1992). Entres diambil pagi hari, seluruh tangkai daun dipotong, dikemas yang baik untuk dihindarkan dari dehidrasi dan kerusakan fisik. Menjelang digunakan, entres dipotong-potong panjang 10-15 cm dan tiap potongan membawa 3-5 mata tunas. Entres yang terserang penyakit VSD yang ditandai dengan berkas xilem berwarna hitam, tidak digunakan. Batang bawah Salah satu kunci keberhasilan rehabilitasi khususnya dengan metode sambung samping adalah batang bawah (rootstock) sehat, tumbuh aktif sehingga kulit batang tidak lengket. Kulit batang yang mudah dibuka merupakan indikator bahwa kambium tumbuh aktif. Kambium merupakan jaringan sentral tempat terbentuknya pertautan (graf union). Sel-sel jaringan kambium membelah membentuk jaringan meristem atau kalus yang selanjutnya terdiferensiasi membentuk kambium baru dan berkas xilem serta floem. Terhubungnya berkas pengangkut pada entres dengan batang bawah merupakan indikator seluler terbentuknya pertautan. Oleh sebab itu apabila kulit batang bawah lengket dan tidak dapat dibuka, maka disarankan untuk menyehatkan tanaman terlebih 13 << dahulu. Penyehatan tersebut dapat ditempuh dengan melakukan pengolahan tanah dan aplikasi pupuk, jika perlu melakukan pengairan, pemangkasan tanaman, dan pengendalian hama serta penyakit. Menjelang proses penyambungan, dibuat dua torehan vertikal sampai bagian kayu pada kulit batang bawah, jarak antartorehan seukuran diameter entres. Bagian atas kedua torehan tersebut dihubungkan dengan torehan horisontal dan kulit batang diungkit untuk duiji apakah kulit dapat dibuka. Pembukaan kulit selanjutnya bersamaan dengan penyisipan entres. Apabila kulit batang lengket, maka proses penyambungan tidak dilanjutkan. Penyiapan entres Menjelang disisipkan ke bukaan kulit batang bawah, pangkal entres disayat miring, panjang sayatan 2-3 cm. Luka sayatan harus cukup lebar, rata dan dihindarkan dari kotoran dan dehidrasi. Luas bidang sayatan menjadi salah satu penentu cepat lambat dan kuat tidaknya pertautan. Luka sayatan entres dan bukaan kulit batang bawah tidak boleh terbuka terlalu lama (lebih dari dua menit) karena akan terjadi oksidasi senyawa fenol yang akan membentuk senyawa melanin. Senyawa baru yang berwarna kuning kecokelatan ini menjadi barrier (penghambat) terbentuknya pertautan. Oksidasi senyawa fenol berlangsung lebih cepat seiring dengan peningkatan suhu udara (Tohari & Soedaroedjian, 1992). Entres yang sudah disayat segera disisipkan di bukaan kulit batang bawah, bagian yang disayat menempel pada kambium batang bawah. Lidah

kulit batang bawah ditutupkan kembali dan entres segera disungkup plastik dan diikat. Pengikatan harus erat karena keeratan kontak antara kambium entres dan batang bawah menentukan kecepatan pembentukan jaringan kalus oleh sel-sel parenkim kedua bagian batang (Philip, 1976). Prinsip dasar perbanyakan sambung samping adalah terbentuknya pertautan kambium dari entres dengan kambium batang bawah. Dengan dibuatnya luka pada batang, jaringan kambium yang sedang aktif akan membentuk jaringan parenkim. Di dalam jaringan parenkim atau kalus tersebut selanjutnya terjadi diferensiasi membentuk jaringan kambium baru yang kompatibel (serasi) kemudian kambium baru membentuk berkas pengangkut xilem dan floem yang akan menghubungkan berkas pengangkut pada entres dan batang bawah. Tenggat waktu terbentuknya pertautan dari kajian anatomis sebagai berikut (Villalobos & Aquilar, 1991): - 5 hari dari penyambungan terjadi pembelahan sel-sel periklinal. - 15 hari terbentuk kalus pada pertautan. - 25 hari terbentuk berkas pengangkut baru yang menghubungkan batang bawah dengan batang atas. - 40 hari terbentuk pertautan yang sempurna. Waktu Penyambungan dilakukan pada awal musim hujan pada pagi hari ketika cuaca tidak hujan. Kondisi iklim mikro yang optimum untuk pertumbuhan kalus dan diferensiasi ke kambium dan berkas pengangkut adalah rerata suhu harian 27,7 O C, RH 76,23% serta intensitas penyinaran matahari 49,2% terhadap penyinaran langsung. Bila suhu udara lebih dari 29,5 O C atau kurang dari 21 O C, menghambat perkembangan kalus (Hartmann & Kester, 1983). Letak sambungan Letak sambungan sekitar 50-100 cm di atas permukaan tanah. Hal tersebut disebabkan sebagian besar areal pendampingan di Kabupaten Berau merrupakan daerah banjir dan berada di tepi aliran sungai. Sambungan dihindarkan dari penyinaran matahari langsung sehingga kelembaban dalam sungkup dapat dipertahankan. Di selatan katulistiwa, letak sambungan di sisi timur dan selatan cenderung lebih baik daripada di sisi lainnya. Sambungan di sisi timur lebih banyak menerima radiasi pagi yang efeknya terhadap peningkatan suhu udara khususnya di dalam sungkup entres, lebih rendah dibandingkan energi pada sore hari. Dengan demikian entres mempunyai kesempatan tetap segar lebih lama dan peluang hidup lebih besar. Suhu yang tinggi yang dapat disebabkan oleh intensitas penyinaran yang tinggi menyebabkan terhentinya pembelahan dan pembesaran sel (Heddy, 1987). Sambungan hidup (%) 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Barat Timur Utara Selatan Arah penyambungan Catatan: Histogram + deviasi standar Pengaruh arah penyambungan terhadap jumlah sambungan hidup Penutup entres Entres yang sudah disisipkan harus dilindungi dari air hujan dan dehidrasi. Oleh sebab itu, entres harus ditutup dengan kantung plastik atau lembaran plastik. Plastik penutup warna merah menunjukkan keberhasilan sambung samping paling tinggi meskipun tidak nyata dengan plastik transparan dan hijau. Di lain pihak penggunaan plastik biru menunjukkan hasil sambungan jadi paling rendah. Sambungan jadi (%) 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Transparan Hijau M erah Biru Warna plastik penutup entres Catatan: Histogram + deviasi standar Pengaruh warna plastik penutup entres terhadap keberhasilan sambung samping >> 14

1. Penyayatan batang pokok 2. Penyiapan entres 3. Penyisipan entres 4. Ketinggian sambungan 5. Penyungkupan entres 6. Penyobekan sungkup 7. Pemotongan batang pokok Tahapan sambung samping 15 <<

Plastik merah meloloskan radiasi warna merah dengan panjang gelombang 5.500-7.800 ma, dan radiasi merah berperan penting terhadap aktifnya fitokrom yang akan mengendalikan proses fotomorfogenesis pada tumbuhan tingkat tinggi (Zaubin et al., 1994). Selain itu, radiasi merah merangsang aktivitas kambium untuk membentuk kalus sehingga pertautan akan cepat terbentuk. Cahaya merah juga dilaporkan memacu sintesis giberelin (Zaubin et al., 1994) yakni hormon yang berperan pada pemanjangan sel yang ekspresinya antara lain tampak dari pemanjangan tunas. Di lain pihak, cahaya biru dilaporkan lebih berperan dalam proses fototropisme yakni gerakan batang atau daun (Harjadi, 1983). Pengamatan Setelah sambungan berumur 3-4 minggu, pada sambungan yang jadi ditandai dengan mulai bertunasnya entres. Sambungan yang gagal ditandai dengan entres kering, membusuk dan berwarna hitam. Setelah tunas entres mencapai panjang 3-5 cm, plastik penutup entres dirobek sehingga pertumbuhan tunas baru tidak terhambat. Mulai saat ini tunas baru harus dilindungi intensif dari serangan hama dan penyakit. Tali pengikat pertautan baru dibuka setelah sambungan berumur 5-6 bulan. Sambungan yang gagal dapat diulang pada sisi yang lain. Pengulangan sambungan dapat dilakukan beberapa kali, tergantung pada umur dan kesehatan batang bawah. Pemeliharaan a) Mengikat tunas baru ke batang pokok agar arah pertumbuhannya ke atas. b) Melakukan siwingan (pemotong cabang) bertahap percabangan yang menaungi tunas baru. c) Melakukan pemotongan batang pokok pada batas 1 m di atas pertautan setelah tunas sambungan tumbuh kuat. d) Melakukan pangkas bentuk tunas sambungan agar tumbuh kuat dan sebaran pertumbuhan cabang merata ke segala arah. e) Melakukan pemupukan, pengendalian hama/ penyakit sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur). Apabila pertumbuhan tunas sambungan normal, maka tunas baru akan mulai berbuah setelah berumur 12-18 bulan dan pada umur 30-36 bulan, potensi produksi klon yang disambungkan sudah dapat tercapai. Risiko Setelah batang bawah dipotong dan sambungan sudah berumur lebih dari lima tahun, ada risiko bekas potongan mulai menunjukkan gejala lapuk dan keropos. Fenomena tersebut merupakan gejala alami mengingat kemampuan yang rendah tanaman kakao untuk menutup luka (dibandingkan kopi). Makin besar diameter batang yang dipotong, risiko terjadi lapuk dan keropos makin besar karena proporsi diameter jaringan kayu yang secara fisiologis merupakan jaringan mati, makin lebar. Berbagai upaya untuk mencegah laju lapuknya bagian batang/cabang yang dipotong tersebut telah diupayakan, antara lain dengan menutupnya menggunakan obat penutup luka (TB 192, ter), membungkus bekas potongan menggunakan kantong plastik, tetapi tidak selalu membawa Pengaruh pemotongan dan penyiwingan batang bawah terhadap jumlah bekas potongan/siwingan yang lapuk dan keropos, enam tahun setelah penyambungan Kriteria Batang bawah dipotong Batang bawah disiwing Tidak Lapuk, % 65,88 90,53 Lapuk Ringan, % 17,01 6,55 Lapuk Sedang, % 11,86 2,65 Lapuk Berat, % 5,26 0,28 Total contoh, pohon 970 718 Keterangan: Lapuk ringan = kurang dari 10% panjang bagian yang lapuk; lapuk sedang = panjang bagian lapuk 10-50%; lapuk berat = panjang bagian lapuk >50%. >> 16

hasil yang memuaskan. Secara fisiologis, laju kematian jaringan yang gejalanya terlihat dari lapuk dan keropos tersebut dapat dihambat oleh adanya jaringan yang hidup. Jaringan hidup dalam praktek diperoleh dari sambungan pada dua sisi yang berlawanan, batang bawah tidak dipotong melainkan cukup dilakukan siwingan, atau batang bawah dipotong tetapi terus menerus mempertahankan tunas air yang tumbuh di sekitar tempat potongan. Tunas air tersebut tidak diwiwil melainkan secara periodik dipotong agar tidak tumbuh meninggi tetapi juga tidak mati. Produktivitas Apabila semua syarat yang sudah diuraikan tersebut terpenuhi, maka tanaman baru yang dihasilkan akan jauh lebih produktif daripada tanaman induk. Apabila digunakan klon Sulawesi 01 dan Sulawesi 02, tingkat produktivitas di atas 2.000 kg/ha sudah dapat dicapai setelah berumur 30 bulanan. Sebagai contoh, adalah hasil pendampingan Puslitkoka bekerjasama dengan PT. Berau Coal untuk kegiatan Peningkatan Produktivitas Kakao Rakyat di areal sekitar tambang batubara PT. Berau Coal. Kegiatan berupa pendampingan kelompok tani kakao dengan kegiatan utama rehabilitasi tanaman. Terdapat enam kelompok tani dan di setiap lokasi dibangun demoplot sebagai percontohan bagi anggota kelompok. Teknologi yang diterapkan di demoplot secara bertahap diadopsi oleh para anggota. PT. Berau Coal menyediakan sarana dan prasarana produksi bagi seluruh anggota kelompok, meliputi entres, bahan untuk pelaksanaan rehabilitasi, upah enaga pelaksana rehabilitasi, pupuk, pestisida, alat pangkas tanaman, pondok pertemuan. Di setiap desa dampingan, ditugaskan seorang LCO (Local Coordinator Officer) yang tinggal di desa bertugas mendampingi petani. Sampai akhir 2012 tercatat data sebagai berikut: Jumlah kelompok tani = 6 (enam) Jumlah anggota = 169 petani Areal = 171,35 ha Jumlah tanaman kakao = 101.972 pohon Jumlah tanaman sudah direhab = 13-100%, rerata 68%. Salah satu contoh hasil pendampingan yang sudah berhasil baik adalah di Desa Suaran, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau. Demoplot rehabilitasi tanaman di kebun Bapak Nikolaus Jamin dengan data sebagai berikut: Jumlah tanaman = 475 pohon Tahun tanam = 2005 Jarak tanam = 4 x 3 m Asal bahan tanam = lokal Hasil sebelum direhab = 30 kg Pelaksanaan rehabilitasi = Oktober-November 2009 Entres = klon Sulawesi 01 dan Sulawesi 02 Pada tahun 2012 sudah tercatat produktivitas 1.205 kg per 450 tanaman atau sekitar 2.114 kg per hektar. Kesimpulan, rehabilitasi tanaman kakao menggunakan klon unggul, meningkatkan produktivitas 40 kali lipat dan dicapai setelah berlangsung sekitar 30 bulan. Rehabilitasi Tanaman Kakao Tua Kegiatan dilaksanakan di desa Meraang Kecamatan Teluk Bayur Kabupaten Berau. Kekhususan rehabilitasi kakao yang dilaksanakan di kampung ini adalah umur batang bawah sekitar 20 tahun, diamater batang sekitar 25 cm, tinggi tanaman 4-5 m, dan kulit batang tebal. Proses sambung samping menggunakan pisau khusus yang tebal dan terbuat dari baja. Keberhasilan sambungan cukup rendah, setiap batang diperlukan 4-5 kali proses penyambungan. Rehabilitasi kakao di lokasi ini baru intensif pada tahun 2011 dengan melakukan pemotongan Contoh sebaran produksi kakao tahun 2012 di areal pendampingan Desa Suaran Nama anggota Populasi (ph) Data Produksi th. 2012, kg Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Des Total Nikolaus Jamin 450 90 110 417 100 90 50 25 25 26 42 80 150 1.205 Maximus Medany 575 100 150 250 133 60 50 0 32 23 38 50 40 926 17 <<

200 180 Biji kering, kg 150 100 50 100 50 139 111 59,5 35 42 44 0 10 8 0 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sebaran panen kakao di Meraang tahun 2012 Keragaan tanaman 35 bulan setelah direhabilitasi batang pokok dan sulaman sambungan yang mati. Pada tahun 2012, produktivitas kakao tertinggi dari kelompok dampingan di Nasding masih sebesar 778,5 kg/ha dengan sebaran panen. Akan tetapi capaian produksi periode Januari-Mei tahun 2013 sebesar 83% terhadap produksi periode yang sama tahun 2012 sehingga diprediksi produktivitas tahun 2013 dapat di atas 1.000 kg/ha. Daya Tahan Tanaman Hasil Rehabilitasi Banyak pertanyaan diajukan sampai seberapa lama tanaman hasil rehabilitasi dapat bertahan. Puslitkoka melakukan kajian rehabilitasi kakao tahun 1994 pada tanaman asal benih umur 10 tahun. Sambung samping dilakukan pada dua sisi, menggunakan klon Sulawesi 1, Sulawesi 2, KW 165, KKM 22, dan ICS 13. Pemeliharaan tanaman cukup standar. Kondisi pertanaman sampai tahun 2013 (umur 19 tahun) masih sehat, produktif, dan tidak ada gejala sambungan yang lemah. Disimpulkan bahwa keraguan pada tanaman hasil rehabilitasi yang tidak berumur panjang, tidak benar, asalkan perawatan sesuai standar teknis. Pemupukan menjadi faktor penting mengingat penggunaan klon-klon unggul biasanya menyebabkan pembuahan yang lebat sehingga tanaman juga harus diberi nutrisi yang seimbang dengan laju pengurasan hara dari dalam tanah. >> 18

Penutup Rehabilitasi tanaman kakao merupakan metode yang efektif untuk menyelesaikan persoalan produktivitas yang rendah serta serangan penyakit VSD. Beberapa kunci untuk keberhasilannya adalah entres dari klon unggul yang jelas identitasnya, batang bawah masih sehat, perawatan khususnya pemotongan batang bawah, pemupukan dan pengendalian hama/penyakit dilakukan sesuai standar teknis. Awal berbuah dicapai setelah berumur 12-18 bulan dan potensi produksi klon yang disambungkan sudah kelihatan setelah sambungan berumur 30-an bulan. Sampai batas tertentu rehabilitasi dapat dilakukan pada tanaman dewasa yang cenderung tua. Tanaman hasil rehabilitasi dapat berumur panjang selama dipelihara sesuai dengan standar yang baku. K o p er a s i K a rya w a n " SE K AR " P u s a t Penel i t i a n K o pi d a n K a ka o I n d o n e s i a J l. P B. S ud i r m a n 9 0 J e m b e r T e l p. 0 3 3 1-7 5 7 1 3 0, 7 5 7 1 3 2 19 <<