BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah tersebut adalah dermatitis kontak akibat kerja. 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap ahli kesehatan khususnya dokter seharusnya sudah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja merupakan peradangan kulit yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. disebabkan oleh faktor paparan/kontak akibat pekerjaan atau ketika suatu bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melaksanakan pembangunan nasional telah berhasil. meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi pada

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu. ada pengaruhnya terhadap kesehatan tersebut.

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukanoleh : DIAH RIFQI SUSANTI J Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data International Labour Organization (ILO) tahun 2012, angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Dermatitis berasal dari kata derm atau o- (kulit) dan itis (radang atau

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009).

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami kemajuan pesat dan Indonesia merupakan salah satu negara penghasil

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papula, vesikel, skuama) dan

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN LAMA KERJA DENGAN PENYAKIT DERMATITIS DI KAMPUNG KRAJAN KELURAHAN MOJOSONGO KECAMATAN JEBRES SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. salon, dan pekerja tekstil dan industri rumahan (home industry). Pada. pekerja per tahun. (Djuanda dan Sularsito, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dengan hiperemia konjungtiva dan keluarnya discharge okular (Ilyas, 2013).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja yang terpapar pada bahan-bahan iritatif, alegenik atau faktor fisik khusus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA 1. Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC; Undang-undang dasar tentang kesehatan no.

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Kementrian Perindustrian, 2015). Bahan baku plastik terdiri atas

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin dan Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. timbul yang disertai rasa gatal pada kulit. Kelainan ini terutama terjadi pada masa

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia telah mendorong lahirnya era industrialisasi. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA KARYAWAN BINATU JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan keefisienan kerja seorang karyawan. Tingkat produktifitas

BAB I PENDAHULUAN. Dermatitis Kontak Alergika (DKA) merupakan suatu penyakit keradangan

BAB I PENDAHULUAN. ataupun jenis pekerjaan dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. 1

Factors that Corelation to The Incidence of Occupational Contact Dermatitis on the Workers of Car Washes in Sukarame Village Bandar Lampung City

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan. Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh : Nur Seta Ridho Kusworo J

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK PADA PEKREJA BATIK BAGIAN PEWARNAAN DI CIGEUREUNG KOTA TASIKMALAYA

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA PEKERJA BANGUNAN

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

Prevalensi Dermatitis Kontak Akibat Kerja dan Faktor yang Mempengaruhinya pada Pekerja Cleaning Service di Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek

ARTIKEL RISET URL artikel of this article:

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja (occupational dermatoses) adalah suatu peradangan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang berkualitas bagi suatu organisasi harus ada kinerja yang

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku tujuan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DERMATITIS PADA ANAK BALITADI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKARAYA TAHUN 2016

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. anak kelas 1 di SD Negeri bertaraf Internasional dan SD Supriyadi sedangkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan

DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA YANG TERPAJAN DENGAN BAHAN KIMIA DI PERUSAHAAN INDUSTRI OTOMOTIF KAWASAN INDUSTRI CIBITUNG JAWA BARAT

E-journal Keperawatan (e-kp) Volume 3 Nomor 2, Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, dimana telah mengenai 20-25% populasi dunia. Penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. obat-obatan dan logistik lainnya. Dampak negatif dapat berupa kecelakaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. seluruhnya berjumlah 270 dengan 9 penderita diantaranya memiliki penyakit

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE, USIA, DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS DI PUSKESMAS GLOBAL TIBAWA KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.6/ Maret 2017; ISSN X,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. bahan kimia atau iritan, iatrogenik, paparan di tempat kerja atau okupasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

Dermatitis Kontak Iritan Akibat Kerja. Occupational Irritant Contact Dermatitis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu faktor penunjang untuk

HUBUNGAN PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK IRITAN PADA PEKERJA MEBEL PT X JEPARA

HUBUNGAN ANTARA LAMA KONTAK KARYAWAN BENGKEL CUCI KENDARAAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

ABSTRAK. Aisyah,2012; Pembimbing I : Dr. Savitri Restu Wardhani,dr.SpKK Pembimbing II: dr. Hartini Tiono, M.Kes

The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang

BAB 1 PENDAHULUAN. immunoglobulin E sebagai respon terhadap alergen. Manifestasi yang dapat

HUBUNGAN PEKERJA BASAH DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJAPADA PETUGAS KESEHATAN DI RUMAH SAKIT X TANJUNG, TABALONG, KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. paru-paru. Penyakit ini paling sering diderita oleh anak. Asma memiliki gejala berupa

BAB I PENDAHULUAN. bulan Agustus 2014 berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik berjumlah sekitar

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan suatu kondisi kekambuhan pada kulit kepala dan berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna (2004),

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit saluran nafas banyak ditemukan secara luas dan berhubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB 1 PENDAHULUAN. dermatitis yang paling umum pada bayi dan anak. 2 Nama lain untuk

BAB l PENDAHULUAN. disebut juga eksema atopik, prurigo besnier, neurodermatitis

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi barier epidermal, infiltrasi agen inflamasi, pruritus yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berbatas pada bagian superfisial kulit berupa bintul (wheal) yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang berjumlah 96 pasien sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB III METODE PENELITIAN


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu, upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat perlu. Dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang maupun negara maju (WHO, 2008). Infeksi saluran


BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan taraf hidup serta mengurangi pengangguran. Kehadiran

BAB 1 PENDAHULUAN. usia anak. Anak menjadi kelompok yang rentan disebabkan masih. berpengaruh pada tumbuh kembang dari segi kejiwaan.

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Alergi merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita. Prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Jerawat atau akne adalah mesalah kulit berupa infeksi dan peradangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini seiring dengan peningkatkan perkembangan industri dan perubahan di bidang pembangunan secara umum di dunia, terjadi perubahan dalam pembangunan baik dalam bidang teknologi maupun industri. Pekerjaan di bidang industri dan teknologi mempermudah pekerja terpapar dengan bahanbahan iritan dan alergik. Sebagai konsekuensinya terjadi perubahan pola penyakit karena hubungannya dengan pekerjaan. Salah satu penyakit kulit yang terkait dengan masalah tersebut adalah dermatitis kontak akibat kerja. 1 Dermatitis adalah peradangan pada kulit (epidermis dan dermis) yang bersifat akut, subakut, atau kronis dan dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen. Salah satu jenis dari dermatitis adalah dermatitis kontak akibat kerja. Dermatitis kontak akibat kerja dijumpai sebanyak 90% dari semua kasus kulit yang berhubungan dengan pekerjaan. 25 Merupakan suatu keadaan kulit yang disebabkan oleh paparan yang berhubungan dengan pekerjaan. 9 Hal ini terjadi pada pekerja yang terpapar pada bahan-bahan iritatif, alergenik atau faktor fisik khusus di tempat kerja. 19 Dermatitis ini dapat dibagi menjadi dermatitis kontak iritan (DKI) dan dermatitis kontak alergik (DKA). 2 Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan non imunologik pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen ataupun endogen. Sedangkan dermatitis kontak alergik (DKA) terjadi berdasarkan reaksi imunologis berupa reaksi hipersensitivitas tipe IV. 1

2 Pada dermatitis kontak, kelainan kulit ditentukan oleh berbagai faktor yaitu lama kontak, frekuensi yang berulang, suhu, kelembaban dan lingkungan. Faktor individu yang juga berpengaruh adalah hygiene perorangan, lokasi kulit, penggunaan alat pelindung diri, umur, ras, jenis kelamin, dan riwayat atopik. Salah satu perkerjaan yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit ini adalah pekerja bangunan. Dermatitis kontak merupakan bagian terbesar, 90-95%, dari penyakit kulit akibat kerja. 3 Di Amerika Serikat, industri bangunan merupakan salah satu dari tiga besar industri yang memiliki angka tertinggi terhadap penyakit kulit akibat kerja. Walaupun penyakit ini jarang membahayakan jiwa namun dapat menyebabkan morbiditas yang tinggi dan penderitaan bagi pekerja, sehingga dapat mempengaruhi kebutuhan ekonomi dan kualitas hidup penderita. Presentasi DAK dari seluruh penyakit-penyakit akibat kerja adalah sekitar 50-60%. 3,9 Di Singapura dari tahun 1984-1985, 557 penderita dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) terdapat 557 orang, DKI sebanyak 55.7% (310 orang), DKA sebanyak 38.6% (215 orang) dan non-dermatitis kontak sebanyak 5.7% (32 orang). 4,8 Sedangkan pada tahun 1989-1998, penderita dermatitis kontak akibat kerja didapati 97.2% adalah dermatitis kontak. Dermatitis kontak iritan (62.1%) lebih banyak daripada dermatitis kontak alergik (36.0%). 5 Dilihat dari jumlah tenaga kerja konstruksi bangunan di Jawa Tengah pada 1998, dari 578.543 orang meningkat menjadi 720.294 orang. 6 Penelitian-penelitian penyakit kulit akibat kerja (PKAK) telah dilakukan sejak 22 tahun yang lalu, antara lain: dermatitis kontak diantara pekerja tembakau

3 (Harahap, 1968), dermatitis kontak pada pekerja di sebuah perusahaan karet di Sumatera Utara (Roesyanto-Mahadi), dermatosis akibat kerja pada pengrajin batik (Soebono, dkk), dermatitis kontak akibat kerja pada industri kayu regas (Sukanto), dermatitis akibat kerja karyawan penebangan kayu di Sumatera Selatan (Athuf dan Siregar), dermatitis pada pekerja vanili (Warouw), dan dermatitis kontak pada pekerja di sebuah pabrik penyamakan kulit di Kodya Semarang (Kabulrachman, dkk); sedangkan pada pekerja bangunan jarang dilakukan. Beberapa bahan yang berkaitan dengan pekerjaan bangunan adalah semen (kromium, kobalt), epoxy resin, lem, cat, penghilang cat, pernis, terpentin, kayu, bahan pengawet kayu, amonia, bahan-bahan fiberglass. 7 Dengan mengetahui alergen kontak, maka dapat dilakukan pencegahan, yang pada gilirannya merupakan salah satu usaha yang dapat meningkatkan efektivitas dan produktivitas perusahaan. Dari beberapa bahasan di atas kita dapat mengetahui dengan jelas problem atas masalah pada pekerja bangunan. Oleh karena itu, peneliti berminat untuk melakukan penelitian mengenai faktor penyebab terjadinya dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja bangunan. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Rumusan Masalah Umum Apa saja faktor terjadinya dermatitis kontak pada pekerja bangunan di kota Semarang? 1.2.2 Rumusan Masalah Khusus Apakah frekuensi paparan dan jenis pekerjaan merupakan faktor penyebab

4 terjadinya dermatitis kontak? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui prevalensi dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak pada pekerja bangunan di kota Semarang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mendapatkan data prevalensi dermatitis kontak pada pekerja bangunan di kota Semarang. 2. Mendapatkan data frekuensi paparan pada pekerja bangunan di kota Semarang. 3. Mengetahui data jenis pekerjaan apa yang berisiko terkena dermatitis kontak pada pekerja bangunan di kota Semarang. 4. Mengetahui apakah frekuensi paparan dan jenis pekerjaan di proyek bangunan merupakan faktor penyebab dermatitis kontak pada pekerja bangunan di kota Semarang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada klinisi maupun pada pekerja bangunan di kota Semarang, tentang apa saja faktor terjadinya dermatitis kontak pada pekerja bangunan di kota Semarang. 1.4.2 Manfaat Penelitian Selanjutnya 1. Menambah data penelitian mengenai prevalensi dan faktor penyebab terjadinya dermatitis kontak pada pekerja bangunan di kota Semarang.

5 2. Memberikan bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut terkait angka kejadian dermatitis kontak pada pekerja bangunan. 1.4.3 Manfaat Pelayanan Kesehatan Memberikan bahan untuk menerapkan strategi pencegahan dalam meminimalisir angka kejadian dermatitis kontak pada pekerja bangunan. 1.5 Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian No Peneliti Judul Tahun Metode Hasil 1. Wisnu Nuraga, dkk Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dermatitis Kontak Pada Karyawan yang Terpajan dengan Bahan Kimia di Perusahaan Industri Otomotif Kawasan Industri Cibitung, Jawa Barat 2008 Cross Sectional Dari 54 responden, 74% (40 karyawan) mengalami dermatitis kontak akibat kerja: akut 26% (14 karyawan), subakut 39% (21 karyawan), dan kronik 9% (5 karyawan) adalah subjek penelitian yang mengalami dermatitis kontak. Berdasarkan analisis stasistik multivariat terdapat 3 faktor yang sangat mempengaruhi kejadian dermatitis kontak ini yaitu lama kontak, frekuensi kontak, dan yang paling dominan

6 No Peneliti Judul Tahun Metode Hasil adalah penggunaan alat pelindung diri (APD). 2. Angkit Octovanni Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak Iritan pada Karyawan Pabrik Pengolahan Aki Bekas di Lingkungan Industri Kecil (LIK) Semarang 2009 Cross Sectional Dari 32 responden, 75% responden menderita dermatitis kontak iritan. Uji bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi square (p<0,05) diperoleh hasil variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan dermatitis kontak iritan adalah vaiabel lama kontak (p=0,001). sedangkan umur (p=1,000), masa kerja (p=1,000), personal hygiene (p=1,000), pemakaian APD sarung tangan (p=1,000) dan pemakaian APD sepatu penutup (p=0,642) tidak mempunyai hubungan yang

7 No Peneliti Judul Tahun Metode Hasil bermakna. 3. Dwi Ambang Prasetyo Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Dermatitis Kontak Iritan Pada Tangan Pekerja Konstruksi yang Terpapar Semen di PT. Wijaya Kusuma Contractors 2014 Cross Sectional Dari 32 responden, menunjukkan tidak ada hubungan antara masa kerja (p=0,083;p>0,05). Tidak ada hubungan antara usia dengan dermatitis kontak pada tangan (p=0,8747;p<0,05). Ada hubungan antara frekuensi paparan dengan dermatitis kontak (p=0,028;p>0,05). Ada hubungan antara keahlian pekerja dengan dermatitis kontak (p=0,045;p<0,05). 4. Raymond Widjajaha kim Insiden dan Pola Penyebab Dermatitis Kontak Alergik Akibat Kerja pada Pekerja Konstruksi 2001 Dari 60 reponden, didapati 4,61% (25 karyawan) yang mengalami dermatitis kontak yang diperkirakan suatu dermatitis kontak alergik. Semua

8 No Peneliti Judul Tahun Metode Hasil Bangunan di Kodya Semarang penderita adalah lakilaki, dengan usia rerata 32,24 tahun dengan SD = 12,55 Perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah pada subjek penelitian, tahun, variabel serta ruang lingkup penelitian. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, meskipun dilakukan pada beberapa jenis pekerjaan dengan berbagai variabel yang sama, tidak selalu membuahkan hasil yang sama. Subjek pada penelitian ini adalah pekerja bangunan di kota Semarang. Sedangkan variabel pada penelitian ini tidak hanya berdasar pada satu faktor resiko penyebab dermatitis kontak iritan. Ruang lingkup penelitian ini adalah pekerja bangunan di kota Semarang.