HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Peta Kabupaten Pati

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum Kabupaten Pati

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

POTENSI DAN DAYA DUKUNG HIJAUAN SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG RAKYAT DI KECAMATAN PATI SKRIPSI FAJAR ARIF WISANTORO

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

Pengembangan Populasi Ternak Ruminansia Berdasarkan Ketersediaan Lahan Hijauan dan Tenaga Kerja di Kota Palembang Sumatera Selatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

KARAKTERISTIK WILAYAH. Indonesia. Kecamatan Jakenan terletak di bagian timur Kabupaten Pati (sekitar 16

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar yang

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

III. KEADAAN UMUM LOKASI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penentuan Responden Data yang dikumpulkan meliputi:

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

MINAT PETERNAK UNTUK MENGEMBANGKAN TERNAK SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus : Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi)

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Rembang. geografis Kabupaten Rembang terletak pada garis koordinat

Ditulis oleh Mukarom Salasa Jumat, 03 September :04 - Update Terakhir Sabtu, 18 September :09

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

Pengembangan Populasi Ternak Ruminansia Berdasarkan Ketersediaan Lahan Hijauan dan Tenaga Kerja di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Sumatera Selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah, terletak diantara 110 50` - 111 15` Bujur Timur dan 6 25` - 7 00` Lintang Selatan. Secara administratif Kabupaten Pati memiliki luas wilayah meliputi 150.368 ha terdiri dari 21 kecamatan, 401 desa, 5 kelurahan, 1.106 dukuh serta 1.474 RW dari 7.524 RT. Adapun batas-batasnya wilayah Kabupaten Pati antara lain : Sebelah Utara : Laut Jawa dan Wilayah Kabupaten Jepara Sebelah Timur : Kabupaten Pati dan Laut Jawa Sebelah Selatan : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora Sebelah Barat : Kabupaten Kudus dan Jepara Kabupaten Pati memiliki iklim dengan rata-rata curah hujan ditahun 2010 sebanyak 1002 mm dengan 51 hari hujan, untuk keadaan hujan cukup, sedangkan temperatur terendah 23 C dan tertinggi 39 C. Berdasarkan curah hujan wilayah di Kabupaten Pati terbagi atas berbagai tipe iklim (oldeman). Keadaan Umum Kecamatan Pati Luas wilayah Kabupaten Pati seluas 150.368 ha yang terdiri 58.782 lahan sawah dan 91.585 lahan bukan sawah. Kecamatan Pati merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Pati, dan merupakan Kota Kabupaten bagi Kabupaten Pati. Kecamatan Pati yang terletak di pusat Kabupaten Pati, dan tepatnya terletak di 0 Km dari kota Pati menjadikan Kecamatan Pati sebagai pusat kegiatan dari Kabupaten Pati, sebab pusat pemerintahan Kabupaten Pati berada di Kecamatan Pati. Secara administratif Kecamatan Pati berbatasan dengan: Sebelah utara : Kecamatan Wedarijaksa Sebelah timur : Kecamatan Juwana Sebelah selatan : Kecamatan Gabus Sebelah barat : Kecamatan Margorejo Kecamatan Pati merupakan Kecamatan yang berada dilingkup Kabupaten Pati. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha sampingan yang dilakukan oleh kebanyakan penduduk di daerah tersebut selain bertani. Jenis ternak yang dipelihara di samping rumah adalah ruminansia besar seperti sapi. 19

Tabel 1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Keadaaan Lokasi Penelitian Keterangan Luas Wilayah (km 2 ) 4,249 Jumlah Penduduk (jiwa) 107.998 Kepadatan Penduduk (jiwa/km 2 ) 25.417 Ketinggian tempat (m/dpl) 5-23 Jenis Iklim Tropika basah Sumber : BPS Kabupaten Pati (2009) Luas wilayah Kecamatan Pati adalah seluas 4.249 ha (pembulatan) atau kurang lebih 42,49 km 2 yang terdiri dari 2.588 ha lahan sawah dan 1.691 ha lahan bukan sawah. Kepadatan penduduk 25.417 jiwa/km 2, dengan ketinggian wilayah 5-23 m dpl dan mempunyai iklim tropika basah (BPS Kab. Pati, 2009). Kecamatan Pati memiliki 29 desa, presentase terbesar yaitu di Desa Ngepungrojo dengan presentase 7,84% dari luas keseluruhan Kecamatan Pati atau seluas 333,187 ha, yang terluas berikutnya yaitu Desa Sidokerto dengan luas 301,8 ha atau sebesar 7,1% dari luas Kecamatan Pati. Sedangkan desa yang paling sempit adalah Desa Pati Wetan yang hanya memiliki luas 26,667 ha atau sebesar 0,63% dari luas keseluruhan Kecamatan Pati, desa Pati Wetan ini berada di bawah Desa Parenggan yang luasnya mempunyai selisih yang sedikit dengan Desa Pati Wetan yang luasnya 0,68% dari luas Kecamatan Pati atau seluas 26,85 ha. Penggunaan Lahan Suatu wilayah akan mempergunakan lahan yang dimilikinya dengan sebaikbaiknya, agar setiap lahan yang ada pada wilayah tersebut dapat dimanfaatkan dengan optimal untuk kesejahteraan masyarakatnya. Penggunaan lahan yang sesuai kebutuhan akan memberikan manfaat dan tata ruang yang nyaman bagi masyarakat, sebaliknya apabila penggunaan lahan tidak berimbang maka akan menjadi tata ruang yang tidak teratur. Lahan merupakan sumberdaya alam fisik yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal, melakukan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, perkebunan, dan sebagainya. Akan tetapi fungsi lahan terus mengalami pergeseran dari lahan pertanian menjadi non-pertanian sehingga sumber ketersediaan hijauan pakan ternak menjadi semakin menipis. Berdasarkan Tabel 2. tidak ada lahan 20

perkebunan, dan hutan, tetapi HMT sebagai sumber hijauan pakan dapat ditanam di tepi jalan dan tegalan. Kekurangan dan ketidakkontinyuan penyediaan pakan menurut Nitis (1993) dapat diatasi dengan meningkatkan penggunaan tanah-tanah kosong di batas pekarangan, tepi jalan, pematang sawah, dan tegalan. Tabel 2. Luas Penggunaan Lahan Jenis Lahan Kecamatan Pati Luas (ha) Persentase (%) Sawah 2558 60,2 Tegalan atau perladangan 87 2.05 Perkebunan - 0 Rawa atau danau - 0 Padang rumput - 0 Hutan - 0 Lain lain 1604 37,75 Jumlah 4249 100 Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pati (2009) Penggunaan lahan di Kecamatan Pati pada tahun 2010 dibagi menjadi 2 (dua) yaitu lahan sawah dan lahan bukan sawah. Luas wilayah Kecamatan Pati secara keseluruhan adalah seluas 4.249 ha. Lahan sawah di Kecamatan Pati seluas 2.558 ha sedangkan sisanya adalah lahan bukan sawah seluas 1.691 ha. Lahan sawah di Kecamatan Pati lebih luas daripada lahan bukan sawahnya, hal ini dikarenakan pertanian merupakan penggunaan lahan yang utama di Kecamatan Pati (BPS Kecamatan Pati 2009). Menurut Saefulhakim dan Nasoetion (1995) penggunaan lahan merupakan suatu proses yang dinamis, perubahan terus menerus sebagai hasil dari perubahan pada pola dan besarnya aktivitas manusia sepanjang waktu. Karakteristik Peternak Menurut Simamora (2004) karakteristik seseorang mempengaruhi cara dan kemampuan yang berbeda dalam bentuk persepsi, informasi apa yang diinginkan, bagaimana mengintrepretasikan informasi tersebut. Hasil pengukuran karakteristik peternak di Kecamatan Pati dibedakan berdasarkan umur, pengalaman beternak, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan kepemilikan ternak. 21

Umur Peternak Berdasarkan Gambar 2. umur para peternak di Kecamatan Pati sebagian besar berusia produktif (15-64) yaitu 93,33 %, sedangkan peternak yang berusia nonproduktif yaitu 6,67 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa tenaga kerja di Kecamatan Pati memiliki potensial dalam pengembangan sektor pertanian terutama subsektor peternakan karena sebagian besar peternaknya dalam usia produktif. Usia produktif menunjukkan kemampuan dan kemauan yang lebih dibandingkan dengan peternak yang berusia nonproduktif dalam hal penyediaan hijauan makanan ternak dengan jangkauan lebih luas, merawat, dan menjaga kebutuhan harian ternak. Menurut Padmowiharjo (1994), makin muda usia peternak biasanya mempunyai semangat ingin tahu yang makin besar terhadap hal-hal yang baru sehingga kesan mereka lebih cepat atau responsif dalam pembaharuan. Umur bukan merupakan faktor psikologis, tetapi adalah apa yang diakibatkan oleh umur adalah faktor psikologis. Gambar 2. Presentase Jumlah Responden Kecamatan Pati Berdasarkan Umur Tahun 2010 Pengalaman Beternak Pengalaman beternak ruminansia di Kecamatan Pati sebagian besar lebih dari 10 tahun yaitu 58,33 %. Menurut Soehardjo dan Patong (1973), pengalaman beternak mempengaruhi pengolahan usaha tani dimana petani yang lebih tua memiliki banyak pengalaman dan kapasitas pengolahan usaha tani yang lebih matang. Umumnya para peternak di Kecamatan Pati telah mengetahui tentang cara beternak yang diperoleh dari keluarga secara turun temurun. Pengalaman beternak yang lama menandakan peternak sudah memiliki pengalaman yang cukup baik sehingga dapat dijadikan modal untuk mengelola ternak sapi potong dengan baik, 22

seperti menanam hijauan pakan di lahan sendiri, mempergunakan pakan tambahan, dan menjaga kesehatan ternak. Gambar 3. Presentase Jumlah Responden Kecamatan Pati Berdasarkan Pengalaman Beternak Tahun 2010 Jenis Pekerjaan Usaha ternak ruminansia besar di Kecamatan Pati merupakan usaha sampingan. Berdasarkan Gambar 4. sebagian besar 46,67 % responden memiliki pekerjaan sebagai petani selain beternak sapi potong di rumah. Jumlah paling sedikit ialah pedagang dan pensiunan dengan 1,67 % dan yang menjadi PNS sebesar 3,33 %. Lainnya merupakan presentase terbesar kedua, tetapi yang termasuk dalam lainnya seperti tukang becak, kuli bangunan, tukang tambal ban, penjahit, dan sebagainya yang terdapat pada data yang diperoleh. Pengelompokan jenis pekerjaan lainnya didasarkan karena jenis pekerjaan tersebut tidak termasuk dalam jenis pekerjaan yang terdapat pada Gambar 4. Sebagian besar pekerjaan peternak sebagai petani, menunjukkan bahwa para peternak memanfaatkan lahan pertanian untuk menanam hijauan pakan dan limbah pertanian untuk pakan ternak sapi potong. Beternak di Kecamatan Pati merupakan usaha sampingan yang dilakukan peternak untuk membantu menambah biaya hidup yang sebagian besar merupakan peternakan rakyat dengan modal kecil. Gambar 4. Presentase Jumlah Responden Kecamatan Pati Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2010 23

Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan di Kecamatan Pati pada Gambar 5. sebagian besar tingkat SD dengan 48,3 % dikuti oleh SMA dengan 20 %, SMP sebesar 16,7 %, dan tidak sekolah dengan 15 %, sedangkan untuk perguruan tinggi tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan peternak di Kecamatan Pati masih kurang. Tingkat keterampilan dan pengetahuan peternak dalam hal penyediaan hijauan pakan masih rendah seperti halnya mengenai penyimpanan hijauan pakan yang hanya dimasukkan dalam karung dan disimpan di samping kandang. Hal ini dapat disebabkan karena masih rendahnya tingkat pendidikan peternak dan jarang adanya penyuluh peternakan di Kecamatan Pati. Keterampilan dan pengetahuan dapat diperoleh peternak melalui pendidikan formal dan non-formal. Pendidikan formal merupakan ilmu yang diperoleh dari bangku sekolahan (SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi). Adapun pendidikan nonformal dapat dilakukan oleh peternak sebagai usaha untuk menambah wawasan, pengalaman, keterampilan, dan pengetahuan yaitu dengan seminar-seminar, kursus, dan pelatihan. Gambar 5. Presentase Jumlah Responden Kecamatan Pati Berdasarkan Pendidikan Tahun 2010 Kepemilikan ternak Jumlah ternak yang dimiliki oleh peternak yang dinyatakan dalam satuan ternak (ST). Pemilikan ternak dapat dikategorikan menjadi dua yaitu skala kecil dan skala besar. Menurut Karyadi (2008), menunjukkan bahwa peternak memiliki jumlah ternak sedikit karena usaha yang dijalankan masih dalam skala kecil dan hanya bersifat sampingan. Usaha peternakan sapi potong di Kecamatan Pati masih bersifat sampingan karena termasuk dalam peternakan rakyat dengan tiap peternak memiliki rata-rata ternak 3 ekor. Presentase peternak yang memliki 3 ekor sebesar 85 %, yang 24

memiliki 4-6 ekor sebesar 10 %, dan yang paling sedikit memiliki lebih dari 6 ekor sebesar 5 %. Peternak yang memiliki lebih dari 6 ekor ialah peternak yang berasal dari Desa Panjunan yang memiliki 34 ekor karena peternak tersebut memiliki limbah agroindustri sendiri, kebun rumput sendiri yang lebih banyak daripada peternak yang lain. Gambar 6. Presentase Jumlah Responden Kecamatan Pati Berdasarkan Kepemilikan Ternak Tahun 2010 Tenaga Kerja Tenaga kerja peternak di Kecamatan Pati hampir semuanya menggunakan tenaga kerja keluarga yang sebagian besar laki-laki (93,33%) dan sisanya tenaga kerja perempuan (6.67%). Setiap tenaga kerja asal keluarga memiliki tanggung jawab masing-masing yaitu membersihkan kandang, menyediakan hijauan, dan memberikan pakan dan minum pada ternak. Tenaga kerja perempuan hanya sebatas dalam pemberian pakan, sedangkan pengadaan pakan setiap harinya dan pembersihan kandangnya dilakukan oleh anak laki-laki dan laki-laki dewasa, hal ini sesuai dengan pernyataan Soewardi dan Suryahadi (1988), bahwa di Indonesia tenaga kerja keluarga merupakan andalan utama pemenuhan tenaga kerja dalam pemeliharaan ternak yang sifatnya tradisional, dan tidak dinilai dengan uang, meskipun usaha tani dapat sekali-kali membayar tenaga kerja tambahan untuk pemeliharaan ternak. Anggota keluarga yang aktif bekerja pada usaha tani tergantung dari banyaknya anggota keluarga yang sudah dewasa dan banyaknya laki-laki dalam keluarga tersebut. 25

Gambar 7. Presentase Jumlah Responden Kecamatan Pati Berdasarkan Tenaga Kerja Tahun 2010 Jenis Hijauan Cara penyediaan pakan secara cut and carry membatasi ternak dalam memilih pakan. Pola penyediaan HMT dilihat dari jenis pakan yang diberikan pada ternak oleh setiap peternak berbeda-beda, tetapi jenis pakan pokoknya adalah hijauan. Hijauan makanan ternak (HMT) yang diberikan pada ternak sapi potong dibagi dua macam yaitu rumput (graminae) dan kacang-kacangan (leguminosae). Tabel 3. Penggunaan Jenis Hijauan dan Limbah Pertanian Jenis hijauan Jumlah pemakai (peternak) Persentase (%) Rumput Lapang 41 68,33 Rumput Gajah 41 68,33 Jerami Padi 32 53,33 Daun Tebu 10 16,66 Kulit Singkong 5 8,33 R. Setaria 1 1,67 Jerami Kacang Hijau 1 1,67 Bonggol Pisang 1 1,67 Bonggol Jagung 1 1,67 Jenis pakan yang disediakan oleh peternak di Kecamatan Pati antara lain hijauan dan konsentrat serta ada yang menggunakan hijauan saja. Konsentrat diberikan sesuai dengan ketersediaan dan harga. Konsentrat yang digunakan yaitu dedak dan menggunakan limbah pertanian berupa kulit singkong, dan ampas tahu, jerami padi, jerami kacang hijau, bonggol pisang, bonggol jagung. Pakan berupa 26

konsentrat hampir tidak atau sangat jarang diberikan. Hal tersebut disebabkan karena bagi peternak harganya masih tergolong mahal dan konsentrat juga susah didapatkan di Kecamatan Pati. Selain itu kepedulian peternak terhadap pentingnya penyediaan pakan yang bernutrisi bagi sapi potong di Kecamatan Pati masih terbatas. Data pada Tabel 3 menunjukkan jenis hijauan yang paling banyak dan paling sering digunakan oleh peternak yaitu rumput lapang dan rumput gajah dengan presentase 68,33 %. Para peternak menggunakan HMT tersebut karena ketersediaannya yang melimpah dan mudah diperoleh. Ada juga jenis hijauan yang jarang digunakan seperti rumput setaria, kulit ketela, jerami kacang hijau, daun tebu, bonggol jagung, dan bonggol pisang. Jenis hijauan tersebut jarang digunakan karena ketersediaannya yang kurang. Penambahan garam di pakan juga diberikan sebagai suplemen mineral dan meningkat palatabilitas. Dari berbagai jenis HMT tersebut, terdapat jumlah persentase dan jumlah pemakai atau peternak. Jumlah peternak dan jumlah persentase tersebut merupakan hasil dari jumlah responden peternak sapi potong yang berjumlah 60 peternak di Kecamatan Pati yang menggunakan jenis hijauan makanan ternak tersebut. Tingkat ketersediaan hijauan makanan ternak pada suatu wilayah merupakan salah satu faktor yang sangat penting serta turut mempengaruhi dinamika populasi dalam keberhasilan pengembangan ternak khususnya ternak herbivora. Menurut Natasasmita dan Murdikdjo (1980), dalam memperhitungkan potensi suatu wilayah untuk mengembangkan ternak secara teknis, perlu dilihat populasi ternak yang ada di wilayah tersebut dihubungkan dengan potensial untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang diperhitungkan, antara lain: lahan pertanian, perkebunan, padang pengembalaan, dan sebagian kehutanan. Pola Penyediaan Hijauan Sistem pemeliharaan ternak secara intensif dengan pola penyediaan HMT lebih bagus untuk Kecamatan Pati karena masyarakat di Kecamatan Pati menguasai cara pengolahan lahan-lahan kritis dan memanfaatkan pinggiran lahan yang masih kosong kemungkinan besar dapat memenuhi penyediaan hijauan pakan dan mendukung usaha peternakan di daerah tersebut. Soewardi (1985) menyatakan peningkatan produksi pakan ternak dapat dilakukan melalui manipulasi pola pertanian tanaman pangan dan tanaman pemulihan kesuburan tanah. Misalnya, di 27

Kecamatan Pati tersebut dilakukan adanya pergantian tanaman di sawah ketika musim berganti. Musim hujan sawah digunakan untuk menanam padi dan ketika musim kemarau ditanami jagung, rumput gajah, ketela. Sistem pemeliharaan secara intensif memiliki keuntungan selain bisa mengontrol kondisi ternak, juga bisa memanfaatkan feses sebagai pupuk kandang. Penyediaan hijauan makanan ternak (HMT) dengan sistem intensif dilakukan secara cut and carry (mengarit) yaitu cara penyediaan pakan dengan cara dipotong dan diangkut. Para peternak biasanya mengangkut hijauan pakan dengan gerobak kecil, sepeda, atau dengan menggunakan pikulan berjalan kaki hingga rumah. Penyediaan HMT dengan sistem cut and carry di Kecamatan Pati tersebut dilakukan peternak pada pagi hingga sore. Peternak biasanya memberi pakan terlebih dahulu sebelum berangkat ke sawah. Sebelum mereka pulang ke rumah, mereka mencari pakan terlebih dahulu untuk pakan ternak besok pagi. Frekuensi pemberian pakan tanpa ada batasan atau ad libitum karena para peternak di Kecamatan Pati tersebut menganggap bahwa ternak apabila diberi pakan terus menerus akan cepat tumbuh besar. (a) Rumput Gajah (b) Tebu Gambar 8. Jenis Hijauan Pakan di Kecamatan Pati Sistem pemeliharaan secara intensif memerlukan kandang yang baik. Perkandangan di Kecamatan Pati ini umumnya masih sederhana. Kandang umumnya beratapkan genting dengan dinding bambu atau kayu. Para peternak membuat kandang dengan seadanya karena peternak menjalankan usaha ternak umumnya hanya bersifat sampingan dengan modal yang kecil bersifat non industri dan pemakaian tenaga kerja dari anggota keluarga (peternakan rakyat). 28

(a) (b) (c) Gambar 9. Perkandangan Sapi Potong di Kecamatan Pati (d) Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia Penentuan analisis Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) di Kecamatan Pati menggunakan data primer dan sekunder. Hasil penghitungan KPPTR di Kecamatan Pati disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia Uraian Desa Kutoharjo Ngepungrojo Panjunan Sidokerto Kecamatan PMSL (ST) 140 210 109,9 155,169 2116 PMKK (ST) 8661 4236 2841 3426 5484 POP RIIL (ST) 166 494 46 42 1553 KPPTR SL (ST) -26-284 64 113 563 KPPTR KK (ST) 8495 3742 2795 3384 3931 Keterangan : PMSL = Potensi Maksimum Sumberdaya Lahan, PMKK = Potensi Maksimum Kepala Keluarga, POP RIIL = Populasi Riil, KPPTR SL = Kapasitas Peningkatan Ternak Ruminansia berdasarkan Sumberdaya Lahan, KPPTR KK = Kapasitas Peningkatan Ternak Ruminansia berdasarkan Kepala Keluarga. Pati 29

Data pada Tabel 4 memperlihatkan data KPPTR empat desa dan Kecamatan Pati. Berdasarkan data yang diperoleh, pada Desa Kutoharjo dapat dihitung potensi maksimum berdasarkan sumberdaya lahan sebesar 140 ST. Potensi maksimum berdasarkan kepala keluarga sebesar 8.661 ST, sedangkan populasi riil sebesar 166 ST. Berdasarkan Tabel 4. Hasil perhitungan Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) sumberdaya lahan di Desa Kutoharjo adalah -26 ST. Hasil tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut tidak dapat menampung ternak ruminansia lagi atau kelebihan ternak ruminansia sebesar 26 ST. Hasil KPPTR berdasarkan kepala keluarga adalah 8.495 ST. Hal yang mempengaruhi hasil negatif KPPTR di daerah ini ialah kurangnya luas ladang atau tegalan, luas sawah, dan jumlah penduduk yang padat. Desa Ngepungrojo mempunyai potensi maksimum berdasarkan sumberdaya lahan sebesar 210 ST. Potensi maksimum berdasarkan kepala keluarga sebesar 4.236 ST, sedangkan populasi riil sebesar 494 ST. Hasil perhitungan Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) sumberdaya lahan di Desa Ngepungrojo adalah -284 ST. Hasil tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut tidak dapat menampung ternak ruminansia lagi atau kelebihan ternak ruminansia sebesar 284 ST. Hasil KPPTR berdasarkan kepala keluarga adalah 3.742 ST. Hal yang mempengaruhi hasil negatif KPPTR di daerah ini ialah kurangnya luas ladang atau tegalan, luas sawah, kurangnya padang rumput, jumlah populasi ternak yang padat, dan kekeringan yang menyebabkan tumbuhan tidak bisa tumbuh dengan baik. Desa Panjunan memiliki potensi maksimum berdasarkan sumberdaya lahan sebesar 109,9 ST. Potensi maksimum berdasarkan kepala keluarga sebesar 2.841 ST, sedangkan populasi riil sebesar 46 ST. Berdasarkan perhitungan Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) sumberdaya lahan di Desa Panjunan adalah 64 ST. Hasil tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut masih mempunyai potensi menampung ternak ruminansia lagi sebesar 64 ST. Hasil KPPTR berdasarkan kepala keluarga adalah 2.795 ST. Desa Panjunan memiliki populasi yang sedikit dan ketersediaan hijauan pakan yang dapat memenuhi kebutuhan pakan ternak sehingga tidak perlu menambah atau mengambil hijauan dari desa lain sehingga daerah ini masih mempunyai potensi untuk menambah ternak. 30

Desa Sidokerto mempunyai potensi maksimum berdasarkan sumberdaya lahan sebesar 155,169 ST. Potensi maksimum berdasarkan kepala keluarga sebesar 3.426 ST, sedangkan populasi riil sebesar 42 ST. Hasil perhitungan Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) sumberdaya lahan di Desa Sidokerto adalah 113 ST. Hasil tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut masih mempunyai potensi menampung ternak ruminansia lagi sebesar 113 ST. Hasil KPPTR berdasarkan kepala keluarga adalah 3.384 ST. Desa Sidokerto memiliki ketersediaan hijauan pakan yang berlebih untuk kebutuhan pakan ternak dan jumlah populasi ternaknya lebih sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa di daerah ini masih mempunyai potensi untuk menambah ternak. Berdasarkan data yang diperoleh, secara pada Kecamatan Pati dapat dihitung potensi maksimum berdasarkan sumberdaya lahan sebesar 2.116 ST. Potensi maksimum berdasarkan kepala keluarga sebesar 5484 ST, sedangkan populasi riil sebesar 1.553 ST. Berdasarkan Tabel 4. Hasil perhitungan Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) sumberdaya lahan di Kecamatan Pati adalah 563 ST. Hasil tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut masih mempunyai potensi menampung ternak ruminansia lagi sebesar 563 ST. Hasil KPPTR berdasarkan kepala keluarga adalah 3.931 ST. KPPTR Efektif pada Kecamatan Pati adalah 563 ST. Hal yang mempengaruhi perbedaan hasil KPPTR antar desa ialah jumlah populasi ternak ruminansia, jumlah peternak, luas sawah, luas tegalan, rawa, dan padang rumput yang berbeda. Hal ini sesuai dengan Prasetyastuti (1985) bahwa lahan yang potensial untuk pengembangan peternakan ruminansia potong adalah lahan garapan tanaman pangan (sawah, tanah tegalan dan ladang), lahan padang rumput dan lahan rawa. 31