Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Gowa P.O. Box 1285, Ujung Pandang 90001

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN PROBIOTIK DALAM FERMENTASI JERAMI SEBAGAI PAKAN SAPI BALI DI MUSIM KEMARAU

ANALISIS POLA USAHA PEMBIBITAN SAPI BALI YANG DIPELIHARA SECARA EKSTENSIF DAN SEMI INTENSIF

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Skala usaha penggemukan berkisar antara 5-10 ekor dengan lama penggemukan 7-10 bulan. Pakan yan

Strategi Peningkatan Produktivitas Sapi Bali Penggemukan Melalui Perbaikan Pakan Berbasis Sumberdaya Lokal di Pulau Timor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PEDET SAPI POTONG HASIL INSEMINASI BUATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

KAJIAN INTEGRASI USAHATERNAK SAPI POTONG DALAM SISTEM USAHA PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

Kata kunci : Sapi Peranakan Ongole, Bobot Badan, Ukuran-ukuran Tubuh Keterangan : 1). Pembimbing Utama 2). Pembimbing Pendamping

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Materi

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. usaha pembibitan sapi potong di Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

PENGGUNAAN BAHAN PAKAN LOKAL SEBAGAI UPAYA EFISIENSI PADA USAHA PEMBIBITAN SAPI POTONG KOMERSIAL: Studi Kasus di CV Bukit Indah Lumajang

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

PENGGEMUKAN SAPI BALI JANTAN MENGGUNAKAN ONGGOK DI LOKASI PENDAMPINGAN PSDSK DI KABUPATEN KEPAHIANG PENDAHULUAN

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

KAJIAN PEMANFAATAN PAKAN LOKAL DAN UREA MOLASES BLOK (UMB) UNTUK PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN PINRANG SULAWESI SELATAN

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

Budidaya Sapi Potong Berbasis Agroekosistem Perkebunan Kelapa Sawit ANALISIS USAHA Seperti telah dikemukakan pada bab pendahuluan, usaha peternakan sa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

Seminar Nosional Peternakan dan lieteriner 199- TATIT S., E. WrNA, B. TANGENIAYA dall I. W. MATHIUS

MANFAAT BIOPLUS DALAM PENGGEMUKAN SAPI FRIESIAN HOLSTEIN (FH) JANTAN DI KECAMATAN LELES KABUPATEN DT II GARUT

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

TEKNOLOGI PAKAN PROTEIN RENDAH UNTUK SAPI POTONG

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

Elly Roza, Salam N. Aritonang, Arief. Fak. Peternakan Universitas Andalas ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

MATERI DAN METODE. Materi

PERBAIKAN MANAJEMEN USAHA SAPI POTONG DI PETERNAKAN KOTOSANI KABUPATEN SOLOK

ILMU NUTRISI RUMINANSIA DAN NON RUMINANSIA

UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA MELALUI PERBAIKAN MUTU PAKAN DAN PENINGKATAN PERAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

PENGARUH PAKAN TAMBAHAN AMPAS BIR TERHADAP PERTAMBAHAN BERAT BADAN SAPI POTONG

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGGEMUKAN SAPI POTONG POLA LOW EXTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

TINGKAT KEPADATAN GIZI RANSUM TERHADAP KERAGAAN ITIK PETELUR LOKAL

RESPON JERAMI PADI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN PADA USAHA PENGGEMUKAN TERNAK SAPI

POLA PEMBESARAN SAPI PEDET Pola pembesaran pedet yang sangat menonjol di Kab. Boyolali ada 3 sistem yaitu : (1) pembesaran secara tradisional, (2) pem

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi)

Nuansa Teknologi ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

Faktor-faktor yang Mempengaruhi lingkungan Usaha Peternakan. Faktor Lingkungan Makro. Faktor Lingkungan Mikro

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

Bibit sapi Bali SNI 7355:2008

INDIGOFERA SEBAGAI SUBSTITUSI HIJAUAN PADA PAKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN. A. Nurhayu, dan Daniel Pasambe ABSTRAK

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi potong Peranakan Ongole yang

PEMANFAATAN PAKAN MURAH UNTUK PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TULANG BAWANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg

Permintaan daging sapi yang cenderung meningkat setiap tahunnya di Provinsi Riau,

EKONOMI. Oleh Soedjana dan Atien Priyanti

KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN TORAJA UTARA

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

MATERI DAN METODE. Materi

TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

Transkripsi:

SeminarNasionalPeternakan dan Veteriner 1998 ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN DARI USAHA PENGGEMUKAN KERBAU TORAJA DI SULAWESI SELATAN MATIIEus SARiuBANG, DANIEL PASAMBE, dan RIKA HARYANI Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Gowa P.O. Box 1285, Ujung Pandang 90001 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan yang diperoleh dari usaha penggemukan kerbau Toraja di Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan metode survai terhadap 60 responden orang peternak sebagai responden dilakukan dengan metode purposive sampling dalam menentukan kooperator sebayak 45 kooperator dibagi ke dalam 3 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 15 kooperator, tiap kelompok mendapatkan salah satu perlakuan pakan dengan perlakuan sebagai berikut : Perlakuan A = Penggemukan secara tradisional (Soma), Perlakuan B = A + 4 kg Beef Kwik, Perlakuan C = B + 50 g Pikuten. Hasil kajian menunjukkan bahwa pemberian konsentrat pada penggemukan kerbau, memberikan pertambahan bobot badan yang berbeda sangat nyata (P<0,01), dibandingkan kerbau yang digemukan secara tradisional (Soma). Hal ini menunjukkan bahwa sistem penggemukan kerbau secara soma perlu diperbaiki dengan sistem kocnbinasi yaitu sistem soma ditambah pemberian tambahan konsentrat clan tambahan unsur mineral yang memadai, jika ditinjau dari keuntungan berdasarkan bobot harga daging/kg mengalami kerugian namun sebagai alat ritual memberikan keuntungan yang lebih besar. Kata kunci : Kerbau, analisis usaha, Toraja PENDAHULUAN Tujuan utama usaha penggemukan ternak kerbau adalah untuk memperoleh produksi daging melalui pertambahan bobot badan yang optimal sehingga dapat diperoleh pendapatan yang optimal. Pemberian ransum yang hanya hijauan saja hanya akan memperoleh zat-zat makanan untuk hidup pokok dan sedikit untuk produksi. Hambatan lain dalam pemberian hijauan saja pada kerbau terutama di daerah tropis adalah fluktuasi produksi hijauan yang sangat ditentukan oleh pertukaran, musim sehingga produksi optimal tidak berlangsung secara berkesinambungan. Oleh karena itu apabila diharapkan pertambahan bobot badan yang tinggi maka perlu pemberian makanan tambahan yang bernilai gizi dan hayati yang memadai (PRESTON clan LENG, 1979). Salah satu usaha yang dapat dilakukan agar ternak kerbau dapat mengkonsumsi zat-zat gizi yang cukup sesuai dengan yang dibutuhkan adalah dengan pemberian inakanan penguat (konsentrat). PRESTON dan WILLIS (1974) menyatakan bahwa pemberian konsentrat ke dalam ransum ternak akan meningkatkan pertambahan bobot badan, lebih lanjut dinyatakan bahwa ternak yang diberi konsentrat dan hijauan ternyata dapat menaikkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, lebih lanjut dikemukakan SUMBLING et al. (1981) ballwa pertambahan bobot badan pada masa penyesuaian, bila memperlihatkan pertambahan bobot badan yang tinggi maka merupakan pencerminan kurang baiknya gizi ternak percobaan sebelumnya kemudian diberi makanan berkualitas baik akan menunjukkan pertunlbuhan kompensasi. Walaupun demikian pemberian konsentrat mungkin tidak ekonomis oleh karena itu maka untuk mengetahui dampak dari 655

Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998 pemberian konsentrat pada ternak kerbau yang digemukan, perlu adanya analisis ekonomi pemberian konsentrat tersebut. MATERI DAN METODE Kerbau balcalan yang dipergunakan dalam kajian ini adalah milik petani. Semua ternak yang dipergunakan ditempatkan dalam kandang individu dan dipelihara secara,intensif. Jumlah ternak yang digunakan dalam kajian ini sebanyak 45 ekor dibagi secara acak ke dalam 3 kelompok perlakuan yaitu Perlakuan A : Penggemukan secara tradisional (Soma) Perlakuan B : A + 4 kg Beef Kwik (BK) Perlakuan C : B + 50 gram Pikuten Semua ternak yang dikaji direndam/mandi setiap hari selama 2-5 jam, hal ini merupakan kebiasaan peternak untuk membersihkan kerbaunya dan sekaligus memberikan kesempatan kepada ternaknya untuk meregurgitasi/mengunyah pakan yang baru dimakan. Demikian juga kerbau yang sedang berbaring dikandang maupun berbaring di sungai/kolam kepala digantung lebih tinggi dari badannya dengan maksud agar kelasa (leher bertambah besar dan kuat) pada leher terbentuk, sehinggah kerbau akan tampak lebih menarik Parameter yang diukur adalah dengan melakukan penimbangan bobot badan, konsumsi dan residu pakan yang diberikan, dan mengukur tinggi pundak, lingkar dada, panjang badan, serta efisiensi dan konversi pakan. Analisis data. Data yang terkumpul selama kajian berlangsung dianalisis sesuai dengan model analisis statistik sederhana (parameter produksi) dan analisis efisiensi ekonomi (parameter sosial ekonomi). HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengkajian pada Tabel 1 terliliat bahwa pada perlakuan A (kontrol) rataan pertambahan bobot badan adalah 0,340 kg/ekor/hari lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan B sebesar 0,764 kg/ekor/hari dan perlakuan C memberikan rataan pertambahan bobot badan 0,832 kg/ekor/hari, demikian juga dengan rataan pertambahan ukuran tubuh lainnya yakni tinggi pundak, panjang badan, dalam dada, lebar dada dan lingkar dada. Perlakuan A lebih rendah dari pada perlakuan B dan C, namun tinggi pundak dan panjang pada perlakuan B lebih tinggi dari pada perlakuan C. Hal ini disebabkan karena kerbau pada perlakuan C sangat gemuk sehingga balm agak merata keluar. Secara statistik, pertambahan bobot badan kerbau pada perlakuan A dibandingkan dengan perlakuan B dan C memperlihatkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) akan tetapi perbedaan pertambahan bobot badan antara B dan C tidak berbeda sangat nyata (P>0,01). Hal ini sejalan yang digemukan oleh LUBIS (1963) mengatalcan bahwa ternak herbivora yang hanya mendapat hijauan dari rumput lapangan setiap hari hanya cukup memenuhi kebutuhan hidup pokok (maintenance) dengan sedikit produksi sedangkan perambahan makanan penguat ke dalam ransum, akan memberikan pertambahan bobot badan di mana semakin tinggi jumlah pemberian makanan penguat sampai batas tertentu semakin besar pula pertambahan bobot badan yang dapat dicapai. Hal ini sesuai dengan pernyataan ANGGORODI (1979) bahwa pertumbuhan ternak akan mengikuti kurva pertumbuhan yaitu dengan pemberian pakan yang baik akan dipergunakan untuk kebutuhan 656

Seminar NasionalPeternakan dan Veteriner 1998 hidup pokok dan pertumbuhan di mana pada suatu titik pertumbuhan akan berhenti (plateou). Dengan demikian pemberian makanan penguat pada tern k hares efisien atau dengan kata lain pemberian pakan yang berimbang sesuai dengan tujuan produksi. Tabel 1. Uraian Penerimaan (output) Biaya produksi (input) Rata-rata pertambahan ukuran tubuhlekor/hari A B C Rata-rata pertambahan ukuran tubuh/ekor/hari - Bobot badan (kg) 0,340 + 0,206 0,764 +_ 0,300 0,832 +_ 0,239 Penerimaan adalah hasil penjualan kerbau yang telah digemukan dikurangi dengan harga bakalan. Jumlah penerimaan yang diperoleh dari usaha penggemukan hanya dihasilkan dari penjualan kerbau ditambah dengan hasil ikutan lainnya. Sistem penjualan kerbau di Tana Toraja didasarkan atas taksiran harga yang dilakukan melalui proses tawar menawar. Sedangkan faktor yang mempengaruhi nilai jual kerbau sangat didominasi oleh tanda eksterior dari kerbau itu sendiri disusul dengan kondisi tubuh yang prima dari hasil penelitian didapatkan bahwa penerimaan perlakuan A (Rp 3.284.400, -/th) lebih rendah dari perlakuan B (Rp 4.181.500, -/th) dan C (Rp 5.156.250, - /th) sedangkan penerimaan yang diperoleh berdasarkan pertambahan bobot badan dengan hasil ikutannya masing-masing perlakuan A (Rp 224.200, -/th), B (Rp 409.930, -/th) dan C (Rp 448.560, -/th). Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama penggemukan yang terdiri dari beberapa komponen : tenaga kerja, pakan, penyusutan kandang dan lain-lain. Tenaga kerja yang dipakai adalah tenaga kerja keluarga yaitu sekitar 1,5-4 jam/liari. Jumlah biaya dari tiap komponen dapat dilihat pada Tabe12 dan 3. Pada Tabel 2 dan 3 terlihat bahwa biaya tenaga kerja mendominasi jumlah biaya operasional. Biaya tenaga kerja diperoleh dari jumlah waktu yang digunakan peternak untuk mengambil rumput alam sebagai makanan. Yang termasuk dalam biaya pakan hanyalah benipa, garam, konsentrat dan pikuten. Biaya lain-lain adalah alat-alat penunjang dalam penggemukan kerbau. Keuntungan (net output) Perlakuan - Tinggi pundak (cm) 0,045 ±_0,065 0,092 +_ 0,112 0,069 _+ 0,032 - Panjang badan (cm) 0,074 + 0,063 0,096 +_ 0,037 0,085 +_ 0,080 - Dalam dada (cm) 0,027 + 0,049 0,048 _+ 0,026 0,061 +_ 0,036 - Lebar dada (cm) 0,035 + 0,044 0,036 +_ 0,016 0,038 +_ 0,026 - Lingkar dada (cm) 0,137 + 0,080 0,169 + 0,050 0,182 + 0,036 Keuntungan adalah penghasilan bersih yang diterima peternak yang selisih antara biaya penerimaan dan biaya operasional ternyata dari hasil analisis finansial didapatkan bahwa penggemukan kerbau di Tana Toraja mengalami kenigian jika ditinjau dari segi pertambahan bobot badan dikaitkan dengan harga/kg daging untuk bobot hidup karena tidak seimbang dengan 657

Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998 biaya operasional yang digunakan, namun dari segi ritual berdasarkan masyarakat Toraja dapat meningkatkan keuntungan yang lebih besar yaitu sekitar Rp 1.500.000 - Rp 3.000.000/tahun. Tabel2. Analisis penerimaan, biaya produksi dan keuntungan terhadap penggeimikkan kerbau berdasarkan harga daging/ekor/tahim Parameter Perlakuan I. Penerimaan (output) Penjualan daging berdasar pertambahan bobot badan 191.800 378.430 417.310 Pupuk 32400 31.500 31.250 Jumlah 224.200 409.930 448.560 II. Biaya Produksi (input) Tenaga kerja 450.000 450.000 450.000 Pakan 18.000 619.200 756.360 Penyusutan kandang 16.520 17.360 96.780 Lain 2.510 2.520 2.590 Jumlah 487.030 1.089.080 1.225.730 III. Keuntungan (net output) Per tahun -262.830-679.150-777.170 Per bulan -21.902,5-56.596,8-64.764,2 B/C ratio -0,5-0,4-0,4 Tabel3. Analisis penerimaan, biaya produksi dan keuntungan terhadap berdasarkan alat ritual masyarakat Toraja/ekor/tahun Parameter I. Penerimaan (output) A Perlakuan penggennikan Harga penjualan ternak 3.250.000 4.150.000 5.125.000 Pupuk 32.400 31.500 31.250 Jumlah 3.282.400 4.181.500 5.156.250 II. Biaya produksi (input) Harga bakalan ternak 1.260.000 1.275.000 1.325.000 Tenaga kerja 450.000 450.000 450.000 Pakan 218.000 619.200 756.360 Penyusutan kandang 16.520 17.360 16.780 Lain 2.510 2.520 2.590 Jumlah 1.947.030 2.364.080 2.550.730 III. Keuntungan (net output) Per taluin 1.335.370 1.817.420 2.605.530 kerbau Per bulan 112.280,83 151.451,70 217.127,50 B/C - ratio 1,7 1,8 2,0 B C 65 8

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998 Perbandingan biaya dan keuntungan antara pudu dan saleko (belang) Dari Tabel 4 merupakan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, pedagang, peternak, pemerintah dan mahasiswa menyatakan bahwa, tingkat pendapatan pengelolaan (selisih antara nilai hasil dan biaya) pada usaha pemeliharaan pejantan kerbau Pudu (hitam keabu-abuan) lebih rendah dibanding dengan usaha pemeliharaan pejantan kerbau Saleko (belang). Pada usaha pemeliharaan pejantan kerbau Saleko memberikan pendapatan hampir dua kali lipat daripada usaha pemeliharaan pejantan kerbau pudu. Walaupun pada usaha pemeliharaan pejantan kerbau Saleko memerlukan harga bibit dan biaya pemeliharaan serta ketekunan mengelola yang lebih tinggi perbandingan biaya dan keuntungan pemeliharaan antara pejantan kerbau Saleko dibanding dengan Pudu (B/C ratio masing-masing 1,71 dan 1,36). Tabel 4. Perbandingan biaya dan keuntungan pemeliharaan antara pejantan kerbau hitam keabu-abuan (Pudu) dan belang (Saleko) pertahun Parameter Jantan Pudu (Rp) Jantan Saleko (Rp) I. II. Penerimaan Harga penjualan 2.850.000 5.400.000 Jumlah 2.850.000 5.400.000 Biaya produksi Harga bekalan 1.500.000 2.250.000 Pemeliharaan,penyusutan 600.000 900.000 kandang, tenaga kerja, dll Jumlah 2.100.000 3.150.000 Keuntungan 750.000 2.250.000 B/C Ratio 1,36 1,71 Biaya per bulan 62.500 187.500 2. 3. KESIMPULAN Dari hasil kajian teknik produksi Trnak kerbau Toraja dapat disimpulkan bahwa Hasil analisis B/C (analisis usaha) dengan perhitungan atas dasar bobot hidup ternyata introduksi teknologi tidak menunjukkan peningkatan (P>0,05) tetapi harga atas dasar nilai ritual menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05). Karena kerbau dengan tanda-tanda yang bagus dan kondisi tubuh prima akan meningkat harganya. Pemberian konsentrat dan pikuten sebagai pakan tambahan pada sistem usaha penggemukan kerbau Toraja spesifik lokasi (soma) dapat meningkatkan bobot badan sangat nyata (P<0,01). Kerbau Toraja yang digemukkan secara tradisional (soma) ternyata tidak diberikan kesempatan untuk kawin, sehingga perlu dilakukan pemuliabiakan atau Inseminasi Buatan (IB) dan terarah. DAFTAR PUSTAKA ANGGGRGDi. 1979. Makanan Ternak Unium. PT Gramedia, Jakarta. Lums, D.A. 1963. Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan, Jakarta. PRESTON, T. R. dan W. B. WILLIS. 1974. Intensiv e beef production. J. Anintal Sci. 35 : 153. 659

Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998 PRESTON, T. R dan R.A. LENG. 1978. Sugarcan e As Cattle Feed. Part 1 : Nutritional constrains and perspectives. World Animal Review. No. 27. SUIvmuNG, F.P., A. LATiF, dan D. PATuNDRU. 1981. Pertambahan berat badan, perfonnans reproduksi sapi Bali, umur dan bobot badan kebuntingan pertama kah. Fakultas Ilmu-Ilmu Peternakan Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang.