II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

I. PENDAHULUAN. untuk lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

II. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) Pakar pendidikan sains menyakini bahwa ketakjuban, antusiasme, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Skinner dalam Dimyati dan Mujiono (2002:9) belajar adalah suatu. dalam interaksi dengan lingkungannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar, diantaranya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model Cooperative Learning

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan kepribadian. Menurut Surakhmad (1987:16) belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Dalam

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA KULIAH KALKULUS DASAR BERBASIS LESSON STUDY

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Sehingga proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang begitu pesat

BAB II LANDASAN TEORI

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif didasari oleh falsafah homo homini socius. Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik dalam

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Kamus Besar

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Prestasi belajar Geografi siswa SMAN I Tanjung Raya Kabupaten Mesuji dapat

COOPERATIVE LEARNING. (Pembelajaran. Kooperatif) Yuni Wibowo

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Sedangkan menurut Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga siswa dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA

BAB 1 PENDAHULUAN. Guru tidak hanya sebagai pengajar tapi juga fasilitator yang membimbing dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dijenjang pendidikan formal mulai dari tingkat SD sampai pada tingkat SMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran siswa melakukan aktiviras belajar dan guru

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2002: 57) dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan subyek, karena masing-masing memiliki kesadaran dan kebebasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risna Dewi Aryanti, 2015

Transkripsi:

6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam Helena, 2004). Belajar adalah proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Proses belajar mengajar tidak akan terjadi begitu saja tanpa adanya aktivitas belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, itu tidak akan mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca, dan segala sesuatu yang dapat menunjang prestasi belajar (Sardiman 1994: 95). Belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan dalam benak anak didik (Djamarah, 2000: 67). Sedangkan Hamalik (2004: 171) menyatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah

7 pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Jadi, aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah penting karena dengan adanya aktivitas, pembelajaran akan lebih efektif dan mendatangkan hasil belajar yang lebih baik bagi siswa. Dierich (dalam Hamalik, 2004: 172) membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok, diantaranya yaitu: (1) kegiatan lisan (oral) yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberikan saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi, (2) kegiatan mendengarkan yaitu mendengarkan penyajian bahan, men- dengarkan percakapan atau diskusi kelompok, dan mendengarkan suatu permainan, (3) kegiatan menulis misalnya menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahanbahan kopi, membuat rangkuman, menger- jakan tes, dan mengisi angket, (4) kegiatan mental meliputi merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan dan mengambil keputusan, dan (5) kegiatan emosional yaitu minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa selama pembelajaran yang dapat menunjang prestasi belajar. Pembelajaran merupakan suatu bentuk interaksi edukatif, yakni interaksi yang bernilai pendidikan yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi edukatif harus

8 menggambarkan hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya. Dalam interaksi edukatif unsur guru dan anak didik harus aktif, tidak mungkin terjadi proses interaksi edukatif bila hanya satu unsur yang aktif (aktif, dalam arti sikap, mental, dan perbuatan) (Djamarah, 2000:12). Aktivitas siswa yang diamati dalam penelitian ini adalah memperhatikan penjelasan guru, membaca buku suber belajar atau modul belajar, bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan atau mengerjakan LKS, mempresentasikan hasil kelompok atau menanggapi hasil kelompok lain. 2. Hasil Belajar Menurut Abdurrahman (1999: 37) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Gagne hasil belajar adalah kapabilitas, setelah belajar orang memiliki keterampilan pengetahuan, sikap, dan nilai (Dimyati dan Mudjiono, 1999:4). Idealnya orang yang telah belajar memiliki perubahan kemampuan dari tidak bisa menjadi bisa. Sedangkan menurut Ahmadi (1984:4) Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada setiap mengikuti tes. Dampak pengiringnya adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain yang merupakan suatu transfer belajar. Rendahnya aktivitas belajar siswa dapat berpengaruh kepada hasil belajar. Sardiman (1994: 99) menyatakan bahwa Aktivitas belajar

merupakan prinsip atau azas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. 9 Dari uraian di atas maka disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar dan dapat ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh setelah tes. Hasil belajar dapat berupa skor atau nilai tertentu dan merupakan bukti dari usaha yang dilakukan siswa dalam kegiatan belajar. Ketercapaian suatu tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini, hasil belajar digambarkan oleh hasil tes yang diberikan pada setiap akhir siklus. 3. Pembelajaran Kooperatif Salah satu model pembelajaran yang mengembangkan prinsip kerjasama adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan kepada siswa untuk bekerjasama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dimana dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator (Lie, 2004: 12). Dengan demikian berarti pusat pembelajaran berada pada siswa, yaitu siswa berkesempatan untuk dapat saling bekerjasama dalam kelompok dan guru tidak mendominasi kegiatan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa belajar dalam kelompok kecil, dimana mereka saling membantu dalam memahami materi pelajaran, menyelesaikan tugas atau kegiatan lain agar semua siswa dalam kelompok tersebut memperoleh hasil belajar yang tinggi (Slavin, 1997: 284).

Pengkondisian siswa dalam kelompok-kelompok kecil dimaksudkan agar maksimalnya aktivitas dan hasil belajar siswa. 10 Model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa tipe antara lain: Student Teams-Achievement Divisions (STAD), Teams-Games- Tournament (TGT), Jigsaw II, Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Team Accelerated Instruction (TAI), Group Investigation (GI), dan Think-Pair-Share (TPS) (Trianto,2010: 67). Anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif bersifat heterogen, terutama dari segi kemampuannya dan keberagaman sifat untuk saling mendukung satu dengan yang lain. Menurut Slavin (1995: 16) ada dua aspek yang melandasi keberhasilan pembelajaran kooperatif, yaitu: a. Aspek motivasi Pada dasarnya aspek motivasi ada di dalam konteks pemberian penghargaan kepada kelompok. Adanya penilaian yang didasarkan atas keberhasilan kelompok mampu menciptakan situasi dimana satusatunya cara bagi setiap kelompok untuk mencapai tujuannya adalah dengan mengupayakan agar tujuan kelompoknya tercapai lebih dahulu. Hal ini mengakibatkan setiap anggota kelompok terdorong menye- lesaikan tugas dengan baik. b. Aspek kognitif Asumsi dasar teori perkembangan kognitif adalah bahwa interaksi antar siswa disekitar tugas-tugas yang sesuai akan meningkatkan kualitas siswa tentang konsep-konsep penting. Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan semangat belajar siswa (Slavin, 1997:17). Dalam pembelajaran kooperatif, siswa yang ber-

11 kemampuan rendah mendapat kesempatan untuk belajar dari temannya yang lebih memahami materi yang akan diajarkan. Siswa yang menguasai materi dengan baik berkesempatan untuk menjadi tutor bagi temannya sehingga pemahamannya lebih baik. Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2004: 31) menyatakan bahwa, tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. a. Saling ketergantungan positif Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain mencapai tujuan mereka. b. Tanggung jawab perseorangan Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik, sehingga masing-masing kelompok akan melaksanakan tanggung jawab kelompoknya. c. Tatap muka Setiap anggota kelompok diberikan kesempatan bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan

12 lebih kaya daripada hasil pemikiran satu kepala saja. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. d. Komunikasi antaranggota Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk mengutarakan pendapat mereka. Proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan perkembangan mental dan emosional para siswa. e. Evaluasi proses kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya dapat bekerjasama dengan efektif 4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama siswa dalam kelompok kecil yang heterogen dengan anggota 4-5 orang setiap kelompoknya untuk menyelesaikan tugas pembelajaran di kelas. Model pembelajaran ini terdiri dari lima komponen yaitu presentasi kelas, kegiatan kelompok (belajar kelompok), tes individu, penentuan poin peningkatan individu dan kelompok, dan pemberian penghargaan.

STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru baru menggunakan pendekatan kooperatif (Slavin, 2010: 143). Hal tersebut merupakan keunggulan dari model kooperatif tipe STAD. Dengan karakteristik guru dan siswa yang belum pernah melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih cocok diterapkan daripada model kooperatif lainnya. 13 Tahap-tahap dalam pembelajaan koopertif tipe STAD menurut Slavin (1995: 71) meliputi presentasi kelas, belajar kelompok, pemberian tes, pemberian poin peningkatan individu dan penghargaan kelompok. a. Presentasi kelas Materi pelajaran disampaikan pada presentasi kelas. Kegiatan tersebut bisa menggunakan pengajaran langsung atau diskusi yang dipimpin oleh guru. Pada pendahuluan ditekankan pada apa yang dipelajari siswa dalam kelompok. Hal ini penting karena akan membantu siswa dalam melaksanakan tes. Selanjutnya skor tes mereka akan dihitung untuk memperoleh poin kelompok. b. Belajar kelompok Kelompok siswa yang akan dibentuk terdiri dari 4 sampai 5 orang. Kelompok ini bersifat heterogen baik dari tingkat prestasi akademik, jenis kelamin, ras dan suku. Fungsi utama dari kelompok adalah untuk membuat semua anggota kelompok belajar dan lebih spesifik lagi untuk mempersiapkan setiap anggota untuk mengerjakan tes dengan

14 baik. Siswa belajar dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Setiap anggota kelompok harus saling membantu dan bertanggungjawab atas keberhasilan kelompoknya. c. Tes Setelah 1 2 periode penjelasan guru dan 1-2 periode kerja kelompok, siswa diberikan tes individu. Siswa tidak diperkenankan untuk saling membantu selama tes. Dengan ini setiap siswa bertanggung jawab secara pribadi untuk memahami materi. d. Poin peningkatan individu Ide dibalik poin peningkatan individu adalah untuk memberikan kepada siswa sasaran yang dapat dicapai jika mereka bekerja lebih giat dan memperlihatkan prestasi yang lebih baik dibanding sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan poin maksimal pada kelompoknya. Setiap siswa diberi skor dasar yang diperoleh dari skor tes awal mereka. Kemudian hasil tes siswa diberi poin peningkatan yang ditentukan berdasarkan selisih skor terdahulu (skor tes dasar dengan skor terakhir). Tujuan dari skor dasar dan poin peningkatan individu adalah untuk meyakinkan siswa bahwa setiap siswa dapat memberikan poin maksimal pada kelompoknya. Siswa akan memahami bahwa membandingkan siswa dengan skor mereka yang lalu merupakan hal yang adil. Setiap siswa memulai kelas dengan tingkat kemampuan dan pengalaman yang berbeda-beda.

15 Sistem dari poin peningkatan individu: 1. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan skor awal pada setiap orang untuk berusaha, berjuang, dan meningkatkan skor mereka yang lalu sehingga setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk sukses jika mereka melakukan yang terbaik. 2. Siswa harus menyadari bahwa skor setiap anggota kelompok adalah penting dan setiap anggota kelompok dapat memberikan poin peningkatan individu yang maksimum jika mereka melakukan yang terbaik. 3. Sistem poin peningkatan individu merupakan sistem yang adil karena setiap orang berkompetisi hanya dengan dirinya sendiri. Kriteria pemberian poin peningkatan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setiap Individu. Skor Tes Skor Perkembangan Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 10 poin hingga 1 poin di bawah skor awal 10 Skor awal hingga 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30 Slavin (1995: 80)

16 e. Penghargaan kelompok Setelah dilakukan poin peningkatan individu, diberikan penghargaan kepada kelompok, penghargaan diberikan atas dasar poin kelompok. Untuk mendapatkan poin kelompok digunakan rumus: Pk = Pk = poin peningkatan kelompok Tabel kriteria penghargaan kelompok mengikuti tabel dari Slavin (1995: 80) yang telah dimodifikasi, berikut ini. Tabel 2 Kriteria Penghargaan Kelompok. Kriteria Predikat Kelompok Nk < 15 Baik 15 Nk 25 Hebat Nk > 25 Super B. Kerangka Pikir Dalam pembelajaran kooperatif yang menekankan siswa untuk belajar secara kelompok, dimana keanggotaan kelompok bersifat heterogen. Dengan sifat yang heterogen dalam kelompok ini, maka siswa diharapkan dapat saling membantu dalam memahami materi pelajaran yang diberikan, menyelesaikan tugas atau kegiatan lain agar setiap siswa dalam kelompok mencapai hasil belajar yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pembelajaran kooperatif tipe STAD mengkondisikan setiap anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan anggota kelompok mereka. Keberhasilan dan kegagalan anggota

17 kelompok akan mempengaruhi kesuksesan kelompok. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan berusaha memberikan yang terbaik kepada kelompoknya karena menjadi tanggung jawab bersama, sehingga aktivitas dari setiap anggota dapat meningkat. Poin peningkatan individu yang diterima akan memberikan siswa hasil yang lebih baik jika mereka bekerja lebih giat dan memperlihatkan prestasi yang lebih baik dari sebelumnya, hal ini akan mendorong siswa untuk belajar lebih giat untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Siswa yang memiliki kemampuan lebih diharapkan mengajari anggota kelompok yang kemampuannya lebih rendah. Hal tersebut tentu akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan didapat oleh siswa. Sedangkan untuk siswa yang memiliki kemampuan yang lebih rendah, akan lebih leluasa menanyakan materi yang belum dipahami kepada temannya yang memahami materi dengan baik. Dengan demikian, siswa yang memiliki kemampuan yang rendah akan dapat memahami materi yang diajarkan secara bertahap melalui temannya yang lebih tinggi kemampuannya sehingga akan bisa mendapatkan hasil yang baik. Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih giat sehingga hasil yang didapat siswa pun akan meningkat.

18 C. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD yang direncanakan dalam penelitian ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII-A SMP Mathla ul Anwar Semester Genap Tahun Pelajaran 2009/2010.