KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2017

dokumen-dokumen yang mirip
KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER, 2016

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2016

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2015

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER 2015

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER, 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013

BERITA RESMI STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2015

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku Utara Maret 2009 September 2015

PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DAN TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI ACEH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET No. 08/07/18/TH.IX, 17 Juli 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016

TINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2014

BPS PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

ANGKA KEMISKINAN PROVINSI BANTEN MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT SEPTEMBER 2011 RINGKASAN

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2014

Transkripsi:

No. 38/07/94/Th.IX 17 Juli 2017 KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2017 MENCAPAI 27,62 PERSEN Persentase penduduk miskin di Provinsi Papua selama enam bulan terakhir mengalami penurunan sebesar 0,78 persen poin yaitu dari 28,40 persen pada September 2016 menjadi 27,62 persen pada Maret 2017. Garis Kemiskinan (GK) di perkotaan pada September 2016 sebesar Rp498.368,- lebih tinggi dari GK perdesaan yang mencapai Rp 441.287,-. Hal ini berarti biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal yang layak (basic needs) untuk makanan dan bukan makanan lebih besar di perkotaan daripada di perdesaan. Peranan komoditi makanan terhadap GK jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan), yaitu 72,57 persen berbanding 27,43 persen. Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap GK di perkotaan adalah beras, rokok kretek, tongkol/tuna/cakalang, telur ayam, dan daging ayam. Sedangkan komoditi yang berpengaruh besar terhadap GK di perdesaan adalah ketela rambat, beras, rokok kretek, daging babi, dan daging ayam. Pada periode September 2016 Maret 2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan kenaikan yang tidak signifikan. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung sedikit menjauhi garis kemiskinan Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 38/07/94/Th.IX, 17 Juli 2017 1

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 1999 Maret 2017 Persentase penduduk miskin di Papua selama enam bulan terakhir mengalami penurunan sebesar 0,78 persen poin yaitu dari 28,40 persen pada September 2016 menjadi 27,62 persen pada Maret 2017. Selama delapan belas tahun terakhir (1999-2017) kondisi kesejahteraan masyarakat Papua kian membaik. Tercatat persentase penduduk miskin pada periode tersebut menurun secara signifikan sebesar 27,13 persen, yaitu dari 54,75 persen pada Maret 1999 menjadi 27,62 pada Maret 2017. Pada lima tahun pertama Otonomi Khusus (Otsus) Papua berjalan (2001-2005) persentase penduduk miskin menurun sebesar 0,97 persen, yaitu dari 41,80 persen menjadi 40,83 persen. Sedangkan pada lima tahun kedua pelaksanaan Otsus (2006-2010) persentase penduduk miskin menurun sebesar 4,72 persen. Penurunan persentase penduduk miskin terbesar terjadi pada periode Maret 2010 - Maret 2011 di mana terdapat 4,82 persen penduduk yang pada tahun 2010 penghasilannya di bawah garis kemiskinan kini bergeser di atas garis kemiskinan sehingga menjadi tidak miskin. Gambar 1. Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di Papua Tahun 1999-2017 54,75 41,52 38,69 46,35 37,08 36,80 41,8 41,8 40,83 40,78 39,03 31,24 31,52 30,66 37,53 27,8 28,40 31,98 31,11 31,13 30,05 28,17 28,54 28,40 27,62 % Miskin Ket : - Data sebelum tahun 2006 masih gabung dengan Papua Barat 2 Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 38/07/94/Th.IX, 17 Juli 2017

2. Tingkat Kemiskinan Menurut Tipe Daerah Dilihat menurut tipe daerahnya, penduduk miskin di Provinsi Papua terkonsentrasi di daerah perdesaan, di mana pada Maret 2017 terdapat 36,20 persen penduduk miskin tinggal di perdesaan, sedangkan di perkotaan hanya sebesar 4,46 persen. Jika dibandingkan dengan kondisi pada periode sebelumnya (September 2016), terdapat penurunan persentase penduduk miskin di daerah perdesaan sebesar 0,87 persen. Untuk daerah perkotaan persentase penduduk miskin mengalami kenaikan sebesar 0,25 persen. Tabel 1. Persentase Penduduk Miskin di Papua menurut Daerah, 2001-2017 Tahun Persentase Penduduk Miskin Kota Desa Kota+Desa 1 2 3 4 2001 9.23 53.14 41.80 2002 9.76 51.21 41.80 2003 8.32 49.75 39.03 2004 7.71 49.28 38.69 2005 9.23 50.16 40.83 2006 8.71 51.31 41.52 2007 7.97 50.47 40.78 2008 7.02 45.96 37.08 2009 6.10 46.81 37.53 2010 5.55 46.02 36.80 Mar-11 4.60 41.58 31.98 Sep-11 4.75 40.53 31.24 Mar-12 4.24 40.55 31.11 Sep-12 5.81 39.39 30.66 Mar-13 6.11 39.92 31.13 Sep-13 5.22 40.71 31.52 Mar-14 4.47 38.92 30.05 Sep-14 4.46 35.87 27.80 Mar-15 4.61 36.66 28.17 Sep-15 3.61 37.34 28.40 Mar-16 4.42 37.14 28.54 Sep-16 4.21 37.07 28.40 Mar-17 4.46 36.20 27.62 Ket : - Data sebelum tahun 2006 masih gabung dengan Papua Barat Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 38/07/94/Th.IX, 17 Juli 2017 3

3. Tingkat Kemiskinan Menurut Provinsi Gambar 2 menunjukkan persentase penduduk miskin menurut provinsi se-indonesia berdasarkan data Susenas Maret 2017. Dari gambar tersebut tampak bahwa tiga provinsi di Kawasan Timur Indonesia yaitu Provinsi Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah dengan persentase penduduk miskin terbesar yaitu berturut-turut 27,62 persen; 25,10 persen; dan 21,85 persen. Dari 34 provinsi, 16 provinsi diantaranya mengalami penurunan persentase penduduk miskin, dengan penurunan terbesar terjadi di Provinsi Maluku, yang mencapai 0,81 persen. Gambar 2. Persentase Penduduk Miskin Maret 2017 dan Perubahan Persentase Penduduk Miskin Periode September 2016 Maret 2017 Menurut Provinsi Papua Papua Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Gorontalo Aceh Bengkulu Nusa Tenggara Barat Sulawesi Tengah Lampung Sumatera Selatan DI Yogyakarta Jawa Tengah Sulawesi Tenggara Jawa Timur Sulawesi Barat INDONESIA Sumatera Utara Sulawesi Selatan Jawa Barat Jambi Sulawesi Utara Kalimantan Barat Riau Kalimantan Utara Sumatera Barat Maluku Utara Kalimantan Timur Kepulauan Riau Banten Kalimantan Tengah Bangka Belitung Kalimantan Selatan Bali DKI Jakarta -0,78-0,16-0,81-0,58-0,17-0,20-0,08-0,17-0,09-0,06-0,05-0,06-0,19-0,10-0,12-0,27-0,06 0,22 0,01 0,46 0,05 0,05 0,04 0,11 0,14 0,11 0,23 0,19 0,22 0,09 0,01 0,16 0,20 0,10 0,02 18,45 17,65 16,89 16,45 16,07 14,14 13,69 13,19 13,02 13,01 12,81 11,77 11,30 10,64 10,22 9,38 8,71 8,19 8,10 7,88 7,78 7,22 6,87 6,35 6,19 6,06 5,45 5,37 5,20 4,73 4,25 3,77 21,85 25,10 27,62-5 0 5 10 15 20 25 30 Perubahan Sep -16 s.d. Mar - 17 % Miskin 4 Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 38/07/94/Th.IX, 17 Juli 2017

4. Perubahan Garis Kemiskinan September 2013 Maret 2016 Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan (GK), karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Seiring dengan kenaikan harga (inflasi) yang terjadi dari tahun ke tahun, besarnya GK juga mengalami peningkatan. Selama September 2016 Maret 2017 terjadi kenaikan GK, yaitu mencapai Rp 17.520,- atau sebesar 3,98 persen. Ditinjau menurut tipe daerahnya, GK daerah perkotaan pada Maret 2017 sebesar Rp498.368,- lebih tinggi dibanding GK perdesaan yang mencapai Rp441.287,-. Hal ini berarti, biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal yang layak (basic needs) untuk makanan dan bukan makanan lebih besar di perkotaan daripada di perdesaan. Tabel 2. Garis Kemiskinan Provinsi Papua Menurut Tipe Daerah, Maret 2012 Maret 2017 Gambar 3. Garis Kemiskinan Makanan dan Bukan Makanan Provinsi Papua, Maret 2012 Maret 2017 Garis Kemiskinan Tahun (Per Kapita Per Bulan) Kota Desa K+D 1 2 3 4 Mar-12 321 228 271 431 284 388 Sep-12 344 415 281 022 297 502 Mar-13 362 401 298 395 315 025 Sep-13 387 789 322 079 339 096 Mar-14 404 944 338 206 355 380 Sep-14 408 419 340 846 358 204 Mar-15 440 697 388 095 402 031 Sep-15 445 057 392 446 406 385 91 417 89 772 86 624 77 372 70 079 74 162 214 309 223 340 237 652 252 472 265 608 266 786 112 904 108 778 105 265 100 806 99 224 302 807 305 579 321 910 331 243 344 637 Mar-16 466 985 412 991 427 176 Sep-16 479 294 425 264 440 021 Mar-17 498 368 441 287 457 541 Makanan Non Makanan Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 38/07/94/Th.IX, 17 Juli 2017 5

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan Maret 2017, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 75,32 persen (Rp344.637/kapita/bulan), dan GKBM hanya menyumbang 24,68 persen (Rp112.904/kapita/bulan) dari total GK Provinsi Papua. Komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada GK berbeda jenisnya antara daerah perkotaan dan perdesaan. Lima komoditi terbesar yang memberi pengaruh terhadap kenaikan GK di perkotaan adalah beras (24,32 persen), rokok kretek filter (13,44 persen), Tongkol/tuna/cakalang (6,04 persen), telur ayam ras (5,60 persen), dan daging ayam ras (4,36 persen). Sedangkan lima jenis komoditi yang memberikan andil terbesar terhadap kenaikan GK di perdesaan adalah ketela rambat/ubi (20,03 persen), beras (13,63 persen), rokok kretek filter (8,84 persen), daging babi (3,55 persen) dan daging ayam ras (3,10 persen). Tabel 3. Daftar Komoditi Makanan yang Memberi Pengaruh Besar pada Kenaikan Garis Kemiskinan, Maret 2017 No Komoditi Kota Nilai (Rp/kap/bln) Share Thd GK(%) Komoditi Desa Nilai (Rp/kap/bln) Share Thd GK(%) 1 Beras 41 483 24.32 Ketela rambat/ubi 57 219 20.03 2 Rokok kretek filter 22 920 13.44 Beras 38 936 13.63 3 Tongkol/tuna/cakalang 10 295 6.04 Rokok kretek filter 25 244 8.84 4 Telur ayam ras 9 557 5.60 Daging babi 10 134 3.55 5 Daging ayam ras 7 443 4.36 Daging ayam ras 8 868 3.10 6 Mie instan 6 397 3.75 Mie instan 8 026 2.81 7 Kembung 6 337 3.72 Mujair 7 668 2.68 8 Gula pasir 6 219 3.65 Gula pasir 7 219 2.53 Jumlah 110 651 Jumlah 163 314 5. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Sisi lain dari kemiskinan, selain jumlah dan persentase penduduk miskin yang juga perlu mendapat perhatian adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan terkait kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selama periode 2010 maret 2017 indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan Indeks keparahan kemiskinan (P2) di Papua umumnya memiliki kecenderungan menurun. Indeks 6 Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 38/07/94/Th.IX, 17 Juli 2017

Kedalaman Kemiskinan turun dari 9,36 pada 2010 menjadi 7,49 pada Maret 2017. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 3,37 menjadi 2,82 pada periode yang sama (Tabel 4). Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin pada periode 2010 hingga maret 2017 cenderung makin mendekati garis kemiskinan. Jika dilihat pada periode September 2016 Maret 2017, indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan Provinsi Papua mengalami kenaikan yang tidak signifikan. Tercatat P1 naik 0,06 poin, sementara itu P2 naik sebesar 0,172 poin. Kondisi ini menunjukkan rata-rata pengeluaran penduduk miskin di Provinsi Papua semakin menjauh dari garis kemiskinan. Tabel 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menurut Daerah, Maret 2010 Maret 2017 Tahun Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kota Desa K+D Kota Desa K+D 1 2 3 4 5 6 7 2010 0.78 11.89 9.36 0.17 4.32 3.37 Mar-11 0.70 10.37 7.86 0.15 3.74 2.80 Sep-11 0.84 10.41 7.93 0.24 3.65 2.76 Mar-12 0.65 10.47 7.91 0.14 3.72 2.79 Sep-12 1.27 9.49 7.35 0.48 3.13 2.44 Mar-13 1.11 8.92 6.89 0.29 2.88 2.21 Sep-13 0.48 8.69 6.56 0.10 2.67 2.01 Mar-14 0.72 8.96 6.84 0.17 3.04 2.30 Sept-14 0.48 8.48 6.40 0.10 2.91 2.19 Mar-15 0.79 11.72 8.82 0.21 5.07 3.78 Sep-15 0.18 1.09 0.85 0.02 0.08 0.07 Mar-16 0.88 12.39 9.37 0.22 5.60 4.19 Sep-16 0.78 9.82 7.43 0.20 3.53 2.65 Mar-17 0.65 10.03 7.49 0.15 3.81 2.82 Sumber: Diolah dari data Susenas 2010-2017 Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan jauh lebih tinggi daripada perkotaan. Pada bulan Maret 2017, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan hanya 0,65 sementara di daerah perdesaan mencapai 10,03. Demikian juga untuk nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di mana nilai Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 38/07/94/Th.IX, 17 Juli 2017 7

Indeks untuk perkotaan hanya 0,15 sementara di daerah perdesaan mencapai 3,81. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan jauh lebih parah daripada daerah perkotaan karena dari semua segi (jumlah, persentase, kedalaman maupun keparahan kemiskinan) daerah perdesaan jauh lebih memprihatinkan dibanding daerah perkotaan. 6. Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Pendekatan yang digunakan ada dua macam yaitu pendekatan mikro dan pendekatan makro. b. Pendekatan mikro diperoleh dari pendataan secara lengkap (sensus), sehingga didapatkan data mengenai penduduk miskin hingga ke individu. Misalnya PSE05 (Pendataan Sosial Ekonomi Tahun 2005) dan PPLS (Pendataan Program Perlindungan Sosial) tahun 2008 dan 2011 yang menghasilkan database penduduk miskin yang dijadikan dasar pemberian BLT atau BLSM. Karena besarnya biaya yang diperlukan, pendekatan ini tidak dapat dilakukan setiap tahun. c. Pendekatan makro diperoleh melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yaitu dengan mengambil sebagian sampel dari populasi yang ada kemudian digunakan sebagai dasar estimasi untuk menggambarkan keadaan wilayah tersebut, dengan demikian data yang dihasilkan adalah data agregat. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index (persentase penduduk miskin terhadap total penduduk), Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2). Kelebihan dari pendekatan ini adalah biayanya relatif lebih murah dan waktu yang diperlukan untuk pengumpulan data lebih singkat, sehingga dapat dilakukan tiap tahun dan dapat digunakan untuk memantau perkembangan kemiskinan sampai tingkat kabupaten/kota. d. Terhitung mulai tahun 2015, Susenas dilakukan secara Semesteran yang berarti dalam satu tahun terdapat dua kali pendataan lapangan yaitu pada bulan Maret dan September. Data kemiskinan yang dirilis pada tahun 2016 sebanyak dua kali yaitu kondisi kemiskinan pada semester pertama (Maret) dan kemiskinan pada semester kedua (September). e. Penduduk miskin adalah penduduk yang pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan (GK). GK terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. f. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, 8 Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 38/07/94/Th.IX, 17 Juli 2017

ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). g. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. h. Garis Kemiskinan (GK) adalah representasi dari jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari dan kebutuhan pokok bukan makanan. Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Jl. Dr. Samratulangi Dok II, Jayapura-Papua Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 38/07/94/Th.IX, 17 Juli 2017 9 Telp. (0967) 534519, 533028 (Hunting), Fax. (0967) 536490 E-mail: bps9400@bps.go.id Homepage: http://papua.bps.go.id