I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

Repositori FMIPA UNISMA

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia,

I. PENDAHULUAN. karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan kayu di Indonesia setiap tahun meningkat dan diperkirakan kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

I. PENDAHULUAN. Tanaman panili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya

KAJIAN PENGARUH AUKSIN TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Nenas

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias khususnya bunga merupakan salah satu komoditas hortikultura

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Bunga Gladiol (Gladiolus hybridus L) merupakan bunga potong yang menarik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan. Tanaman ini mempunyai kualitas kayu yang sangat bagus, sangat

I. PENDAHULUAN. Pengembangan tanaman obat saat ini terus meningkat, seiring peningkatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae. Orchidaceae merupakan famili

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

PENGARUH KONSENTRASI INDOLE BUTYRIC ACID (IBA) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK PUCUK JAMBU AIR (Syzygium semarangense Burm. F.

SKRIPSI. Persyaratan Sarjana-1. Disusun Oleh: VINA A FAKULTA

III. BAHAN DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan bahan pangan

I. PENDAHULUAN. Pisang (Musa paradisiacal Linn) merupakan jenis buah yang paling umum

I. PENDAHULUAN. Bunga anggrek memiliki pesona yang menarik penggemar baik di Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Riau-Pekanbaru

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Mawar

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas (Ananas comusus [L.] Merr) berasal dari Amerika Selatan (Brazilia) dibawa

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian energi global saat ini mencapai sekitar 400 Exajoule (EJ)

I. PENDAHULUAN. spesies) Indonesia yang ditetapkan sebagai maskot Sumatera Barat. Sumatera Barat erat kaitannya dengan budaya dan adat istiadat

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

I. PENDAHULUAN. Bambu merupakan hasil hutan bukan kayu yang telah lama. dimanfaatkanolehmasyarakat. Tanaman bambu dapat tumbuh di daerah iklim

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

TINJAUAN PUSTAKA. Sansevieria

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang

Tipe perkecambahan epigeal

PENGARUH KONSENTRASI ROOTONE-F TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR STEK DAUN Sansivieria trifasciata lorentii

PERBANYAKAN TANAMAN. Oleh: Rommy A Laksono. Program Studi Agroteknologi UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Panili Tanaman panili termasuk famili orchidaceae sama seperti anggrek dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Caryophyllales, Famili: Cactaceae, Genus: Hylocereus, Perakaran tanaman buah naga umumnya dangkal, berkisar cm.

PENGARUH MEDIA TANAM DAN KONSENTRASI AUKSIN TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BASAL DAUN MAHKOTA TANAMAN NENAS (Ananas comosus L. Merr) cv.

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman buah semangka Citrullus vulgaris Schard. yang termasuk tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

I. PENDAHULUAN. Dracaena merupakan tanaman hias perdu yang tergolong dalam famili Liliaceae.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya

EFEKTIVITAS KONSENTRASI GIBERELIN (GA3) PADA PERTUMBUHAN STEK BATANG KOPI (Coffea canephora) DALAM MEDIA CAIR

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) merupakan komoditas buah-buahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas pangan yang

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (564) :

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubikayu berasal dari Brasilia. Ilmuwan yang pertama kali melaporkan hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Selain itu, kencur juga dapat digunakan sebagai salah satu bumbu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Ilmu Tanaman

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penanaman tanaman kacangan penutup tanah (Legume Cover Crop/LCC)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Nenas (Ananas comossus L. Merr)

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah tropika yang menempati urutan ke dua terbesar setelah pisang. Indonesia merupakan produsen terbesar ke lima setelah Brazil, Thailand, Filipina dan Cina (Manuwoto, Poerwanto, dan Darma, 2003). Lampung menduduki urutan pertama sebagai produsen nanas di Indonesia diikuti Jawa Barat. Menurut Badan Pusat Statistik (2011), produksi buah nanas di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai 2009 yaitu 1.395.566 ton, 1.433.133 ton, dan 1.558.196 ton. Sejalan meningkatnya kesadaran masyarakat akan nilai gizi serta bertambahnya permintaan bahan baku industri pengolahan buah, maka permintaan pasar cenderung meningkat. Salah satu masalah dalam budidaya nanas adalah ketersediaan bibit, baik dalam jumlah maupun kualitas. Nanas dapat diperbanyak dengan dua cara yaitu generatif dan vegetatif. Cara generatif yaitu menggunakan biji yang ditumbuhkan pada persemaian. Cara ini jarang digunakan oleh petani karena membutuhkan teknik khusus dan umur panen yang cenderung lama serta memiliki keragaman genetik. Beberapa jenis nanas tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri dan tidak mampu menghasilkan biji sehingga proses penyerbukannya dilakukan dengan bantuan manusia. Bahan tanam yang umum digunakan untuk perbanyakan vegetatif pada nanas adalah tunas dari dalam tanah (ratoone sucker), tunas batang (shoot), tunas pada tangkai buah (slip), tunas mahkota (crown), dan setek batang (Gambar 1).

Menurut Wudianto (1999), kelebihan tanaman yang dihasilkan dari perbanyakan vegetatif adalah memiliki sifat tanaman yang sama dengan induknya. Tunas mahkota (Crown) Tunas pada tangkai buah (Slip) Tunas dari dalam tanah (Ratoon Sucker) Tangkai buah Tunas batang (Shoot) Gambar 1. Bagian tanaman nanas yang umum digunakan untuk perbanyakan vegetatif (Samson, 1986). Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyetekan adalah faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu media pengakaran, evapotranspirasi, drainase dan aerasi, cahaya, suhu serta bebas dari hama dan penyakit. Faktor internal meliputi cadangan makanan pada setek, dan hormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh (Widiarsih, Minarsih, Dzurrahmah, Wirawan, dan Suwarno, 2008). Zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan senyawa organik selain zat hara, yang dalam jumlah sedikit dapat merangsang, menghambat, maupun mengubah berbagai proses fisiologi tanaman (Wudianto,1999).

Kemampuan bibit nanas yang berasal dari setek tunas mahkota untuk berakar sangat rendah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perkembangan akar adalah pemberian zat pengatur tumbuh seperti auksin. Auksin merupakan salah satu senyawa yang digunakan secara umum untuk pengakaran setek pada berbagai jenis tanaman. Menurut Wudianto (1999), IBA (Indole Butyric Acid) mempunyai sifat yang lebih baik dan efektif dibandingkan IAA (Indole Asetic Acid) dan NAA (Naphthaleneacettic Acid). Sifat sifat yang dimiliki IBA dan NAA, sehingga pemakaiannya lebih berhasil antara lain sifat kimianya yang stabil dan pengaruhnya yang lama serta ZPT ini tidak menyebar ke bagian setek lain sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan bagian lain (Kusumo, 1990). Pengaruh auksin pada akar tanaman tergantung pada konsentrasi, cara pemberian (aplikasi), waktu pemberian, bagian tanaman, dan umur jaringan tanaman. Menurut Wudianto (1999), penggunaan ZPT harus sesuai dengan konsentrasi. Konsentrasi yang terlalu tinggi dapat merusak bagian yang terluka. Bentuk kerusakannya berupa pembelahan sel dan kalus yang berlebihan sehingga menghambat pertumbuhan tunas dan akar. Sedangkan konsentrasi di bawah optimum menjadi tidak efektif. Aplikasi ZPT dapat diberikan dalam bentuk pasta (pengolesan) dan larutan (semprot). Aplikasi ZPT dalam bentuk pasta, penggunaannya dicampur dengan aquades sampai terbentuk pasta yang kemudian dioleskan pada bagian tanaman yang akan ditumbuhi akar sehingga penyerapan IBA lebih optimal dibandingkan dengan aplikasi ZPT dalam bentuk larutan yang dilakukan dengan cara penyemprotan pada bagian tanaman yang akan ditumbuhi akar. Dengan demikian, konsentrasi dan cara aplikasi IBA kemungkinan akan memberi pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan bibit nanas asal tunas mahkota Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan sebagai berikut:

1. Berapakah konsentrasi IBA yang menghasilkan pertumbuhan bibit nanas asal tunas mahkota terbaik? 2. Cara aplikasi manakah yang menghasilkan pertumbuhan yang terbaik bibit nanas asal tunas mahkota? 3. Apakah pengaruh konsentrasi IBA pada pertumbuhan bibit nanas asal tunas mahkota tergantung cara aplikasinya? 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang diperoleh berdasarkan identifikasi masalah dan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh konsentrasi IBA pada pertumbuhan bibit nanas asal tunas mahkota. 2. Mengetahui cara aplikasi IBA pada pertumbuhan bibit nanas asal tunas mahkota. 3. Mengetahui pengaruh konsentrasi IBA terhadap pertumbuhan bibit nanas asal tunas mahkota pada masing masing cara aplikasi. 1.3 Landasan Teori Perbanyakan tanaman dengan menggunakan organ yang bukan merupakan hasil pembuahan merupakan metode perbanyakan tanaman secara vegetatif. Salah satu perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah melalui setek. Setek merupakan suatu perlakuan pemisahan atau pemotongan beberapa bagian tanaman (akar, batang, daun, dan tunas) dengan tujuan bagian bagian tersebut membentuk akar. (Wudianto, 1999). Perbanyakan melalui setek sangat dipengaruhi oleh pembentukan akar selama pertumbuhan. Faktor faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan akar adalah jenis tanaman, lingkungan, dan teknik pelaksanaannya. Faktor tanaman di antaranya umur setek, kandungan

bahan makanan pada setek, kandungan zat tumbuh dalam bahan setek, dan pembentukan kalus. Faktor lingkungan meliputi media tumbuh, kelembaban, suhu, dan cahaya. Selanjutnya faktor pelaksanaan meliputi perlakuan yang dilakukan, pemotongan serta perlakuan setek, penggunaan zat pengatur tumbuh, kebersihan, dan pemeliharaan. Bibit nanas asal setek tunas mahkota umumnya perkembangan perakarannya sangat rendah (Gambar 2) sehingga perlu adanya penambahan ZPT untuk memacu pertumbuhan akar dan tunas. Gambar 2. Pola perkembangan akar setek asal crown pada umur 5,5 bulan setelah penyetekan (Ambarwati, 2011). Pembentukan akar yang optimal diharapkan dapat memberikan kemampuan yang lebih tinggi pada tanaman untuk berakar dan membentuk tunas. Menurut Hartmann, Kester, Davies, dan Geneve (1997), pemberian ZPT pada penyetekan bertujuan untuk menambah persentase setek berakar, mempercepat pertumbuhan akar, menambah jumlah akar, dan meningkatkan mutu akar.

Pada penelitian ini, bibit nanas yang digunakan berasal dari setek tunas mahkota yang telah berumur 8 bulan. Seluruh akar pada bibit dipotong dengan menggunakan gunting yang tajam, agar luas permukaan bekas potongan rata dan halus. Pada tanaman yang mengalami pelukaan sering terbentuk jaringan sel baru yang menutupi luka (Hartmann et.al., 1997). Jaringan ini disebut kalus yang berperan penting untuk perakaran. Kalus adalah sekumpulan sel sel parenkim yang laju pertumbuhannya tidak seragam (Ashari,1995). Pembentukan kalus merupakan daya tumbuh baru dari daya regenerasi tanaman. Atas dasar tersebut, keberhasilan pembentukan akar bergantung pada besar kecilnya daya pembentukan kalus pada potongan yang dilakukan. ZPT dibagi menjadi beberapa golongan yaitu auksin, giberelin, sitokinin, asam absisik dan etilen (Wattimena, 1988). Salah satu golongan ZPT yang sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar adalah auksin. IBA merupakan senyawa auksin yang memiliki sifat yang lebih baik dan efektif untuk merangsang aktivitas perakaran karena sifat kimianya lebih stabil dan daya kerjanya lebih lama (Wudianto, 1999). Menurut Kusumo (1990), faktor faktor yang berpengaruh terhadap aplikasi ZPT adalah faktor luar meliputi tanaman (umur, kesuburan, dan bagian setek yang diambil) dan faktor dalam meliputi sifat kimianya lebih stabil dan pengaruhnya yang lama serta tidak mudah menyebar kebagian lain sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan bagian lain. Cara aplikasi IBA untuk memacu perakaran tanaman dapat dilakukan dengan cara pengolesan dalam bentuk pasta atau penyemprotan dalam bentuk larutan. Berdasarkan penelitian Setyorini (2006), Rootone-F pasta merupakan zat pengatur tumbuh terbaik terhadap pertumbuhan setek tanaman tang oh (Chrysanthemum coronarium L.) khususnya pada peningkatan bobot basah dan tingkat kehijauan daun. Hal ini dipertegas pula oleh

penelitian Andalasari (1988) yang menunjukkan bahwa Rootone-F bentuk pasta menghasilkan perakaran yang lebih baik pada setek bunga soka (Ixora javanica). Menurut Kusumo (1990), cara pemberian dalam bentuk bubuk sering digunakan hormon berkadar 200 1000 ppm untuk setek lunak dan kadar lima kali lipatnya untuk setek berkayu. Berdasarkan penelitian Yentina (2011), konsentrasi IBA 200 ppm mempercepat waktu munculnya akar serta meningkatkan panjang akar dan pada konsentrasi 400 ppm meningkatkan jumlah akar pada setek batang mawar mini (Rosa hybrida L.) yang menggunakan bagian tengah batang sebagai bahan setek. 1.4 Kerangka Pemikiran Perbanyakan tanaman nanas yang umum digunakan adalah secara vegetatif salah satunya setek tunas mahkota. Perbanyakan dengan setek tunas mahkota berpotensi menghasilkan bibit yang lebih banyak dan secara genetik sama dengan induknya. Selain itu tunas mahkota mudah diperoleh karena tumbuh dipucuk buah namun bibit nanas asal setek tunas mahkota memiliki kemampuan berakar yang sangat rendah sehingga perlu adanya penambahan ZPT. Golongan ZPT untuk perkembangan akar adalah auksin, salah satunya auksin sintesis (IBA). Tujuan penggunaan auksin adalah untuk meningkatkan keberhasilan setek berakar, mempercepat terbentuknya perakaran, meningkatkan kualitas akar adventif, dan meningkatkan keseragaman tumbuhnya akar. Konsentrasi dalam penggunaan IBA merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap perkembangan akar. Penggunaan konsentrasi yang terlalu tinggi akan mencegah pertumbuhan tunas dan akar, sedangkan pada konsentrasi yang terlalu rendah menjadi tidak efektif. Cara aplikasi yang dilakukan bertujuan agar bibit dapat menyerap IBA dengan optimal. Aplikasi IBA dalam bentuk pasta akan memberikan pertumbuhan yang lebih baik.

Kelebihan dari aplikasi IBA dalam bentuk pasta adalah memiliki daya lekat yang tinggi sehingga tidak mudah tercuci. Meningkatnya jumlah auksin pada bibit nanas asal tunas mahkota akan memberikan pertumbuhan tunas dan akar yang lebih optimal. Pemberian IBA dengan konsentrasi dan cara aplikasi yang tepat diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan pertumbuhan bibit nanas asal tunas mahkota yang ditunjukkan oleh meningkatnya pertumbuhan akar yang selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan tanaman. 1.5 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dapat disusun hipotesis sebagai berikut: 1. Konsentrasi IBA berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit nanas asal tunas mahkota. 2. Aplikasi IBA dengan cara pengolesan (bentuk pasta) menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan cara penyemprotan (dalam bentuk larutan) terhadap pertumbuhan bibit nanas asal tunas mahkota. 3. Pengaruh konsentrasi IBA terhadap pertumbuhan bibit nanas asal tunas mahkota bergantung pada cara aplikasinya.