BAB I PENDAHULUAN. yang berusia diatas enam belas tahun berpendapat sama mengenai hubungan sesama jenis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu

BAB 1 : PENDAHULUAN. manusia lainnya sebagai makhluk yang selalu digerakkan oleh keinginan-keinginan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi kodratnya manusia diciptakan berpasang-pasangan antara lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa homoseksual bukan penyakit/gangguan kejiwaan.di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

BAB I PENDAHULUAN. seksual kepada sesama jenisnya, disebut gay bila laki-laki dan lesbian bila

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. benda lain, sering dilakukan oleh muda-mudi dalam perkembangan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya diperoleh gambaran bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. dan McMullin (1992) (dikutip dalam Siahaan, 2009: 47) mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. fisik seksual. Kondisi seksualitas yang sehat juga menunjukkan gambaran

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi wanita yang berada di bawah bayang-bayang pria, dewasa ini telah

berbeda saat ia berada di SMA, ia sadar bahwa ia merasakan ketertarikan dengan teman-teman perempuannya, informan merasa wanita itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa. Perkembangan fisik pada remaja biasanya ditandai

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu,

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Yayasan Srikandi Pasundan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis.

COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa kasih sayang, rasa aman, dihargai, diakui, dan sebagainya.memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. jiwa adalah salah satu komponen penting dalam menetapkan status kesehatan. menghambat pembangunan (Hawari, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. bijaksana. Seiring dengan bergulirnya waktu, kini bermilyar-milyar manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah dunia karena melanda di seluruh negara di dunia (Widoyono, 2005).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah fenomena baru di masyarakat Indonesia. Ternyata sejak zaman

I. PENDAHULUAN. kalangan remaja maupun dewasa tersebut. atau sesama pria.selain itu, seks antar sesama jenis tersebut sekarang bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hal ini dibuktikan dengan data yang didapatkan, dimana menurut survey yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga perusahaan memiliki strategi tersendiri dalam menarik konsumen yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, pada tahun 2010 tercatat 48 % kekerasan terjadi pada anak,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Homoseksual (Lesbian) merupakan masalah yang kompleks, menyangkut berbagai aspek kehidupan manusia baik sosial maupun agama. Hawari (2009) menyatakan bahwa istilah homoseksual mengacu kepada salah satu bentuk perilaku seks yang menyimpang, yang ditandai adanya ketertarikan (kasih sayang, hubungan emosional, dan secara erotik) dengan jenis kelamin yang sama. Penelitian Roberts & Reddy (2008) tentang homoseksual menyatakan 80% penduduk Afrika yang berusia diatas enam belas tahun berpendapat sama mengenai hubungan sesama jenis adalah perbuatan yang menyimpang. Sedangkan Carroll (2007) berpendapat bahwa homoseksual adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan kecenderungan umum hubungan seks dengan orang lain yang berjenis kelamin yang sama. hal ini menyatakan bahwa homoseksual adalah hal yang tabu ditengah-tengah masyarakat dikarenakan hubungang jenis kelamin yang sama dianggap menyimpang bagi sebagian besar masyarakat. Homoseksual (Lesbian) menggambarkan perempuan ( lesbian) yang cenderung menyukai sesama jenisnya (Fajriani, 2013). Perempuan (lesbian) adalah perempuan yang memiliki hasrat seksual dan emosi kepada perempuan lain atau perempuan yang secara sadar mengidentifikasikan dirinya sebagai lesbian (Crawford, 2000). Oleh karena itu Homoseksual (Lesbian) merupakan orientasi individu dengan individu lain yang berjenis kelamin sama baik secara sadar atau tidak sadar.

Besarnya angka insidensi penyimpangan perilaku Lesbian secara akurat memang sangat sulit. Penelitian yang dilakukan oleh banyak pakar dari banyak negara belum mampu menjawab berapa tepatnya angka insidensi dan prevalensi lesbian. Di Amerika Serikat prevalensi mereka yang homoseksual murni (100%) berkisar antara 2% sampai 4%, sementara yang lebih menonjol homoseksual daripada heteroseksual berkisar antara 7% hinga 13% atau dengan kata lain dapat diperkirakan terdapat 10% populasi homoseksual yang cukup berarti dalam kehidupan masyarakat modern dan industri. Kinsley (dalam Kaplan dan Sadock, 2010) menyebutkan 5% wanita adalah Homoseksual (Lesbian). Hal ini menunjukan angka homoseksual (lesbian) didunia tidak diketahui secara pasti dan diperkirakan 10% masyarakat dunia adalah homoseksual. Perkembangan jumlah homoseksual di Indonesia cukup signifikan Hasil survey Yayasan Pendidikan Kartini Nusantara (YPKN) pada tahun 2007 menunjukan sekitar 4000 hingga 5000 penyuka sesama jenis di Jakarta. Menurut Kemenkes RI (2011) di Indonesia kaum homoseksual mencapai 800 ribu jiwa, sedangkan berdasarkan estimasi Kemenkes RI (2012) diperkirakan terdapat 1.095.970 homoseksual, hal lain yang ditemukan di masyarakat sebanyak 5,7 juta penduduk Indonesia mengakui bahwa dirinya adalah homoseksual (Handayani, 2013). Hal ini mengambarkan tidak pastinya angka prevalensi homoseksual (lesbian), akan tetapi data yang ada menunjukan perkiraan peningkatan prevalensi homoseksual (lesbian) di tengah-tengah masyarakat. Berdasarkan data Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kota Padang didapatkan pada tahun 2013 ada sekitar 168 homoseksual (lesbian) di kota padang, tahun 2014 terjadi peningkatan 9 orang homoseksual (lesbian) baru dari sekitar 177 homoseksual (lesbian) di Kota Padang dan

pada tahun 2015 mengalami peningkatan 8 orang homoseksual (lesbian) dari sekitar 185 homoseksual (lesbian) yang ada di Kota Padang, dan sudah mempunyai komunitas serta masih ada lagi perkiraan homoseksual (lesbian) yang belum membuka diri (KPA Padang, 2015). Data tersebut menjadi suatu perkiraan, bahwa fenomena Homoseksual (Lesbian) di Kota Padang sudah semakin marak di tengah-tengah mayarakat Kota Padang yang mayoritas muslim dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan. Penelitian Yuliana (2012) konsep diri homoseksual dipengaruhi oleh lingkungan, pandangan sikap significant other dan reference group. Penelitian ini menjelaskan bahwa konsep diri homoseksual (lesbian) yang positif atau negatif dipengaruhi oleh lingkungan sosial, penerimaan diri dan kemampuan merespon lingkungan sosial sehingga terbentuk konsep diri homoseksual. Menurut penelitian Logie (2012) konsep pembangunan psikoseksual yang memiliki sumber teori psychoanalitik mengacu pada perkembangan rasa seseorang dari identitas seksual, orientasi seksual, prilaku seksual dan peran seksual yang dianggap sebagai dasar konseptual untuk pematangan seksual yang berdampak pada orang-orang yang menunjukan orientasi seksual sesama jenis atau ketidaksesuaian jenis kelamin juga bisa mengalami stres sosial akibat dari stigma yang terkait orientasi dengan sesama jenis. Hal ini mengambarkan pentingnya mengetahui konsep diri yang positif bagi individu agar terhindar dari stigma dan pengaruh persepsi yang salah dari lingkungan. Beberapa hasil penelitian memperlihatkan bahwa konsep diri homoseksual (lesbian) berpotensi untuk mengalami penyimpangan konsep diri. Konsep diri yang terbentuk baik

konsep diri positif dan negatif tergantung penerimaan individu terhadap penilaian orang lain dan penilaian individu itu sendiri (Azizah, 2012). Penelitian Delfiandi (2015) tentang gambaran konsep diri homoseksual (lesbian) di Kota Padang menunjukan bahawa: lebih dari setengah (53,8%) homoseksual (lesbian) itu memiliki gambaran ideal dirinya positif, lebih dari setengah (53,8%) homoseksual (lesbian) itu memiliki gambaran ideal dirinya itu realistis, lebih dari setengah (66,2%) homoseksual (lesbian) itu memiliki gambaran harga dirinya positif, lebih dari setengah (67,7%) homoseksual (lesbian) itu memiliki gambaran peran dirinya yang memuaskan, lebih dari setengah (55,4%) homoseksual (lesbian) itu memiliki gambaran identitas diri yang tidak jelas. Fenomena konsep diri pada homoseksual (lesbian) merupakan hal yang kompleks, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memperoleh pemahaman konsep diri homoseksual (lesbian) lebih mendalam lagi untuk konteks Kota Padang. Budaya (adat) Minangkabau sebagai budaya dominan di Sumatera Barat termasuk Kota Padang mempunyai pandangan tersendiri terhadap perempuan. Perempuan berada pada kedudukan yang istimewa sehingga dijuluki dengan Bundo Kanduang (Yanti, 2014). Namun hal ini sepertinya tidak sejalan dengan semakin meningkatnya angka homoseksual (lesbian) di Kota Padang. Selain itu saat ini penelitian yang mengeksplorasi lebih detail sejauh mana konsep diri homoseksual (lesbian) dari sudut pandang keperawatan sangat terbatas. Berdasarkan uraian diatas diperlukan peran perawat untuk memahami lebih mendalam sekitar konsep diri homoseksual (lesbian) di Kota Padang yang rentan mengalami masalah kejiwaan. Peneliti tertarik melakukan penelitian kualitatif dalam bentuk studi fenomenologi tentang : konsep diri homoseksual (lesbian) di kota padang.

1.2 Rumusan Masalah Kasus homseksual di Kota Padang cukup menarik perhatian peneliti, berdasarkan data yang di dapat dari Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kota Padang terjadi peningkatan homoseksual dari tahun 2013 sampai tahun 2015 dengan peningkatan 8 sampai 9 orang homoseksual (lesbian), homoseksual (lesbian) di Kota Padang sudah ada yang mempunyai komunitas serta masih ada lagi perkiraan homoseksual (lesbian) yang belum membuka diri (KPA Padang, 2015). Informasi dari Ketua komunitas homoseksual (lesbian) Kota Padang mengatakan konsep diri mereka beragam, 30% sudah merasa nyaman dengan orientasi mereka, hal ini masuk kedalam fase Komitmen (Comitment) dan selebih nya masuk dalam fase Asumsi Identitas (Identity Assumtion), Kebingungan Identitas ( identity Confusdion), dan sensitasi, Sehingga bisa disimpulkan konsep diri homoseksual (lesbian) dipadang kompleks. Hal ini mengambarkan sebagian homoseksual (lesbian) di Kota Padang telah menunjukan identitas nya ditengah-tengah masyarakat yang heteroseksual yang menjunjung tinggi normanorma yag berlaku ditengah-tengah masyarakat dan beberapa diperkirakan masih menutup diri. Hal ini menjadi daya tarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian kualitatif dalam bentuk konsep diri homoseksual (lesbian). Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana Konsep Diri Homoseksual (Lesbian) di Kota Padang Tahun 2016. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengekplorasi secara mendalam tentang konsep diri homoseksual (lesbian) di Kota Padang.

1.3.2 Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui kondisi atau keadaan konsep diri homoseksual (lesbian) di Kota Padang b. Untuk mengetahui latar belakang konsep diri homoseksual (lesbian) di Kota Padang c. Untuk mengetahui dampak atau akibat konsep diri homoseksual (lesbian) di Kota Padang d. Untuk mengetahui apa yang dilakukan homoseksual ( lesbian) di Kota Padang untuk mengatasi konsep diri dengan homoseksual (lesbian) 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat keilmuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan dalam upaya pengembangan inovasi keperawatan terhadap konsep diri homoseksual (lesbian) di kota padang, sehingga pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat dapat maksimal bagi masyarakat. 1.4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi petugas kesehatan untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan untuk masyarakat tentang konsep diri homoseksual (lesbian). 1.4.3 Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah data dan kepustakaan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi peserta didik dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa. 1.4.4 Bagi Riset Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar, pembanding dan sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya dengan ruang lingkup yang sama ataupun merubah variabel dan tempat penelitian untuk perkembangan penelitian keperawatan khususnya keperawatan jiwa