BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional sangat memerlukan adanya transportasi khususnya dibidang ekspor karena dapat memperlancar pengiriman barang sampai negara tujuan, barang-barang yang siap untuk di ekspor akan diangkut melalui salah satu angkutan yaitu dapat dengan melalui angkutan darat, angkutan laut, maupun angkutan udara sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi masih ada hambatan dalam pelayaran belum sesuai dengan yang diharapkan. Hambatan yang belum sesuai diharapkan yakni karena kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah buruh yang selalu meningkat. Dengan demikian, perusahaan pelayaran berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik, lalu terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111). Proses pengiriman barang di Indonesia saat ini lebih memilih dengan menggunakan transportasi laut karena lebih efektif dan efisien dengan adanya alat yang dapat dipakai berulang kali, digunakan untuk menyimpan dan mengangkut untuk barang yang akan diekspor dengan peti kemas (container). Maka perusahaan pelayaran dituntut untuk memberikan pelayanan pelayaran barang ekspor yang baik dan memadai untuk kegiatan pengiriman barang agar dapat berjalan dengan lancar. Penanganan peti kemas sangat dibutuhkan karena dapat mempengaruhi waktu pengiriman, dan juga memerlukan pemantauan serta penanganan yang baik pada saat
penumpukan peti kemas sampai dengan diatas kapal (Suyono, 2005:275). Penanganan peti kemas pada saat pengiriman barang harus benarbenar diperhatikan sesuai dengan permintaan eksportir agar proses pengiriman barang lancar, tidak terhambat dan menjaga nilai ekonomi barang yang memerlukan penanganan khusus. Sebab barang yang di ekspor tidak hanya barang yang berupa produk yang dibuat dari bahan kayu melainkan juga berbagai macam sayur, buah maupun barang lain yang ada dan dapat diproduksi di Negara Indonesia ini. Pengiriman barang ekspor harus dengan pengawasan dan penanganan yang baik dan benar. Sebab dalam kasus ini terjadi permasalahan yakni kesalahan pengiriman barang ekspor yang sebagian dari peti kemas (container) mengalami salah tujuan (Susilo, 2013: 170). Dampak positif menurut (Yap, 2009: 152) menyatakan bahwa dalam penanganan peti kemas yang benar akan membawa risiko kehilangan dan kerusakan sangat kecil, pengiriman barang sampai tepat pada waktunya, biaya lebih murah untuk kegiatan pengapalan, pengangkutan dan muat bongkar serta lebih mudah untuk pengawasan atas barang bagi pemilik barang. Dampak negatif pada rantai transportasi secara keseluruhan bisa terjadi karena faktor risiko staf terkait adalah penanganan yang tidak tepat, dalam memilih kemasan yang tidak memadai atau kapal pengangkut tidak cocok. Maka, selama transportasi dalam proses penanganan harus bernarbenar diperhatikan karena jika tidak akan timbul adanya risiko terjadinya kesalahan dapat menyebabkan kargo yang diangkut ke tujuan yang salah
(Clausen dkk, 2015:281). Adanya dampak yang besar pada eksportir yakni keterlambatan pengiriman, pengiriman ke tujuan yang salah, serta pembukaan karton dapat menyebabkan kerusakan barang. Maka eksportir harus berhubungan langsung dengan pihak-pihak terkait seperti importir, freight forwarder dan perusahaan pelayaran. Dengan mempertahankan kerjasama untuk memantau pengiriman barang apakah ada kerusakan atau hilang sebagian. Dalam hal ini eksportir harus berpengalaman untuk berurusan dengan pihak pelayaran karena pihak pelayaran lebih mungkin memantau kiriman eksportir dengan mengontrol operasi layanan lalu lintas (Chene :2014). PT Mitra Kargo Indonesia merupakan perusahaan freight forwarding yang berada di Semarang berdiri sejak tahun 2011. PT Mitra Kargo Indonesia memiliki jasa pelayanan yang baik seperti pelayanan jasa dibidang ekspor, dari transportasi darat atau trucking sampai penanganan dokumen kepabeanan, peti kemas (container) muat diatas kapal. PT Mitra Kargo Indonesia dalam perannya yakni membantu eksportir dalam pengawasan atas barang, membantu eksportir dalam melakukan penyerahan barang tepat pada waktunya, serta mengurus dokumen yang dibutuhkan dalam proses pengangkutan pergerakan barang, dan juga meminimal tingkat resiko kesalahan yang terjadi. Dalam hal ini PT Mitra Kargo Indonesia berfungsi sebagai jembatan antara pihak eksportir dan perusahaan pelayaran untuk kepengurusan peti kemas salah tujuan yang sedang terjadi. Berdasarkan dari latar belakang penulis tertarik untuk magang kerja mengambil observasi pada PT Mitra Kargo Indonesia di Semarang dan
berdasarkan uraian diatas penulis mengambil judul Mekanisme Penanganan Peti Kemas Salah Tujuan (Studi Kasus PT Mitra Kargo Indonesia di Semarang). 1.2 Keaslian Penelitian Tugas akhir yang berjudul Penanganan Behandle Peti Kemas di Terminal Peti Kemas Semarang yang disusun oleh Dion Mochammad Librianto pada tahun 2012, dengan tugas akhir yang penulis susun ialah berjudul Mekanisme Penanganan Peti Kemas Salah Tujuan (Studi Kasus PT Mitra Kargo Indonesia) mempunyai kesamaan tentang penanganan peti kemas tetapi juga ada perbedaan yakni tentang masalah yang di teliti. Dalam behandle itu ada pemeriksaan fisik peti kemas yang diperiksa oleh pihak Bea Cukai berbeda dengan yang diteliti oleh penulis tentang peti kemas salah tujuan, yang seharusnya dikirim ke negara China tetapi ada kesalahan tujuan sampai ke negara Inggris yang tidak berlaku pemeriksaan fisik. 1.3 Rumusan Masalah Kasus peti kemas salah tujuan ini terjadi karena disebabkan adanya kekeliruan penataan peti kemas di atas kapal. Hal ini sangat mungkin terjadi dalam transaksi pengiriman barang ekspor dengan demikian maka perusahaan pelayaran mengirim peti kemas langsung ke negara importir. Kasus tersebut membawa dampak negatif bagi forwarding yakni dimungkinkan mendapatkan claim dari pihak shipper yang dampaknya pada reputasi perusahaan. Pihak yang sangat dirugikan dalam hal adanya peti
kemas salah tujuan adalah buyer. Buyer dirugikan karena hal barang tidak sampai dan tidak bisa diterima karena barang bisa saja mengalami perubahan. 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas penulis mendapatkan ide/gagasan untuk menulis pertanyaan penelitian, yakni sebagai berikut: a. Apa penyebab terjadinya kasus peti kemas salah tujuan dalam satu dokumen ekspor? b. Bagaimana prosedur yang dilakukan PT Mitra Kargo dalam menangani peti kemas salah tujuan tersebut? c. Apa saja dokumen yang dibutuhkan dalam mengirim peti kemas salah tujuan ke negara tujuan yang benar? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut: a. Untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya peti kemas salah tujuan. b. Untuk mengidentifikasi bagaimana prosedur yang dilakukan oleh PT Mitra Kargo dalam menangani peti kemas salah tujuan tersebut. c. Untuk mengidentifikasi dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam menangani peti kemas salah tujuan tersebut. 1.6 Manfaat Penelitian Dari penelitian ini, diharapkan akan memberikan manfaat dan
kegunaan sebagai berikut: a. Bagi Perusahaan PT Mitra Kargo Indonesia Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan referensi bagi forwarding pada umumnya dan PT Mitra Kargo Indonesia dalam menangani masalah peti kemas salah tujuan b. Bagi Mahasiswa dan pembaca lainnya Sebagai tambahan referensi bacaan dan informasi khusunya bagi mahasiswa prodi Manajemen Perdagangan yang sedang menyusun Tugas Akhir dengan pokok permasalahan yang sama tetang transportasi ekspor penanganan peti kemas salah tujuan. 1.7 Sistematika Penulisan 1) Sistematika Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Keaslian penelitian 1.3 Rumusan Masalah 1.4 Pertanyaan Penelitian 1.5 Tujuan Penelitian 1.6 Manfaat Penelitian 1.7 Metode Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Transportasi dalam aktivitas ekspor 2.1.1 Transportasi Ekspor
2.2 Proses Pengiriman Barang Ekspor 2.2.1 Freight Forwarding a. Pengertian Freight Forwarding b. Hubungan Freight Forwarding dengan pihak Ketiga dalam Multimodal Transport 2.3 Dokumen Ekspor 2.3.1 Dokumen Induk 2.3.2 Dokumen Penunjang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian 3.2 Desain Penelitian 3.3 Data Penelitian 3.4 Teknik Prngumpulan Data 3.5 Analisis Data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.2 Laporan Magang 4.3 Pembahasan 4.3.1 Penyebab terjadinya peti kemas salah tujuan 4.3.2 Prosedur Penanganan Peti Kemas Salah Tujuan 4.3.3 Dokumen-dokumen pendukung baru BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran-Saran