BAB III DATA PERENCANAAN 3.1 Konsep Perencanaan Dalam perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan perkuatan lereng dengan menggunakan geosintetik, tahap awal yang harus dilakukan adalah evaluasi data dari hasil penyelidikan tanah untuk mendapatkan parameter tanah yang diperlukan untuk desain, kemudian dari data-data tersebut dapat dipakai dalam penentuan dimensi dan tipe material geosintetik yang tepat, serta dapat digunakan juga dalam memperhitungkan aspek-aspek stabilitas lereng. Persyaratan perencanaan untuk lereng yang diperkuat dengan geosintetik pada intinya sama dengan perencanaan lereng tanpa perkuatan tapi harus memperhatikan faktor keamanan harus memenuhi untuk jangka panjang dan jangka pendek terhadap mode-mode keruntuhan yang dapat terjadi. Tiga mode keruntuhan yang dapat terjadi adalah (lihat Gambar 3.1): a. Keruntuhan internal, dimana bidang keruntuhan memotong elemen perkuatan; b. Keruntuhan eksternal, dimana bidang keruntuhan melewati bagian belakang dan di bawah massa tanah yang diperkuat; c. Keruntuhan gabungan, dimana bidang keruntuhan melewati bagian belakang dan juga memotong massa tanah yang diperkuat. III - 1
Gambar 3.1. Moda Keruntuhan Lereng Tanah yang Diperkuat 3.2 Data Proyek Gambar 3.2. Denah Lokasi Perkuatan Lereng Kali Code Lokasi perkuatan lereng Lokasi perencanaan adalah di tepi Kali Code Jl. AM. Sangaji, Kecamatan Depok Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Nama Proyek Kontraktor : Perkuatan Lereng Tepi Kali Code Yogyakarta : PT. Geostructure Dynamics III - 2
Konsultan Perencana : PT. Tetrasa Geosinindo 3.3 Data Tanah Dasar Untuk mengetahui kondisi tanah dasar di lokasi perencanaan perkuatan lereng maka dilakukan penyelidikan tanah dan pengujian laboratorium. Data-data yang diperoleh dari hasil penyelidikan tersebut kemudian diolah dan dianalisa untuk selanjutnya digunakan sebagai dasar perhitungan perencanaan perkuatan lereng timbunan menggunakan geosintetik. Tinggi perkuatan lereng direncanakan pada ketinggian 8 m dengan sudut kemiringannya 85, dan beban rencana 10 kn/m2. Eksisting lereng dalam kondisi tererosi berat akibat banjir lahar dingin Gunung Merapi. Gambar 3.3. Kondisi Eksisting Lereng (Sumber foto proyek PT Geostructure Dynamics) III - 3
3.4 Penyelidikan Tanah 1. Dynamic Cone Penetrometer Test (DCP) atau Sondir DCP atau CBR Lapangan dilakukan untuk mengetahui konsistensi dan kepadatan relatif dari lapisan tanah asli, serta dapat pula digunakan untuk menghitung daya dukung lapisan tanah. Penyelidikan tanah yang telah dilakukan di area proyek (bagian atas lereng) berupa 6 titik sondir dan menunjukkan hasil sebagai berikut : Gambar 3.4. Nilai qc Pada Lokasi Test Area (S1,S2,S3) Gambar 3.5. Nilai qc Pada Lapisan Tanah Arah Melintang Area (S4,S5,S6) III - 4
Penetrasi sondir pada arah melintang area hanya mampu mencapai kedalaman 1m saja, karena di bawahnya terdapat lapisan keras yang mempunyai nilai qc > 200 kg/cm 2. Pada arah memanjang juga menunjukkan kondisi yang identik, dimana penetrasi sondir rata rata hanya mampu mencapai kedalaman 1m saja, kecuali penetrasi pada titik S5 yang mencapai kedalaman 2m, seperti terlihat pada Gambar 3.5 2. Standart Penetration Test (SPT) Hasil penyelidikan SPT diketahui bahwa lapisan keras tersebut terdiri dari jenis pasir campur kerikil yang sangat padat dengan ketebalan kurang lebih 4-6m, dengan nilai N > 50. Kemudian dibawahnya juga terdiri dari lapisan pasir tetapi dengan kepadatan yang kurang dibandingkan dengan lapisan yang ada diatasnya, nilai N antara 14 30, medium padat sampai padat dan tidak tersementasi, tetapi mengandung batuan boulder yang tidak terlalu besar, seperti nampak pada titik BD 1 di kedalaman 10,70m dan BD 2 pada kedalaman 6-7m dan 10 10,45m. Lapisan lanau berpasir ditemukan pada titik BD 1 dikedalaman 13,60 17,40 dengan sisipan lapisan pasir ditengahnya serta pada titik BD 3 pada kedalaman 11,30 15,20. Kondisi lapisan tanah berdasarkan nilai N 1 ditunjukkan pada Gambar 3.6. III - 5
Gambar 3.6. Nilai N-SPT Pada Lokasi Titik BD ( 1,2,3) Titik BD -1 III - 6
Titik BD -2 III - 7
Titik BD -3 III - 8
Berdasarkan nilai Nspt Pada arah B1-B2 dan B2-B3 Nampak pada gambar diatas lapisan keras yang mempunyai nilai N > 50 pada lapisan tanah dibawah permukaan pada titik BD1 ditemukan pada kedalaman 20m, Pada titik BD2 pada kedalaman 10m (tetapi ketebalannya hanya kurang lebih 1m) dan pada kedalaman 18m, sedang pada titik BD3 ditemukan pada kedalaman 16m, sehingga dapat diketahui bahwa permukaan lapisan keras tersebut berada pada bidang yang relative horisontal. Sedang kondisi lapisan tanah berdasarkan jenis lapisan ditunjukkan pada Gambar 3.7 dan Gambar 3.8 berikut : Gambar 3.7. Interpretasi Lapisan Tanah BD1-BD2 III - 9
Gambar 3.8. Interpretasi Lapisan Tanah BD2-BD3 Keterangan: : silty fine sand : gravelly sand : sandy silt : silty fine sand with gravel : silty sand with gravel : boulder III - 10
3.5 Bagan Alir Gambar 3.9. Bagan Alir Perencanaan Mulai Studi Literatur Pengumpulan Data Sekunder : 1.Data penyelidikan lapangan 2.Data pengujian laboratorium 3.Data Geotekstile Pengolahan Data Sekunder Analisa Data, Perhitungan dan Pembahasan Tidak Kontrol apakah memenuhi faktor keamanan YA Usulan Disain Perkuatan Lereng Kesimpulan & Saran Selesai III - 11
3.6 Prosedur Perencanaan Secara umum perencanaan ini dilakukan dalam tahapan-tahapan sebagaimana disajikan berikut ini : 1. Tahap pertama, melakukan interpretasi/evaluasi terhadap data sekunder hasil penyelidikan dan laboratorium yang akan digunakan untuk analisis. Pengumpulan data hasil dilapangan dianalisis sesuai kondisi permasalahan masing-masing lokasi. Kekurangan data dilakukan korelasi mengacu dari literatur yang ada 2. Tahap kedua, evaluasi ulang sejauh mana perencanaan pelaksanaan dan letak geosintetik yang dilaksanakan. 3. Tahap ketiga, melakukan analisis perkuatan terhadap geosintetik, ketebalan tanah timbun per layer yang dilaksanakan sesuai desain awal. 4. Tahap keempat, mengevaluasi stabilitas lereng, stabilitas geser, stabilitas guling, stabilitas daya dukung tanah. 5. Selanjutnya dilakukan desain struktur usulan perkuatan lereng dengan geosintetik. III - 12