BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
TEORI STRUKTUR MODAL. A. Pengertian Modal dan Struktur Modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini dunia usaha sangat tergantung sekali dengan masalah pendanaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

perusahaan yaitu dari hutang (pinjaman) dan modal sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan, maupun sumber daya manusianya. Merupakan tantangan yang

Unlevered firm Perusahaan yang hanya menggunakan ekuitas. Levered firm Perusahaan yang menggunakan bauran ekuitas dan berbagai macam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba

LANDASAN TEORI. dalam perusahaan yaitu keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kajian teori. Teori teori struktur modal bertujuan sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Pengelolaan fungsi keuangan ini terkait pengelolaan modal. Modal kerja

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimumkan harga saham perusahaan (Brigham dan Houston, 2010: 45).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjudul Factors Determining the Capital Structure of Pharmaceutical

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Menurut Sudana (2011:143) struktur modal (capital structure)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini pada dasarnya mengacu pada penelitian yang dilakukan

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran, dan pertumbuhan perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pembelanjaan permanen yang mencerminkan pertimbangan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan masalah penelitian serta perumusan hipotesis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam kenyataannya ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Pengklasifikasian Utang. Utang Menurut Djarwanto (2004) merupakan kewajiban perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penelitian Tinjung Desy Nursanti (2004).

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya hal ini tanpa mengurangi perhatian terhadap masalah-masalah lain yang

BAB II URAIAN TEORITIS. panjang yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan struktur keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber utama yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan (Rodoni dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Bambang Riyanto (2008:35) menyatakan bahwa profitabilitas adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I. Pendahuluan. perusahaan Indonesia mulai menunjukkan perbaikan dilihat dari nilai indek

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. informasi antara pihak manajemen dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ekonomi global yang terus maju pada saat ini, dapat menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, sehingga setiap keputusan yang diambil harus dipertimbangkan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan keputusan keuangan adalah memaksimumkan kemakmuran

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dana maka diperlukan keputusan pendanaan yang tepat. Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perusahaan dimana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur modal yang optimal merupakan keputusan keuangan yang penting karena mempengaruhi kinerja dan nilai

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

proporsi hutang menjadi penting karena berkaitan dengan kepentingan memaksimalkan kemakmuran pemegang saham (Gitman, 2003).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. keputusan pendanaan yang mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan proporsi penggunaan sumber dana internal yang didapat dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah suatu kegiatan menanamkan modal satu atau lebih aktiva yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti variabel-variabel yang

BAB 1 PENDAHULUAN. baik mengunakan hutang (debt financing) ataupun dengan mengeluarkan saham

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang akan dihadapi oleh Indonesia dengan adanya AFTA. AFTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Harahap (2003) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tersedia bagi pemegang saham (Sartono:2001). Setiap keputusan pendanaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat.

BAB II LANDASAN TEORITIS

Manajemen Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM STRUKTUR PERMODALAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN. Modul ke: 09Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Pengertian struktur modal Menurut Weston dan Copeland (1992 dalam Saidi, 2004), memberikan definisi struktur modal sebagai berikut: Pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang,saham preferen, dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus modal dan akumulasi laba ditahan. Bila perusahaan memiliki saham preferen, maka saham tersebut akan ditambahkan pada modal pemegang saham. Menurut Lawrence, Gitman (2000 : 488 dalam Saidi, 2004), definisi struktur modal adalah sebagai berikut: Capital structure is the mix of long term debt and equity maintenance by the firm. Menurut Kartini dan Arianto (2008), pengertian struktur modal adalah sebagai berikut: 9

10 Modal dibagi atas dua tipe yaitu ekuitas (modal sendiri) dan hutang (debt)". Bauran dari relatif keduanya, dalam struktur pendanaan jangka panjang suatu perusahaan disebut sebagai struktur modal perusahaan. Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2001: 5) struktur modal adalah bauran dari hutang, saham preferen, dan saham biasa. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa struktur modal (capital structure) merupakan gabungan antara hutang jangka panjang dan ekuitas yang digunakan untuk mendanai kegiatan operasi dan investasi perusahaan. Struktur modal menunjukkan dari mana sumber pendanaan yang digunakan oleh perusahaan. Struktur modal yang efektif mampu menciptakan perusahaan dengan keuangan yang kuat dan stabil. Sehubungan dengan penyajian laporan keuangan kepada pihak ekstern perusahaan, maka perusahaan harus memiliki struktur modal yang baik. 2. Komponen struktur modal Berdasarkan pengertian struktur modal yang baru dibahas diatas, maka diketahui bahwa struktur modal adalah perpaduan antara hutang dan ekuitas. Hutang dan ekuitas dapat dikatakan sebagai komponen struktur modal. Skousen, k. Stice dan D. stice (2007) menyatakan bahwa owner s equity bersumber dari investasi pemegang saham (contributed capital) dan hasil dari kegiatan usaha (retained earning). Owner s equity yang berasal dari

11 investasi pemegang saham terdiri dari capital stock dan additional paid in capital. Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen (Riyanto, 2001: 22), yaitu: (1) hutang jangka panjang, dan (2) modal sendiri (stockholder s equity). Menurut Sundjaja dan Barlian (2003: 324), hutang jangka panjang merupakan salah satu dari bentuk pembiayaan jangka panjang yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun, biasanya 5-20 tahun. Pinjaman hutang jangka panjang dapat berupa pinjaman berjangka (pinjaman yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja permanen, untuk melunasi hutang lain, atau membeli mesin dan peralatan) dan penerbitan obligasi (hutang yang diperoleh melalui penjualan surat-surat obligasi, dalam surat obligasi ditentukan nilai nominal, bunga per tahun, dan jangka waktu pelunasan obligasi tersebut). Mengukur besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur (debt ratio) dilakukan dengan cara membagi total hutang jangka panjang dengan total aset. Semakin tinggi debt ratio, semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan didalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Komponen struktur modal berikutnya adalah modal sendiri. Modal sendiri yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu lamanya. Modal sendiri berasal dari sumber internal maupun eksternal, sumber internal didapatkan dari keuntungan yang

12 dihasilkan oleh perusahaan, sedangkan sumber eksternal berasal dari modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Sementara itu menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2007), current liabilities are the obligation that a company reasonably expects to liquidate either through the use of current assets or the creation of other current liabilities. Dari pengertian diatas, disimpulkan bahwa hutang jangka pendek merupakan hutang yang periodenya dibawah satu tahun dan diharapkan dapat dilunasi menggunakan aset lancar dibawah satu tahun. 3. Teori struktur modal a. Teori MM tanpa pajak Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka (Brigham dan Houston,2001,p.31) yaitu tidak terdapat agency cost,tidak ada pajak, Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan, Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan, Tidak ada biaya kebangkrutan, Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang, Para investor adalah price-takers, Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market value). Dengan asumsi-asumsi

13 tersebut, MM mengajukan dua preposisi yang dikenal sebagai preposisi MM tanpa pajak. b. Teori MM dengan Pajak Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian MM memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas keluar. Hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak. Dalam teori MM dengan pajak ini terdapat dua preposisi yaitu: Preposisi I: nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak berhutang ditambah dengan penghematan pajak karena bunga hutang. Implikasi dari preposisi I ini adalah pembiayaan dengan hutang sangat menguntungkan dan MM menyatakan bahwa struktur modal optimal perusahaan adalah seratus persen hutang. Preposisi II: biaya modal saham akan meningkat dengan semakin meningkatnya hutang, tetapi penghematan pajak akan lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya modal saham. Implikasi dari preposisi II ini adalah penggunaan hutang yang semakin banyak akan meningkatkan biaya modal saham. Menggunakan hutang yang lebih banyak, berarti menggunakan modal yang lebih murah (biaya modal hutang lebih kecil dibandingkan

14 dengan biaya modal saham), sehingga akan menurunkan biaya modal rata-rata tertimbangnya (meski biaya modal saham meningkat). Teori MM tersebut sangat kontroversial. Implikasi teori tersebut adalah perusahaan sebaiknya menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Dalam praktiknya, tidak ada perusahaan yang mempunyai hutang sebesar itu, karena semakin tinggi tingkat hutang suatu perusahaan, akan semakin tinggi juga kemungkinan kebangkrutannya. Inilah yang melatarbelakangi teori MM mengatakan agar perusahaan menggunakan hutang sebanyak-banyaknya, karena MM mengabaikan biaya kebangkrutan. c. Trade-off Theory Menurut trade-off teory yang diungkapkan oleh Myers (2001), Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress) (p.81). Biaya kesulitan keuangan (Financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan

15 hutang. Tingkat hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shields) mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (costs of financial distress). Trade-off theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam penentuan struktur modal. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya, sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak. d. Pecking Order Theory Menurut Myers (2001), pecking order theory menyatakan bahwa Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah. Dalam pecking order theory ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. Secara spesifik perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi (hierarki) dalam penggunaan dana. Menurut pecking order theory dikutip oleh Smart, Megginson, dan Gitman (2004, p.458-459), terdapat skenario urutan (hierarki) dalam memilih sumber pendanaan, yaitu : 1) perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana

16 internal tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan. 2) Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang paling rendah risikonya, turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham biasa. 3) Terdapat kebijakan deviden yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan jumlah pembayaran deviden yang konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi. 4) Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan deviden yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar tersedia. Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal. Pecking order theory menjelaskan urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil. Dalam kenyataannya, terdapat perusahaan-perusahaan yang dalam menggunakan dana untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai

17 seperti skenario urutan (hierarki) yang disebutkan dalam pecking order theory. e. Equity Market Timing Teori yang diungkapkan oleh Baker dan Wurgler (2002) ini mengemukakan bahwa Perusahaan-perusahaan akan menerbitkan equity pada saat market value tinggi dan akan membeli kembali equity pada saat market value rendah (p.1) Praktik inilah yang kemudian disebut sebagai equity market timing. Tujuan dari melakukan equity market timing ini adalah untuk mengeksploitasi fluktuasi sementara yang terjadi pada cost of equity terhadap cost of other forms of capital. Menurut Baker dan Wurgler (2002), Struktur modal adalah hasil kumulatif dari usaha melakukan equity market timing di masa lalu (p.3). Baker dan Wurgler menemukan bahwa perusahaan dengan tingkat hutang rendah adalah perusahaan yang menerbitkan equity pada saat market value tinggi dan perusahaan dengan tingkat hutang tinggi adalah perusahaan yang menerbitkan equity pada saat market value rendah. Baker dan Wurgler menggunakan market-to-book ratio, yang umumnya digunakan sebagai proxy untuk mengukur kesempatan investasi, namun dalam teorinya market-to-book ratio juga digunakan untuk melihat apakah nilai suatu ekuitas itu overvalued atau undervalued. Baker dan Wurgler membangun suatu model variabel

18 yaitu external finance weighted-average market-to-book ratio. Variabel ini adalah rata-rata tertimbang dari market-to-book ratio suatu perusahaan di masa lampau. Variabel ini digunakan oleh Baker dan Wurgler untuk melihat usaha dari suatu perusahaan dalam melakukan equity market timing. Ada dua versi dari equity market timing yang mengikuti hasil penelitian Baker dan Wurgler. Yang pertama adalah versi dinamis dari Myers dan Majluf (1984) mengenai informasi asimetris yang mengasumsikan rasional manajer dan investor. Versi yang kedua dari equity market timing melibatkan para investor atau manajer yang tidak rasional dan persepsi dari mispricing. Para manajer akan menerbitkan equity saat mereka yakin bahwa cost of equity rendah dan membeli kembali equity saat cost of equity tinggi. Market-to-book diketahui secara umum berkorelasi negatif dengan future equity returns, dan nilai ekstrem dari market-to-book dikaitkan dengan ekpektasi-ekspektasi yang ekstrem dari investor, sesuai dengan penelitian dari La Porta (1996), La Porta et al. (1997), Frankel dan Lee (1998), dan Schleifer (2000). Apabila manajer mencoba untuk mengeksploitasi terlalu jauh (ekstrem) ekspektasi-ekspektasi dari investor, net equity issues akan berkorelasi positif dengan market-to-book. Apabila tidak terdapat struktur modal yang optimal, manajer tidak perlu mengganti keputusan-keputusan pendanaannya pada saat perusahaan telah dinilai dengan benar dan cost of equity terlihat normal, hal ini menunggu

19 fluktuasi-fluktuasi sementara yang terjadi pada market-to-book mempunyai efek yang tetap pada leverage. 4. Faktor yang mempengaruhi struktur modal Menurut Maness (1988 dalam Saidi, 2004) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal suatu perusahaan terdiri dari stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan, profitabilitas, tingkat pajak, pengendalian perilaku manajemen, perilaku kreditor, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan perusahaan. Menurut Husnan (1992: 322) faktor-faktor yang menentukan struktur modal adalah: (1) lokasi distribusi keuntungan, maksudnya seberapa besar nilai yang diharapkan dari ekuntungan perusahaan, (2) stabilitas penjualan dan keuntungan, faktor lain yang menentukan besarnya keuntungan, dan dengan demikian menentukan jumlah hutang yang bisa dipinjam adalah stabilitas penjualan, yang pada akhirnya menentukan stabilitas keuntungan, (3) kebijakan dividen, implikasi kebijakan semacam ini akan langsung dirasakan bagi manajer keuangan, yaitu harus menyediakan dana untuk membayar jumlah dividen yang tetap ini, dengan demikian semakin tinggi tingkat leverage nya, semakin besar kemungkinan perusahaan tidak bisa membayar dividen dalam jumlah yang tetap, (4) pengendalian, dengan dikeluarkan saham baru, maka sebagian besar dari mereka akan merasa berkurang bagiannya yang berarti control terhadap perusahaan

20 itu akan semakin berkurang, (5) resiko kebangkrutan, dalam praktek sebenarnya sebuah perusahaan selalu dihadapkan dengan tingkat bunga yang meningkat cepat setelah melewati suatu tingkat leverage tertentu, karena kreditor mulai khawatir tentang kebangkrutan perusahaan.jadi tingkat bunga pinjaman akan berbeda dengan jumlah yang cukup besar karena adanya resiko kebangkrutan ini. Faktor-faktor ini ada yang berpengaruh positif terhadap struktur modal dan ada pula yang berpengaruh negatif. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dibatasi pada Profitability, Tangibility, dan Growth of Sales. 5. Teori profitabilitas (profitability) Teori profitabilitas menurut Brigham dan Houston (2001:40), mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengambilan yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan khususnya penelitian empiris yang telah dilakukan oleh Krishnan (1996), Badhuri (2002), Moh d (1998), dan Majumdar (1999) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh berarti semakin

21 rendah kebutuhan dana eksternal (hutang) sehingga semakin rendah pula struktur modalnya. Profitability dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 6. Teori Struktur Aktiva (tangibility) Aktiva adalah segala sumber daya dan harta yang dimiliki perusahaan untuk digunakan dalam operasinya. Suatu perusahaan pada umumnya memiliki dua jenis aktiva yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Kedua unsur aktiva ini akan membentuk struktur aktiva. Struktur aktiva perusahaan akan tampak dalam sisi sebelah kiri neraca. Struktur aktiva juga disebut struktur asset atau kekayaan. Struktur aktiva adalah perimbangan atau perbandingan baik dalam artian absolute maupun dalam artian relative antara aktiva lancar dengan aktiva tetap (Riyanto, 2008 : 22). Teori Struktur Aktiva berwujud dapat dijadikan jaminan dalam mendapatkan pendanaan melalui hutang. Jika suatu perusahaan memiliki jumlah aktiva berwujud yang besar, maka perusahaan tersebut cenderung menggunakan hutang lebih besar. Kreditur pada umumnya meminta keamanan dan jaminan untuk menurunkan tingkat konflik kepentingan antara mereka dengan pemegang saham. Menurut Myers (1984) menyatakan bahwa penerbitan utang yang dijamin dengan asset akan

22 mengurangi informasi yang asimetris sehubungan dengan biaya pendanaan. Perbedaan dalam informasi antara pihak-pihak yang terlibat memungkinkan terjadinya masalah moral hazard. Dengan kata lain, hutang yang dijamin dengan aset mungkin dapat mengurangi informasi yang asimetris sehingga berdampak pada hubungan yang positif antara aset nyata dan hutang. Tangibility dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 7. Teori Pertumbuhan Penjualan (growth of sales) Teori pertumbuhan penjualan menurut Brigham dan Houston (2001 dalam Saidi, 2004) mengatakan bahwa perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Penelitian empiris yang telah dilakukan antara lain oleh Krishnan, Badhuri, Moh d, dan Majumdar (2002 dalam Saidi, 2004) menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan merupakan salah satu variabel yang berpengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan. Dengan mengetahui penjualan dari tahun sebelumnya, perusahaan dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada. Pertumbuhan penjualan (growth) memiliki peranan yang penting dalam manajemen modal kerja. Dengan mengetahui seberapa besar pertumbuhan penjualan,

23 perusahaan dapat memprediksi seberapa besar profit yang akan didapatkan. Pertumbuhan penjualan suatu produk dari emiten tergantung dari daur hidup produk. Jika pertumbuhan penjualan per tahun meningkat, investor akan percaya terhadap emiten, bahwa emiten akan memberikan keuntungan di masa depan. Kondisi tersebut terjadi jika informasi yang diperoleh investor sempurna. Menurut Amstrong (2005 : 327) pertumbuhan penjualan dapat diartikan sebagai : perubahan perjualan per tahun. Pertumbuhan penjualan suatu produk sangat tergantung dari daur hidup produk Untuk mengukur pertumbuhan penjualan, digunakan rumus: Pertumbuhan penjualan = Sales t - Sales t-1 x 100 Sales t-1 8. Penelitian terdahulu Judul Penelitian Variabel Hasil 1. Farah Margaretha dan Aditya Rizky. Variabel Dependen: Struktur modal Hasil penelitiannya menunjukkan Profitability, tingkat likuiditas, dan Growth of sales berpengaruh signifikan terhadap struktur

24 Ramadhan (2010); Faktor-faktor yang mempengaruh i struktur modal perusahaan manufaktur di Indonesia 2. Devi Yovin (2012); Faktor faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan foods and beverages yang terdaftar di BEI Variabel Independen: Firm Size, Tangibility, Profitability, Liquidity, Growth of sales, Non Debt Tax Shield, Age dan Investment. Variabel Dependen: Struktur modal Variabel Independen: Struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan modal. Sedangkan ukuran perusahaan, Tangibility, Non Debt Tax Shield, Age dan Investment tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Sampel dari penelitian ini adalah perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Indonesian Stock Exchange periode 2005-2008. Hasil penelitiannya menunjukkan Variable struktur aktiva dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal, sedangkan variable profitabilitas berpengaruh negative dan signifikan terhadap struktur modal. Sampel penelitian ini adalah perusahaan foods and beverages yang terdaftar di BEI periode 2011

25 3. Nasution (2012); Analisis faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal Variabel Dependen: Struktur modal Variabel Independen: Profitabilitas, Pertumbuhan penjualan, Ukuran perusahaan, Resiko bisnis, Struktur aktiva Hasil penelitiannya menunjukkan Faktor profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, pertumbuhan penjualan berpengaruh negatif terhadap struktur modal, ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, risiko bisnis berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, struktur aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2010 4. Dea Nurita (2012), Analisis pengaruh profitabilitas, firm size, non Variabel Dependen: Struktur Modal Variabel Independen: profitabilitas, firm size, non debt tax Hasil penelitiannya menunjukkan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, non debt tax shield berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, likuiditas

26 debt tax shield, dividen payout ratio, dan likuiditas terhadap struktur modal. shield, dividen payout ratio, dan likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, firm size tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal dan dividen payout ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007-2010. B. Kerangka Pemikiran Suatu kerangka konseptual akan menghubungkan secara antar varibel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Sedangkan dalam penelitian ini, variable penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang lain, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (sugiyono, 2003).

27 Dalam penelitian ini akan diteliti mengenai pengaruh antara Profitabilitas, Struktur Aktiva dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Modal. Kerangka pemikiran penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 2.1 Model Konseptual Penelitian Profitability H₁ Tangibility H₂ H₃ Struktur Modal Growth of Sales Sumber : Gambar diolah penulis H₁ = Pengaruh Profitabilitas terhadap struktur modal. H₂ = Pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal. H₃ = Pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal.

28 C. Pengembangan Hipotesis Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementaraterhadap masalah yang diajukan, dan jawaban itu masih akan diuji secara empiris kebenarannya (Jogiyanto, 2003). Hipotesis yang akan di uji kebenarannya dalam skripsi ini adalah : 1. Pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal Penelitian tentang pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal telah dilakukan sebelumnya oleh Nasution (2012). Menurut hasil penelitiannya bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 dengan demikian dapat dinyatakan bahwa secara parsial profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Berdasarkan nilai R kuadrat maka dapat diketahui nilainya sebesar 0,359 atau dengan kata lain semua variable hanya mampu menjelaskan 35,9% variable dependen sedangkan 64,1% dijelaskan oleh variable lain. H 1 :Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. 2. Pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal Penelitian tentang pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal telah dilakukan sebelumnya oleh Devi Yovin (2012). Menurut hasil penelitiannya bahwa struktur aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal, hasil pengujian secara serempak menunjukan F hitung sebesar 10,987 lebih besar dari F table 4,40 maka struktur aktiva secara nyata terhadap struktur modal dan nilai R

29 Square sebesar 47,8% secara parsial menunjukan bahwa variable struktur aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. H 2 : Struktur aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. 3. Pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal Penelitian tentang pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal telah dilakukan sebelumnya oleh Farah margaretha dan Aditya risky (2010) Menurut hasil penelitiannya bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal dengan tingkat signifikansi 0,001 < 0,05 dengan demikian dapat dinyatakan bahwa secara parsial profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. H 3 : Pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.