BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Belajar IPA (sains) merupakan cara ideal untuk memperoleh kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

I. PENDAHULUAN. dibandingkan secara rutin sebagai mana dilakukan melalui TIMSS (the Trends in

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. pergeseran paradigma pembangunan dari abad ke-20 menuju abad ke-21.

BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memang memiliki peranan penting dalam kehidupan umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan generasi masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INQUIRY DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Fauziah Nurrochman, 2015

JAJANG SUHARNADI, 2015 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dijangkau secara tuntas dalam pembelajaran tatap muka terjadwal. Menurut Badan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusianya (SDM) dan kualitas pendidikannya. Tingkat pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai sesuai undangundang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas.

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. Trends In International Mathematics And Science Study (TIMSS)

I. PENDAHULUAN. keterampilan, dan nilai-nilai serta norma sosial yang berlaku di masyarakat. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Adek, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. siswa memiliki kemampuan matematis yang baik. Adapun tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arum Wulandari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum merupakan suatu program yang berupa rencana tertulis yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan akan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang dapat berkompetisi di

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, mandiri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

BAB I PENDAHULUAN PES JLH LLS. Rata. Total Rata. % Nilai KIM. Kota Medan ,98 8,32 50,90 8,48

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

15. Mata Pelajaran Ekonomi Untuk Paket C Program IPS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berpikir merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

PEMBELAJARAN BERMAKNA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari dari yang sederhana sampai ke yang kompleks. Matematika. dapat bermanfaat bagi semua orang (Puspasari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

I. PENDAHULUAN. sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Abas Hidayat, 2015

dengan skor 613. Berdasarkan nilai rata-rata untuk mata pelajaran Matematika, provinsi terbaik adalah DKI Jakarta dengan rata-rata 71,19.

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elita Lismiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelajaran ekonomi yang dipelajari di sekolah merupakan ilmu yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia di dunia ini, berbagai masalah sosial dan masalah yang berkaitan kehidupan manusia dibahas dalam pelajaran ekonomi. Berdasar hal tersebut maka sangat penting bagi siswa untuk memahami dan mampu berpikir analisis terhadap berbagai masalah ekonomi yang ada. Dengan kemampuan analisis yang baik terhadap masalah ekonomi maka siswa akan mampu mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menentukan sikapnya dalam menghadapi permasalahan ekonomi, baik bagi dirinya, keluarganya bahkan bagi bangsa dan negaranya. Pembelajaran ekonomi yang diselenggarakan di sekolah sudah seharusnya memiliki kualitas mutu sesuai standar pendidikan nasional. Untuk mencapai hal tersebut maka pembelajaran ekonomi harus disajikan dengan inovatif, kreatif, menarik dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk menciptakan lulusan yang diharapkan sesuai Undangundang pendidikan, maka jalannya proses pendidikan harus mengacu pada undang-undang yang berlaku. Ada beberapa kompetensi lulusan yang harus dicapai oleh lulusan SMA. Dalam Mulyasa (2011, hlm. 94) Standar kompetensi lulusan SMA menurut permendiknas nomor-23-tahun-2006 di antaranya menekankan pada kemampuan kognitif analisis siswa yaitu: a). menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks, b). menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial. Berkaitan dengan pelajaran ekonomi pada tingkat SMA/MA Permendiknas nomor-23-tahun-2006 tersebut menjelaskan bahwa lulusan SMA/MA harus memiliki kompetensi-kompetensi sebagai berikut: a). Menganalisis permasalahan ekonomi dalam kaitannya dengan kebutuhan

2 manusia dan sistem ekonomi; b). Mendeskripsikan kegiatan ekonomi produsen, konsumen, permintaan, penawaran dan harga keseimbangan melalui mekanisme pasar; c).mendeskripsikan kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi dalam kaitannya dengan pendapatan nasional, konsumsi, tabungan dan investasi, uang dan perbankan; d). Memahami pembangunan ekonomi suatu negara dalam kaitannya dengan ketenagakerjaan, APBN, pasar modal dan ekonomi terbuka; e).menyusun siklus akuntansi perusahaan jasa dan perusahaan dagang; f).memahami fungsi-fungsi manajemen badan usaha, koperasi dan kewirausahaan. Standar Kompetensi Lulusan di atas secara tersirat mengisyaratkan bahwa lulusan SMA/MA di antaranya harus memiliki kemampuan kognitif analisis yang baik dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang kompleks. Kemampuan kognitif analisis siswa terhadap permasalahan ekonomi merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa pada pelajaran ekonomi, hal tersebut penting dalam menghadapi tantangan hidup yang berat setelah lulus sekolah. Kemampuan analisis menurut taksonomi Bloom termasuk kemampuan ranah kognitif tahap ke empat, Arikunto (2013,hlm. 150-151). Kemampuan analisis menurut Bloom merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dengan kemampuan kognitif analisis yang tinggi khususnya pada pelajaran ekonomi maka lulusan sekolah menengah akan mampu bertindak dan berusaha menangani permasalahan ekonomi dirinya, keluarganya atau bahkan masyarakat sekitarnya. Kemampuan kognitif analisis siswa di Indonesia masih sangat rendah, hal tersebut dijelaskan oleh (kemendikbud, 2011) merujuk pada hasil studi Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2007 menunjukkan siswa Indonesia berada pada ranking yang sangat rendah dalam kemampuan: 1) memahami informasi yang komplek, 2) teori, analisis dan pemecahan masalah, 3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah, 4) melakukan investigasi. Selain itu, hasil studi Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2012 menunjukkan kemampuan siswa Indonesia yang masih kurang dalam kemampuan kognitif analisis dan problem solving. Kemampuan siswa Indonesia sebagian besar berada di level 1, hal tersebut dijelaskan sebagai berikut: level 1

3 sebesar 33,3%, level 2 sebesar 16,8%, level 3 sebesar 5,7%, dan level 4 sebesar 1,5%. Siswa Indonesia belum mampu menguasai dan berpikir kategori level 5 dan 6. Kemampuan Level 1 yaitu menjelaskan tentang siswa hanya dapat mengeksplorasi masalah dengan cara yang terbatas, masih dangkal dan kurang dalam berpikir problem solving, pada level 3 kategori kemampuan kognitif analisis siswa yang paling dasar dan sudah mampu memberikan solusi sederhana atas permasalahan, sedangkan pada level 4, level 5& level 6 menunjukkan kemampuan berpikir siswa dalam membangun strategi-strategi, dan memberikan penyelesaian terhadap permasalahan yang kompleks. Dari hasil studi TIMSS dan PISA tersebut menggambarkan kemampuan kognitif analisis siswa di Indonesia masih rendah hanya 5,7% saja yang berada di level 3 (tingkat analisis), padahal kemampuan kognitif analisis sangat penting untuk dikembangkan dan tingkatkan pada siswasiswa di Indonesia karena kemampuan kognitif analisis akan berguna bagi lulusan sekolah menengah dalam menghadapi persaingan hidup di era globalisasi dewasa ini. Walaupun studi TIMSS dan PISA ini dilakukan pada siswa yang berumur 15 tahun (usia SMP) namun rendahnya kemampuan kognitif analisis sejak SMP ini akan berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan kognitif analisis siswa pada masa SMA. Hal yang hampir sama tentang rendahnya kemampuan kognitif analisis siswa di Indonesia juga dinyatakan dalam laporan Mckinsey Indonesian s Today dan sejumlah data rangkuman Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (dalam Edupost, 2012) menyatakan bahwa hanya 5% dari pelajar Indonesia yang memiliki kemampuan pada taraf analisis, sedangkan sebagian besar pelajar Indonesia lainnya hanya memiliki kemampuan sampai taraf mengetahui. Salah satu penyebab hal tersebut karena pembelajaran di sekolah kurang menuntut siswa untuk mengembangkan kemampuan kognitif analisis (C4), siswa cenderung dilatih untuk menjawab soal dengan menghafal, sehingga keaktifan dan daya pikir tingkat tinggi seperti kemampuan kognitif tingkat analisis kurang berkembang.

4 Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pelajaran ekonomi SMAN I Banjaran pada bulan tanggal 30 Maret 2015, menyatakan bahwa dalam pelaksanaan ulangan harian, siswa merasa kesulitan untuk menjawab soal-soal yang bersifat analisis, seperti menghitung SHU dalam materi koperasi, analisis inflasi dan masih banyak lagi soal-soal yang berbentuk mengukur kemampuan kognitif analisis lainnya. Hanya sedikit sekali siswa yang mampu menjawab soalsoal yang berbentuk analisis. Berdasarkan nilai ulangan harian kelas XI IPS 6 tipe soal C4 tentang perhitungan SHU Koperasi dan analisis peran koperasi di lingkungan sekitar. Menunjukkan sebagian besar siswa memiliki nilai di bawah standar KKM (75). Skor nilai ulangan harian tersebut dapat terlihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Materi BUMN, BUMS dan Koperasi Kelas XI IPS 6 SMAN I Banjaran. NILAI ULANGAN HARIAN KELAS XI IPS-6 TGL 16 MARET 2015 no NAMA SISWA NILAI KET. LULUS KKM(75) 1 ANIDA 88 LULUS KKM 2 ANISA 68 BELUM LULUS KKM 3 CICA 77 LULUS KKM 4 DEVY. P 73 BELUM LULUS KKM 5 DHISNA 83 LULUS KKM 6 DIDIT 73 BELUM LULUS KKM 7 ELGA 70 BELUM LULUS KKM 8 FAJAR 69 BELUM LULUS KKM 9 FITRIA 83 LULUS KKM 10 GANDI 88 LULUS KKM 11 HILWA 65 BELUM LULUS KKM 12 INDRI 81 LULUS KKM 13 INTAN 75 LULUS KKM 14 KENISHA 63 BELUM LULUS KKM 15 LINGKOLN. S 75 LULUS KKM 16 LISMAYANTI 75 LULUS KKM 17 MELINDA 63 BELUM LULUS KKM 18 NANI 65 BELUM LULUS KKM 19 NENG SRI 73 BELUM LULUS KKM 20 NURLINDA 61 BELUM LULUS KKM 21 PRASETIA 60 BELUM LULUS KKM 22 PUJA 83 LULUS KKM

5 23 REGITA 69 BELUM LULUS KKM 24 RHEYNALDI 80 LULUS KKM 25 RIAN 66 BELUM LULUS KKM 26 RIRIN 76 LULUS KKM 27 SAPTO 61 BELUM LULUS KKM 28 SUKMARASA 59 BELUM LULUS KKM 29 TEUKU ESA 83 LULUS KKM 30 WANDA 75 LULUS KKM 31 WIDYA 65 BELUM LULUS KKM 32 YAYU 60 BELUM LULUS KKM 33 YOGI 62 BELUM LULUS KKM 34 YUNI 61 BELUM LULUS KKM Rata-Rata 71,41 BELUM LULUS KKM (sumber: Guru pelajaran ekonomi SMAN I Banjaran) Dari tabel skor nilai ulangan harian kelas XI IPS 6 tersebut menjelaskan sebagian besar siswa masih belum lulus kriteria kemampuan minimal, hal tersebut menjadi salah satu indikasi bahwa kemampuan siswa dalam menjawab soal tipe C4 yang mengukur kemampuan kognitif analisis masih kurang. Kemampuan menganalisis merupakan salah satu kemampuan kognitif siswa yang dikembangkan dan menjadi fokus pada kurikulum 2013. Dengan pendekatan sainstific kurikulum 2013 menekankan pembelajaran dengan berorientasi pada peserta didik (student oriented) dari pada berorientasi kepada guru (teacther oriented). Pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik akan memberikan pengalaman dan pemahaman tersendiri bagi peserta didik. Pelajaran ekonomi yang berkaitan dengan berbagai ilmu sosial dan kebutuhan manusia. Pembelajaran ekonomi adalah pelajaran yang lebih berorientasi pada siswa bukan berorientasi kepada guru (teacther oriented). Pembelajaran ekonomi memberikan keterampilan, pemahaman, pengalaman yang bermakna, kecerdasan intelektual, sosial, dan emosional. Dengan alasan tersebut maka keaktifan siswa dalam proses pembelajaran harus menjadi prioritas utama. Dalam pelajaran ekonomi, kemampuan kognitif analisis (C4) siswa dapat diperoleh melalui penerapan metode pembelajaran yang inovatif, kunstruktifistik, kreatif dan mampu mengajak siswa membangun pemahaman terhadap konsep yang dipelajari. Salah satu metode pembelajaran yang menganut paham konstruktivisme di mana siswa membangun sendiri kemampuannya adalah model

6 pembelajaran inkuiri, model pembelajaran inkuiri lebih spesifik terbagi menjadi beberapa metode pembelajaran di antaranya metode inkuiri terbimbing (guide inquiry), metode inkuiri bebas termodifikasi (free inquiry modified), metode inkuiri bebas (free inquiry). Metode inkuiri terbimbing (guide inquiry) dan metode inkuiri bebas termodifikasi (free inquiry modified) dapat memacu meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan kognitif tingkat analisis. Metode inkuiri terbimbing (guide inquiry) dan metode inkuiri bebas termodifikasi (free inquiry modified) menekankan kepada keaktifan siswa untuk mencari pemahaman dan membangun pengetahuannya sendiri baik dengan bimbingan dan arahan dari guru ataupun tidak dengan bimbingan guru. Kedua metode pembelajaran ini dalam pelaksanaannya dapat melatih siswa dalam berpikir kritis dan analisis. Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai aspek, selain pengaruh model pembelajaran yang digunakan masih banyak lagi aspek-aspek lain yang mempengaruhi, di antaranya minat belajar siswa. Kenyataan yang terjadi bahwa minat belajar siswa dalam pelajaran ekonomi bervariasi, yang dapat dikategorikan menjadi kelompok siswa yang minat belajarnya rendah dan tinggi. Minat belajar yang berbeda ini bersifat personal dan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Dengan demikian guru harus memahami perbedaan-perbedaan individual siswa salah satunya perbedaan minat belajar siswa. Selain pentingnya pengembangan kemampuan kognitif analisis siswa khususnya pada pelajaran ekonomi, merupakan hal penting juga untuk ditingkatkan yaitu minat belajar siswa hampir di kebanyakan sekolah baik negeri atau swasta, minat belajar siswa merupakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Masih adanya siswa yang minat belajarnya rendah dalam pelajaran ekonomi, tercermin dari sebagian kecil siswa yang sering keluar masuk kelas saat pelajaran berlangsung, merupakan salah satu indikasi sebagian siswa masih memiliki minat belajar yang rendah. Mengetahui perbedaan minat belajar siswa sangat penting, hal tersebut berguna untuk merencanakan desain pembelajaran yang sesuai. Karena

7 bagaimanapun juga perbedaan minat belajar siswa bisa berpengaruh terhadap penguasaan materi pembelajaran ekonomi di sekolah. Kecenderungan siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan lebih termotivasi dalam memahami materimateri pelajaran ekonomi dibandingkan dengan siswa yang memiliki minat belajar sedang atau rendah. Minat belajar yang tinggi akan memacu kreatifitas, dan kemandirian belajar siswa. Dengan minat belajar yang tinggi maka proses pembelajaran akan terlaksana dengan baik. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu untuk dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing (guide inquiry) dan Inkuiri Bebas Termodifikasi (free inquiry modified) Terhadap Peningkatan Kemampuan Kognitif Analisis Siswa Pada Pelajaran Ekonomi Ditinjau dari Minat Belajar. B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan pada hasil studi Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2007 dan PISA tahun 2012 diperoleh keterangan bahwa kemampuan analisis siswa di Indonesia umur 15 tahun sangat rendah jika dibandingkan dengan siswa negara-negara lain (kemendikbud, 2015). Kemampuan kognitif analisis siswa sangat penting untuk dikembangkan, karena kemampuan ini sangat bermanfaat dalam menghadapi persaingan hidup yang semakin ketat terutama menghadapi era globalisasi. Kemampuan kognitif analisis siswa dapat dikembangkan dengan metodemetode pembelajaran yang bersifat konstruktivisme, metode pembelajaran konstruktivisme di antaranya yaitu metode inkuiri terbimbing (guide inquiry) dan metode inkuiri bebas termodifikasi (free inquiry modified). Selain metode pembelajaran yang digunakan, keberhasilan tujuan pembelajaran juga dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual siswa yang memiliki latar belakang atau perbedaan lainnya. Salah satu perbedaan individual siswa yaitu minat belajar siswa. C. Rumusan Masalah Penelitian

8 Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan kognitif analisis siswa pada pelajaran ekonomi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing (guide inquiry)? 2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan kognitif analisis siswa pada pelajaran ekonomi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri bebas termodifikasi (free inquiry modified)? 3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan kognitif analisis siswa pada pelajaran ekonomi antara kelas yang menggunakan metode inkuiri terbimbing (guide inquiry) dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran ekspositori? 4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan kognitif analisis siswa pada pelajaran ekonomi antara kelas yang menggunakan metode inkuiri bebas termodifikasi (free inquiry modified) dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran ekspositori? 5. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan kognitif analisis siswa pada pelajaran ekonomi antara kelas yang menggunakan metode inkuiri terbimbing (guide inquiry) dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi (free inquiry modified)? 6. Apakah minat belajar siswa berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan kognitif analisis siswa pada pelajaran ekonomi? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan kognitif analisis siswa SMA pada pelajaran ekonomi, dengan maksud mencari jalan keluar bagaimana meningkatkan kemampuan kognitif analisis siswa pada pelajaran ekonomi tersebut di masa yang akan datang. Dengan meningkatnya kemampuan kognitif analisis pada pelajaran ekonomi, maka siswa akan mampu berpikir rasional dalam menangani

9 permasalahan-permasalahan kompleks tentang perekonomian baik bagi dirinya, keluarga maupun lingkungan lainnya. Sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah metode pembelajaran inkuiri terbimbing (guide inquiry) dan metode pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi (free inquiry modified) berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan kognitif analisis siswa pada pelajaran ekonomi, dan apakah kemampuan kognitif analisis siswa pada pelajaran ekonomi dipengaruhi oleh minat belajar siswa. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis: 1. Perbedaan kemampuan kognitif analisis siswa pada pelajaran ekonomi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing (guide inquiry). 2. Perbedaan kemampuan kognitif analisis siswa pada pelajaran ekonomi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri bebas termodifikasi (free inquiry modified). 3. Perbedaan peningkatan kemampuan kognitif analisis siswa pada pelajaran ekonomi antara kelas yang menggunakan metode inkuiri terbimbing (guide inquiry) dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran ekspositori. 4. Perbedaan peningkatan kemampuan kognitif analisis siswa pada pelajaran ekonomi antara kelas yang menggunakan metode inkuiri bebas termodifikasi (free inquiry modified) dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran ekspositori. 5. Perbedaan peningkatan kemampuan kognitif analisis siswa pada pelajaran ekonomi antara kelas yang menggunakan metode inkuiri terbimbing (guide inquiry) dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi (free inquiry modified). 6. Pengaruh minat belajar siswa terhadap peningkatan kemampuan kognitif analisis siswa pada pelajaran ekonomi. E. Manfaat Penelitian

10 Apabila tujuan penelitian ini tercapai, terdapat beberapa manfaat yang dapat disumbangkan bagi guru, siswa serta pihak lain yang berkepentingan. Manfaat tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a) Dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya, bahwa kemampuan kognitif analisis siswa dapat ditingkatkan dengan penerapan metode-metode pembelajaran yang bersifat konstruktivisme. b) Sebagai bahan perbandingan dan pertimbangan penggunaan metode-metode pembelajaran yang efektive dalam upaya peningkatan kemampuan kognitif analisis siswa, khususnya pada pelajaran ekonomi umumnya pada pelajaran lain. 2. Manfaat Praktis a) Sebagai salah satu alternatif penggunaan metode pembelajaran di kelas untuk meningkatkan kemampuan kognitif analisis siswa pada pelajaran ekonomi. b) Penerapan metode inkuiri terbimbing sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran yang efektive, menarik dan menyenangkan pada pelajaran ekonomi. c) Memberikan masukan kepada guru pelajaran ekonomi agar dapat memilih dan menggunakan metode mengajar yang tepat dalam meningkatkan prestasi belajar, minat belajar dan kemampuan kognitif analisis siswa khususnya pada pelajaran ekonomi di SMA. d) Membantu peserta didik dalam meningkatkan kemampuan kognitif analisis.