BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Teori. 1. Sejarah. Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, sejarah dapat diartikan

dokumen-dokumen yang mirip
LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

BAB II KAJIAN TEORI. A. Minat. 1. Pengertian Minat Belajar. Besar kecilnya minat akan mempengaruhi keberhasilan bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai berbagai tujuan yang dapat membawa perubahan yang lebih baik.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku kecakapan, keterampilan dan

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

BAB V PEMBAHASAN. kooperatif tipe Jigsaw. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu

Reny Tri Setia Ningsih. Universitas PGRI Yogyakarta.

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dari Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted

MEIDITA CAHYANINGTYAS K

BAB II LANDASAN TEORI. yang berdasarkan faham konstruktivis. 1 Menurut Hamid Hasan, kooperatif

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB I PENDAHULUAN. menuntut lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi menuntut setiap negara untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Peningkatan Hasil Belajar Sejarah melalui Pendekatan Kooperatif Teknik Jigsaw Siswa Kelas XII

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Paradigma inilah

eksternal yang datang dari lingkungan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Tipe Jigsaw Siswa Kelas V

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

memilih alat-alat peraga yang cocok.

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. lain-lain. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Hamalik (2014:30)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang umumnya dihadapi oleh guru adalah bagaimana

Kata Kunci : Metode Jigsaw, Finishing Bangunan, mahasiswa Arsitektur I. PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

ABSTRAK. meningkatkan mutu pembelajaran. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar 34

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN KERJASAMA PADA MATERI PERUBAHAN BENDA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN. Ida Wati

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Wulan Puji Permari, 2013

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Sejarah Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, sejarah dapat diartikan sebagai silsilah, asal-usul (keturunan), atau kejadian yang terjadi pada masa lampau. Sedangkan para ahli mengemukakan definisi sejarah antara lain sebagai berikut. a. Sejarah menurut Widja adalah suatu studi yang telah dialami manusia diwaktu lampau dan telah meninggalkan jejak diwaktu sekarang, di mana tekanan perhatian diletakkan, terutama dalam pada aspek peristiwa sendiri. Dalam hal ini terutama pada hal yang bersifat khusus dan segi-segi urutan perkembangannya yang disusun dalam cerita sejarah (I Gede Widja, 1989: 9). b. Sejarah Sartono Kartodirdjo adalah gambaran tentang masa lalu manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap. Meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberikan pengertian pemahaman tentang apa yang telah berlalu (Sartono Kartodirdjo, 1982: 12). c. Sejarah menurut Sidi Gazalba adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa tersebut dengan 10

11 tafsiran dan penjelasan, yang memberi pengertian tentang apa yang telah berlalu (Gazalba, 1981: 13). Dari beberapa pengertian sejarah di atas maka dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah ilmu yang mempelajari kejadian-kejadian atau peristiwa pada masa lalu manusia serta merekontruksi apa yang terjadi pada masa lalu. Dengan adanya pembelajaran sejarah pada siswa maka dapat membantu siswa dalam memahami perilaku manusia pada masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. 2. Minat Belajar Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, rasa takut, dan kecenderungankecenderungan lain yang menggerakkan individu pada suatu pilihan tertentu (Andi Mappiare, 1982: 62). Crow and Crow dalam bukunya Educational Psychology yang dikutip oleh Abdul Rachman Abror (1993: 112), minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda atau kegiatan atau pun bisa berupa pengalaman yang afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Minat melahirkan perhatian spontan dan perhatian spontan memungkinkan terciptanya konsentrasi untuk waktu yang lama. Minat merupakan suatu sikap batin dalam diri seseorang, maka tumbuhnya minat itu bermuara pada berbagai dorongan batin (The Liang Gie, 1995: 130).

12 Menurut Slameto (2010: 180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dibandingkan hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian lebih pada subyek tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir tetapi diperoleh kemudian. Menurut Winkel (1983: 30), minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subyek merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu sehingga merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Perasaan senang akan menimbulkan minat, kemudian diperkuat lagi oleh sikap yang positif. Menurut Bigot yang dikutip oleh Abdul Rachman Abror (1993: 112) minat mengandung unsur-unsur, yakni unsur kognisi (mengenal, unsur emosi (perasaan), dan unsur konasi (kehendak). Oleh karena itu minat dianggap sebagai respon yang sadar karena kalau tidak demikian maka minat tidak akan mempunyai arti apa-apa. Minat mengandung unsur kognisi, artinya minat itu didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat tesebut. Minat mengandung unsur emosi karena dalam partisipasi atau pengalaman itu

13 disertai dengan pengalaman tertentu. Sedangkan unsur konasi merupakan kelanjutan dari unsur kognisi dan unsur emosi yang diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu kegiatan. Dari berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa minat merupakan respon sadar dari suatu hubungan diri sendiri dengan sesuatu di luar diri yang mengandung unsur kognisi, emosi dan konasi serta faktor yang mempengaruhi dan mendasari timbulnya minat yang dapat mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu seperti citacita. Sehingga indikator dari minat meliputi kemauan untuk melakukan suatu kegiatan, partisipasi dalam suatu aktivitas, ketertarikan pada suatu hal, dan perhatian terhadap suatu obyek. Cara meningkatkan minat siswa menurut para ahli yang dikutip oleh Slameto (2010: 181) adalah sebagai berikut. a. Cara yang paling efektif untuk meningkatkan minat siswa pada suatu obyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. b. Menurut Tanner & Tanner, pengajar harus berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu dan menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang.

14 c. Menurut Rooijakkers, meningkatkan minat siswa dapat dilakukan dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa. Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antar materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu (Slameto, 2010:180). Apabila siswa menyadari bahwa belajar adalah alat untuk mencapai tujuan yang dinggapnya penting dan membawa kemajuan pada dirinya, maka siswa akan lebih berminat untuk belajar. Selain itu, guru juga harus mengemas pelajaran menjadi lebih menarik dan tidak membosankan serta sesuai dengan minat siswa agar prestasi belajar siswa menjadi lebih baik. Perubahan minat dapat dilihat dari diri siswa yang sudah lebih berminat untuk mengikuti kegiatan sekolah. Minat merupakan salah satu faktor keberhasilan belajar siswa. Minat besar pengaruhnya terhadap keaktifan belajar siswa, apabila bahan pelajaran tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan sebaikbaiknya karena bahan pelajaran yang disampaikan tidak menarik. Oleh karena itu, guru harus mengetahui minat siswa dan mengaitkannya dalam pembelajaran agar siswa lebih senang dalam belajar dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

15 Menurut Safari (2005:111) minat belajar adalah kesenangan dalam melakukan kegiatan dan dapat membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi kesediaanya dalam belajar. Kemudian definisi operasional dari minat belajar adalah skor siswa yang diperoleh dari tes minat belajar dan mengukur aspek : Kesukacitaan, Ketertarikan, Perhatian, Keterlibatan. Dalam definisi tersebut dapat disusun indikator minat belajar sebagai berikut : a. Gairah siswa dalam mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar. b. Inisiatif siswa dalam mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar. c. Respon siswa terhadap materi dan tugas yang diberikan oleh guru. d. Kesegeraan siswa dalam mengumpulkan tugas dan mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru. e. Kosentrasi siswa dalam belajar. f. Ketelitian siswa dalam mengerjakan tugas dan soal latihan yang diberikan oleh guru. g. Kemauan siswa untuk belajar. h. Keuletan siswa dalam mengerjakan tugas dan latihan soal yang diberikan oleh guru. i. Kerja keras dalam mengerjakan tugas dan latihan soal yang diberikan oleh guru.

16 Dengan adanya indikator di atas, dapat diketahui siswa yang berminat, kurang berminat dan tidak berminat dalam mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar dalam mata pelajaran sejarah. 3. Mata Pelajaran Sejarah Mata pelajaran sejarah adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan atau peristiwa-peristiwa penting di masa lampau dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi dan kehidupan dalam masyarakat. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, sejarah dapat diartikan sebagai silsilah, asal-usul (keturunan), atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau. Dari pengertian sejarah dapat diketahui bahwa di dalam sejarah terkandung beberapa aspek yang perlu dipelajari, yaitu aspek pengetahuan, aspek sikap, dan aspek ketrampilan. Aspek-aspek ini akan bermanfaat bagi peserta didik dalam upaya memecahkan permasalahan yang dihadapi di dalam masyarakat pada masa yang akan datang. Sering dikatakan bahwa pelajaran sejarah penting artinya bagi kehidupan manusia, yaitu sebagai tambahan pengalaman, upaya untuk menjaga peninggalan masa lampau, mengetahui pertentangan antar suku bangsa yang mungkin mempunyai permasalahan yang sama serta untuk mengenang dan mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan kita.

17 Oleh karena belajar sejarah mempunyai tujuan yang baik bagi generasi muda maka sejarah perlu dan harus dipelajari oleh siapapun terutama oleh generasi muda yang ada di negara ini. Memahami sejarah di masa yang silam, peserta didik dapat menangkap nilai-nilai yang dianut oleh tokoh terdahulu. Menurut Kartodirjo (1982: 43) tujuan pengajaran sejarah adalah: a. Membangkitkan perhatian serta minat kepada sejarah tanah air. b. Mendapatkan inspirasi, baik dari kisah kepahlawanan maupun peristiwa yang merupakan strategi nasional. c. Memberikan pola berpikir rasional, kritis, empiris, dan realistis. d. Mengembangkan sikap mau menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Sedangkan menurut Kasmadi (2000: 12) mengemukakan bahwa tujuan luhur dari pelajaran sejarah adalah untuk menanamkan semangat kebangsaan, cinta tanah air, bangsa dan negara serta sadar untuk menjawab untuk apa ia dilahirkan. Pelajaran sejarah merupakan salah satu unsur utama dalam pendidikan politik bangsa. Lebih jauh lagi pengajaran sejarah merupakan sumber inspirasi terhadap hubungan antar bangsa dan negara. Siswa menjadi memahami bahwa ia merupakan bagian dari masyarakat negara dan dunia.

18 4. Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) a. Pengertian Pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa dapat bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Cooperative learning menurut Slavin (1984) yang dikutip oleh Etin Solihatin (2007: 4) adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Sedangkan pengertian cooperative learning menurut Etin Solihatin sendiri adalah perilaku bersama dalam bekerja dan membantu di antara sesama anggota kelompok yang mempunyai struktur kerja sama yang teratur, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan tiap anggota kelompok itu sendiri (Solihatin, 2007: 4). b. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesama sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan suatu masalah. Menurut Arends (1997: 111), model pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri:

19 1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar, 2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, 3) Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda, 4) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu (www.docstoc.com). c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif merupakan pondasi yang baik untuk meningkatkan dorongan berprestasi murid. Selain tujuan bersama yang akan dicapai, kebersamaan dan kerjasama dalam pembelajaran ini juga diarahkan untuk mengembangkan kemampuan kerjasama diantara para siswa. Pembelajaran ini akan memberikan kesempatan siswa untuk mendiskusikan suatu masalah, mendengarkan pendapat-pendapat orang lain dan memacu siswa untuk bekerjasama, saling membantu untuk menyelesaikan permasalahan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran kooperatif, pengelolaan kelas harus diselaraskan dengan strategi pembelajaran. Tujuan pembelajaran kooperatif yang dirangkum oleh Ibrahim, dkk (2000:7) antara lain: 1) Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

20 2) Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. 3) Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi (www.desi_na.student.fkip.uns.ac.id). 5. Teknik Jigsaw II Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al sebagai strategi Cooperative Learning. Teknik dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Jigsaw orisinil membutuhkan pengembangan yang ekstensif dari materi-materi khusus. Bentuk adaptasi Jigsaw yang lebih praktis dan mudah yaitu Jigsaw II. Jigsaw II dikembangkan oleh Slavin dengan sedikit perbedaan. Ada perbedaan mendasar antara pembelajaran Jigsaw I dan Jigsaw II. Pada tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi spesialisasinya saja, sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi dengan teman satu grupnya. Pada tipe II, setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli (expert). Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan (Trianto, 2010: 75).

21 Cara menggunakan cooperative learning teknik Jigsaw orisinal menurut Anita Lie (1999: 73-74) adalah sebagai berikut. 1. Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi empat bagian. 2. Sebelum pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Pengajar dapat menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan Brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan schemata siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru. 3. Siswa dibagi dalam kelompok berlima 4. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama. Sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua. Demikian seterusnya. 5. Kemudian siswa disuruh membaca/mengerjakan bagian mereka masing-masing. 6. Setelah selesai, siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca/dikerjakan masing-masing. Dalam kegiatan ini siswa dapat saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.

22 7. Khusus untuk kegiatan membaca, kemudian pengajar membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut. 8. Kegiatan ini dapat diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi dilakukan antara pasangan atau dengan seluruh kelas. Sedangkan langkah-langkah pembelajaran dengan Jigsaw II menurut Trianto (2010: 75-78) adalah sebagai berikut. 1. Orientasi Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan Jigsaw II dalam proses belajar mengajar. Siswa diminta mempelajari konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep. (Bisa juga pemahaman konsep ini menjadi tugas yang sebelumnya harus dibaca dirumah) 2. Pengelompokan Siswa dibagi kedalam kelompok dengan beranggotakan 5-6 orang siswa dengan kemampuan heterogen. Berilah indeks 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik, indeks 2 untuk kelompok baik, indeks 3 untuk kelompok sedang, dan indeks 4 untuk kelompok rendah. Tiap grup akan berisi: Grup A {A1, A2, A3, A4, A5} Grup B {B1, B2, B3, B4, B5}

23 Grup C {C1, C2, C3, C4, C5} Grup D {D1, D2, D3, D4, D5} Grup E {E1, E2, E3, E4, E5,} 3. Pembentukan dan pembinaan kelompok ahli Grup (kelompok) asal kemudian dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari materi yang akan diberikan guru dan dibina supaya menjadi ahli berdasarkan indeksnya. Kelompok 1 {A1, B1, C1, D1, E1} Kelompok 2 {A2, B2, C2, D2, E2} Kelompok 3 {A3, B3, C3, D3, E3} Kelompok 4 {A4, B4, C4, D4, E4} Tiap kelompok diberi konsep materi sesuai dengan kemampuannya. Kelompok 1 yang terdiri dari siswa yang sangat baik kemampuannya diberi materi yang lebih kompleks, begitu seterusnya. Setiap kelompok diharapkan dapat belajar topik yang diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali ke dalam grup (kelompok) asal sebagai tim ahli. 4. Diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam grup Para ahli dalam konsep tertentu ini kemudian kembali kepada grup (kelompok) asal. Sehingga di dalam kelompok telah memiliki 5 orang ahli dalam konsep tertentu. Selanjutnya guru mempersilahkan anggota kelompok untuk mempresentasikan keahliannya kepada anggota grupnya masing-masing, satu per satu.

24 5. Pengakuan kelompok Penilaian didasarkan pada skor peningkatan individu, pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimun pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka. B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang mengkaji tentang model pembelajaran kooperatif yang pernah dilakukan yaitu seperti berikut. 1. Penelitian yang ditulis oleh Sri Supadmi (2009) berjudul Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui Pembelajaran Kooperatif Jigsaw bagi Siswa SMP Negeri 2 Mertoyudan Magelang. Hasil penelitiannya disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran Kooperatif Jigsaw meningkatkan partisipasi belajar dan hasil belajar siswa dengan peningkatan rerata prosentase partisipasi belajar siswa, yaitu pada siklus I sebesar 78% meningkat menjadi 87% pada siklus II. Dan peningkatan jumlah siswa yang mencapai nilai batas tuntas minimal (>75), yaitu sebelum tindakan 4 siswa (12%) yang tuntas, pada siklus I menjadi 7 siswa (21%), kemudian pada siklus II sebanyak 24 siswa (71%), dan pada akhir siklus I dan II meningkat menjadi 29 siswa (85%).

25 2. Penelitian yang ditulis oleh Ahnanto (2009) berjudul Prestasi Belajar Sosiologi dengan Penerapan Pendekatan Cooperative Learning Metode Jigsaw pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010. Hasil penelitiannya disimpulkan bahwa pelaksanaan Penerapan Pendekatan Cooperative Learning Metode Jigsaw meningkatkan prestasi belajar siswa sebesar 1,70 dan kenaikan prestasi belajar yang menggunakan metode ceramah sebesar 1,28 diperoleh nilai pengujian t hitung sebesar 2,078 lebih besar dari t tabel sebesar 1,670 dengan taraf signifikansi sebesar 5%. C. Kerangka Pikir Strategi dan metode pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah sebagian besar adalah berupa teori dan ceramah. Sedangkan siswa secara umum akan cepat merasa bosan menerima materi yang bersifat teori. Terlebih jika guru masih menggunakan strategi pengajaran yang konvensional dan kurang dapat memberikan inovasi-inovasi pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Hal ini akan menyebabkan minat belajar siswa menjadi rendah karena siswa tidak terlibat aktif dalam proses belajar. Melihat situasi yang demikian, perlu dilakukan upaya pemecahan masalah melalui penerapan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Sebagai alternatif pembelajaran yang dapat dilakukan adalah pembelajaran model kooperatif teknik Jigsaw II.

26 Dengan penerapan pembelajaran kooperatif dengan teknik Jigsaw II yang tepat diharapkan dapat meningkatkan indikator-indikator dalam minat meliputi: a. Perasaan Senang Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu mata pelajaran, maka siswa tersebut akan terus mempelajari ilmu yang disenanginya. Tidak ada perasaan terpaksa pada siswa untuk mempelajari bidang tersebut. b. Ketertarikan Siswa Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan atau bisa berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. c. Perhatian Siswa Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa yang memiliki minat pada objek tertentu, dengan sendirinya akan memperhatikan objek tersebut. d. Keterlibatan Siswa Ketertarikan seseorang akan suatu objek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari objek tersebut.

27 Dengan demikian uraian kerangka pikir tersebut di atas dapat digambarkan sebagai berikut: Kondisi awal Tindakan Hasil akhir Minat belajar siswa untuk melakukan suatu kegiatan dalam proses belajar, berpartisipasi, tertarik pada bahan pelajaran, perhatian pada penjelasan guru masih dibawah standar (<75%) Strategi pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II Jigsaw II Minat belajar siswa untuk melakukan suatu kegiatan dalam proses belajar mengajar, berpartisipasi, tertarik pada bahan pelajaran, perhatian pada penjelasan guru meningkat (>75%). Gambar 1. Alur Kerangka Pikir