SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan Rihan Rizaldy Wibowo rihanrw @gmail.com Mahasisw a Jurusan A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perancanaan dan Pengenbangan Kebijakan (SA PPK), Institut Teknologi Bandung (ITB). Abstrak Seiring berkembangnya keilmuan arsitektur, bangunan-bangunan modern yang dibangun kini memiliki kesamaan antara satu kota dan kota lainnya. Akibatnya, masyarakat kota kini kebingungan akan identitas arsitektur dari suatu kota. Terutama setelah terjadi Tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004, rekonstruksi dan pembangunan infrastruktur kota berlangsung terus menerus hingga saat ini. Kota Banda Aceh sebagai kota yang berlandaskan Islam paling tua di Asia Tenggara dan Ibu Kota dari Kesultanan Aceh tentu memiliki sejarah yang kuat akan Islam dan sejarah kota tidak bisa dipisahkan dari Masjid Baiturrahman. Karakter yang kuat ditunjukkan oleh Masjid Baiturrahman sebagai pusat dari segala kegiatan di Aceh Darussalam. Tujuan dilakukan studi ini adalah untuk mengetahui karakter visual dari bangunan Masjid Baiturrahman di Banda Aceh. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dengan mendeskripsikan elemen-elemen visual bangunan kemudian dilakukan analisis. Berdasarkan analisis tersebut disimpulkan bangunan ini masih bisa disebut sebagai bangunan yang menggambarkan identitas kota. Kata-kunci : elemen visual, identitas kota, masjid, karakter visual Pendahuluan Banda Aceh yang terkenal sebagai Serambi Mekkah memiliki karakter yang kuat sebagai kota yang berlandaskan Islam bahkan sejak berabad-abad silam. Banda Aceh sebagai ibu kota Kesultanan Aceh Darussalam berdiri pada abad ke-14. Kesultanan Aceh Darussalam dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha yang pernah ada sebelumnya, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura (Indrapuri). Seiring berkembangnya kota, Masjid dan mushala/surau sebagai tempat ibadah utama umat muslim banyak dijumpai diseluruh kota Banda Aceh. Masjid Baiturrahman sebagai pusat dari segala kegiatan di kota memiliki ciri khas arsitektur mughal yang kental karena bangunan megah ini memiliki kemiripan dengan Taj Mahal di India. Sewaktu kerajaan Belanda menyerang Kesultanan Aceh, agresi militer Belanda kedua pada Bulan Shafar 1290 H atau 10 April 1873 Masehi, Masjid Baiturrahman dibakar. Kemudian, pada tahun 1877 Belanda membangun kembali Masjid Baiturrahman untuk meredam kemarahan Bangsa Aceh. Pada tahun 2004 saat Aceh dilanda Tsunami yang meluluh lantakkan seluruh kota Banda Aceh, Masjid Baiturrahman tetap kokoh berdiri dan menjadi saksi dari Tsunami yang telah merenggut lebih dari 230.000 korban jiwa. Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam lingkup elemen fisik pembentuk karakter visual, lokasi yang akan diteliti adalah kawasan Masjid Baiturrahman. Bentukan-bentukan fisik yang Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 A 139
Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan tercipta dapat menjadi ciri bagi lingkungan di sekitarnya. Pesan yang disampaikan oleh suatu lingkungan maupun kota melalui komunikasi visual, menyebabkan sesorang mempunyai kesan yang spesifik terhadap kota dan lingkungan tersebut. Oleh karena itu, keberadaan sebuah kota sering diwujudkan dalam bentuk kekhasan yang dimasukkan dalam e lemen-elemen fisik pembentuknya. Utomo (2005). Objek dan Persoalan Gambar 1. Meusigit Raja. 1915 (Sumber: http://media-kitlv.nl/) Masjid Raya Baiturrahman adalah sebuah masjid Kesultanan Aceh yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam pada tahun 1022 H/1612 M. Pada masa Kesultanan Aceh Darussalam, Masjid Raya Baiturrahman terbakar habis pada agresi tentara Belanda kedua pada tanggal 10 April bulan Shafar 1290H/April 1873 M yang dipimpin oleh Jenderal van Swieten. Tindakan Belanda yang membakar Masjid Raya Baiturrahman yang merupakan masjid kebanggaan milik Kesultanan Aceh Darussalam inilah yang membuat rakyat Aceh murka sehingga melakukan perlawanan yang semakin hebat untuk mengusir Belanda dari Kesultanan Aceh. Empat tahun setelah Masjid Raya Baiturrahman itu terbakar, pada pertengahan shafar 1294 H/Maret 1877 M, dengan mengulangi janji jenderal Van Sweiten dan sebagai permintaan maaf juga untuk meredam kemarahan rakyat Aceh maka Gubernur Jenderal Van Lansberge menyatakan akan membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman yang telah terbakar itu. Pada studi kali ini, akan dikaji mengenai permasalahan karakter visual bangunan Masjid Baiturrahman. Studi deskriptif ini menggambarkan dan menganalisis mengenai karakter visual bangunan pada Masjid Baiturrahman. Analisis terhadap karakter visual bangunan terdiri dari elemenelemen bangunan sebagai upaya untuk melihat lebih dalam kualitas fisik yang ada pada Masjid Baiturrahman. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui karakter visual dari Masjid Baiturrahman dan mengetahui apakah bangunan masih bisa disebut sebagai identitas kota. A 140 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Rihan Rizaldy Wibow o Pembahasan Area bangunan Masjid Baiturrahman merupakan bangunan yang memiliki gaya bangunan antara corak Islam dengan corak Mughal di India. Walaupun dipengaruhi oleh langgam arsitektur Mughal, itu tidak menghilangkan ciri khas budaya asli terhadap bentuk masjid. Karakter visual dari bangunan Masjid Baiturrahman Banda Aceh dibentuk oleh: 1. Atap Gambar 2. Perspektif Masjid Baiturrahman (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/masjid_raya_baiturrahman) Atap atau kubah masjid ini memiliki jumlah yang berkembang seiring berjalannya waktu. Pada saat pertama kali dibangun, masjid ini hanya memiliki satu kubah. Pada tahun 1935, masjid ini diperluas dan ditambahkan dua kubah disisi kiri dan kanan bangunan. Pada tahun 1991-1993 dilakukan lagi perluasan masjid dan hingga kini Masjid Baiturrahman memiliki tujuh kubah. Gambar 3. Misdjid Raja te Koeta-Radja. 1915 (Sumber: http://media-kitlv.nl/) Gambar 4. Koeta-Radja, Missigit. 1967 (Sumber: http://media-kitlv.nl/) Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 A 141
Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan Gambar 5. Perspektif Mata Burung Masjid Baiturrahman. 2017 (Sumber: Dokumentasi Pribadi) Ketujuh kubah ini memiliki bentuk yang identik dan merupakan serapan dari arsitektur Mughal di India. Warna hitam pada kubah menunjukkan nilai spiritualitas yang tinggi. Selain dari ketujuh kubah tersebut, terdapat pula atap-atap pelana hasil adaptasi terhadap iklim di Indonesia. 2. Pintu Masjid Baiturrahman memiliki banyak pintu untuk masuk kedalam area masjid. Secara umum pintu - pintu ini identik dan terdiri dari tiga pintu besar yang menggambarkan kesan yang gigantis. Gambar 6. Pintu masuk Masjid Baiturrahman. (Sumber: google.com) Pintu memiliki ukuran yang besar dan terdapat banyak ornamen yang menghiasinya. Perpaduan dengan cahaya matahari yang masuk kedalam celah-celah pintu masjid memberikan pemandangan yang menakjubkan bagi jamaah yang akan memasuki maupun yang akan keluar masjid. Secara umum material yang digunakan adalah kayu yang warnanya dibiarkan sesuai warna dan corak aslinya. A 142 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Rihan Rizaldy Wibow o 3. Menara Pada bagian halaman depan masjid terdapat menara utama yang memiliki ketinggian 53 meter. Menara yang menjulang tinggi menjadi focal point karena berada di tengah halaman masjid. Karakter dari menara utama ini identik dengan empat menara yang telah dibang un sebelumnya di area pelataran masjid. Bentuk menara ini memiliki kemiripan dengan bangunan -bangunan yang berlanggam arsitektur Mughal. Gambar 7. Menara Utama Masjid Baiturrahman. (Sumber: google.com) 4. Kolom Pada bangunan Masjid Baiturrahman, memiliki kolom yang terbuat dari beton. Kolom ini memiliki ornamen-ornamen khas arsitektur islam yang kental. Warna putih dari kolom ini disesuaikan dengan warna dinding ekstrior masjid. Warna putih ini menggambarkan kebersihan dan kesucian dari bangunan Masjid Baiturrahman. Gambar 8. Kolom pada Masjid Baiturrahman. (Sumber: google.com) Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 A 143
Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan Kesimpulan Bangunan ini memiliki style yang berbeda dengan bangunan lainnya di kota Banda Aceh karena mengalami akulturasi antara beberapa gaya arsitektur. Ragam hias pada bangunan memiliki fungsi sebagai penguat visual bangunan, baik ragam hias pada atap atau kubah, ukiran pada pintu, maupun pada dinding bangunan. Secara keseluruhan, karakter visual pada Masjid Baiturrahman merupakan penggabungan antara agama dan kondisi sosial masyarakat. Fungsi sebagai rumah ibadah dan berlokasi di pusat kegiatan warga Aceh yang kuat. Lingungan kawasan sekitar yang menjadikan elemen-elemen dari karakter visual yang dimiliki oleh masjid terjaga keasliannya. Bangunan ini memiliki pengaruh besar dari langgam arsitektur Mughal di India. Dapat disimpulkan bahwa bangunan Masjid Baiturrahman dapat disebut sebagai bangunan yang menggambarkan identitas kota Banda Aceh. Acknowledgement Terima kasih atas bimbingan bapak Bambang Setiabudi, ST., MT., Dr.Eng. sebagai pengampu mata kuliah AR 4231 Arsitektur Islam. Daftar Pustaka Utomo, T.P. (2005). Tipologi dan Pelestarian Bangunan Bersejarah: Sebuah Pemahaman melalui Proses Komunikasi. Ornamen Jurnal Seni Rupa STSI Surakarta. Vol 2, No.1 Januari 2005. Amar. (2009). Identitas kta, Fenomena dan Permasalahannya. Volume 1, Nomor 1, Halaman 5. Harun, D.F. (2015). Karakter Visual Bangunan Masjid Tuo Kayu Jao di Sumatera Barat. Arsitektur e-journal. Volume 8, Nomor 2, November 2015. A 144 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017