BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

I. PENDAHULUAN. seluas seluas hektar dan perairan kolam seluas hektar (Cahyono,

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur an surat Al-Mu minun ayat 21 yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

BAB I PENDAHULUAN. Clarias sp (ikan lele) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

I. PENDAHULUAN. pakan ternak. Produksi limbah perkebunan berlimpah, harganya murah, serta tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai

Fermentasi Lemna sp. Sebagai Bahan Pakan Ikan Untuk Meningkatkan Penyediaan Sumber Protein Hewani Bagi Masyarakat

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo yang bernama ilmiah Clarias geriepinus, masuk di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pakan ikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu usaha budidaya

I. PENDAHULUAN. Ikan lele Masamo (Clarias sp.) merupakan salah satu ikan yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam

1. PENDAHULUAN. digemari masyarakat Indonesia dan luar negeri. Rasa daging yang enak dan

NILAI GIZI ECENG GONDOK DAN PEMANFAATAN SEBAGAI PAKAN ternak NON RUMINANSIA NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke 21 perkembangan masyarakat di dunia menunjukkan adanya perubahan

PENGANTAR. Latar Belakang. Sebagian komponen dalam industri pakan unggas terutama sumber energi

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang

Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan. Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA - SEAMOLEC

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

TINJAUAN PUSTAKA. nabati seperti bungkil kedelai, tepung jagung, tepung biji kapuk, tepung eceng

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam

I. PENDAHULUAN. untuk pemenuhan gizi masyarakat (Rukmana, 2005). Ikan gurami disukai masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu utama yang mempengaruhi produksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

1. PENDAHULUAN. kelapa sawit terbesar di dunia. Luas perkebunan sawit di Indonesia dari tahun ke

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

Alumni Prodi.Pend.Biologi FKIP Unigal, 2) Dosen Prodi.Pend.Biologi FKIP Unigal,

I. PENDAHULUAN. yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2015),

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

Tingkat Kelangsungan Hidup

,Vol. 32, No. 1 Maret 2014

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat semakin meningkat tentang. manfaat ikan sebagai bahan makanan dan kesehatan menyebabkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Allah Subhanahuwata ala berfirman dalam Al-Qur an. ayat 21 yang menjelaskan tentang penciptaan berbagai jenis hewan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Salah satu contoh sektor

BAB II TINJUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ikan patin siam (Pangasionodon hypopthalmus) merupakan ikan yang telah

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

I. PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap peningkatan produksi ternak. Namun biaya pakan

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sebesar 237 juta jiwa dan diperkirakan bertambah 2 kali lipat jumlahnya. ayam sebagai salah satu sumber protein hewani.

diperoleh peternak sering menipis bahkan banyak yang mengalami kerugian. Untuk itu perlu diupayakan mencari sumber bahan pakan alternatif yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mensejahterakan kehidupan makhluknya termasuk manusia agar dapat

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh kualitas, kuantitas,

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi pemanfaatan gulma tanaman pangan sebagai pakan ternak. peternakan. Gulma tanaman pangan mempunyai potensi untuk dapat

I. PENDAHULUAN. Peternakan ayam broiler merupakan salah satu usaha yang potensial untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

I. PENDAHULUAN. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kegiatan pemeliharaan ikan, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah pemberian pakan. Pakan merupakan faktor penting dalam usaha budidaya ikan intensif dan termasuk biaya variabel terbesar dalam proses produksi ikan intensif yaitu 30% - 60% (Webster dan Liem 2002). Penggunaan pakan buatan dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan mempunyai nutrisi yang baik merupakan hal yang sangat berperan dalam kegiatan budidaya ikan namun, pemenuhan kebutuhan pakan tersebut diikuti dengan peningkatan impor bahan baku utama pakan. Bahan baku pakan ikan yang diimpor tersebut adalah tepung ikan, tepung cumi, tepung krustasea, Meat Bone Meal (MBM), Poultry Meat Meal (PMM), tepung kedelai, terigu, serta berbagai jenis vitamin dan mineral (Direktorat Produksi, Dirjen Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan 2009). Ketergantungan industri pakan Indonesia terhadap bahan baku pakan juga terlihat dari kenaikan jumlah impor jagung tiap tahunnya dengan tingkat kenaikan drastis terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 3.500.000 ton (Badan Pusat Statistik 2011). Sisi lain, produksi sektor perikanan budidaya nasional dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada triwulan II 2012 produksi perikanan budidaya mencapai 10,89 juta ton atau 73,28% dari target tahun 2012 sebesar 14,86 juta ton dan pada tahun 2013, produksi perikanan budidaya ditargetkan mampu menembus angka 14,8 juta ton (Kementerian Kelautan dan Perikanan 2012). Salah satu ikan budidaya yang dapat ditingkatkan produksinya di Indonesia yaitu ikan nilem (Osteochilus hasselti). Ikan nilem sangat potensial untuk dikembangkan menjadi produk unggulan perikanan budidaya dari kawasan Priangan yang berdasarkan segi ekonomi, kelestarian lingkungan dan kesehatan, budidaya ikan ini dapat menguntungkan. Nilai ekonomis ikan meningkat setelah dijadikan produk olahan seperti baby fish goreng, dendeng, pindang, diasap dan 1

2 dikalengkan (Rahardjo dan Marliani 2007). Telur ikan nilem juga digemari masyarakat karena rasanya yang lezat dan mempunyai peluang sebagai komoditas ekspor (Djajasewaka et al. 2005). Menurut hasil penelitian Balai Pengembangan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan, ikan nilem goreng memiliki kandungan kadar protein yang cukup besar mencapai 38,83%, kadar kalsium 0,98% dan kadar air 3,14%. Ikan nilem merupakan ikan endemik (asli) Indonesia yang ditargetkan sebagai ikan potensial untuk minapadi di daerah Tasikmalaya dan kabupaten Bandung (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan 2011). Benih ikan nilem dapat dilatih sebagai ikan terapi karena mampu menyembuhkan luka dengan melakukan terapi pembersihan pada permukaan kulit (Sudarmo 2011). Keunggulan-keunggulan yang dimiliki ikan nilem tersebut dapat menunjang perikanan di Indonesia karena prospek yang baik untuk dibudidayakan. Kegiatan budidaya tersebut harus didukung dengan ketersediaan bahan baku pakan yang sangat menentukan pencapaian target produksi perikanan budidaya. Oleh karena itu, perlu dicari bahan penyusun pakan alternatif yang murah, berkualitas, dan dapat tersedia dengan mudah. Pada beberapa jenis dedaunan mempunyai potensi untuk dapat dipergunakan sebagai bahan penyusun pakan ikan herbivora dengan persyaratan seperti kandungan nutrisi yang cukup memadai, mudah tersedia, relatif murah harganya, serta tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Salah satu tanaman air yaitu apu-apu (Pistia stratiotes) dianggap gulma oleh sebagian besar petani. Produksi biomassa bahan kering tanaman apu-apu mencapai 16,1 ton BK/ha/tahun (Sutama 2005). Tanaman ini, dapat berpotensi sebagai bahan penyusun pakan ikan herbivora karena, berdasarkan berat kering mengandung BETN 37,0%, protein kasar 19,5%, kadar abu 25,6%, lemak kasar 1,3% dan mengandung serat kasar 11,7% (Diler et al. 2007). Tanaman air apu-apu juga merupakan tanaman air yang disukai ikan dan unggas (Sutama 2005). Kendala utama dalam penggunaan tanaman apu-apu sebagai bahan pakan ikan yaitu tingginya kandungan serat kasar yang kurang baik untuk pencernaan dan dapat menghambat pertumbuhan pada benih ikan salah satunya pada benih

3 ikan nilem. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan menggunakan teknologi fermentasi. Bahan utama yang diperlukan dalam berlangsungnya suatu proses fermentasi yaitu mikroorganisme yang dapat menghasilkan berbagai enzim menguntungkan (Judoamidjojo et al. 1992). Enzim yang dihasilkan dalam proses fermentasi dapat memperbaiki nilai nutrisi, pertumbuhan serta meningkatkan daya cerna serat kasar, protein dan nutrisi pakan lainnya (Winarno 1997). Salah satu jenis kapang yang dapat digunakan untuk fermentasi daun apu-apu adalah Aspergillus niger. Aspergillus niger adalah kapang penghasil enzim selulase, asam sitrat, dan pektinase (Selvakumar et al. 1996). Adanya enzim selulase yang dihasilkan oleh Aspergillus niger mampu mendegradasi selulosa secara kimiawi sehingga menurunkan kadar serat kasar (Rimbault 1998). Aspergillus niger dapat menghasilkan enzim urease yang dapat digunakan untuk menghidrolisa urea menjadi ion NH 4+ dan CO 2. Ion NH 4+ selanjutnya digunakan untuk pembentukan asam amino (Sugiyono 2008). Proses fermentasi yang dilakukan pada tanaman apu-apu diharapkan dapat meningkatkan kualitas daun apu-apu sebagai bahan pakan alternatif sumber protein nabati dan dapat berpotensi bagi pertumbuhan ikan herbivora. Penelitian mengenai penggunaan daun apu-apu hasil fermentasi kapang Aspergillus niger sebagai bahan pakan ikan nilem sebelumnya belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian mengenai persentase optimal penggunaan daun apu-apu dalam pakan buatan benih ikan nilem yang dapat memberikan laju pertumbuhan terbaik perlu untuk dilakukan. 1.2 Identifikasi Masalah Masalah yang dapat diidentifikasi adalah sejauh mana pengaruh persentase penggunaan daun apu-apu yang difermentasi kapang Aspergillus niger dalam pakan buatan terhadap pertumbuhan benih ikan nilem.

4 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase optimal penggunaan daun apu-apu yang difermentasi oleh kapang Aspergillus niger dalam pakan buatan yang dapat menghasilkan laju pertumbuhan tertinggi pada benih ikan nilem. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan daun apu-apu yang difermentasi oleh kapang Aspergillus niger sebagai bahan pakan alternatif sumber protein nabati untuk ikan herbivora yang dapat memberikan laju pertumbuhan optimal pada benih ikan nilem dan dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi para pembudidaya ikan, pembuat pakan, dan masyarakat pada umumnya. 1.5 Kerangka Pemikiran Ikan nilem termasuk ikan golongan herbivora yaitu ikan yang memakan tumbuh-tumbuhan sebagai komponen dalam pemenuhan kebutuhan pakannya. Ikan nilem memiliki kebiasaan makan yang bersifat penggerogot (grazer) dan pada saat larva, ikan nilem memakan jenis fitoplankton. Ikan nilem sangat responsif terhadap pelet buatan, bahkan terhadap hijauan sekalipun (Agung et al. 2007). Sisi lain, tidak semua jenis makanan yang tersedia dapat dimakan dan dapat dicerna dengan baik oleh ikan yang berukuran lebih kecil karena sistem pencernaannya yang masih belum sempurna. Kebutuhan pakan ikan dapat diperhatikan salah satunya dengan cara pemberian pakan buatan. Pakan merupakan sumber energi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan. Pakan buatan sangat tepat digunakan untuk budidaya perikanan secara intensif karena pakan buatan memiliki banyak keuntungan, salah satunya yaitu mudah disesuaikan dengan kebutuhan ikan. Pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan dapat mempercepat pertumbuhan. Kebutuhan nutrisi pada tingkat stadia muda umumnya membutuhkan komposisi pakan dengan kandungan protein lebih tinggi dibanding stadia dewasa karena, zat

5 makanan berfungsi untuk mempertahankan hidup saat stadia muda. Kebutuhan protein pada ikan nilem yaitu 27% - 42% (Djajasewaka et al. 2005). Protein merupakan salah satu zat makanan yang dibutuhkan ikan dan perlu dipenuhi guna mencapai pertumbuhan yang optimal. Ketersediaan pakan dalam kuantitas, kualitas dan kontinuitas merupakan beberapa faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan suatu usaha budidaya ikan. Pada pemenuhan kebutuhan pakan saat ini, seiring dengan tingginya tingkat impor bahan baku pakan ikan sehingga, diperlukan adanya bahan pakan alternatif yaitu dengan penggunaan tanaman air sebagai sumber protein nabati. Tanaman air apu-apu merupakan salah satu gulma yang memiliki pertumbuhan yang cepat, mudah tersedia di perairan, memiliki kandungan nutrisi yang cukup memadai dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif. Sisi lain, kendala dalam penyusunan pakan menggunakan tanaman air apu-apu yaitu tingginya kandungan serat kasar yang dapat menyebabkan pakan kurang tercerna dengan baik oleh ikan. Serat kasar berlebih akan berpengaruh terhadap nilai kecernaan protein (Cho et al. 1985). Serat kasar yang tidak tercerna akan membawa sebagian zat-zat makanan terutama protein dan energi keluar bersama feses sehingga zat-zat tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pembentukan jaringan tubuh (Mairizal 2009). Pada penyusunan formulasi pakan ikan yang berbasis bahan nabati, perhatian harus ditekankan pada level optimal pemberian dalam pakan dan teknik pengolahan yang tepat agar pemanfaatannya efektif (Francis et al. 2001). Penggunaan daun apu-apu sebagai bahan penyusun pakan ikan herbivora, sebaiknya dilakukan pengolahan terlebih dahulu yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa kompleks menjadi lebih sederhana sebelum dicerna dalam organ pencernaan (pre digestion). Hasil fermentasi dapat menyebabkan terjadinya perbaikan nilai gizi pada produk dan sifat-sifat bahan dasar seperti meningkatkan kecernaan, menghilangkan senyawa beracun dan menimbulkan rasa dan aroma yang disukai (Supriyati et al. 1998).

6 Setiap fermentasi didasari oleh adanya proses enzimatis dan tergantung pada metabolisme mikroorganisme. Aspergillus niger merupakan kapang yang mampu menghasilkan beberapa enzim seperti enzim selulase dan hemisellulase yang akan mendegradasi selulosa dan hemisellulosa tersebut menjadi komponen sederhana seperti monosakarida, disakarida dan sellobiose yang lebih larut sehingga mampu menurunkan serat kasar pada bahan baku pakan (Mangisah et al. 2009). Komponen sederhana tersebut menjadi lebih mudah untuk dicerna dalam tubuh ikan sehingga dapat mendukung pertumbuhan ikan. Aspergillus niger juga mengandung asam nukleat yang dapat memberikan kontribusi nitrogen sehingga meningkatkan kandungan protein dan jenis kapang ini juga terlihat lebih mudah tumbuh pada berbagai jenis substrat dan tidak sulit untuk mendapatkannya (Pasaribu 2007). Informasi lain menunjukan bahwa substitusi dedak dengan tepung daun apu-apu tanpa fermentasi dalam pakan berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila GIFT namun, pakan yang dihasilkan masih memiliki kandungan serat kasar tinggi yaitu 14,18% - 16,99% (Mubarok 2012). Kandungan serat kasar yang mampu dicerna secara optimal oleh ikan herbivora adalah 8% (Mudjiman 2009). Penggunaan daun mata lele (Azolla sp.) fermentasi sebagai bahan baku pakan ikan nila (Oreochromis sp.) juga mampu meningkatkan kualitas nutrisi daun mata lele (Azolla sp.) berupa penurunan serat kasar sebesar 37,19% dan peningkatan kandungan protein sebanyak 38,65% (Nurfadhilah 2011). Penggunaan tepung eceng gondok yang difermentasi Aspergillus niger sampai tingkat 15% mampu menurunkan serat kasar 18% dan meningkatkan protein kasar 61,81% pada pakan buatan (Mahmilia 2005). Penggunaan tepung eceng gondok yang difermentasi oleh kapang Aspergillus niger menghasilkan kecernaan bahan organik berbeda nyata yaitu sebesar 37,31% dan 30,15% bagi yang tanpa difermentasi (Wahyono et al. 2005). Fermentasi eceng gondok dengan menggunakan Aspergillus niger mampu menurunkan kadar serat kasar 19,67% dan meningkatkan kadar protein kasar 13,55% (Mangisah et al. 2003). Penggunaan tepung azolla fermentasi dapat

7 digunakan sebagai substitusi tepung kedelai sebesar 15% (Handajani 2008). Pemberian 15% tepung eceng gondok fermentasi Aspergillus niger yang dikombinasikan dengan paku air 10% (Azolla pinnata) terfermentasi pada pakan ayam broiler memberikan pertambahan bobot dengan rataan tertinggi sebesar 235,63 g/ekor/minggu (Saleh et al. 2005). Penelitian lebih lanjut mengenai persentase optimal penggunaan daun apu-apu sebagai bahan penyusun pakan benih ikan nilem yang difermentasi oleh kapang Aspergillus niger perlu dilakukan dengan harapan dapat memperbaiki kualitas pakan dan meningkatkan laju pertumbuhan terbaik pada benih ikan nilem. 1.6 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran, maka dapat diajukan hipotesis bahwa pemberian daun apu-apu yang difermentasi oleh kapang Aspergillus niger sebagai bahan penyusun pakan ikan herbivora sebesar 15% dapat memberikan laju pertumbuhan harian terbaik pada benih ikan nilem.