STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA

dokumen-dokumen yang mirip
STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN TINDAK PIDANA RINGAN (TIPIRING)

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

STANDARD OPERATION PROCEDURE (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) INISIATIF. Tentang SISTEM PENGUNGKAPAN KASUS SAT RESKRIM DENGAN TEAM ELITE SAT SABHARA POLRES LOMBOK TIMUR

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA POL R E S B I M A K O T A

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG TEKNIS PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

RENCANA LATIHAN RUTIN FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN POLRES BIMA TA. 2016

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

HARKATPUAN PATROLI TERPADU JAJARAN BAHARKAM POLRI DAN KEWILAYAHAN JAKARTA, 3 S.D. 4 OKTOBER 2017

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PEMBINAAN KEAMANAN PENANGANAN TINDAK PIDANA RINGAN ( TIPIRING )

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) Tentang

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG SATUAN POLAIR POLRES PARIAMAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NOMOR DOKUMEN : SOP-RESTRO TNG KOTA-

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN I. PENDAHULUAN. 1. Umum

NASKAH SEMENTARA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEGIATAN PENGENDALIAN MASSA SAT SABHARA POLRES SUMBAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN

STANDARD OPERATING PROCEDURE ( SOP ) TENTANG PELAYANAN SURAT KETERANGAN CATATAN KEPOLISIAN ( SKCK )

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEGIATAN PENGATURAN SAT SABHARA POLRES SUMBAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PADA PEMBUKAAN MUSRENBANG POLRI TAHUN 2015 TANGGAL 25 MEI 2015

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENGAWALAN TAHANAN POLRES MATARAM

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT RESESRE NARKOBA KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR DOMPU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT RES NARKOBA

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 5 TAHUN 2005 TENTANG

INISIATIF BAGIAN PERENCANAAN TAHUN 2016 SOP BAGIAN PERENCANAAN POLRES SUMBAWA 1

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SATUAN BINMAS POLRES MATARAM

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENYUSUNAN ANGGARAN POLRES LOMBOK BARAT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) TENTANG PENYELIDIKAN DI LINGKUNGAN SIPROPAM POLRES BIMA

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PIRANTI LUNAK DIT. SABHARA POLDA NTB TAHUN 2017

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA MATARAM

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SAT LANTAS POLRES SUMBAWA TENTANG TATA CARA PENANGANAN LAKA LANTAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK KAMPUNG

1. Undang undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROSEDUR TETAP KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PROTAP/ 1 / X / 2010 TENTANG PENAGGULANGAN ANARKI

STANDART OPERASIONALPROSEDUR (SOP) SAT NARKOBA POLRES SUMBAWA BARAT

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA BARAT Jalan Telaga Baru - Taliwang 84355

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR SEKSI PROPAM POLRES LOMBOK TIMUR Nomor : R /01/I/ 2016

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KOTA PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG POLMAS PERAIRAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN:

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 17 TAHUN 2005 TENTANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR (SOP) TPTKP

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

SOP PATROLI DIALOGIS

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998,

Transkripsi:

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR BIMA KOTA STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA T ENT ANG TINDAK PIDANA RINGAN (TIPIRING) DI W ILAYAH HUKUM POL R E S B I M A K O T A Raba, 31 Desember 2016

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR BIMA KOTA STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING I. PENDAHULUAN 1. UMUM a. Polri sebagai aparat negara yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum, pelayan, pengayom, dan pelindung masyarakat dalam melaksanakan tugasnya dihadapkan pada permasalahan internal berupa sumber daya personil, kesehjateraan yang masih rendah, keterbatasan materiil, peralatan, sarana dan prasarana serta anggaran maupun tantangan eksternalnya sebagai akibat pengaruh lingkungan strategis global, regional, dan nasional maka Polri bertindak secara cepat, tepat, akuntabel, dan humanis. b. Polri dalam peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat, melakukan pembenahan melalui Reformasi Birokrasi Polri yang meliputi bidang instrumental, struktural, dan kultural yang dilaksanakan secara terus menerus sesuai dengan tahapan Ranstra Polri, dalam upaya mempercepat dan mengoptimalkan Reformasi Birokrasi Polri yang hasilnya dapat dirasakan oleh masyarakat, menjaga Harkamtibmas dan penegak hukum maka Polri melaksanakan program Quick Wins. c. Sat Sabhara Polres Bima Kota dalam pelaksanaan program Quick Wins bertanggung jawab dan melaksanakan kegiatan Quick Respon melalui kegiatan Patroli yang merupakan salah satu program unggulan Quick Wins Reformasi Birokrasi Polri, telah dilaksanakan di seluruh jajaran satuan kewilayahan terhitung sejak launching oleh Presiden RI pada tanggal 30 Januari 2009 dan diharapkan dapat memberikan pelayanan prima berupa kecepatan datang ke TKP, keberadaan dan penggelaran polisi berseragam di tempat tempat lain yang membutuhkan kehadiran polisi, serta adanya perubahan sikap perilaku anggota dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan sikap sopan dan santun, humanis dalam bentuk senyum, salam, dan sapa. d. Sat Sabhara Polres Bima Kota merupakan Backbone yang mengemban pelaksanaan polisi tugas umu yang meliputi antara lain ; Turjawali, TPTKP, bantuan SAR, Dalmas, Negosiator dan Tipiring.

2. DASAR a. Undang Undang Nomor 2 tahun 2002 tanggal 8 Januari 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia; b. Keputusan Kapolri No. Pol : Kep/37/X/2008 tanggal 27 Januari 2008 tentang Penjabaran Program Kerja Aselarasi Transformasi Polri menuju Polri yang mandiri, profesional, dan dipercaya masyarakat; c. Peraturan Kabaharkam Polri Nomor 6 tahun 2011 tanggal 13 Desember 2011 tentang Tindak Pidana Ringan (TIPIRING); d. Rencana kerja Tahunan Sat Sabhara Polres Bima Kota T.A. 2016; e. DIPA / RKA-KL Sat Sabhara Polres Bima Kota T.A. 2016 3. MAKSUD DAN TUJUAN a. Maksud dari pembuatan SOP ini agar dapat dipedomani oleh pimpinan dan dapat dilaksanakan oleh anggota sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas dilapangan. b. Bertujuan untuk menerapkan standar kualitas kinerja Polri khususnya anggota Sat Sabhara Polres Bima Kota dalam melaksanakan pelayanan publik dibidang Sabhara. 4. RUANG LINGKUP Ruang Lingkup Standar Operasional Prosedur (SOP) Tipiring khususnya Sat Sabhara di wilayah hukum Polres Bima Kota. 5. TATA URUT I. PENDAHULUAN II. PENGERTIAN PENGERTIAN III. PRINSIP PRINSIP DASAR IV. TAHAPAN TAHAPAN V. PELAKSANAAN KOORDINASI DAN PENGENDALIAN VI. PEMBIAYAAN VII. PENUTUP II. PENGERTIAN PENGERTIAN a. Tindak Pidana Ringan yang selanjutnya disingkat TIPIRING adalah Perkara yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama 3 bulan dan atau denda sebanyak banyaknya tujuh puluh lima ribu rupiah dan penghinaan ringan kecuali pelanggaran lalu lintas; b. Acara Pemeriksaan Tipiring adalah Pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik terhadap tersangka dan atas kuasa penuntut umum dalam waktu tiga hari menyerahkan hasil pemeriksaan, tersangka, barang bukti dan saksi ke sidang pengadilan; c. Acara Cepat Pemeriksaan Tipiring adalah Pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik terhadap tersangka dan atas kuasa penuntut umum dalam waktu tiga hari menyerahkan hasil pemeriksaan, tersangka, barang bukti dan saksi ke sidang pengadilan.

d. Kontijensi adalah Tata cara kehidupan masyarakat yang oleh suatu sebab tertentu kehidupan tersebut sangat mungkin menjadi sumber penyebab kerawanan, krisis, sehingga perlu senantiasa diwaspadai/diantisipasi secara dini dengan pilihan alternative yang diambil sesegera mungkin secara efektifn dan efisien; e. Tindakan tegas dan terukur adalah serangkaian tindakan Kepolisian yang dilakukan oleh anggota Polri baik perorangan maupun kelompok secara profesional, proporsional dan tanpa ragu ragu serta sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku; f. Anarki adalah Tindakan yang dengan sengaja atau terang terangan oleh seseorang atau sekelompok orang yang bertentangan dengan norma hukum yang mengakibatkan kekacauan, membahayakan keamanan umum, mengancam keselamatan jiwa dan/ atau barang, kerusakan fasilitas hak milik orang lain; g. Ambang Gangguan (AG) adalah kondisi gangguan kamtibmas yang jika dibiarkan tidak ada tindak Kepolisian dapat meningkat menjadi gangguan nyata; h. Gangguan Nyata (GN) adalah gangguan kemanaan berupa kejahatan atau pelanggaran yang terjadi menimbulkan kerugian bagi masyarakat berupa jiwa raga ataupun harta benda. III. PRINSIP PRINSIP DASAR a. Cepat dan Tepat yaitu dalam melaksanakan tugas penanganan pelanggaran Tipiring bertindak cepat dan tepat, sehingga pelanggaran dapat terselesaikan dengan baik; b. Humanis adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan penuh rasa tanggung jawab, simpatik, ramah sopan santun dan/ atau tanpa pamrih; c. Easy going adalah Gangguan keamanan berupa kejahatan atau pelanggaran yang terjadi menimbulkan kerugian bagi masyarakat berupa jiwa raga ataupun harta benda; d. Transparan adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat secara bersih dan terbuka; e. Akuntabel adalah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dapat dipertanggung jawabkan kepada pimpinan Polri maupun masyarakat itu sendiri. IV. TAHAPAN TAHAPAN a. Tahap Persiapan 1. Kepala Satuan melakukan AAP kepada seluruh anggota yang terlibat; 2. Menyusun rencana kegiatan; 3. Menyiapkan kelengkapan administrasi penugasan; 4. Melakukan koordinasi dengan Kejaksaan, Pengadilan dan Pemda setempat.

Adapun larangan dan kewajiban yang harus dipatuhi oleh anggota yang terlibat yaitu : 1. Hal-hal yang harus dihindari atau larangan yang dimaksud yaitu : a. Melakukan tindakan kekerasan, penganiayaan, mengeluarkan katakata kasar/kotor, ancaman, penghinaan terhadap tersangka/pelaku; b. Melakukan tindakan pelecehan dalam bentuk apapun terhadap tersangka/pelaku; c. Tindakan lain yang dapat membahayakan keselamatan jiwa, harta benda dan nama baik kesatuan. 2. Kewajiban yang harus ditaati oleh anggota yaitu : a. Menghormati harkat dan martabat setiap Warga Negara; b. Memperlakukan secara manusiawi setiap Warga Negara; c. Memegang teguh asas praduga tak bersalah; d. Tetap menjaga kondusifitas. b. Tahap Pelaksanaan 1. Dalam hal tertangkap tangan, cara bertindak terhadap penangananpelanggaran Tipiring : a. Melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran yang terjadi; b. Membawa tersangka dan barang bukti ke Markas Satuan; c. Melakukan pemeriksaan tersangka dan saksi; d. Melakukan penyitaan barang bukti; e. Atas kuasa penuntut umum menghadapkan tersangka beserta barang bukti; kesidang pengadilan. 2. Dalam hal kegiatan rutinkepolisian, cara bertindak terhadap penangananpelanggaran Tipiring adalah : a. Mendatangi secara serentak tempat terjadinya pelanggaran; b. Melakukan pemeriksaan ada atau tidak adanya pelanggaran yang terjadi; c. Membawa tersangka dan barang bukti ke Markas Satuan; d. Melakukan pemeriksaan terhadap tersangka dan saksi; e. Melakukan penyitaan barang bukti; f. Atas kuasa penuntut umum menghadapkan tersangka beserta barang bukti ke sidang pengadilan. 3. Dalam hal kegiatan gabungan, cara bertindak terhadap penanganan pelanggaran Tipiring adalah : a. Menentukan sasaran yang dijadikan target kegiatan; b. Melakukan pembagian tugas; c. Mendatangi secara serentak tempat terjadinya pelanggaran; d. Melakukan pemeriksaan ada atau tidak adanya pelanggaran yang terjadi; e. Membawa tersangka dan barang bukti ke Markas Satuan; f. Melakukan pemeriksaan terhadap tersangka dan saksi; g. Melakukan penyitaan barang bukti; dan h. Atas kuasa penuntut umum menghadapkan tersangka beserta barang bukti ke sidang pengadilan atau sidang di tempat.

c. Tahap Pengakhiran 1. Konsolidasi dilakukan oleh satuan Sabhara dalam rangka mengakhiri kegiatan penegakan hukum dengan melakukan pengecekan kekuatan personel, perlengkapan dan hasil yang telah dicapai; 2. Konsolidasi dilakukan atau dipimpin oleh Kepala Satuan; 3. Setelah selesai melaksanakan tugas penanganan Tipiring, seluruh anggota kembali ke Satuan masing-masing dengan tertib. V. KETENTUAN LAIN LAIN 1. Yang berwenang melakukan penyidikan Tipiring adalah anggota Sabhara dan/atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang telah memiliki Surat Keputusan Penyidik/Penyidik Pembantu. 2. Pasal-pasal yang merupakan pelanggaran Tipiring, tercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan dari peraturan ini. 3. Administrasi penyidikan perkara Tipiring tercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan dari peraturan ini. VI. PELAKSANAAN KOORDINASI DAN PENGENDALIAN 1. Para Kepala Satuan melakukan koordinasi dengan Kepala Kejaksaan, Ketua Pengadilan dan Pemda setempat; 2. Dalam hal tertangkap tangan, petugas Sabhara yang menangani pelanggaran Tipiring melaporkan kepada Kepala Satuannya; 3. Pengendalian dalam penanganan pelanggaran Tipiring berada pada Kasat Sabhara; 4. Kasat Sabhara melaporkan secara tertulis dan berjenjang tentang tugas yang telah dilakukan. VII. PENUTUP Demikian Standar Operasional Prosedur (SOP) Tindak Pidana Ringan (TIPIRING) ini disusun sebagai pedoman bagi pelaksanaan tugas anggota Sat Sabhara Polres Bima Kota di lapangan. Ditetapkan di : Raba - Kota Bima Pada tanggal : 31 Desember 2016 a.n. KEPALA KEPOLISIAN RESOR BIMA KOTA KASAT SABHARA WAHYUDIN IPTU NRP 65030349