BAB 1 PENDAHULUAN. imajinasi antara pengarang dengan karya sastra. Salah satu bentuk karya sastra yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah hasil karya kreatif yang objeknya adalah manusia dan segala alur

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil pembahasan terhadap novel Sundari karya Oskandar R

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah sebuah benda yang kita jumpai, sastra adalah sebuah nama dengan alasan. dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman, 1990: 71).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia sastra banyak terlahir karya yang menarik untuk dipelajari

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB V PENUTUP. analisis struktural adalah menjelaskan sedetail mungkin unsur-unsur pembangun

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. Cerita bersambung ialah cerita rekaan yang dimuat secara berurutan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra Jawa UI, Universitas Indonesia Analisis amanat..., Dyah Ayu Sarah Sakinah, FIB UI, 2009

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi dua subbab, sub bab pertama berisi tentang tinjauan pustaka berupa

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia di dunia ini tidak bisa lepas dari problematika kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

Oleh: Puji Watmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil pekerjaan kreatif manusia. Karya sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993:

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. imajiner menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang bersifat indah dan dapat

Buku Teks Bahasa Indoneia Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Kota Jambi. Oleh Susi Fitria A1B1O0076

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari banyak sekali karya sastra yang muncul, baik berupa puisi,

Bab I Pendahuluan. pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia sastra banyak terlahir karya yang menarik untuk dipelajari maupun dikaji. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1989:3). Sastra (karya sastra) merupakan karya seni yang mempergunakan bahasa sebagai mediumnya (Pradopo, 1995:121). Bahasa berfungsi sebagai penyalur imajinasi antara pengarang dengan karya sastra. Salah satu bentuk karya sastra yang diciptakan oleh pengarang adalah novel. Novel merupakan prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun (Sudjiman, 1990:55). Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, alur, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya, tentu saja, juga bersifat imajiner (Nurgiyantoro, 1995:4). Telah dijelaskan di atas bahwa novel merupakan salah satu karya sastra. Karya sastra tersebut tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. Salah satu karya sastra yang berkembang di dalam masyarakat adalah sastra Jawa. Karya sastra Jawa mulai dicetak pada tahun 1840-an (Widati, 2001:38). Masa peralihan sastra Jawa modern berlangsung sekitar abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, ditandai dengan 1

semakin berkurangnya peran dominan penciptaan karya sastra klasik dan mulai munculnya karya sastra yang bernafas baru akibat pengaruh Barat (Widati, 2001:56). Pengaruh Barat itu diikuti oleh bergesernya sistem reproduksi dengan dipergunakannya alat cetak yang secara operasional jauh lebih praktis daripada sistem sebelumnya (Widati, 2001:56). Maka muncullah novel sebagai salah satu karya sastra yang dihasilkan dari pengaruh Barat. Genre sastra Barat seperti novel, cerita pendek, esai atau sajak bebas yang memang dimaksudkan sebagai bacaan pribadi demi manfaat atau kesukaan pribadi, belum lama benar menjadi bagian dari sastra Jawa (Ras, 1985:8). Genre ini baru dapat timbul ketika sebuah badan penerbit yang dimiliki pemerintah, yaitu Balai Pustaka, telah memberikan rangsangan terhadap penulisan cerita yang dapat dipakai sebagai bahan bacaan yang bermanfaat bagi rakyat, serta mengantarkan buku-buku yang dicetaknya itu kepada publik pembaca, yaitu dengan menaruhnya di perpustakaan-perpustakaan sekolah (Ras, 1985:10). Sejak saat itu, barulah muncul para penulis sastra Jawa Modern. Salah satu penulis sastra Jawa modern adalah Ardini Pangastuti. Karir kepenulisannya tumbuh sejak masih duduk di bangku SMP. Ketika itu ia memulai dengan menulis puisi sedangkan menulis cerpen dilakukan ketika ia belajar di SMEA. Cerpen pertamanya berjudul Diary Biru dan dimuat dalam Jaya Baya. Ardini Pangastuti mulai benar-benar menekuni dunia karang-mengarang pada tahun 1986. Kegiatan mengarangnya semakin berkembang sekitar tahun 1992-1994 ketika ia menjadi redaktur majalah Jawa Anyar di Sala. Karya-karya Ardini Pangastuti cukup beragam, antara lain cerpen anak-anak, cerpen remaja, guritan, cerita bersambung 2

(cerbung), dan novel. Cerbung pertamanya berjudul Isih Ana Dina Esuk dimuat dalam Djaka Lodang pada tahun 1988. Karya lainnya yang telah dipublikasikan, antara lain: Langit Perak ing Ndhuwur Nusa Dua (cerbung, Djaka Lodang, 1990), Bumerang (novel, Bina Ilmu, 1991), Anggraini (cerbung, Mekar Sari, 1990), Nalika Prau Gonjing (novel, Sinar Wijaya, 1993), Garising Papesthen (cerbung, Mekar Sari, 1997), dan Lintang (novel, Adhigama, 1997) (Suwondo, 2006: 83-84). Novel Lintang dipilih sebagai objek penelitian oleh penulis pertama karena memiliki unsur pembentuk cerita yang lengkap dan saling berhubungan sehingga menarik untuk dikaji. Menurut Goldman (Endraswara, 2004: 56) studi strukturalisme memiliki dua kerangka besar, yaitu (1) hubungan antara makna suatu unsur dengan unsur lainnya dalam suatu karya sastra yang sama, (2) hubungan tersebut membentuk suatu jaring yang saling mengikat. Jadi, pendapat Goldman membuktikan bahwa penelitian unsur karya sastra tidaklah dapat hanya bertumpu pada satu atau beberapa elemen saja, tetapi harus secara menyeluruh. Unsur-unsur tersebut saling terkait antara satu dengan yang lainnya sehingga terwujudlah sebuah karya sastra yang dapat dipahami dan dimengerti oleh pembaca dan penikmatnya. Alasan kedua dipilihnya novel Lintang sebagai objek penelitian oleh penulis adalah pemaparan kehidupan sosialnya yang menyampaikan banyak amanat penting sehingga dapat bermanfaat bagi pembaca. Meskipun hanya cerita rekaan atau fiksi tetapi isi ceritanya sangat menarik. Ketiga, karena keseluruhan penyajiannya menggunakan Bahasa Jawa Ngoko. Meskipun sesekali dalam dialog antar tokohnya 3

menggunakan Bahasa Jawa Krama. Ejaan yang digunakan sudah menggunakan ejaan Bahasa Jawa Baru sehingga mudah dipahami dan dimengerti oleh pembaca. Novel Lintang ini mengisahkan seorang gadis yang cantik, cerdas, berpendidikan tinggi, yaitu Nur Endah yang diberi julukan Lintang yang dapat memberikan inspirasi, motivasi, semangat hidup seorang pemuda bernama Gilar Bagaskara dalam mengubah kehidupannya yang berlatarbelakang pas-pasan. Sebelum mengenal Nur Endah, Gilar adalah seorang pengangguran yang malas. Namun kehidupannya berubah setelah mengenal Nur Endah. Nur Endah mampu mengubah cara pandang hidup Gilar sehingga Gilar berubah menjadi sosok seorang pekerja keras dan pantang menyerah. Setiap kali mengingat Nur Endah, Gilar menjadi lebih bersemangat dan terus berjuang tanpa lelah untuk meraih cita-citanya. Alasan utama Gilar dalam memperjuangkan nasib hidupnya adalah ingin dapat hidup berdampingan dengan Nur Endah. Di dalam novel Lintang ini banyak permasalahan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh tokoh utama yaitu Nur Endah dan Gilar Bagaskara. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan ditekankan pada struktur cerita serta amanat yang terkandung dalam novel sehingga dapat bermanfaat bagi pembacanya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut. 4

1. Bagaimanakah fakta-fakta cerita dan sarana-sarana cerita di dalam novel Lintang karya Ardini Pangastuti? 2. Apa saja amanat yang muncul di dalam novel Lintang karya Ardini Pangastuti? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki dua tujuan pokok, yaitu tujuan teoritis dan tujuan praktis. Tujuan teoritis penelitian ini adalah mendapat unsur-unsur cerita rekaan yang membangun novel Lintang. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatakan pemahaman terhadap novel jawa secara struktural. Tujuan tersebut diharapkan bisa tercapai dengan mendasarkan analisis pada teori struktural. Tujuan praktis dari penelitian ini berkaitan dengan manfaat penelitian ini bagi pengajaran prosa dan apresiasi sastra Jawa. Diharapkan mampu membantu pembaca untuk menemukan pesan yang ingin disampaikan dalam novel Lintang. 1.4 Tinjauan Pustaka Dalam pelaksanaa penelitian dengan objek novel berjudul Lintang karya Ardini Pangastuti, telah dilakukan tinjauan pustaka. Sudah ada penelitian yang menggunakan objek ini tetapi menggunakan metode analisis yang berbeda. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa membuat artikel berjudul Kajian Sosiologi Sastra Tokoh Utama dalam Novel Lintang Karya Ardini Pangastuti, ditulis oleh Andan Wahyu Karana, Universitas Muhammadiyah 5

Purworejo, tahun 2013. Penelitian ini juga menggunakan objek yang sama yaitu novel Lintang karya Ardini Pangastuti, akan tetapi ia menggunakan kajian sosiologi sastra. Analisis Struktural Seta Kewan Karya Priyana Winduwinata yang ditulis oleh Stephanus Pramudya Swasono, Sastra Nusantara, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada pada tahun 2006. Di dalam penelitian ini, analisis struktural digunakan untuk mengungkap unsur-unsur pembentuk dongeng binatang yang meliputi penokohan, latar, dan tema. Melalui unsur-unsur tersebut dapat memudahkan pembaca dalam memahami isi cerita. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Nugroho Yuwono, Jurusan Sastra Nusantara, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, tahun 2008 dengan skripsinya yang berjudul Novel Donyane Wong Culika Karya Suparto Brata: Analisis Struktural. Penelitian tersebut memiliki kesamaan teori dengan penelitian ini, yaitu teori analisis struktural. Penelitian selanjutnya berjudul Kresna Arjuna Bawarasa Karya Mangunsalaga yang ditulis oleh Andri Astanta Jurusan Sastra Nusantara, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada pada tahun 2011. Analisis struktural yang digunakan di dalam penelitian tersebut bertujuan untuk memberikan pemaparan struktur-struktur pembentuk cerita yang meliputi judul, tema, penokohan dan perwatakan, konflik, dan sudut pandang. Lulus Novi Munawaroh, Jurusan Sastra Nsantara, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, tahun 2012 ia menyusun skripsi yang berjudul Analisis 6

Struktural dan Amanat Novel Pusparini (Jatining Katresnan) sanduran Any Asmara. Penelitian ini juga membahas analisis struktural. Dalam penelitiannya, ia menggunakan metode kepustakaan. Secara teoritis, penelitian di atas memiliki tujuan yang sama dengan penelitian ini, yaitu analisis struktural. Analisis struktural tersebut meliputi tema, penokohan, alur, dan setting. Novel Lintang sudah diteliti oleh Andan Wahyu Karana tahun 2013, tetapi tinjauannya berbeda. 1.5 Landasan Teori Karya sastra merupakan sebuah struktur, itu berarti bahwa karya sastra merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan timbal balik, saling menentukan (Pradopo, 1995 : 118). Dalam penelitian ilmiah ini digunakan landasan teori dan analisis struktural, dengan tujuan agar dapat diuraikan dan ditampilkan unsur pembentuk karya sastra dan pikiran pokok di dalamnya. Penggunaan pendekatan struktural ini merupakan prioritas pertama. Unsur pembangun sebuah karya sastra dibedakan ke dalam tiga bagian, yaitu fakta, tema, dan sarana cerita (sastra). Fakta (facts) dalam sebuah cerita meliputi karakter (tokoh dan penokohan), plot, dan setting. Ketiganya merupakan unsur fiksi yang secara factual dapat dibayangkan peristiwanya dan eksistensi dalam karya sastra. Oleh karena itu, ketiganya dapat disebut sebagai struktur factual (factual structure) dalam fiksi (sastra). Dengan demikian, dapat dipandang bahwa ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan dalam rangkaian cerita, bukan sebagai suatu 7

yang berdiri sendiri atau terpisah. Sarana cerita (literary devices) adalah teknik yang dipergunakan pengarang untuk memilih dan menyusun berbagai detail cerita menjadi satu kesatuan cerita. Sarana sastra yang dimaksud dapat berupa judul, sudut pandang, gaya dan nada, simbolisme, dan ironi (Stanton, 2007:11-36). Tokoh merupakan orang yang berfungsi sebagai pelaku dalam cerita (Nurgiyantoro, 1995:165). Stanton menggunakan istilah karakter (character) yang membedakan dua pengertian tokoh, yaitu sebagai tokoh dalam cerita yang ditampilkan sebagai sikap ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki oleh tokoh. Dengan demikian, character dapat berarti sebagai pelaku cerita sekaligus perwatakan. Didalam perkembangan selanjutnya, istilah penokohan lebih banyak digunakan karena dianggap lebih luas pengertiannya dari tokoh dan perwatakan. Istilah penokohan mencakup masalah permasalahan tokoh dalam cerita, sekaligus perwatakan, penempatan, dan penulisannya dalam sebuah cerita, sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca (Nurgiyantoro, 1995:165-166). Alur (plot) merupakan manifestasi dari perbuatan dan tingkah laku para tokoh dalam cerita, baik yang bersifat verbal maupun non-verbal, baik yang bersifat fisik maupun batin. Alur merupakan cerminan perjalanan tingkah laku para tokoh dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan yang khas, mengandung konflik, saling berkaitan, dan menarik untuk diceritakan secara dramatik (Nurgiyantoro, 1995:114). Nurgiyantoro (1995:216) menjelaskan bahwa latar atau setting yang dijadikan sebagai landasan tumpu dalam sebuah cerita, terdiri dari beberapa unsur, yaitu 8

pengertian tempat, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya setiap peristiwaperistiwa dalam cerita. Ditambahkan pula bahwa latar memberikan pijakan cerita untuk memperoleh kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suatu suasana yang seolah-olah ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 1995:217), sehingga dapat disimpulkan bahwa latar mampu memberikan warna atau corak watak tokoh-tokoh dalam cerita. Berdasarkan teori di atas, telah dijelaskan bahwa dalam pembentukan suatu latar cerita terdiri dari tiga unsur yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar suasana. Melalui latar, berbagai situasi, lokasi, tempat, atau pun wilayah mampu diwujudkan secara faktual dalam imajinasi pembaca, sehingga pembaca dengan mudah masuk dan larut dalam jalannya cerita. Latar tempat adalah latar yang menunjukkan pada lokasi terjadinya peristiwa dalam suatu fiksi. Latar tempat biasanya meliputi berbagai lokasi yang akan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain sejalan dengan alur dan tokoh (Nurgiyantoro, 1995:224). Latar waktu dalam karya fiksi atau pun drama secara langsung berkaitan dengan kapan terjadinya suatu peristiwa yang diceritakan. Latar waktu juga sering dihubungkan dengan waktu-waktu faktual atau waktu yang memiliki kaitan serta dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah (Nurgiyantoro, 1995:230). Latar sosial mengacu pada hal yang berhubungan dengan perilaku sosial tokoh yang diceritakan dalam sebuah karya sastra, yang berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. 9

1.6 Metode Penelitian Metode merupakan suatu cara kerja yang mempunyai sistem untuk memulai pelaksanaan suatu kegiatan penelitian untuk mencapai tujuan. Berikut langkahlangkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1. Menentukan objek penelitian, yaitu Lintang karya Ardini Pangastuti. 2. Mengumpulkan data-data penelitian. Data dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berupa Lintang karya Ardini Pangastuti, sedangkan data sekunder berupa buku-buku pendukung data primer. 3. Merumuskan masalah yang muncul. 4. Menentukan objek penelitian serta teori yang akan digunakan, yaitu teori struktural. 5. Menganalisis data. Data yang diperoleh dipisahkan dan diolah untuk dapat dipahami secara tepat dan jelas. 6. Menyusun laporan hasil penelitian. 7. Menarik kesimpulan dari penelitian yang sudah dilakukan. 1.7 Sistematika Penyajian Sistematika adalah cara menyusun penelitian agar dalam penyajian hasil penelitian dapat teratur, runtut, dan saling berkaitan. Dengan demikian perumusan masalah akan mempermudah pemahaman untuk langkah kerja penelitian ini. Penyajian penelitian ini dibagi dalam lima bab sebagai berikut. 10

Bab I adalah pendahuluan yang memuat Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori, Metode Penelitian, dan Sistematika Penyajian. Bab II sinopsis cerita Lintang karya Ardini Pangastuti. Bab III berisi analisis dengan menggunakan teori Struktural, yaitu tema dan faktafakta cerita yang meliputi: karakter, alur, dan latar. Bab IV berisi sarana-sarana cerita dan amanat yang terkandung di dalam novel Lintang. Sarana-sarana sastra tersebut meliputi judul, sudut pandang, gaya dan nada, simbolisme dan ironi. Bab V Kesimpulan. Skripsi ini ditulis dan disusun berdasarkan Buku Pedoman Skripsi Program Studi Sastra Jawa Jurusan Sastra Nusantara Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tahun 2014. 11