V. KERAGAAN PASAR DUNIA MINYAK NABATI

dokumen-dokumen yang mirip
VI. RAMALAN HARGA DUNIA MINYAK NABATI DAN KERAGAAN INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA TAHUN

II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode two stage least squares (2SLS). Pada bagian ini akan dijelaskan hasil

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

III. TINJAUAN PUSTAKA

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN GULA DI PASAR DOMESTIK DAN DUNIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

Tinjauan Pasar Minyak Goreng

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

PRODUKTIVITAS SUMBER PERTUMBUHAN MINYAK SAWIT YANG BERKELANJUTAN

III. TINJAUAN TEORI DAN STUDI TERDAHULU

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT

VI. ANALISIS EKONOMETRIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI TPT INDONESIA. Pada bagian ini akan disajikan dan dibahas nilai-nilai hasil pendugaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. Minyak goreng sawit adalah salah satu jenis minyak makan yang berasal dari

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman. DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA

PROSPEK TANAMAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

1 Universitas Indonesia

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 DAMPAK KEBIJAKAN PAJAK PERTANIAN TERHADAP PRODUKSI, PERDAGANGAN, DAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri.

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

V. ANALISIS MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU

I. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di

VII. DAMPAK BERBAGAI ALTERNATIF KEBIJAKkM-TERHADAP PERDAGANGAN MINYAK SAWlT INDONESIA

DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK SAWIT INTERNASIONAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA (SUATU MODEL COMPUTABLE GENERAL EQUILIBRIUM) Oleh :

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

I. PENDAHULUAN. negara agraris di dunia, peranan tanaman pangan juga telah terbukti secara

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

2. Penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang lebih

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 5 ANALISA MODEL PERSAMAAN REKURSIF FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN EKSPOR CPO INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN konstribusi yang besar bagi devisa negara, khususnya karena pergeseran pangsa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

V. FAKTOR-FAKTOR PENENTU PENAWARAN DAN PERMINTAAN KAYU BULAT

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

Transkripsi:

V. KERAGAAN PASAR DUNIA MINYAK NABATI Dalam bab ini disajikan dan dibahas hasil estimasi persamaan struktural dalam model kerterkaitan harga minyak nabati dan minyak bumi dalam perdagangan dunia minyak nabati. Pembahasan dimulai dengan penjelasan secara umum terhadap hasil analisis implikasi ekonomi dari tanda dan besaran, nilai koefisien determinasi (R 2 ), nilai F-hitung, t-hitung dan hasil uji korelasi serial. Pembahasan selanjutnya mengenai parameter estimasi dari setiap persamaan di dalam model. Parameter diestimasi menggunakan metode 2SLS. Data yang digunakan adalah data sekunder untuk periode tahun 1980-2008 (Lampiran 5). 5.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Keterkaitan harga minyak nabati dan minyak bumi dalam perdagangan dunia minyak nabati Model ekonometrika keterkaitan harga minyak nabati dan minyak bumi dalam perdagangan dunia minyak nabati dalam penelitian ini berupa model simultan dinamis yang dibangun dari 97 persamaan, terdiri dari 81 persamaan struktural dan 16 persamaan identitas. Jumlah seluruh variabel adalah 184 (ket: termasuk variabel lag endogen), sedangkan jumlah seluruh variabel eksogen yang dimasukkan kedalam persamaan-persamaan di dalam model adalah 326. Hasil identifikasi model menggunakan metode Order Condition menunjukkan bahwa seluruh persamaan di dalam model adalah over identified. Variabel-variabel eksogen yang dimasukkan kedalam persamaanpersamaan struktural mempunyai tanda yang sesuai dengan harapan, khususnya dilihat dari teori ekonomi. Kriteria-kriteria statistika yang digunakan dalam hasil estimasi model adalah cukup meyakinkan. Dari 81 persamaan struktural, 70% (57 persamaan) memiliki nilai koefisien determinasi 80% dan 9% (7 persamaan

97 struktural) memiliki nilai koefisien determinasi diantara 70% R 2 < 80%, dan sisanya 17 persamaan (21%) memiliki nilai koefisien determinasi diantara 14% R 2 <70%,. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa secara umum variabel-variabel eksogen yang dimasukkan kedalam persamaan dapat menjelaskan dengan baik keragaman setiap variabel endogennya. Hasil uji statistik F menunjukkan sekitar 91% dari jumlah persamaan struktural (74 persamaan) nyata pada taraf 1%. Secara umum dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama setiap variabel eksogen dalam setiap persamaan berpengaruh nyata terhadap variabel endogennya. Nilai t-hitung menunjukkan variabel eksogen secara parsial berpengaruh nyata terhadap varibel endogennya pada tingkat yang berbeda-beda. Dari total 278 variabel eksogen yang terdapat di dalam 81 persamaan struktural, sekitar 30% (84 variabel eksogen) berpengaruh nyata terhadap variabel endogennya pada tingkat 1%, 12% (33 variabel eksogen) berpengaruh nyata pada tingkat 5%, 15% (41 variabel eksogen) berpengaruh nyata pada tingkat 10% hingga 25% dan sisanya 43% (120 variabel eksogen) berpengaruh nyata terhadap varibel endogennya di atas 25%. Munculnya autokorelasi serial pada taraf α=5% sekitar 36% (29 persamaan) dari 81 persamaan struktural. Nilai RMSPE 20% dan nilai koefisien U 0.2 masingmasing sekitar 25% (24 persamaan) dan 5% (5 persamaan) dari 97 persamaan di dalam model. Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, dengan mempertimbangkan model yang cukup besar dengan periode pengamatan yang cukup panjang maka hasil estimasi model dinilai cukup representatif dalam menangkap fenomena ekonomi perdagangan dunia minyak nabati dan menjelaskan keterkaitan harga dunia

98 minyak bumi dalam pembentukan harga dunia minyak nabati. Selain itu model dapat digunakan untuk melakukan simulasi dalam mencapai tujuan penelitian dan dijadikan landasan dalam penentuan arah kebijakan pengembangan industri kelapa sawit Indonesia di masa depan. 5.2. Keragaan Minyak Kelapa Sawit Dunia Perdagangan dunia minyak kelapa sawit dilihat dari negara produsen dan konsumennya bersifat oligopoli dan oligopsoni (Purwanto, 2002). Indonesia dan Malaysia merupakan negara produsen dan eksportir utama minyak kelapa sawit dengan kumulatif share dari kedua negara sekitar 89% dari total ekspor di pasar dunia minyak kelapa sawit. China, India, EU-15 dan Pakistan merupakan empat negara importir utama dengan kumulatif share sekitar 52.65% dari total impor dunia minyak kelapa sawit. 5.2.1. Ekspor Minyak Kelapa Sawit 5.2.1.1. Ekspor, Konsumsi dan Produksi Minyak Kelapa Sawit Indonesia Keragaan ekspor dan konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia serta luas areal dan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan Indonesia menurut pelaku usaha perkebunan disajikan pada Tabel 5. Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (XSI) dipengaruhi oleh harga ekspor (HESI), laju perubahan harga domestik (RHDSI), nilai tukar (ERI), pajak ekspor (PESI) dan penawaran minyak kelapa sawit Indonesia untuk pasar ekspor (SXSI). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman ekspor minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama.

99 Tabel 5. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor, Konsumsi, Luas Areal dan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Indonesia, Tahun 1980-2008 Variabel Simbol Parameter t Value Ekspor M. Kelapa Sawit Indonesia (XSI) Pendek Elastisitas Panjang Intercept 1.4058 1.14 Harga ekspor riil minyak kelapa sawit Indonesia HESI -453.43-0.82-0.070 - Laju perubahan harga domestik riil minyak kelapa sawit Indonesia RHDSI 0.0083 0.19-0.001 - Nilai tukar riil Indonesia ERI -57.94-2.92-0.008 - Pajak ekspor minyak kelapa sawit Indonesia PESI 0.89607 25.13 A 0.026 - Penawaran pasar ekspor minyak kelapa sawit Indonesia SXSI 1.4058 1.14 A Konsumsi M. Kelapa Sawit Indonesia (CSI) R 2 = 0.987 R 2 -Adj = 0.984 F-hitung = 320.67 Dw = 1.92565 dh = - Intercept -3450.09-2.38 Harga domestik riil minyak kelapa sawit Indonesia HDSI -0.05438-1.31 F 0.056 0.185 Laju perubahan harga dunia riil minyak bumi RHCOW 961.70340 0.72-0.001 0.002 Populasi Indonesia POPI 23.42292 2.55 B 1.186 3.900 Lag konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia LCSI 0.69584 4.77 A Luas areal TM PBN (LASMIN) R 2 = 0.987 R 2 -Adj = 0.985 F-hitung = 398.70 Dw = 1.98653 dh = 0.05 Lag harga domestik riil minyak kelapa sawit Indonesia LHDSI 0.08933 3.24 A 0.065 - Laju perubahan harga riil pupuk RHCPI -1.12078-2.59 B 0.003 - Lag tiga luas areal perkebunan sawit PBN L3LASIN 0.85870 34.38 A 0.925 - Luas areal TM PBS (LASMIS) R 2 = 0.998 R 2 -Adj = 0.997 F-hitung = 3441.04 Dw = 1.52554 dh = - Intercept 243.901 0.69 Lag harga ekspor riil minyak kelapa sawit Indonesia LHESI 0.116 0.26-0.023 - Laju perubahan harga riil pupuk RHCPI -0.211-0.06-0.0002 - Tingkat upah riil perkebunan Indonesia USPI -0.437-0.84-0.144 - Lag tiga luas areal perkebunan sawit PBS L3LASIS 0.805 22.05 A 1.000 - Luas areal TM PR (LASMIR) R 2 = 0.960 R 2 -Adj = 0.952 F-hitung = 126.36 Dw = 0.374684 dh = - Intercept 72.46956 0.57 Lag harga domestik riil minyak kelapa sawit Indonesia LHDSI 0.01385 1.04-0.040 - Tingkat upah riil perkebunan Indonesia USPI -0.24278-1.32 E 0.095 - Lag luas areal perkebunan sawit PR LLASIR 0.77898 38.34 A 1.016 - Keterangan: R 2 = 0.992 R 2 -Adj = 0.991 F-hitung = 899.01 Dw = 2.03067 dh = - A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10% D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

100 Tabel 5. Lanjutan Variabel Simbol Parameter t Value Produktivitas areal TM PBN (YIESIN) Pendek Elastisitas Panjang Harga ekspor riil minyak kelapa sawit Indonesia HESI 0.00022 0.25-0.034 4.561 Laju perubahan harga riil pupuk RHCPI -0.00153-0.20-0.001 0.105 Pertambahan areal TM PBN tahun ini DLASMIN -0.00406-1.84 C 0.003 0.465 Lag produktivitas areal TM PBN LYIESIN 0.99276 9.90 A Produktivitas areal TM PBS (YIESIS) R 2 = 0.993 R 2 -Adj = 0.991 F-hitung = 733.91 Dw = 2.20989 dh = -0.62 Harga ekspor riil minyak kelapa sawit Indonesia HESI 0.00104 1.19 F 0.151 1.297 Pertambahan areal TM PBS tahun ini DLASMIS -0.00015-0.19-0.007 0.058 Lag produktivitas areal TM PBS LYIESIS 0.88328 8.95 A Produktivitas areal TM PR (YIESIR) R 2 = 0.988 R 2 -Adj = 0.986 F-hitung = 624.47 Dw = 2.39946 dh = -1.18 Harga domestik riil minyak kelapa sawit Indonesia HDSI 0.00009 0.59-0.145 0.349 Harga domestik riil minyak kelapa sawit Indonesia tahun sebelumnya LHDSI 0.00020 1.23 F 0.366 0.882 Laju perubahan harga riil pupuk RHCPI -0.00817-0.50-0.005 0.011 Pertambahan areal TM PR tahun ini DLASMIR -0.00149-0.72-0.071 0.172 Lag produktivitas areal TM PR LYIESIR 0.58475 3.17 A Keterangan: R 2 = 0.941 R 2 -Adj = 0.927 F-hitung = 67.36 Dw = 2.64481 dh = -4.89 A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10% D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25% Dilihat dari nilai t-hitung, maka ekspor minyak kelapa sawit Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh penawaran minyak kelapa sawit Indonesia untuk pasar ekspor dan pajak ekspor. Variabel penawaran minyak kelapa sawit Indonesia untuk pasar ekspor berpengaruh positif terhadap ekspor. Peningkatan volume penawaran sebesar 1% akan meningkatkan ekspor sebesar 0.89%. Nilai elastisitas pada jangka pendek mendekati unitary elastis, yaitu sebesar 0.95. Penawaran minyak kelapa sawit Indonesia untuk pasar ekspor merupakan selisih antara total penawaran minyak kelapa sawit Indonesia dan konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia (CSI). Total penawaran minyak kelapa sawit Indonesia merupakan penjumlahan dari stok awal tahun (STOKSI) dan produksi minyak kelapa sawit Indonesia (PRODSI).

101 Variabel lain yang nyata mempengaruhi ekspor minyak kelapa sawit Indonesia adalah pajak ekspor (PESI), namun mempunyai pengaruh negatif. Peningkatan pajak ekspor sebesar 1% akan menurunkan volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 58 ribu ton, dari rerata volume ekspor tahun 1980-2008 sebesar 3,6 juta ton, atau sekitar 1.61%. Variabel eksogen lainnya yaitu harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (HESI) dan nilai tukar (ERI) mempunyai pengaruh positif terhadap ekspor, sedangkan variabel laju perubahan harga domestik (RHDSI) memiliki pengaruh negatif terhadap ekspor. Ketoga variabel eksogen tidak memiliki dampak perubahan yang besar terhadap terhadap ekspor minyak kelapa sawit Indonesia dan secara statistik nyata pada taraf >25%. Konsumsi minyak kelapa sawt Indonesia (CSI) dipengaruhi oleh variabel harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia (HDSI), laju perubahan harga minyak bumi (RHCOW), jumlah populasi (POPI) dan lag konsumsi (LCSI). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia terutama dipengaruhi oleh lag konsumsi, populasi dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia berturut-turut pada taraf 1%, 5% dan 25%. Variabel eksogen populasi Indonesia (POPI) berpengaruh positif terhadap konsumsi. Setiap tambahan populasi sebanyak 1000 jiwa akan meningkatkan konsumsi sebesar 23.42 ton/tahun, dari rerata volume konsumsi tahun 1980-2008 sebesar 2,35 juta ton/tahun, atau sekitar 1%. Konsumsi minyak kelapa sawit bersifat responsif terhadap perubahan populasi, khususnya pada jangka panjang

102 yang memiliki nilai elastisitas 3.3 kali lebih besar dari nilai elastisitas jangka pendek. Fenomena ini terkait dengan diversifikasi produk minyak kelapa sawit yang relatif masih kecil dalam konsumsi dan menjadikan pengaruh POPI lebih tergantung kepada jumlah populasi itu sendiri. Jenis penggunaan dalam konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia didominasi sebagai bahan baku minyak goreng nasional. Sekitar 77% dari volume konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia adalah untuk pasokan bahan baku minyak goreng nasional (Jakarta Futures Exchange, 2008). Variabel harga domestik (HDSI) memiliki pengaruh negatif terhadap konsumsi, sedangkan variabel laju perubahan harga dunia minyak bumi (RHCOW) mempunyai pengaruh positif terhadap konsumsi. Namun, konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia bersifat tidak responsif terhadap perubahan kedua variabel tersebut. Seperti halnya pengaruh POPI terhadap CSI, fenomena ini terkait dengan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku utama minyak goreng nasional dan relatif masih kecilnya diversifikasi produk dalam konsumsi, termasuk pengolahan minyak kelapa sawit sebagai produk subsitusi minyak bumi. Selain itu dipengaruhi juga oleh kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia untuk menjamin ketersediaan pasokan minyak kelapa sawit di dalam negeri. Persamaan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan Perkebunan Besar Negara (LASMIN) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 99.80% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Variabel eksogen dalam persamaan LASMIN meliputi lag harga ekspor (LHESI), laju laju kenaikan harga pupuk (RHCPI) dan lag tiga luas areal perkebunan kelapa sawit

103 PBN (L3LASIN). Dilihat dari nilai t-hitung, maka LASMIN dipengaruhi secara nyata pada taraf 1% oleh variabel LHESI dan L3LASIN, sedangkan RHCPI berpengaruh nyata pada taraf 5%. Variabel eksogen lag harga ekspor (LHESI) dan lag tiga luas areal perkebunan PBN (L3LASIN) memiliki pengaruh positif, sedangkan variabel eksogen laju kenaikan harga pupuk (RHCPI) memiliki pengaruh negatif terhadap LASMIN. Luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan PBN relatif responsif terhadap perubahan L3LASIN dan tidak responsif terhadap perubahan variabel LHESI maupun RHCPI. Diketahui dalam kultur teknis kelapa sawit diperlukan waktu sekitar 3 tahun fase tanaman belum menghasilkan. PBN selaku pelaku usaha profesional maka dalam penentuan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan tahun ini relatif lebih didasarkan kepada umur tanaman dibandingkan terhadap variabel harga produk maupun harga pupuk. Persamaan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan Perkebunan Besar Swasta (LASMIS) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 96% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Variabel eksogen dalam persamaan LASMIS meliputi lag harga ekspor (LHESI), laju kenaikan harga pupuk (RHCPI), upah tenaga kerja perkebunan (USPI) dan lag tiga luas areal perkebunan kelapa sawit PBS (L3LASIS). Dilihat dari nilai t- hitung, maka LASMIS hanya dipengaruhi secara nyata oleh variabel L3LASIS pada taraf 1%. Pada jangka pendek, LASMIS relatif bersifat responsif terhadap perubahan L3LASIS, dan tidak responsif terhadap perubahan tiga variabel eksogen lainnya. Seperti halnya PBN, PBS selaku pelaku usaha profesional maka dalam penentuan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan tahun ini relatif

104 lebih didasarkan kepada umur tanaman dibandingkan terhadap variabel harga produk maupun harga pupuk. Persamaan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan Perkebunan Rakyat (LASMIR) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Variabel eksogen dalam persamaan LASMIR meliputi lag harga domestik (LHDSI), upah tenaga kerja perkebunan (USPI) dan lag luas areal perkebunan kelapa sawit PR (LLASIR). Harga domestik lebih menjadi acuan bagi PR daripada harga ekspor terkait dengan pemasaran minyak kelapa sawit PR yang berupa titip olah di pabrik pengolahan minyak kelapa sawit milik PBN maupun PBS. Penggunaan variabel lag satu luas areal perkebunan kelapa sawit rakyat (LLASIR) dalam persamaan LASMIR dan variabel USPI terkait dengan besarnya keragaman penerapan kultur teknis dan profesionalisme pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang diterapkan oleh PR. Dilihat dari nilai t-hitung, maka LASMIR hanya dipengaruhi secara nyata oleh variabel LLASIR pada taraf 1% dan variabel USPI pada taraf 20%. Pada jangka pendek, LASMIR bersifat responsif terhadap perubahan LLASIR bersifat elastis, sedangkan tiga variabel eksogen lainnya tidak memiliki dampak yang besar terhadap luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan perkebunan rakyat. Persamaan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan Perkebunan Besar Negara (YIESIN) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Produktivitas yang digunakan dalam peneltian ini setara dengan pencapaian ton minyak kelapa sawit mentah per ha tanaman menghasilkan (ton CPO/ha TM). Variabel eksogen

105 dalam persamaan YIESIN meliputi harga ekspor (HESI), laju kenaikan harga pupuk (RHCPI), tambahan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan PBN tahun ini (DLASMIN) dan lag produktivitas PBN (LYIESIN). Dilihat dari nilai t- hitung, maka YIESIN hanya dipengaruhi secara nyata oleh variabel LYIESIN pada taraf 1% dan DLASMIN pada taraf 10%. Nilai elastisitas jangka pendek seluruh variabel eksogen bersifat inelastis atau dengan perkataan lain ketiga variabel eksogen tersebut tidak memiliki dampak yang besar terhadap perubahan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan PBN. Pada jangka panjang, YIESIN bersifat responsif terhadap perubahan harga ekspor. Kondisi ini terkait dengan sifat utama industri kelapa sawit di sektor hulu (ket: perkebunan kelapa sawit), antara lain: (1) luas areal maupun luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan cenderung rigid untuk turun, (2) pertimbangan dalam keputusan tandan buah segar kelapa sawit (TBS) untuk dipanen tidak hanya didasarkan pertimbangan harga yang diterima saat ini tetapi memperhatikan siklus produksi TBS, khususnya bagi perkebunan besar, (3) tujuan akhir proses produksi TBS adalah menghasilkan minyak dengan sifat TBS yang mudah rusak (perishable) dan harus segera diolah menjadi minyak, dan (4) di perkebunan besar, pencapaian produktivitas menjadi indikator penilaian kinerja pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Variabel HESI yang elastis pada jangka panjang menggambarkan prospek usaha kelapa sawit di masa depan mempengaruhi produktivitas PBN. Persamaan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan Perkebunan Besar Swasta (YIESIS) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Variabel

106 eksogen dalam persamaan YIESIS meliputi harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (HESI), tambahan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan PBS tahun ini (DLASMIS) dan lag produktivitas PBS (LYIESIS). Dilihat dari nilai t- hitung, maka YIESIS hanya dipengaruhi secara nyata oleh variabel LYIESIS pada taraf 1% dan variabel HESI pada taraf 25%. Seperti halnya YIESIN, pada jangka pendek, YIESIS tidak responsif terhadap perubahan seluruh variabel eksogen, dan pada jangka panjang YIESIS bersifat responsif terhadap perubahan harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Persamaan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan Perkebunan Rakyat (YIESIR) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 94% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Variabel eksogen dalam persamaan YIESIR meliputi harga domestik (HDSI), harga domestik tahun sebelumnya (LHDSI), pertumbuhan harga pupuk (RHCPI),tambahan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan PR tahun ini (DLASMIR), dan lag produktivitas PR (LYIESIR). Dilihat dari nilai t-hitung, maka YIESIR dipengaruhi secara nyata oleh variabel LYIESIR pada taraf 1% dan LHDSI pada taraf 25%. Pada jangka pendek maupun jangka panjang, YIESIR tidak responsif terhadap perubahan seluruh variabel eksogen. 5.2.1.2. Ekspor Minyak Kelapa Sawit Malaysia Keragaan ekspor minyak kelapa sawit Malaysia tahun 1980-2008 disajikan pada Tabel 6. Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia (XSM) dipengaruhi oleh harga ekspor minyak kelapa sawit Malaysia (HESM), pajak ekspor (PESM), stok minyak kelapa sawit Malaysia (STOKSM), produksi (PRODSM) dan lag ekspor (LXSM). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman ekspor

107 minyak kelapa sawit Malaysia sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka ekspor minyak kelapa sawit Malaysia dipengaruhi oleh lag ekspor dan produksi minyak kelapa sawit Malayasia berturut-turut pada taraf 5% dan 10%. Tabel 6. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Malaysia, Tahun 1980-2008 Variabel Simbol Parameter t Value Pendek Elastisitas Panjang Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia (XSM) Harga ekspor riil minyak kelapa sawit Malaysia HESM 0.06986 0.06-0.003 0.005 Pajak ekspor minyak kelapa sawit Malaysia PESM -6.67733-0.21-0.003 0.006 Stok minyak kelapa sawit Malaysia STOKSM 0.81246 1.10-0.094 0.176 Produksi Minyak kelapa sawit Malaysia PRODSM 0.38892 2.07 C 0.469 0.877 Lag ekspor minyak kelapa sawit Malaysia LXSM 0.46543 2.10 B Keterangan: R 2 = 0.995 R 2 -Adj = 0.994 F-hitung = 881.01 Dw = 2.91564 dh = - A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10% D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25% Nilai elastisitas jangka pendek maupun jangka panjang seluruh variabel eksogen bersifat inelastis. Untuk variabel harga ekspor, kondisi ini sesuai dengan hasil penelitian Suryana (1986) dan Zulkifli (2000) yang menyimpulkan bahwa respon ekspor minyak kelapa sawit kasar Indonesia dan Malaysia bersifat inelastis terhadap perubahan harga. Fenomena tersebut terkait dengan minyak kelapa sawit sebagai hasil komoditas perkebunan dengan karakteristik memiliki umur produksi yang panjang dan sebuah siklus produksi. Pengaruh produksi minyak kelapa sawit Malaysia terhadap ekspor minyak kelapa sawit Malaysia relatif lebih besar dibandingkan variabel eksogen lainnya. Kondisi ini terkait dengan kesimbangan antara volume produksi dan kebutuhan untuk konsumsi Malaysia. Diketahui persentase konsumsi terhadap volume produksi minyak kelapa sawit Malaysia

108 sekitar 18% (Oil World, 2011) atau dengan perkataan lain masih terdapat sisa poroduksi yang relatif besar untuk kegiatan ekspor. Selain sebagai hasil komoditas perkebunan, kebijakan pemerintah Malaysia yang mendorong pengaturan volume produksi minyak kelapa sawit Malaysia (ket: seperti pemberian replanting incentive scheme tahun 2002-2006) dan pengembangan industri hilir pengolahan minyak sawit kasar menjadikan pengaruh perubahan produksi terhadap ekspor Malaysia bersifat inelastis. Fenomena ini juga menjelaskan pengaruh perubahan stok dan pajak ekspor terhadap ekspor Malaysia yang bersifat inelastis. 5.2.2. Impor Minyak Kelapa Sawit 5.2.2.1. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit China China merupakan negara importir terbesar pertama minyak kelapa sawit dengan share dalam periode tahun 2000-2008 sekitar 18% dari total impor dunia (Oil World, 2011). Keragaan impor dan konsumsi minyak kelapa sawit China tahun 1980-2008 disajikan pada Tabel 7. Impor minyak kelapa sawit China (MSC) dipengaruhi oleh harga impor (HMSC) dan konsumsi minyak kelapa sawit China (CSC). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman impor minyak kelapa sawit China sebesar 98% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka impor minyak kelapa sawit China dipengaruhi secara nyata oleh konsumsi. Selain itu pada jangka pendek respon impor minyak kelapa sawit China terhadap perubahan konsumsi relatif bersifat unitary elastis. Konsumsi minyak kelapa sawit China (CSC) dipengaruhi secara nyata oleh harga impor minyak kelapa sawit China, harga dunia minyak bumi, populasi

109 (POPC) dan tingkat pendapatan perkapita China (IPC). Sedangkan harga impor minyak kedelai China (HMKC) dan harga impor minyak rapeseed China (HMRC) tidak berpengaruh nyata dalam konsumsi minyak kelapa sawit China. Pada jangka pendek, konsumsi minyak kelapa sawit China bersifat responsif terhadap perubahan harga dunia minyak bumi, perubahan tingkat pendapatan perkapita dan populasi. Fenomena ini terkait dengan penggunaan utama minyak kelapa sawit di China di sektor non pangan termasuk pengolahan minyak kelapa sawit sebagai produk subsitusi minyak bumi. Tabel 7. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit China, Tahun 1980-2008 Variabel Simbol Parameter t Value Pendek Elastisitas Panjang Impor minyak kelapa sawit China (MSC) Intercept 247.012 1.06 Harga impor riil minyak kelapa sawit China HMSC -0.12175-0.23-0.014 - Konsumsi minyak kelapa sawit China CSC 1.02941 38.72 A 0.955 - Konsumsi minyak kelapa sawit China (CSC) R 2 = 0.985 R 2 -Adj = 0.984 F-hitung = 763.93 Dw = 0.536344 dh = - Intercept -13375.0-3.39 Harga impor riil minyak kelapa sawit China HMSC -2.99543-1.98 C 0.363 - Harga impor riil minyak kedelai China HMKC 0.17510 0.15-0.022 - Harga impor riil minyak rapeseed China HMRC 1.79444 1.12-0.248 - Harga dunia riil minyak bumi dunia HCOW 145.28 1.78 C 1.880 - Tingkat pendapatan perkapita riil China IPC 1.22316 8.07 A 1.256 - Populasi China POPC 3.44782 1.87 C 1.042 - Keterangan: R 2 = 0.953 R 2 -Adj = 0.939 F-hitung = 64.70 Dw = 1.09717 dh = - A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10% D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25% 5.2.2.2. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit EU-15 Impor minyak kelapa sawit oleh negara-negara EU-15 terutama digunakan untuk kebutuhan sektor non pangan, termasuk sebagai sumber energi alterlatif pengganti maupun bahan dasar industri oleokimia yang awalnya berbasis minyak bumi. Hasil pengolahan minyak kelapa sawit selain digunakan sendiri, sebagian

110 lainnya direekspor ke negara-negara lain di benua Eropa. Perimbangan antara konsumsi dan reekspor dari total impor sekitar 60:40 dengan tren reekspor yang semakin meningkat. Keragaan impor dan konsumsi minyak kelapa sawit EU-15 disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit EU-15, Tahun 1980-2008 Variabel Simbol Parameter t Value Impor minyak kelapa sawit EU-15 (MSEU) Pendek Elastisitas Panjang Harga impor riil minyak kelapa sawit EU-15 HMSEU -0.23946-1.45 E 0.028 0.215 Konsumsi minyak kelapa sawit EU-15 CSEU 0.39946 3.29 A 0.209 1.635 Lag impor minyak kelapa sawit EU-15 LMSEU 0.87188 13.55 A Konsumsi minyak kelapa sawit EU-15 (CSEU) R 2 = 0.978 R 2 -Adj = 0.976 F-hitung = 2496.42 Dw = 1.57784 dh = 1.14 Intercept -10473.3-1.58 Harga impor riil minyak kelapa sawit EU-15 HMSEU -1.76015-2.83 B 0.387 0.978 Harga impor riil minyak matahari EU-15 HMMEU 1.23679 1.94 C 0.335 0.847 Laju pertumbuhan harga dunia riil minyak bumi RHCOW 590.73 0.49-0.001 0.001 Tingkat pendapatan perkapita riil EU-15 IPEU 0.04098 1.10-0.430 1.088 Populasi EU-15 POPEU 24.40434 1.38 E 3.983 10.074 Lag konsumsi minyak kelapa sawit EU-15 LCSEU 0.60456 3.75 A Keterangan: R 2 = 0.967 R 2 -Adj = 0.959 F-hitung = 101.69 Dw = 1.79015 dh = 0.94 A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10% D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25% Impor minyak kelapa sawit EU-15 (MSEU) dipengaruhi oleh variabel harga impor (HMSEU), konsumsi minyak kelapa sawit EU-15 (CSEU) dan lag impor (LMSEU). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman impor minyak kelapa sawit EU-15 sebesar 98% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka impor minyak kelapa sawit EU-15 dipengaruhi secara nyata oleh konsumsi minyak kelapa sawit EU-15 (CSEU) dan lag impor (LMSEU) pada taraf 1% dan harga impor (HMSEU) pada taraf 20%. Pada jangka pendek impor minyak kelapa sawit EU-15 tidak bersifat responsif terhadap seluruh variabel eksogen, namun bersifat

111 responsif terhadap perubahan konsumsi minyak kelapa sawit EU-15 pada jangka panjang Konsumsi minyak kelapa sawit EU-15 (CSEU) dipengaruhi secara nyata oleh harga impor minyak kelapa sawit EU-15 (HMSEU), harga impor minyak matahari EU-15 (HMSEU), jumlah populasi (POPEU) dan lag konsumsi. Tingkat pendapatan perkapita (IPEU) dan laju pertumbuhan harga minyak bumi tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi minyak kelapa sawit EU-15. Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman impor minyak kelapa sawit EU-15 sebesar 92% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Pada jangka pendek, konsumsi minyak kelapa sawit EU-15 hanya bersifat responsif terhadap perubahan populasi. Pada jangka panjang, konsumsi minyak kelapa sawit EU-15 bersifat responsif terhadap perubahan populasi dan relatif bersifat unitary elastis terhadap perubahan tingkat pendapatan perkapita maupun harga impor minyak kelapa sawit. 5.2.2.3. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit India India merupakan negara importir minyak kelapa sawit terbesar kedua setelah China. Penggunaan utama minyak kelapa sawit di India adalah di sektor pangan. Keragaan impor dan konsumsi minyak kelapa sawit India disajikan pada Tabel 9. Impor minyak kelapa sawit India (MSID) dipengaruhi oleh rasio laju pertumbuhan harga impor riil minyak kelapa sawit India terhadap laju konsumsi minyak kelapa sawit India (RRHMSIDRCSID), tarif impor minyak kelapa sawit India (TMSID) dan nilai tukar (ERID). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman impor minyak kelapa sawit India sebesar 80% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Dilihat dari

112 nilai t-hitung, maka impor minyak kelapa sawit India dipengaruhi secara nyata oleh tarif impor minyak kelapa sawit India dan nilai tukar. Namun, pada jangka pendek impor minyak kelapa sawit India tidak bersifat responsif terhadap perubahan seluruh variabel eksogen. Tabel 9. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit India, Tahun 1980-2008 Variabel Simbol Parameter t Value Impor minyak kelapa sawit India (MSID) Pendek Elastisitas Panjang Intercept 10490.41 8.16 Rasio laju pertumbuhan harga impor riil minyak kelapa sawit India terhadap laju konsumsi minyak kelapa RRHMSIDRCSID -91.53-0.76-0.016 - sawit India Tarif impor minyak kelapa sawit India TMSID -180.13-7.15 A 0.793 - Nilai tukar riil India ERID -70.78-2.67 B 0.735 - Konsumsi minyak kelapa sawit India (CSID) R 2 = 0.800 R 2 -Adj = 0.772 F-hitung = 29.28 Dw = 0.63000 dh = - Intercept -10086.80-2.84 Harga impor riil minyak kelapa sawit India HMSID -1.18-0.61-0.157 - Nilai tukar riil India ERID 0.76 0.89-0.402 - Populasi India POPID 11.43984 7.33 A 3.301 - Keterangan: R 2 = 0.787 R 2 -Adj = 0.758 F-hitung = 27.06 Dw = 0.38716 dh = - A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10% D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25% Konsumsi minyak kelapa sawit India (CSID) dipengaruhi secara nyata oleh jumlah populasi (POPID). Variabel harga impor minyak kelapa sawit (HMSID) dan nilai tukar (ERID) tidak berpengaruh nyata dalam persamaan konsumsi minyak kelapa sawit India. Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman konsumsi minyak kelapa sawit India sebesar 79% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Pada jangka pendek, konsumsi minyak kelapa sawit India bersifat responsif terhadap perubahan populasi.

113 5.2.2.4. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit Pakistan Pakistan merupakan negara di Asia Barat yang menjadi negara potensial pemasaran minyak kelapa sawit. Keragaan impor dan konsumsi minyak kelapa sawit Pakistan tahun 1980-2008 disajikan pada Tabel 10. Impor minyak kelapa sawit Pakistan (MSP) dipengaruhi oleh harga impor minyak kelapa sawit Pakistan (HMSP), nilai tukar (ERP), tarif impor (TMSP), laju pertumbuhan konsumsi minyak kelapa sawit Pakistan (RCSIP) dan lag impor (LMSP). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman impor minyak kelapa sawit Pakistan sebesar 97% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersamasama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka impor minyak kelapa sawit Pakistan dipengaruhi secara nyata oleh tarif impor, laju pertumbuhan konsumsi minyak kelapa sawit Pakistan, lag impor dan nilai tukar. Impor minyak kelapa sawit Pakistan relatif lebih responsif terhadap perubahan tarif impor dibandingkan terhadap perubahan varibel penjelas lainnya. Konsumsi minyak kelapa sawit Pakistan (CSP) dipengaruhi secara nyata oleh jumlah populasi (POPP) pada taraf 1% dan harga impor minyak kelapa sawit Pakistan (HMSP) pada taraf nyata 20% dan konsumsi tahun sebelumnya (LCSP) pada taraf nyata 5%. Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman konsumsi minyak kelapa sawit Pakistan sebesar 91% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Pada jangka pendek maupun jangka panjang, konsumsi minyak kelapa sawit Pakistan bersifat responsif terhadap perubahan populasi, sedangkan perubahan harga impor tidak memiliki dampak yang besar terhadap konsumsi minyak kelapa sawit Pakistan.

114 Tabel 10. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit Pakistan Tahun 1980-2008 Variabel Simbol Parameter t Value Impor minyak kelapa sawit Pakistan (MSP) Intercept 2310.386 3.57 Pendek Elastisitas Panjang Harga impor riil minyak kelapa sawit Pakistan HMSP -0.13369-0.91-0.042 0.079 Nilai tukar riil Pakistan ERP -9.75469-2.08 C 0.318 0.593 Tarif impor minyak kelapa sawit Pakistan TMSP -39.95130-4.01 A 0.405 0.754 Laju pertumbuhan konsumsi minyak kelapa sawit Pakistan RCSP 784.95960 5.85 A 0.041 0.076 Lag impor minyak kelapa sawit Pakistan LMSP 0.46336 3.06 A Konsumsi minyak kelapa sawit Pakistan (CSP) R 2 = 0.969 R 2 -Adj = 0.961 F-hitung = 125.26 Dw = 2.81928 dh = - Intercept -799.99-2.28 Harga impor riil minyak kelapa sawit Pakistan HMSP -0.306-1.33 E 0.102 0.181 Populasi Pakistan POPP 12.745 3.01 A 1.166 2.059 Lag konsumsi minyak kelapa sawit Pakistan LCSP 0.434 2.23 B Keterangan: R 2 = 0.915 R 2 -Adj = 0.904 F-hitung = 79.41 Dw = 2.10229 dh = -1.83801 A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10% D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25% 5.2.3. Harga Minyak Kelapa Sawit Keragaan harga dunia, harga ekspor dan harga domestik negara eksportir serta harga impor minyak kelapa sawit negara-negara importir di dalam model disajikan pada Tabel 11. Persamaan harga dunia minyak kelapa sawit (HSW) dipengaruhi oleh ekspor dunia minyak kelapa sawit (XSW), impor dunia minyak kelapa sawit (MSW) dan lag harga dunia minyak kelapa sawit (LHSW). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman harga dunia minyak kelapa sawit sebesar 24% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersamasama pada taraf 15%. Pada jangka pendek, harga dunia minyak kelapa sawit relatif bersifat unitary terhadap perubahan ekspor dunia minyak kelapa sawit, namun bersifat tidak responsif terhadap perubahan impor. Pada jangka jangka panjang respon harga dunia minyak kelapa sawit terhadap perubahan impor dunia

115 minyak kelapa sawit relatif bersifat responsif terhadap perubahan ekspor dunia minyak kelapa sawit, namun bersifat tidak responsif terhadap perubahan impor. Fenomena ini antara lain terkait dengan: (1) produksi dan ekspor minyak kelapa sawit dunia didominasi oleh Indonesia dan Malaysia dengan share kumulatif kedua negara mencapai 85% dari total produksi dunia maupun total ekspor dunia, (2) secara umum negara-negara importir utama minyak kelapa sawit tidak memiliki produksi domestik minyak kelapa sawit, namun merupakan negara produsen tiga minyak nabati lainnya. Tabel 11. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Harga Dunia, Harga Ekspor dan Harga Domestik Negara Eksportir serta Harga Impor Negara Importir Minyak Kelapa Sawit, Tahun 1980-2008 Variabel Simbol Parameter t Value Harga dunia riil minyak kelapa sawit (HSW) Intercept 241.832 2.53 Pendek Elastisitas Panjang Ekspor dunia minyak kelapa sawit XSW -0.02120-0.71-0.977 1.859 Impor dunia minyak kelapa sawit MSW 0.02331 0.77-1.095 2.084 Lag harga dunia riil minyak kelapa sawit LHSW 0.47444 2.31 B R 2 = 0.237 R 2 -Adj = 0.132 F-hitung = 2.27 Dw = 1.61426 dh = - Harga ekspor riil minyak kelapa sawit Indonesia (HESI) Harga dunia riil minyak kelapa sawit HSW 0.74513 9.76 A 0.878 1.054 Nilai tukar riil Indonesia ERI -0.00176-0.82-0.032 0.039 Laju pertumbuhan ekspor riil minyak kelapa sawit Indonesia RXSI -11.06980-0.65-0.004 0.004 Lag harga ekspor riil minyak kelapa sawit Indonesia LHESI 0.16741 1.81 C R 2 = 0.994 R 2 -Adj = 0.993 F-hitung = 937.12 Dw = 1.43310 dh = 1.64 Harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia (HDSI) Harga ekspor riil minyak kelapa sawit Indonesia HESI 4.66236 2.17 B 0.493 0.704 Nilai tukar riil Indonesia ERI 0.15708 2.15 B 0.305 0.436 Rasio total penawaran terhadap total permintaan minyak kelapa sawit Indonesia RTSDSI -464.243-0.41-0.106 0.151 Lag harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia LHDSI 0.30071 2.26 B Keterangan: R 2 = 0.970 R 2 -Adj = 0.964 F-hitung = 177.07 Dw = 1.817476 dh = 0.63 A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10% D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

116 Tabel 9. Lanjutan Variabel Simbol Parameter t Value Harga ekspor minyak kelapa sawit Malaysia (HESM) Intercept 15.75933 0.11 Pendek Elastisitas Panjang Harga dunia riil minyak kelapa sawit HSW 0.85516 8.03 A 0.957 1.292 Nilai tukar riil Malaysia ERM -14.06760-0.49-0.102 0.135 Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia XSM -0.00528-1.70 D 0.140 0.186 Lag harga ekspor minyak kelapa sawit Malaysia LHESM 0.24496 2.51 B R 2 = 0.825 R 2 -Adj = 0.792 F-hitung = 24.74 Dw = 2.34565 dh = -1.02 Harga impor minyak kelapa sawit China (HMSC) Harga dunia riil minyak kelapa sawit HSW 0.85498 18.01 A 0.915 - Tarif impor minyak kelapa sawit China TMSC 2.07163 2.92 A 0.085 - R 2 = 0.993 R 2 -Adj = 0.992 F-hitung = 1705.07 Dw = 1.051652 dh = - Harga impor minyak kelapa sawit EU-15 (HMSEU) Intercept 133.97 1.51 Harga dunia riil minyak kelapa sawit HSW 0.74637 8.80 A 0.724 - Tarif impor minyak kelapa sawit EU-15 TMSEU 1.44446 0.46-0.046 - Harga impor minyak kelapa sawit India (HMSID) R 2 = 0.781 R 2 -Adj = 0.762 F-hitung = 41.07 Dw = 1.473455 dh = - Intercept 42.28541 0.56 Harga dunia riil minyak kelapa sawit HSW 0.66574 5.19 A 0.707 2.114 Laju pertumbuhan konsumsi minyak kelapa sawit India RCSID 23.18987 0.67-0.002 0.005 Lag harga impor minyak kelapa sawit Pakistan LHMSID 0.21873 1.75 C Harga impor minyak kelapa sawit Pakistan (HMSP) R 2 = 0.691 R 2 -Adj = 0.649 F-hitung = 16.41 Dw = 1.07785 dh = - Harga dunia riil minyak kelapa sawit HSW 0.68999 6.04 A 0.689 1.034 Lag harga impor minyak kelapa sawit Pakistan LHMSP 0.33423 3.08 A Keterangan: R 2 = 0.968 R 2 -Adj = 0.965 F-hitung = 358.48 Dw = 2.05282 dh = -0.16 A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10% D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25% Harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (HESI) dipengaruhi oleh harga dunia minyak kelapa sawit (HSW), nilai tukar (ERI), laju pertumbuhan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (RXSI) dan lag harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (LHESI). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Pada jangka pendek, harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia tidak bersifat responsif terhadap

117 perubahan seluruh variabel eksogen. Pada jangka panjang, harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia tidak bersifat responsif terhadap perubahan harga dunia minyak kelapa sawit. Harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia (HDSI) dipengaruhi oleh harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (HESI), nilai tukar (ERI), rasio total penawaran minyak kelapa sawit Indonesia terhadap total permintaan minyak kelapa sawit Indonesia (RTSDSI) dan lag harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia (LHDSI). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 97% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Pengaruh perubahan harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia terhadap harga domestik minyak kelapa Indonesia relatif lebih besar dibandingkan pengaruh perubahan variabel eksogen lainnya, kemudian diikuti oleh pengaruh perubahan nilai tukar dan pengaruh perubahan penawaran minyak kelapa sawit Indonesia terhadap total permintaan minyak kelapa sawit Indonesia. Harga ekspor minyak kelapa sawit Malaysia (HESM) dipengaruhi oleh harga dunia minyak kelapa sawit (HSW), nilai tukar (ERM), ekspor minyak kelapa sawit Malaysia (XSM) dan lag harga ekspor minyak kelapa sawit Malaysia (LHESM). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman harga ekspor minyak kelapa sawit Malaysia sebesar 83% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Harga ekspor minyak kelapa sawit Malaysia bersifat responsif terhadap perubahan harga dunia minyak kelapa sawit. Fenomena ini terkait dengan keseimbangan antara konsumsi dan ekspor minyak kelapa sawit Malaysia terhadap produksi sekitar 18:82.

118 Berdasarkan nilai t-hitung, harga impor minyak kelapa sawit China, EU- 15, India dan Pakistan dipengaruhi secara nyata oleh harga dunia minyak kelapa sawit. Tarif impor tidak berpengaruh nyata, kecuali pengaruh tarif impor minyak kelapa sawit China terhadap harga impor minyak kelapa sawit China. Secara umum, seluruh variabel eksogen yang dimasukkan kedalam setiap persamaan harga impor masing-masing negara importir mampu menjelaskan keragaman harga impor pada kisaran 65%-99%, dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Respon harga impor terhadap perubahan harga dunia minyak kelapa sawit maupun terhadap perubahan tarif impor terutama terjadi di China, diikuti oleh India, EU-15 dan Pakistan. Fenomena ini terkait dengan posisi China dan India sebagai dua negara importir terbesar minyak kelapa sawit. 5.3. Keragaan Minyak Kedelai Dunia Minyak kedelai merupakan minyak terbesar yang diporoduksi dan kedua terbesar yang diperdagangkan di pasar dunia minyak nabati maupun di pasar dunia minyak hayati. Ciri khas dalam perdagangan dunia minyak kedelai adalah negara importir utama umumnya merupakan negara produsen utama minyak kedelai dan impor dilakukan untuk menutupi kekurangan antara volume produksi domestik dan konsumi. Penggunaan minyak kedelai relatif cukup luas dibandingkan dengan tiga minyak nabati lainnya, baik di sekor pangan, di industri oleokimia maupun sebagai sumber bahan bakar alternatif minyak bumi. Argentina, Brasil dan Amerika Serikat merupakan tiga negara eksportir utama dengan kumulatif share lebih dari 85% dari total ekspor di pasar dunia minyak kedelai. EU-15, China, India dan Iran merupakan empat negara importir

119 utama dengan kumulatif share sekitar 48.1% dari total impor dunia minyak kedelai. 5.3.1. Ekspor Minyak Kedelai 5.3.1.1. Ekspor dan Konsumsi Minyak Kedelai Argentina Argentina merupakan negara eksportir terbesar minyak kedelai. Sekitar 90% dari produksi minyak kedelai Argentina ditujukan untuk pasar ekspor dan sisanya sekitar 10% diserap oleh pasar domestik. Keragaan ekspor dan konsumsi minyak kedelai Argentina disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi Minyak Kedelai Argentina, Tahun 1980-2008 Ekspor M. Kedelai Argentina (XKA) Variabel Simbol Parameter t Value Pendek Elastisitas Panjang Harga ekspor riil minyak kedelai Argentina HEKA 0.16354 0.44-0.015 - Harga domestik riil minyak kedelai Argentina HDKA -0.41667-0.78-0.027 - Nilai tukar riil Argentina ERA 10.76324 0.29-0.006 - Produksi minyak kedelai Argentina PRODKA 0.90919 38.32 A 1.007 - Konsumsi M. Kedelai Argentina (CKA) R 2 = 0.996 R 2 -Adj = 0.996 F-hitung = 1447.53 Dw = 1.30475 dh = - Intercept -2039.83-5.36 Laju pertumbuhan harga domestik riil minyak kedelai Argentina RHDKA -41.4378-0.23-0.008 - Produksi minyak kedelai Argentina RHCOW 131.3494 0.11-0.001 - Populasi Argentina POPA 66.6807 6.11 A 4.769 - Keterangan: R 2 = 0.636 R 2 -Adj = 0.586 F-hitung = 12.82 Dw =0.337257 dh = - A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10% D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25% Ekspor minyak kedelai Argentina (XKA) dipengaruhi oleh harga ekspor minyak kedelai Argentina (HEKA), harga domestik minyak kedelai Argentina (HDKA), nilai tukar dan produksi minyak kedelai Argentina (PRODKA). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman ekspor minyak kedelai Argentina sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka ekspor minyak kedelai Argentina

120 dipengaruhi secara nyata oleh volume produksi dan konsumsi minyak kedelai Argentina. Ekspor minyak kedelai Argentina bersifat responsif terhadap perubahan produksi, sedangkan perubahan pada variabel eksogen lainnya tidak memiliki dampak yang besar terhadap ekspor minyak kedelai Argentina. Konsumsi minyak kedelai Argentina (CKA) dipengaruhi oleh laju pertumbuhan harga domestik minyak kedelai Argentina (RHDKA), laju pertumbuhan harga dunia minyak bumi (RHCOW) dan populasi Argentina (POPA). Seluruh variabel eksogen yang dimasukkan kedalam persamaan mampu menerangkan keragaman konsumsi minyak kedelai Argentina sebesar 64% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Pada jangka pendek konsumsi minyak kedelai Argentina bersifat responsif terhadap perubahan populasi, sedangkan perubahan pada variabel eksogen lainnya tidak memiliki dampak yang besar terhadap konsumsi minyak kedelai Argentina. 5.3.1.2. Ekspor dan Konsumsi Minyak Kedelai Brasil Brasil merupakan negara eksportir minyak kedelai terbesar kedua. Sekitar 60% dari produksi minyak kedelai Brasil diserap oleh pasar domestik dan sisanya sekitar 40% ditujukan untuk pasar ekspor. Keragaan ekspor dan konsumsi minyak kedelai Brasil disajikan pada Tabel 13. Ekspor minyak kedelai Brasil (XKB) dipengaruhi oleh harga ekspor minyak kedelai Brasil (HEKB), harga domestik minyak kedelai Brasil (HDKB), nilai tukar (ERB), produksi (PRODKB) dan lag ekspor minyak kedelai Brasil (LXKB). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman ekspor minyak kedelai Brasil sebesar 91% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Ekspor minyak kedelai Brasil bersifat responsif terhadap perubahan produksi dan konsumsi,

121 sedangkan perubahan pada variabel eksogen lainnya tidak memiliki dampak yang besar terhadap ekspor minyak kedelai Brasil. Tabel 13. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi Minyak Kedelai Brasil, Tahun 1980-2008 Variabel Simbol Parameter t Value Ekspor M. Kedelai Brasil (XKB) Pendek Elastisitas Panjang Intercept -723.471-1.87 Harga ekspor riil minyak kedelai Brasil HEKB 0.22970 0.58-0.061 0.069 Stok minyak kedelai Brasil HDKB -0.41627-0.89-0.062 0.071 Nilai tukar riil Brasil ERB 100.416 1.48 E 0.103 0.116 Produksi minyak kedelai Brasil PRODKB 0.44095 4.88 A 1.087 1.231 Lag ekspor minyak kedelai Brasil LXKB 0.11675 0.71 - Konsumsi M. Kedelai Brasil (CKB) R 2 = 0.905 R 2 -Adj =0.886 F-hitung = 42.50 Dw = 1.69325 dh = 1.43 Intercept -903.105-1.57 Harga domestik riil minyak kedelai Brasil HDKB -0.197-0.61-0.020 0.065 Rasio laju peningkatan harga domestik riil m. kedelai Brasil thd laju peningkatan harga dunia riil RRHDKBRHCOW -2.176-2.72 B 0.002 0.006 minyak bumi Populasi Brasil POPB 11.50532 1.98 C 0.629 1.986 Lag konsumsi minyak kedelai Brasil LCKB 0.68321 3.80 A Keterangan: R 2 = 0.961 R 2 -Adj = 0.954 F-hitung = 130.52 Dw = 1.78403 dh = 1.39 A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10% D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25% Konsumsi minyak kedelai Brasil (CKB) dipengaruhi oleh harga domestik (HDKB), rasio laju pertumbuhan harga domestik minyak kedelai Brasil terhadap laju pertumbuhan harga dunia minyak bumi (RRHDKBRHCOW), populasi Brasil dan lag konsumsi. Seluruh variabel eksogen yang dimasukkan kedalam persamaan mampu menerangkan keragaman konsumsi minyak kedelai Brasil sebesar 96% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Pada jangka pendek, konsumsi minyak kedelai Brasil tidak bersifat responsif terhadap perubahan seluruh variabel eksogen. Pada jangka panjang, konsumsi minyak kedelai Brasil bersifat responsif terhadap perubahan populasi Brasil.

122 5.3.1.3. Ekspor dan Konsumsi Minyak Kedelai Amerika Serikat Amerika Serikat merupakan negara produsen terbesar minyak kedelai, namun hanya sekitar 10% dari produksi yang ditujukan untuk pasar ekspor. Keragaan ekspor dan konsumsi minyak kedelai Amerika Serikat disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi Minyak Kedelai Amerika Serikat, Tahun 1980-2008 Variabel Simbol Parameter t Value Ekspor M. Kedelai USA (XKUSA) Intercept 441.8021 1.08 Pendek Elastisitas Panjang Laju pertumbuhan harga ekspor riil minyak kedelai USA RHEKUSA 65.1056 0.21-0.001 - Harga domestik riil minyak kedelai USA HDKUSA -0.27971-0.56-0.217 - Produksi minyak kedelai USA PRODKUSA 0.07796 1.88 C 0.741 - Konsumsi M. Kedelai USA (CKUSA) R 2 = 0.139 R 2 -Adj = 0.021 F-hitung = 1.18 Dw = 1.72575 dh = - Harga relatif harga domestik riil minyak kedelai USA terhadap harga RHDKUSAHCOW -70.39-0.55-0.110 - dunia riil minyak bumi Harga domestik riil minyak rapeseed USA HDRUSA 0.71 0.27-0.078 Populasi USA POPUSA 25.79 5.31 A 0.202 - Keterangan: R 2 = 0.986 R 2 -Adj = 0.984 F-hitung = 544.94 Dw = 0.19807 dh = - A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10% D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25% Ekspor minyak kedelai Amerika Serikat (XKUSA) dipengaruhi oleh laju pertumbuhan harga ekspor minyak kedelai Amerika Serikat (RHEKUSA), harga domestik minyak kedelai Amerika Serikat (HDKUSA) dan produksi (PRODKUSA). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman ekspor minyak kedelai Amerika Serikat sebesar 14% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama pada taraf 35%. Pada jangka pendek, ekspor minyak kedelai Amerika Serikat relatif lebih responsif terhadap

123 perubahan produksi minyak kedelai Amerika Serikat dibandingkan terhadap perubahan harga ekspor maupun perubahan harga domestik. Konsumsi minyak kedelai Amerika Serikat (CKUSA) dipengaruhi oleh harga relatif antara harga domestik minyak kedelai Amerika Serikat dan harga dunia minyak bumi (RHDKUSAHCOW), harga domestik minyak rapeseed Amerika Serikat (HDRUSA) dan populasi Amerika Serikat (POPUSA). Seluruh variabel eksogen yang dimasukkan kedalam persamaan mampu menerangkan keragaman konsumsi minyak kedelai Amerika Serikat sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Namun, pada jangka pendek konsumsi minyak kedelai Amerika Serikat tidak bersifat responsif terhadap perubahan seluruh variabel eksogen. 5.3.2. Impor Minyak Kedelai 5.3.2.1. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai China China merupakan negara produsen minyak kedelai terbesar kedua setelah Amerika Serikat. Impor utamanya ditujukan untuk menutupi kekurangan antara produksi domestik dan konsumsi. Keragaan impor dan konsumsi minyak kedelai China disajikan pada Tabel 15. Impor minyak kedelai China dipengaruhi oleh harga impor, konsumsi minyak kedelai dan lag impor. Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman impor minyak kedelai China sebesar 90% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Impor minyak kedelai China hanya bersifat responsif terhadap perubahan konsumsi minyak kedelai China pada jangka panjang. Konsumsi minyak kedelai China dipengaruhi oleh harga impor minyak kedelai China (HMKC), tingkat pendapatan perkapita China (IPC), populasi