Sekilas Tentang Penity

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

BAB 1 PENDAHULUAN. itu keselamatan menjadi prioritas utama dalam operasi penerbangan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

D E P A R T E M E N P E R H U B U N G A N Komite Nasional Keselamatan Transportasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN PESAWAT UDARA KOMERSIL DI INDONESIA PADA TAHUN 2002 SAMPAI DENGAN TAHUN 2012

Era SMS Sudah Dimulai

No Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 369 Undang- Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Undang- Undang Nomor 22

Mengubah pola pikir yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I terdiri dari empat sub bab, sub bab pertama menguraikan

SKEP /40/ III / 2010

Daftar Kecelakaan Pesawat di Indonesia

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN [LN 2009/1, TLN 4956] Pasal 402

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S)

Kekuatan mental dan kesabaran merupakan

Siaga dan Waspada Menghadapi Bencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesawat terbang merupakan sebuah alat transportasi udara yang berteknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjamin keselamatan setiap penerbangan udara sipil. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan alat transportasi lainnya karena banyaknya keuntungan yang didapat

Budaya Keselamatan dalam dunia Transportasi Udara

KKrisis keuangan global yang mulai dirasakan

PERSEPSI PENUMPANG SRIWIJAYA AIR MENGENAI KESELAMATAN PENERBANGAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperhatikan manusia sebagai human center dari berbagai aspek. Kemajuan

2 Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tenta

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 42 / III / 2010 TENTANG

-9- keliru. Personel AOC melakukan landing yang menyimpang dari prosedur

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peningkatan permintaan jumlah penumpang Sumber : Cetak Biru Transportasi Udara. Universitas Sumatera Utara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA KONFERENSI AVIATION MRO INDONESIA (AMROI) JAKARTA, 12 Mei 2015

1 PENDAHULUAN. 1 Sumber dari 2 Sumber dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri, perdagangan, pariwisata, dan pendidikan (ibid, 1998:7).

HAK PENUMPANG JIKA PESAWAT DELAY

SI 2124 PENGANTAR SISTEM TRANSPORTASI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 5.1 Peranan Asuransi Dalam Pengembangan Pengangkutan Udara Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Penerbangan merupakan sarana transportasi yang sudah dalam kondisi

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengacu pada regulasi penerbangan yang terdiri atas Annex dan Dokumen

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan yang ditetapkan oleh Undang-Undang. Berdasarkan letak

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dalam dunia penerbangan, ada dua jenis bahan

SIKAP MASYARAKAT PENGGUNA JASA LAYANAN TRANSPORTASI UDARA DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

BAB III LANDASAN TEORI Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin. Singapura dengan Douglas Aircraft D2/F6 perusahaan KNILM (Koninklijke

Auditorium KNKT, Kementerian Perhubungan 28 Desember Interviewing Techniques in Accident Investigation NTSC In-House Training

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA MASKAPAI PENERBANGAN DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN PESAWAT UDARA

EVALUASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN (SAFETY MANAGEMENT SYSTEM) DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADI SOEMARMO BOYOLALI

Advisory Circular 92-01

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pesawat udara hubungan antar Negara-negara di dunia semakin mudah. Saat ini

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan di sekitarnya baik di dalam maupun di luar perusahaan. Peran

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pesat. Hal ini dapat terlihat dengan semakin bertambahnya maskapai

akan transportasi antar daerah di Indonesia dalam menjalankan roda dari Miangas ke Pulau Rote, hal tersebut tentunya membutuhkan pola

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR: PK.14/BPSDMP-2017 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. efisien, sehingga pesawat udara adalah pilihan yang tepat dalam transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 473 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI

ANALISIS SFC PADA BANDAR UDARA SUPADIO PONTIANAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)

SAFETY INSTINCT DASAR PEMBENTUKAN SAFETY BEHAVIOUR

ANALISIS TIDAK BERFUNGSINYA FLAP PADA WAKTU DIGERAKKAN DARI 0 SAMPAI 25 UNIT PADA PESAWAT BOEING PK-CJT

Setiap badan usaha atau

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang terjangkau, hal yang terpenting adalah keselamatan, keamanan dan

BAB III LANDASAN TEORI

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGATUR LALU LINTAS UDARA DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN PESAWAT UDARA

BAB I PENDAHULUAN. yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non

AD Page 1 of 5

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PERKERETAAPIAN TAHUN Sumber: Database KNKT Desember 2013

BAB I PENDAHULUAN. tidak memenuhi keselamatan kerja (unsafe act) dan keadaan-keadaan. cara yang dapat dilakukan untuk memperkecilnya adalah menerapkan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TURBULENSI HEBAT di INDONESIA Tahun 2016 M. Heru Jatmika, Heri Ismanto, Zulkarnaen, M. Arif Munandar, Restiana Dewi, Kurniaji

KETENTUAN HUKUM DALAM PENGGUNAAN DRONE DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

2017, No personel ahli perawatan harus memiliki sertifikat kelulusan pelatihan pesawat udara tingkat dasar (basic aircraft training graduation

1. Mendarat di Batam EE GAK ADA MATINYEE

Transkripsi:

Prolog Sekilas Tentang Penity Penity merupakan media internal PT GMF AeroAsia yang memiliki tujuan khusus yakni menyampaikan pengetahuan dan informasi tentang safety kepada seluruh insan GMF. PENITY berasal dari kata peniti yang dalam bahasa Inggris disebut dengan "Safety Pin", yang menurut situs www.answer.com berarti "a pin that prevents the premature or accidental detonation of an explosive device". Dengan kata lain, peniti merupakan "benda sederhana" berupa pin yang berfungsi mencegah kecelakaan pada bahan peledak. Melalui media internal ini, kami berharap bisa memberikan informasi secara persuasif dan naratif kepada setiap insan GMF tentang aspek-aspek yang berhubungan dengan safety dan pengelolaannya. Dengan pengetahuan dan informasi yang kami sampaikan, kami berharap media ini bisa berfungsi seperti "Safety Pin" yakni mencegah terjadinya "ledakan" berupa incident maupun accident. Beberapa rubrik tetap yang ditampilkan dalam media pada setiap edisi ini antara lain: PERSUASI yakni halaman utama yang memuat informasi dan pesan-pesan khusus tentang safety sesuai dengan tema yang kami pilih. SELISIK yakni halaman yang membahas hasil investigasi terhadap kasus-kasus incident atau accident yang terjadi baik di dalam maupun di luar lingkungan GMF AeroAsia. RUMPI (Rubriknya Mang Sapeti) yakni halaman yang berisi tanggapan atau komentar dari Mang Sapeti sebagai maskot PENITY tentang berbagai hal yang terjadi di lingkungan GMF AeroAsia. CAKRAWALA yakni halaman yang memuat artikel atau tulisan-tulisan tentang pengetahuan dan informasi yang terkait dengan masalah safety. INTERMESO berisi tulisan ringan tentang kegiatan-kegiatan yang terkait dengan safety di GMF AeroAsia. Kami berharap adanya kritik, saran, dan masukan tentang materi media ini sehingga penerbitan lembar khusus safety ini memberikan manfaat yang besar. Kami juga berharap sumbangan tulisan dan sharing informasi dari seluruh insan GMF karena ini media kita, dari kita, untuk kita. Selamat membaca. Diterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng - Indonesia, PO BOX 1303 - Kode Pos 19130, Telepon: +62-21-5508070/8032, Faximile: +62-21-5501257, Email: penity@gmf-aeroasia.co.id 2

Cakrawala SMS dan SMK3 Dalam Tinjauan Peraturan Pemerintah Oleh: Syafarudin Siregar Keselamatan manusia dalam dunia kerja mendapat perhatian penting dari pelbagai pihak, terutama pemerintah sejak beberapa tahun silam. Keselamatn kerja sangat penting karena menyangkut jiwa manusia. Selain itu keselamatan kerja menjadi bagian penting kinerja perusahaan karena semakin kecil angka kecelakaan kerja, kinerja perusahaan dalam hal keselamatan bisa dipastikan sudah baik. Untuk menguatkan kewajiban perusahaan mengelola keselamatan kerja karyawan, pemerintah mengeluarkan peraturan untuk mengatur tata kelola keselamatan kerja yang kita kenal dengan Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja (SMK3). Sebagai salah satu perusahaan yang terkena kewajiban itu, GMF menerapkan SMK3 ini. Berhubung GMF merupakan perusahaan dalam industri penerbangan, mau tidak mau juga harus mengimplementasikan Safety Management System (SMS) sejak 1 Januari 2009. Dalam kontek inilah GMF harus menjalankan dua peraturan tentang keselamatan kerja secara bersamaan. SMS wajib dilaksanakan oleh GMF berdasarkan Peraturan Dirjen Perhubungan Udara No. SKEP/03/I/2008 tentang AC 120-92 Sistem Manajemen Keselamatan untuk Air Operator Certificate (AOC) dan Approved Maintenance Organization (AMO). Sedangkan Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja (SMK3) juga wajib dilaksanakan oleh GMF berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1996. Definisi SMS berdasarkan AC 120-92 adalah "An integrated Safety Management System is a systematic, explicit and proactive process for managing safety that integrates operations and technical systems with financial and human resource management to achieve safe operations with as low as reasonably practicable risk. SMS Sedangkan definisi SMK3 berdasarkan Permen 05/Men/ 1996 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab pelaksanaan,prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman dan produktif. Adapun komponen SMS menurut AC 120-92 adalah Safety Policy, Safety Role and Responsibility, Safety Target and Perfomance Indicator, Hazard and Risk Management, Training and Promotion, SMS Documentation and Records, Safety Assurance, dan Emergency Response Planning. Jika kita mengikuti sistematika SMS dalam Advisory Circular 120-92, maka SMK3 berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER 05/MEN/1996 SMK3 lampiran 1 dalam butir-butir lampiran" juga mempunyai komponen. Beberapa komponen itu adalah Kebijakan K3, Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat, Tujuan dan Sasaran K3 serta Indikator Kinerja, Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko, Pelatihan dan Kompetensi Kerja, Dokumentasi, dan Prosedur Menghadapi Keadaaan Darurat. Untuk merawat atau meningkatan keselamatan, AC-120-92 mempunyai komponen Safety Assurance. Tapi, PER 05/MEN/1996 tidak menyebutnya secara eksplisit. Hanya saja peraturan menteri tersebut mempunyai komponen Inspection dan Safety Audit. Jadi untuk meningkatkan keselamatan, sebelumnya kita hanya mengacu pada PER 05/MEN/1996 yang dikeluarkan Departemen Tenaga Kerja, maka kini ditambah dengan AC 120-92 dari Direktorat Jendral Perhubungan Udara cq. DSKU. Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa jika kita melaksanakan SMS maka sekaligus kita melaksanakan SMK3. Sementara itu, tanggung jawab implementasi SMS atau SMK3 berdasarkan AC 120-92 chapter 6 dan 7 disebutkan walaupun Accountable Manager bertanggung jawab dalam mengimplementasikan SMS, tetap perlu menunjuk "safety manager" sebagai focal point untuk menjalankan SMS. Jika AC 120-92 menyebut dengan jelas siapa yang bertanggung jawab, tidak demikian dengan PER.05/MEN/1996. Dalam PER.05/MEN/1996 pasal 2 (2) disebutkan SMK3 wajib dilaksanakan oleh pengurus, pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai satu kesatuan. Dalam bab I peraturan itu disebutkan pengurus adalah orang yang memimpin langsung tempat kerja atau lapangan yang berdiri sendiri dan pengusaha adalah orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri/bukan milik sendiri/ dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja. 3

Persuasi Siaga Satu Terus Menerus Fuad Abdullah VP Quality Assurance & Safety Setiap peristiwa yang terjadi dalam dunia penerbangan biasanya menarik perhatian publik yang cukup besar. Apalagi jika peristiwa yang terjadi menyangkut keselamatan dan keamanan penerbangan. Satu kecelakaan pesawat yang "hanya" menyebabkan beberapa orang terluka pasti mendapat porsi besar dalam pemberitaan media. Porsi berita ini bahkan bisa lebih besar daripada kecelakaan lalu lintas di darat yang menewaskan puluhan nyawa sekalipun. Saat terjadi kecelakaan pesawat, kosakata safety akan menjadi istilah yang paling banyak disebut oleh pejabat, pengamat, pelaku industri aviasi, aparat, dan media massa. Istilah safety menjadi begitu terkenal sehingga kita mudah mendengar dan menemukannya. Bahkan kosakata ini dapat ditemukan dalam ratusan juta tulisan pada laman (web) di dunia maya (Internet). Kita tentu perlu memahami apa sebenarnya yang dimaksud dengan safety dalam dunia penerbangan. Secara umum kata safety banyak diterjemahkan sebagai kondisi bebas dari kecelakaan. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah seberapa "bebas" kita dari kecelakaan? Apalagi ada perusahaan yang memiliki target "zero accident" yakni segala aktifitas yang terjadi di dalam perusahaan bebas 100 persen dari kecelakaan. Pertanyaan kita bisakah kondisi ideal itu diciptakan? Jawabannya adalah tidak. Kita harus sadar bahwa tidak satu pun sistem buatan manusia yang benar-benar sempurna dan bebas dari kekeliruan. Kesempurnaan hanya milik Allah Yang Maha Sempurna. Interaksi manusia dengan teknologi/mesin selalu menimbulkan masalah yang disebut human factor. Begitu juga dalam dunia penerbangan di mana hubungan manusia dan teknologi begitu kental sehingga risiko "mismatch" atau ketidaksesuaian sangat tinggi. Dampak "mismatch" ini bisa sangat besar. Adanya kemungkinan "mismatch" tadi menuntut kewaspadaan dan kehati-hatian yang tinggi dari setiap orang yang terlibat dalam organisasi perusahaan aviasi. Dalam dunia penerbangan kewaspadaan dan kesiagaan merupakan hal yang utama. Kita 4

Persuasi Aviation Safety Network Kita harus sadar bahwa tidak satu pun sistem buatan manusia yang benar-benar sempurna dan bebas dari kekeliruan. Kesempurnaan hanya milik Allah Yang Maha Sempurna. Interaksi manusia dengan teknologi/mesin selalu menimbulkan masalah yang disebut human factor. Pada tahun 1996 pesawat canggih Boeing B-757 Aero Peru mengalami kecelakaan hebat yang menewaskan ratusan penumpangnya. Hasil investigasi menyimpulkan penyebab kecelakaan "hanya" petugas lupa melepas penutup static port. bisa bercermin dan belajar dari kecelakaan penerbangan yang hebat hanya karena masalah sepele. Beberapa kejadian yang menelan korban jiwa bisa kita jadikan bukti dan pelajaran. Pada tahun 1996 pesawat canggih Boeing B-757 Aero Peru mengalami kecelakaan hebat yang menewaskan ratusan penumpangnya. Hasil investigasi menyimpulkan penyebab kecelakaan "hanya" petugas lupa melepas penutup static port. Kondisi ini berawal ketika pesawat naas itu baru saja dicuci. Sesuai prosedur, static port yang berfungsi memberikan input pada alat pendeteksi ketinggian (altimeter) dan alat pengukur kecepatan (air speed indicator) harus ditutup. Namun, karena penutup static port itu lupa dilepas, altimeter dan air speed indicator jadi kacau dan pilot yang menerbangkan pesawat canggih itu "buta" ketinggian dan kecepatan pesawat. Dampaknya pesawat membawa seluruh isinya ke dasar laut. Hal yang "sepele" berakhir dengan sangat tragis. Peristiwa tragis lain karena hal sepele juga terjadi pada pesawat jenis BAC-1-11. Kaca depan kokpit (windshield) sebelah kiri lepas saat pesawat berada di ketinggian 17 ribu kaki (lebih dari 5 kilometer). Akibatnya terjadilah keadaan dekompresi secara cepat. Kapten pilot yang tidak memakai sabuk pengaman dengan benar tersedot keluar. Beruntung co-pilot segera mengambil alih kendali secara cepat. Co-pilot secara heroik berhasil mendaratkan pesawat dengan selamat. Seorang pramugara berhasil merangkul kaki kapten pilot sebelum si kapten "terjun bebas" tanpa payung dari ketinggian 5 kilometer. Penyebab kejadian ini juga sepele yakni teknisi yang memasang kaca depan kokpit tersebut menggunakan screw yang tidak tepat diameter maupun panjangnya. Sekali lagi kecelakaan besar bisa dipicu oleh penyebab yang kecil. Untuk menekan kemungkinan kecelakaan penerbangan, sikap waspada dan selalu siaga menjadi konsep dasar dalam pengelolaan safety. Kewaspadaan dan kesiagaan sangat penting karena keteledoran sedikit saja bisa menjadi malapetaka luar biasa. Dalam konsep safety sikap mental kita dituntut siaga satu terus menerus karena kecelakaan mengintai setiap saat. Tapi, sikap waspada dan hati-hati harus diterapkan secara proporsional agar tidak menimbulkan sikap paranoid dan ketakutan yang berlebihan. Rasa puas berlebihan dan percaya diri yang melewati batas harus dihindari agar tidak menggampangkan masalah. Sikap menggampangkan masalah bisa memicu kecelakaan yang berakibat fatal. Untuk membangun kultur safety, komponen utama yang harus dilakukan adalah selalu dan selalu mencari informasi tentang caracara melakukan aktifitas secara aman (safe) dan tahu cara mendeteksi adanya potensi bahaya (hazard). Selain itu setiap orang harus bersedia melaporkan adanya hazard atau kejadian yang berpotensi menimbulkan kejadian lain yang lebih besar. Kultur safety juga mensyaratkan adanya budaya adil (just culture) di mana batas antara aktifitas yang bisa diterima dan tidak bisa diterima sangat jelas. Dalam kultur safety, orang tidak boleh dihukum karena melakukan kesalahan yang tidak sengaja (error). Tapi, kesalahan yang sengaja (violation) jelas tidak bisa ditolerir. Kecelakaan besar memang relatif jarang, tapi pada setiap kecelakaan selalu ada ribuan hazard yang selama ini tidak terdeteksi. Karena itu sikap selalu proaktif mendeteksi adanya hazard hampir pasti mampu mencegah kejadian yang lebih besar. 5

Selisik Jangan Pernah Sepelekan Lubrikasi Cuaca cukup cerah di Bandar Udara Gustavo D. Ordaz, Puerto Vallarta, Mexico pada suatu hari di akhir Januari 2000. Jarum jam menunjukkan angka 14.30 waktu setempat saat pesawat Alaska Airlines dengan nomor penerbangan 261 meninggalkan landasan pacu bandara. Pesawat dengan tujuan San Fransisco, Amerika Serikat yang mengangkut 83 penumpang dan 5 awak itu akan melanjutkan perjalanan menuju Kota Seattle, juga di Amerika Serikat. Pada mulanya pesawat buatan McDonnell Douglas MD-83 tahun 1992 ini terbang dengan lancar karena cuaca cukup cerah. Semuanya berjalan mulus seperti yang sudah direncanakan. Tapi, setelah pesawat menempuh perjalanan lebih kurang 1 jam 40 menit, perubahan drastis mulai terjadi. Kondisi yang nyaman itu berbalik 180 derajat saat posisi pesawat berada di atas Pulau Anacapa, California. Pilot mulai merasakan ada yang aneh dari bidang kemudi horizontal (horizontal stabilizer). Pada pukul 16.10 pilot melaporkan kepada menara pengawas Los Angeles bahwa horizontal stabilizer pesawat yang diawakinya macet. Pilot minta ijin untuk turun dari ketinggian 31 ribu kaki (9,5 kilometer) ke ketinggian 26 ribu kaki (7,9 kilometer). Seperti kita ketahui pesawat jenis MD-80 Series dengan ekor berbentuk huruf "T" memiliki horizontal stabilizer yang bisa digerakkan ke atas dan ke bawah berfungsi membuat pesawat nose up dan nose down. Horizontal stabilizer ini digerakkan oleh motor listrik yang diteruskan ke jackscrew melalui sebuah gear box. Lima menit sejak melapor ke menara pengawas, pilot melaporkan bahwa problem macetnya horizontal stabilizer itu belum bisa diatasi. Dia menyatakan akan mengalihkan pendaratan ke bandara terdekat yaitu Los Angeles. Tapi, komunikasi pada pukul 16.17 merupakan kontak terakhir Alaska 261 dengan menara pengawas Los Angeles sebelum akhirnya pesawat naas itu ditemukan jatuh di lautan Pasifik di dekat Pulau Anacapa. Seluruh penumpang dan awaknya tewas. National Transportation Safety Board (NSTB) sebagai lembaga independen yang berwenang melakukan investigasi kecelakaan transportasi di Amerika Serikat, mulai melakukan investigasi kecelakaan ini secara detail. NTSB memulai dengan memeriksa kedua kotak hitam yakni CVR (Cockpit Voice Recorder) dan FDR (Flight Data Recorder) pesawat Alaska Airlines. Lembaga independen ini juga bekerja sama dengan Angkatan Laut Amerika Serikat untuk mengangkat seluruh puing pesawat MD 83 dari lautan sedalam lebih kurang 200 meter. Setelah melakukan penyelidikan selama hampir tiga tahun, NTSB menyampaikan laporan resminya pada akhir tahun 2002. Dalam laporannya NTSB menyatakan penyebab utama jatuhnya Alaska 261 adalah jackscrew yang menggerakkan horizontal stabilizer macet. Penyebab macetnya jackscrew karena kurangnya lubrikasi pada area ini. Kesimpulan NTSB ini berdasarkan dua fakta yang tak 6

Intermeso GMF Sebagai Icon SMS Indonesia Dalam rangka persiapan mengimplementasikan Safety Management System (SMS) pada 1 Januari 2009, Indonesian Aircraft Maintenance & Shop Association (IAMSA) mengadakan sebuah konferensi. Acara yang berlangsung di Jakarta pada 30 April 2008 itu dihadiri oleh pelaku industri penerbangan, regulator, dan perwakilan dari akademisi serta para pakar. Para pakar dan akademisi yang hadir memaparkan teori umum tentang safety dalam industri aviasi. Sedangkan regulator menyampaikan dasar hukum kewajiban mengimplementasikan SMS bagi para pemegang AMO dan AOC. Dalam kesempatan itu GMF AeroAsia diminta menguraikan SMS versi International Civil Aviation Organization (ICAO). Dalam menguraikan SMS versi ICAO satu persatu, presenter dari GMF menggunakan bahasa aviasi sehingga mudah dimengerti oleh pelaku industri penerbangan. Apalagi pemaparan itu dilengkapi dengan contoh riil yang terjadi di dunia aviasi Indonesia. Beberapa hal yang disampaikan antara lain Basic Quality Management, Basic Safety Management, Safety & Quality Monitoring, Principle of Free & Frank Reporting, GMF Internal Occurrence Report (IOR), Error & Violation, dan MEDA Basic & Concept. Sikap antusias perserta konferensi meningkat ketika GMF melakukan sharing pengalaman untuk meyakinkan karyawannya agar melaporkan sumber bahaya tanpa hukuman. Dari semula pada tahun 2007 hanya 10 laporan yang masuk, pada awal tahun 2008 naik menjadi 70 laporan. Pada akhir presentasi, GMF mengungkap sebuah pesan bijak. Isinya dalam hal bisnis boleh saja GMF bersaing, tapi dalam hal safety GMF ingin mengajak semua pemegang AMO dan AOC berjalan bersama menuju tujuan dan hasil yang sama. Presentasi GMF mendapat sambutan positif dari pembicara pakar dan regulator bahwa apa yang dilakukan GMF sudah on track. Menurut mereka, GMF layak menjadi Icon SMS Indonesia. Apalagi IAMSA menjadwalkan kembali GMF menyampaikan materi SMS. Bahkan beberapa AMO lain secara khusus mengundang GMF melihat kesiapan mereka menjelang implementasi SMS pada 1 Januari 2009. Melihat respon positif dari berbagai pihak tersebut, rasanya GMF memang layak menjadi Icon SMS Indonesia. Jika dunia luar sudah mengakui hal tersebut, tentu hal ini menjadi tantangan bagi insan GMF untuk memaknainya. Kita tidak ingin gaung GMF dalam penerapan SMS di luar begitu besar dan hebat, tapi kenyataan di dalam masih rapuh. Karena itu diperlukan keseriusan dan kerja keras bersama untuk membuktikan bahwa GMF memang layak menjadi Icon SMS Indonesia. (Erman Noor Adi) Safety Talk Safety Talk merupakan briefing safety awareness yang disampaikan kepada seluruh personel GMF. Briefing ini selalu diberikan sebelum memulai pekerjaan pada pagi maupun siang hari. Biasanya materi ini disampaikan secara dua arah. Beberapa materi yang biasanya disampaikan dalam briefing tersebut antara lain Do and Don't Policy, kecelakaan kerja di area GMF, penggunaan Alat Pelindung Diri, dan awareness terhadap Caution/Warning di job card. Hal positif yang ditunjukkan Unit Composite Shop (TBR-6) yakni menuliskan satu item Do and Don't Policy di papan tulis. Hal ini dilakukan oleh setiap teknisi secara bergiliran. Topik yang ditulis akan berbeda setiap harinya. Urutannya sesuai lampiran Surat Edaran DT/SE-7001/08 pada 6 Februari 2008, tentang Komitmen Safety and Quality Policy. Tak ada satu item pun yang terlewat, malah dilakukan pengulangan untuk seluruh item Do and Don't Policy. Para Teknisi Senior maupun yang baru bergabung dengan Unit Composite Shop mengakui, jika kita menulis, melihat, dan membaca, maka makna yang tersirat tak akan terlupakan. Hal ini merupakan ide yang sederhana, namun hasilnya luar biasa. Kontribusi insan GMF, sekecil apapun, akan sangat berpengaruh terhadap Safety Environment perusahaan. Salah satu caranya yakni dengan lebih mengaktifkan lagi Safety Talk. (I Wayan Susena) 8

Selisik terbantahkan. Fakta pertama, jackscrew dan acme nut yaitu "rumah" tempat berputarnya jackscrew ditemukan di tempat yang terpisah. Hal ini tentu sangat aneh karena kedua benda ini dibatasi "ruang geraknya" oleh dua buah mekanikal stop (mechanical stopper) yang terletak di atas dan di bawah. Fakta kedua, ulir jackscrew tampak "tergerus" dan tidak terlihat adanya tanda-tanda grease atau minyak pelumas pada jackscrew maupun "rumahnya". Hasil penyelidikan kertas kerja (job cards) dan program perawatan (maintenance program) juga membuktikan kesimpulan NTSB itu. Dalam maintenance program itu diketahui pekerjaan lubrikasi pesawat Alaska 261 semula 500 jam terbang, secara bertahap diperpanjang interval pelaksanaannya atau dieskalasi menjadi 2500 jam terbang. Eskalasi lima kali lipat ini karena alasan ekonomis. Temuan ini tentu saja mengagetkan semua pihak. Pesawat terbang yang merenggut korban nyawa 88 orang tersebut celaka hanya karena masalah yang "sangat sepele" yaitu lubrikasi. Pesan dari kisah nyata ini adalah jangan pernah sekali-kali meremehkan pelaksanaan lubrikasi. (FAN/ASN). Seorang pekerja saat mendorong tangga kerja tiba-tiba tangan kanannya sobek tertusuk tonjolan tajam plate boardest pinggiran tangga kerja. Akibat kejadian korban dibawa ke RS Angkasa Pura untuk mendapatkan perawatan medis. "Hari gee...neeh, masih ada tangga berduri...? Lima pekerja melaksanakan pelepasan/penggantian R/H Wing Landing Gear sekaligus pelepasan TRUNION FORK di area docking. Tiba-tiba sebuah Besi pipa (Stick Handle) jatuh mengenai kepala seorang mechanic yang sedang mendorong tangga kerja. Korban dibawa ke Poliklinik GSO mendapat 4 jahitan di kepalanya "Katanya kelas dunia, kok masih ada besi landing di kepala...? Seorang pekerja bermaksud memasak air menggunakan pemanas air (electrical water heater). Sesaat setelah kabel power dihubungkan ke stop tiba-tiba spiral isolator heaternya pecah dan serpihan nya mengenai kedua mata si pekerja. Korban dilarikan ke RS Angkasa Pura untuk tindakan medis. "Buat ngingetin kite, urusan koki bukan di kantor." 7