BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

xvii Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

CACING TAMBANG. Editor oleh : Nanda Amalia safitry (G1C015006)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. cacing. Dimana dapat terjadi infestasi ringan maupun infestasi berat. 16 Infeksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. manusia sehingga berakibat menurunnya kondisi gizi dan kesehatan masyarakat. 7 Infeksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan dan hewan yang bersama-sama dengan kekuatan fisik dan kimia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Ada lebih dari 20 jenis cacing usus yang dapat menginfeksi manusia, namun

Distribusi Geografik. Etiologi. Cara infeksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil-transmitted dikenal sebagai infeksi cacing seperti Ascaris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda berasal dari bahasa Yunani, Nema artinya benang. Nematoda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda adalah spesies yang hidup sebagai parasit pada manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah merupakan bagian yang terbesar dari sel, mencapai lebih kurang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Spesies Soil Transmitted Helminths termasuk fillum Nematohelminthes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui tanah atau biasa disebut dengan cacing jenis soil transmitted

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia nematode usus sering disebut cacing perut, yang sebagian besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERILAKU HIDUP SEHAT TERHADAP KEJADIAN ASCARIASIS PADA SISWA SD NEGERI SEPUTIH III KECAMATAN MAYANG KABUPATEN JEMBER

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda merupakan spesies cacing terbesar yang hidup sebagai parasit.

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Rusmartini, 2009). Cacing ini ditularkan melalui telur cacing yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kebijakan Penanggulangan Kecacingan Terintegrasi di 100 Kabupaten Stunting

I. PENDAHULUAN. tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichuria), dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Helminthiasis atau kecacingan menurut World Health Organization (WHO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JUMLAH tahun tahun tahun

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PREVALENSI INFEKSI KECACINGAN PADA ANAK BALITA DI PUSKESMAS BLIMBING MALANG. Oleh Ma rufah Prodi Analis Kesehatan-AAKMAL Malang ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEJADIAN INFEKSI CACING DAN GAMBARAN KEBERSIHAN PRIBADI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI YAYASAN NANDA DIAN NUSANTARA 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cacing Tambang dan Cacing Gelang 1. Cacing Tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) a. Batasan Ancylostoma duodenale dan Necator americanus kedua parasit ini di beri nama cacing tambang karena pada jaman dahulu cacing ini ditemukan pada pekerja pertambangan, yang belum mempunyai fasilitas sanitasi yang memadai. Hospes parasit ini adalah manusia. Cacing ini menyebabkan nekatoriasis dan ankilostomiasis. 7) b. Morfologi Cacing betina Necator americanus tiap hari mengeluarkan telur kirakira 9000 butir, sedangkan Ancylostoma duodenale kira-kira 10.000 butir. 7) Telur keluar bersama-sama dengan tinja, bentuknya bulat, oval, besarnya 20-50 mikron. Di dalam telur dapat terlihat seperti ada sel-sel berjajar. Telur yang keluar bersama-sama tinja dan berada ditempat yang kering tidak dapat hidup lama. Telur menetas dalam waktu 1-1,5 hari, keluarlah larva rabditiform dalam waktu 3 hari. Larva rabditiform tumbuh menjadi larva filariform, yang dapat menembus kulit dan dapat hidup selama 7-8 minggu di tanah. Larva labditiform panjangnya kira-kira 250 mikron, sedangkan larva filariform panjangnya 600 mikron. 7),14),15) Cacing mempunyai bentuk silindrik dengan mulut yang besar dan berwarna putih keabuan. Cacing betina mempunyai ukuran panjang antara 9 sampai 13 mm, sedangkan cacing jantan antara 5 samapi 11 mm. Diujung posterior tubuh cacing jantan terdapat bursa kompulatriks yang berfungsi untuk memegang cacing betina pada waktu mengadakan kompulasi. Ke dua sepesies cacing tambang ini mempunyai perbedaan morfologik pada bentuk tubuhnya. Rongga mulut dan bentuk bursa kompulatriks pada cacing jantan. 1) Gambar 2.1 Necator americanus (Cacing Tambang) Dewasa

c. Siklus Hidup Telur yang dikeluarkan dengan tinja dapat menjadi matang dan mengeluarkan larva rabditiform dalam waktu 1-1,5 hari. Dalam waktu 3 hari larva rabditiform tumbuh menjadi larva filariform. Bila sudah menembus kulit, maka akan masuk kedalam darah terus melalui jantung dibawa keparuparu. Di sini keluar dari pembuluh darah telur masuk ke dalam bronkus terus ke trakea lalu ke laring dan masuk ke usus halus dan menjadi dewasa. 3),7),14) Telur larva rabditiform larva filaform menembus kulit kapiler darah jantung kanan paru bronkus trakea laring usus halus d. Cara Penularan Sumber penyakit dari orang sakit yang mengeluarkan tinja pada sembarang tempat bersama-sama dengan telur cacing. Pada hari kelima setelah berada diluar, maka telur tersebut akan menjadi larva yang akan siap menembus kulit korbannya yaitu manusia. Setelah menembus kulit larva akan masuk kedalam aliran darah dan seterusnya keparu-paru untuk melanjutkan bergerak kearah tenggorokan. Di tenggorakan ini larva menunggu kapan di telan oleh korbannya. Pada saat diparu-paru penderita mengalami batukbatuk. 6) Kemungkinan lain larva dapat masuk melalui makanan atau buahbuahan langsung menuju usus dan menjadi dewasa. 16)

e. Epidemiologi Insidensi tinggi ditemukan pada penduduk Indonesia, terutama didaerah pedesaan. Khususnya diperkebunan sering kali golongan pekerja perkebunan yang langsung berhubungan dengan tanah mendapat infeksi lebih dari 70 %. Kebiasaan-kebiasaan defekasi ditanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun (dari berbagai daerah tertentu) penting dalam penyebaran infeksi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva ialah tanah gempur (pasir, humus) dengan suhu optimal untuk Necator americanus 28 0-32 0 C, sedangkan untuk Ancylostoma duodenale lebih rendah 23 0 25 0 C. 7) f. Patologi dan Gejala Gejala nekatoriasis dan ancilostomiasis : 7) 1) Stadium Larva Bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit, maka perubahan kulit yang disebut ground itch. Perubahan pada paru biasanya ringan. 2) Stadium Dewasa Gejala tergantung pada: a) spesies dan jumlah cacing dan; b) keadaan gizi penderita (Fe dan protein). Gejala pada penderita, anak atau dewasa kelihatan fisiknya menjadi lemah, pucat, sakit uluhati, gembung perut,kurang darah, rasa mau buang air besar saja, tinja bercampur lendir dan darah, kadang-kadang dapat dilihat cacing bersama-sama lendir. 6) Bila dalam jumlah besar cacing tambang dapat menyebabkan anemia. 5) Menurut Noerhajati, sejumlah penderita cacing tambang yang dirawat di Njokjakarta, mempunyai kadar hemoglobin yang semakin rendah bila mana penyakit semakin besar. 7) g. Diagnosis Laboraturium Cara menegakkan diagnosa penyakit adalah dengan pemeriksaan tinja segar secara langsung, dalam tinja lama mungkin ditemukan larva. 7) Beberapa hal harus ditemukan dalam menegakkan diagnosa cacing tambang ialah :

1. Anemi yang nyata, ditunjukkan dengan pemeriksaan klinis (khususnya pucatnya konjungtiva) dan rendahnya kadar hemoglobin, biasanya dibawah 40 %. 2. Banyak di temukan telur cacing tambang di tinja. 3. Adanya darah di tinja yang ditunjukkan oleh tes secara kimiawi (tes darah samar positif). h. Pengobatan 1) Anemia Bila berat harus diberikan transfusi darah secara intravena, dengan perlahan-lahan dengan mengunakan darah yang sudah di endapkan (20 ml/kg berat badan atau 10 ml/lb berat badan). Jika anemi hanya sedang zat besi dapat diberikan lewat mulut (dengan miktura fera sulfat) atau dengan suntikan intramuskular (imferon). 2) Obat Anti Cacing Tetrachlorethylena (TCE) biasanya diberikan (0,1 ml/kg berat badan atau ¾ minim/lb berat badan). Obat ini harus di berikan kuncahan dan dalam bentuk cairan pada perut kosong tanpa puasa terlebih dahulu. Ini dapat di ulang setiap hari selama tiga hari. Jika kadar hemoglobin terlalu rendah, sebaiknya kadar ini dinaikkan terlebih dulu sampai 40 % dengan tranfusi atau pemberian zat besi sebelum memakai obat anti cacing ini. Jika ditemukan cacing gelang dan cacing tambang secara bersamaan, cacing gelang harus di obati terlebih dahulu. 5) i. Pencegahan Infeksi cacing tambang ini dapat dicegah dengan : 5),6) 1) Pendidikan kesehatan, sehingga si ibu bisa mengerti bagaimana penyakit ini bisa terjadi dan melarang anaknya berjalan pada tanah yang tercemar. 2) Buat jamban yang sehat dan penggunaan yang baik. 3) Menggunakan alas kaki. 4) Menggunting kuku. 5) Cucilah tangan sebelum makan.

6) Makan di meja jangan di lantai. 7) Tanah dapat dibersihkan dari larva dengan pemberian garam dapur. 2. Cacing Gelang ( Ascaris lumbricoides ) a. Batasan Manusia adalah satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides. Penyakit yang disebabkannya disebut askariasis. b. Morfologi Cacing jantan berukuran 10-30 cm, sedangkan yang betina 22-35 cm. Seekor cacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000-200.000 butir sehari: terdiri dari telur yang dibuahi dan yang tidak dibuahi. 7) Panjang dari cacing gelang adalah 25-40 cm. 6) Telur yang dibuahi, besarnya kurang lebih 60 45 mikron dan yang tidak dibuahi 90 x 40 mikron. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Gambar 2.2. Ascaris lumbricoides (Cacing Gelang) Dewasa

c. Siklus Hidup Telur yang infektif, bila tertelan oleh manusia, menetas di usus halus. Larvanya menembus diding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu dialirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru menembus diding pembuluh darah, lalu diding alveolus, masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva ini menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan pada faring, lalu menuju ke usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan 1),6), 7) waktu kurang lebih 2 bulan. Telur Menetas di usus halas Larva menembus usus halus Pembuluh darah / Saluran linfe Jantung Paru Dinding pembuluh darah Dinding Alveolus Ronga Alveolus Trakea Faring Usus halus Dewasa. d. Cara Penularan Cara penularan askariasis dapat terjadi melalu beberapa jalan, yaitu masuknya telur yang infektif kedalam mulut bersama makanan atau minuman yang tercemar, atau tertelan telur melalui tangan yang kotor misalkan pada anak-anak, atau telur infektif terhirup bersama debu udara. Pada keadaan terahir ini larva cacing menetas di mukosa jalan napas bagian atas untuk kemudian langsung menembus pembuluh darah dan memasuki aliran darah. 1) e. Epidemiologi Di Indonesia prevalensi askariasis tinggi terutama pada anak-anak. Frekuensinya antara 60-90 %. Kurangnya pemakaian jamban keluarga menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja disekitar halaman rumah, di

bawah pohon, di tempat mencuci, dan di tempat pembuangan sampah. Di negara-nagara tertentu terdapat kebiasaan memakai tinja sebagai pupuk.tanah liat, kelembaban, tinggi dan suhu yang bekisar antara 25 0-30 0 C telur Ancylostoma lumbricoides menjadi bentuk infektif. 7) f. Patologi dan Gejala Gejala yang timbul pada penderita dapat di sebabkan oleh cacing dewasa dan larva. 7) Migrasi larva cacing dalam jumlah yang besar di paruparu penderita akan menimbulkan pnemonia dengan gejala berupa demam, batuk, sesak dan dahak berdarah, yang umumnya disertai oleh urtikaria dan eosinofili sekitar 20 %. Pnemonia disertai gejala alergi ini di sebut sebagai sindrom loeffler atau Ascaris pnemonia. 7) Pada infeksi berat terutama pada anak-anak dapat terjadi malabsorbsi sehingga memperberat keadaan malnutrisi. Efek yang serius terjadi bila cacing-cacing ini menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus ( ileus ). Pada keadaan tertentu cacing dewasa mengembara ke saluran empedu, apendiks, atau ke bronkus dan mkeadaan gawat darurat sehingga kadangkadang perlu tindakan operatif. 7) g. Diagnosa Laboraturium Cara menegakkan diagnosis penyakit adalah dengan pemeriksaan tinja secara langsung. Adanya telur dalam tinja memastikan diagnosiss askariasis. Selain itu diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri baik melalui mulut atau hidung karena muntah, maupun melalui tinja. 7) Telur cacing yang khas bentuknya dapat dijumpai di dalam tinja penderita atau di dalam cairan empedu melalui pemeriksaan mikroskopik. 1) h. Pengobatan Berbagai obat dapat di gunakan untuk mengobati askariasis, baik untuk penderita perseorangan maupun untuk pengobatan masal. 1) Untuk perseorangan dapat di gunakan obat misalnya piperasin, pirantel pamoat,

mebendazol, atau albendazol. Untuk pengobatan masal perlu beberapa syarat, yaitu : 1). Obat mudah di terima masyarakat 2). Aturan pemakaian sederhana 3). Mempunyai efek samping yang minim 4). Bersifat polivalen, sehingga dapat berkasiat terhadap beberapa jenis cacing. 5). Harganya murah i. Pencegahan Pencegahan infeksi cacing gelang dapat dilakukan dengan : 1),6) 1). Pendidikan kesehatan pada seluruh anggota keluarga 2). Lingkugan yang bersih dan bebas tinja 3). Buat jamban yang sehat dan penggunaan yang baik 4). Cucilah tangan dengan sabun sebelum makan 5). Mengunting kuku 6). Mengunakan alas kaki B. Kebiasaan Hidup Sehat 1. Batasan dan Pengertian Batasan sehat menurut WHO adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, sedangkan menurut Undang-Undang No. 23/1992, kesehatan itu mencakup 4 aspek yaitu fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi. Hal ini berarti kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja tapi juga diukur dari produktifitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. 17) Kebiasaan hidup sehat berhubungan erat dengan lingkungan yang sehat yaitu jika sampah, air limbah, dan tinja dibuang secara benar. Kesehatan rumah juga harus diperhatikan karena sebagian besar waktu kita tinggal di rumah, antara lain untuk istirahat, menyiapkan makan, mendidik anak-anak, menerima tamu dan

lain-lain. Rumah yang sehat harus memiliki : ruang makan / keluarga, kamar tidur, dapur, kamar mandi, jamban / WC / kakus, dan tempat cuci pakaian. Air yang bersih berpengaruh pada kesehatan. Air yang bersih harus jernih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa atau tawar. Air yang tampak bening, tanpa warna, dengan mata telanjang kuman penyakit tidak tampak. Air sehat ialah air bersih yang sudah dimasak dan tidak mengandung bibit penyakit atau kuman penyakit. 18) 2. Perilaku Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat (Blum : 1974). Dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, maka intervensi atau upaya yang di tujukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis. Interfensi terhadap faktor perilaku ini secara garis besar dapat di lakukan melalui dua upaya yang saling bertentangan yaitu dengan cara tekanan (perubahan perilaku dengan cara tekanan dan paksaan), dan edukasi (kesadaran). 17) Menurut Green, perilaku dapat di pengaruhi tiga faktor utama, yaitu : 13) a. Faktor Predisposisi (faktor yang mempermudah) : pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi. b. Faktor Enabling (faktor yang mendukung) : ketersediaan sumber daya, keterjangkauan biaya dan fasilitas pelayanan kesehatan. c. Faktor Reinforcing (faktor yang memperkuat) : ada tidaknya dukungan dari orang-orang sekitar, sikap dan perilaku tokoh masyarakat, sikap dan perilaku petugas kesehatan. 3. Kebiasaan hidup sehat yang berkaitan dengan infeksi cacing tambang dan infeksi cacing gelang Kebiasaan-kebiasaan hidup sehat yang berkaitan dengan infeksi cacing tambang meliputi : 3),6),11),12) a. Kebiasaan cuci tangan sebelum makan

Jari-jari tangan merupakan salah satu jalan masuknya kuman kedalam tubuh manusia yang menyebabkan berbagai penyakit. Kebiasaan makan yang tidak cuci tangan adalah salah satunya karena di tangan tersebut banyak tedapat ratusan telur cacing yang mampu menetas di dalam perut. b. Kebiasaan memakai alas kaki Anak-anak sering bermain di tanah, cara infeksi yang sering adalah penetrasi oleh larva pada kulit kaki yang tidak memakai alas. c. Kebiasaan memotong kuku Kebiasaan memotong kuku dapat menguragi kecacingan karena kuku yang panjang dapat menyebabkan telur cacing masuk di kuku. d. Kebiasaan bermain di tanah Telur dan larva cacing banyak terdapat di tanah. Semakin sering kontak dengan tanah maka resiko terinfeksi cacing semakin besar. e. Kebiasaan buang air besar di jamban Sumber penyakit cacing tambang dan cacing gelang adalah dari orang sakit yang mengeluarkan tinja pada sembarang tempat bersama-sama dengan telur cacing, semakin banyak penduduk yang buang air besar di sembarang tempat maka tanah akan tercemar telur-telur cacing. 4. Tingkat Ekonomi Tingkat Ekonomi berhubungan dengan pendapatan yang diperoleh setiap individu atau keluarga. Menurut Menko Kesra (2000) kemiskinan adalah suatu keadaan kekurangan yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang diluar kegiatan yang bersangkutan sebagai kejadian yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan berbagai faktor yang sangat kompleks yang berintraksi satu sama lain. 8)

C. Kerangka Teori Berdasarkan tinjauan pustaka di atas diperoleh kerangka teori sebagai berikut : Faktor geografis a. Suhu b. Kelembaban c. Jenis tanah Telur cacing di tanah Telur infektif di tanah Tingkat Ekonomi - pendapatan Kebiasaan hidup sehat a. Kebiasaan cuci tangan sebelum makan b. Kebiasaan memakai alas kaki c. Kebiasaan memotong kuku d. Kebiasaan main di tanah e. Kebiasaan buang air besar di jamban Infeksi cacing tambang dan Infeksi cacing gelang

Sumber : Modifikasi TH. Rampengan, Laurentz,1995 D. Kerangka konsep VARIABEL BEBAS VARIABEL TERIKAT Kebiasaan hidup sehat Kebiasaan cuci tangan sebelum makan Kebiasaan memakai alas kaki Kebiasaan memotong kuku Kejadian infeksi cacing tambang Kebiasaan bermain di tanah Kejadian infeksi cacing gelang Kebiasaan buang air besar di jamban Tingkat ekonomi

E. Hipotesa a. Ada hubungan antara kebiasaan hidup sehat dengan kejadian infeksi cacing tambang dan infeksi cacing gelang. b. Ada hubungan antara tingkat ekonomi dengan kejadian infeksi cacing tambang dan infeksi cacing gelang.