PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh pekerjaan utamanya.

dokumen-dokumen yang mirip
KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pola saluran pemasaran terdiri dari: a) Produsen Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh Pedagang

I PENDAHULUAN. sektor peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang perlu

I PENDAHULUAN. Kambing perah peranakan etawah (PE) merupakan ternak dwiguna yang

PENDAHULUAN. Kambing perah merupakan salah satu ternak penghasil susu. Susu

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

Gambar 2. Lokasi penelitian Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ayam buras merupakan keturunan ayam hutan (Gallus - gallus) yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan pada subsistem budidaya (on farm) di Indonesia

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEBERLANJUTAN USAHA KAMBING PERAH GUNA MENDUKUNG KEDAULATAN PANGAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

I PENDAHULUAN. tabungan untuk keperluan di masa depan. Jumlah populasi kerbau pada Tahun

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I PENDAHULUAN. dwiguna yang dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging dan susu.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam kelompok peternak Lebaksiuh yang ada di desa Sindanggalih, kecamatan

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

PENJABARAN KKNI JENJANG KUALIFIKASI V KE DALAM LEARNING OUTCOMES DAN KURIKULUM PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN TERNAK

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis Sapi Potong di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

Yoyo Sunaryo Nitiwidjaja Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon. Kata Kunci : Faktor Internal dan Eksternal, Kelompok Tani, dan Produksi Bawang merah

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENGANTAR. Latar Belakang. Kecamatan Kaligesing merupakan daerah sentra peternakan kambing

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Ternak perah adalah ternak yang dapat memproduksi susu lebih dari yang

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. Kontribusi sektor pertanian cukup besar bagi masyarakat Indonesia, karena

I. PENDAHULUAN. pemasaran lebih efektif dan efisien bagi seorang peternak serta untuk. menyediakan fungsi fasilitas berupa pasar ternak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran bidang peternakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

PENGANTAR. guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun

A. Luas potensi lahan sumber pakan ternak (Ha) Luas Potensi Hijauan (Ha) No Kabupaten/Kota Tanaman Padang. Pangan Rumput

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kabupaten Sumedang maka sebagai bab akhir penulisan skripsi ini,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH MELALUI PENYEDIA

BAB I PENDAHULUAN. Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha

BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

I PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

ANALISIS SALURAN, MARGIN, DAN EFISIENSI PEMASARAN ITIK LOKAL PEDAGING MARKETING CHANNEL, MARGIN, AND EFFICIENCY ANALYSIS OF LOCAL BROILER DUCK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KELAYAKAN USAHA SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA

KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

KAMBING ETAWA SEBAGAI PENGHASIL SUSU DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA. (Etawa Goat as A Milk Producer in District of Sleman, Yogyakarta)

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kambing merupakan ternak yang sudah biasa diternakkan oleh masyarakat. Masyarakat umumnya beternak kambing sebagai usaha sampingan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh pekerjaan utamanya. Kambing di Indonesia beragam, dari mulai kambing impor, lokal maupun persilangan. Salah satu kambing impor yang menjadi pilihan untuk diternakkan yaitu kambing Peranakan Etawah (PE), kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing lokal Indonesia (Kambing Kacang) dengan kambing Etawah, yang dimaksud dengan kambing Etawah di sini adalah kambing Jamnapari yang ditemukan di Distrik Etawah di daerah Uttarbal, India. Kambing ini selain menghasilkan daging juga menghasilkan susu kambing sehingga dapat disebut sebagai kambing dwiguna. Kambing ini memiliki tingkat produktivitas yang tinggi, tingkat adaptasi yang baik terhadap iklim tropis yang ekstrim, betina yang habis melahirkan mempunyai produksi susu yang tinggi, fertilitas tinggi, dan selang generasi yang pendek serta memiliki kemampuan memakan segala jenis hijauan. Produksi susu kambing PE sebanyak 0,498 0,692 liter per ekor per hari, dengan produksi tertinggi dicapai 0,868 liter per hari (Triwulaningsih, 1986). Susu kambing sudah dikenal masyarakat sebagai susu yang memiliki khasiat menyembuhkan diantaranya penyakit asma, TBC, bronkhitis, dan kelainan ginjal. Secara ilmiah susu kambing perah memiliki keunggulan dibanding susu

2 sapi. Susu kambing perah lebih mudah dicerna dibanding susu sapi karena ukuran butir lemak susunya lebih kecil dan dalam keadaan homogen (Jennes, 1980), sehingga harga susu kambing ini di pasaran cenderung lebih tinggi dibanding susu sapi, hal ini menjadi peluang usaha yang cukup potensial bagi peternak kambing PE. Peningkatan populasi kambing mencapai 60,7% di Jawa Barat hal ini dilihat dari data statistik sejak Tahun 2009 sebanyak 1.600.423 ekor hingga Tahun 2016 sebanyak 2.633.834 ekor (Badan Pusat Statistik, 2016). Data tersebut menunjukkan perkembangan populasi yang terus bertambah dari tahun ke tahun pada ternak kambing. Perkembangan populasi ini memberikan potensi pangsa pasar untuk pengembangan budidaya ternak kambing. Pengembangan kambing di Jawa Barat banyak dilakukan salah satunya di Kabupaten Garut. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²). Curah hujan rata-rata tahunan di sekitar Garut berkisar antara 2.589 mm dengan bulan basah 9 bulan dan bulan kering 3 bulan, sedangkan di sekeliling daerah pegunungan mencapai 3500-4000 mm. Variasi temperatur bulanan berkisar antara 24ºC - 27ºC (Kabupaten Garut, 2010). Kabupaten Garut memiliki potensi peternakan yang sangat baik. Produk unggulan peternakan Kabupaten Garut adalah domba dan kambing. Luas lahan penggembalaan di Kabupaten Garut kurang lebih mencapai 2.651,65 Ha yang menghasilkan produksi pakan ternak sebanyak 93.187,08 Ton, sehingga produktivitas lahan penggembalaan dalam menghasilkan pakan sebesar 28,29 Ton/Ha (Kabupaten Garut, 2015). Garut merupakan salah satu lokasi sentra penghasil ternak yang terkenal dengan ikon domba Garutnya, namun demikian hal tersebut tidak melepas potensi

3 daerah tersebut untuk mengembangkan ternak kambing perah. Selain kontes ketangkasan domba Garut, ada juga kontes bibit kambing perah yang telah diselenggarakan di beberapa tempat dengan spesifikasi tertentu yang telah ditentukan, kontes bibit kambing perah ini masih pada bangsa kambing perah PE. Produksi susu yang lebih tinggi ketimbang bangsa-bangsa kambing perah lain menjadikan kambing ini sebagai bangsa kambing yang dipilih untuk dibudidayakan lebih jauh. Hal tersebut memotivasi kalangan peternak untuk mengembangkan bibit ternak kambing perah PE. Peternakan bibit kambing perah PE masih jarang dikembangkan oleh peternak kambing rakyat perorangan yang masih menggunakan cara beternak tradisional, hal ini disebabkan peternakan ini memiliki standar spesifikasi kambing yang diarahkan untuk kambing bibit. Bibit kambing yang dijual dimaksudkan untuk dibudidayakan kembali oleh peternak yang membeli bibit kambing tersebut. Pembibitan kambing perah PE tentunya memerlukan sistem pemeliharaan dan pengawasan yang lebih ketat, serta modal yang lebih tinggi, hal tersebut dapat disiasati dengan adanya kelompok ternak. Kelompok ternak merupakan gabungan para peternak rakyat yang saling bekerja sama membentuk perhimpunan untuk memajukan peternakannya. Salah satu kelompok ternak yang membudidayakan bibit ternak kambing PE yaitu Kelompok Ternak Lebaksiuh. Kelompok ternak ini terletak di Desa Sindanggalih, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, telah memiliki anggota sejumlah 60 orang, dengan produk utama yaitu bibit kambing PE yang populasinya pada Tahun 2016 mencapai ±600 ekor.

4 Kelompok Ternak Lebaksiuh melakukan kerjasama dengan pihak pemerintah yaitu Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Garut. Lembaga tersebut menyalurkan dana Bantuan Bibit Ternak dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional) Tahun 2012, yang digelontorkan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, kepada Kelompok Ternak yang mengembangkan bibit kambing perah PE. Kelompok Ternak Lebaksiuh dapat menerima bantuan dana setelah memenuhi kondisi yang dipersyaratkan oleh dinas yang bersangkutan. Kondisi yang dimaksud yaitu Kelompok Ternak Lebaksiuh telah terdaftar dalam Simluhtan (Sistem Informasi Penyuluh Pertanian) Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Garut. Kelompok Ternak Lebaksiuh juga harus merupakan kelompok ternak yang aktif mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Garut. Kelompok Ternak Lebaksiuh bekerja sama dengan pedagang besar dalam hal pemasaran bibit kambing PE yang diproduksinya. Pedagang besar mengikuti pelelangan yang diadakan oleh pemerintah untuk pengadaan kambing PE dan Kelompok Ternak Lebaksiuh berperan sebagai pendukung pengadaan ternak yang dilakukan pedagang besar. Kegiatan ini telah secara rutin dilakukan ± 6 bulan sekali. Kelompok Ternak Lebaksiuh selain memasarkan produk utamanya melalui pedagang besar, juga menjual bibit kambing PE yang produksinya kepada pengumpul. Penetapan harga penjualan bibit kambing PE dilakukan dengan cara nego dimana Kelompok Ternak Lebaksiuh sudah memberikan pagu anggaran sebelumnya untuk setiap ekor bibit kambing PE yang dijual.

5 Pedagang besar maupun pedagang pengumpul berperan sebagai lembaga pemasaran. Mereka yang menyalurkan dan memasarkan bibit kambing PE yang diproduksi oleh Kelompok Ternak Lebaksiuh hingga ke tangan konsumen, sehingga bibit kambing PE yang dijual dapat sampai dengan aman. Lembaga pemasaran memenuhi fungsi-fungsi pemasaran yang terdapat dalam alur distribusi bibit kambing PE. Fungsi pemasaran diantaranya berupa fungsi pengangkutan, informasi pasar dan lain sebagainya, yang mendukung lancarnya pemasaran bibit kambing PE. Lembaga-lembaga pemasaran ini merupakan matarantai yang membentuk saluran pemasaran, yang menghubungkan produsen dengn konsumen sehingga bibit kambing PE dapat tersalurkan. Harga bibit kambing PE yang beredar di masyarakat, dipengaruhi oleh harga-harga yang diterima oleh setiap lembaga dan pelaku pemasaran. Harga yang diberikan oleh lembaga maupun pelaku pemasaran terdiri dari biaya pemasaran yang dikeluarkan, dan keuntungan yang diambil oleh setiap lembaga pemasaran. Biaya pemasaran dipengaruhi oleh fungsi-fungsi yang ditanggung oleh setiap lembaga pemasaran, semakin banyak fungsi yang ditanggung maka biaya yang harus dikeluarkan pun semakin besar, dan hal tersebut akan mempengaruhi tinggi rendahnya margin pemasaran. Biaya dan keuntungan inilah yang membentuk margin pemasaran. Margin pemasaran akan semakin tinggi jika harga yang diterima oleh konsumen semakin tinggi, demikian pula semakin panjang matarantai saluran pemasaran semakin banyak keuntungan yang diambil dan biaya yang dikeluarkan untuk pelaku pemasaran sehingga harga yang sampai ke konsumen semakin tinggi. Bibit kambing PE dengan spesifikasi kambing bibit

6 tentunya memiliki harga yang berbeda dengan kambing yang sengaja dipasarkan untuk dipotong. Menelusuri saluran pemasaran akan memberikan gambaran berapa banyak pelaku pemasaran yang berperan. Menganalisis margin pemasaran pada setiap pelaku pemasaran akan memperlihatkan margin pemasaran yang terbentuk pada setiap pelaku pemasaran. Informasi mengenai saluran dan margin pemasaran bibit kambing PE Kelompok Ternak Lebaksiuh, diharapkan akan memberikan penjabaran mengenai proses terbentuknya harga kambing PE ini. Dari ulasan tersebut penulis tertarik untuk meneliti mengenai Analisis Margin dan Saluran Pemasaran Usaha Perbibitan Kambing Perah Peranakan Etawah (Studi Kasus Kelompok Ternak Lebaksiuh, Desa Sindanggalih, Kec. Karangpawitan, Kab. Garut). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang maka dapat ditarik beberapa masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana bentuk saluran pemasaran bibit kambing PE dari Kelompok Ternak Lebaksiuh ke konsumen akhir. 2. Fungsi apa saja yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran pada saluran pemasaran bibit kambing PE dari Kelompok Ternak Lebaksiuh ke konsumen akhir. 3. Berapa biaya, margin dan keuntungan pemasaran bibit kambing perah PE dari Kelompok Ternak Lebah Siuhe konsumen akhir.

7 1.3 Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan pelaksanaan penelitian ini, yaitu : 1. Mengetahui bentuk saluran pemasaran bibit kambing PE dari Kelompok Ternak Lebaksiuh ke konsumen akhir. 2. Mengetahui fungsi yang dilakukan setiap lembaga pemasaran pada saluran pemasaran bibit kambing PE dari Kelompok Ternak Lebaksiuh ke konsumen akhir. 3. Mengetahui biaya, margin dan keuntungan pemasaran bibit kambing PE dari Kelompok Ternak Lebaksiuh ke konsumen akhir. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini secara praktis dapat memberikan bahan informasi bagi para lembaga pemasaran, maupun akademisi mengenai margin dan saluran pemasaran bibit kambing PE. Secara teori penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bahan penelitian bagi akademisi yang melakukan penelitian lebih lanjut mengenai margin, saluran dan keuntungan pemasaran pembibitan kambing PE di Indonesia. 1.5 Kerangka Pemikiran Kelompok Ternak Lebaksiuh menjual bibit kambing PE melalui pedagang pengumpul dan pedagang besar dengan ikatan yang telah terjalin secara kuat. Para pelaku yang menjalin ikatan dengan Kelompok Ternak Lebaksiuh melakukan pemasaran bibit kambing PE yang diproduksi oleh Kelompok Ternak Lebaksiuh. Para pelaku pemasaran ini memasukkan bibit kambing PE yang dijual

8 ke dalam pasar, didalam pasar terjadi tawar-menawar dan apabila terjadi kesepakatan maka proses pertukaran baru dapat terjadi. Bibit kambing PE Kelompok Ternak Lebaksiuh untuk masuk kedalam sistem pemasaran memerlukan bantuan para pelaku pemasaran. Pelaku pemasaran atau juga Lembaga pemasaran berdasarkan tahap proses tataniaga dibedakan atas: 1) Pedagang pengumpul (local assembler), yaitu pedagang yang membeli hasil hasil pertanian dari petani-petani produsen, kemudian hasil itu dikumpulkan pada suatu tempat atau pada beberapa tempat dan dijual kepada pedagang-pedagang lain; 2) Pedagang penerima dan penyebar (wholesaler), yaitu pedagang yang membeli barang dalam jumlah besar dari pedagang pengumpul lalu kemudian barang itu disimpan untuk dijual kepada pedagang lain. Mereka yang menerima barang dan kemudian menjualnya ke pedagang pengecer disebut pedagang penyebar atau wholesale distributor sedang mereka yang tidak langsung menjual kepedagang pengecer disebut pedagang penerima atau wholesale receiver. Keduanya sering juga disebut jobber; 3) Pedagang pengecer (retailer) yaitu pedagang yang secara langsung menjual atau mengecerkan barang kepada konsumen (Hamid, 1972). Banyaknya lembaga pemasaran dalam setiap sistem pemasaran akan berbeda-beda, hal tersebut ditentukan oleh saluran pemasaran yang terbentuk, yang akan menentukan panjang pendeknya saluran pemasaran. Tingkatan saluran pemasaran terbagi menjadi 4 jenis yaitu: 1) Saluran nol tingkat (disebut pula saluran pemasaran langsung) terdiri dari seorang produsen yang menjual langsung kepada konsumen; 2) Saluran satu tingkat yang mempunyai satu perantara penjualan; 3) Saluran dua tingkat yang memiliki dua perantara; dan 4) saluran tiga

9 tingkat yang memiliki tiga perantara (Kotler, 1988). Semakin tinggi tingkat saluran pemasaran semakin panjang saluran pemasaran yang terbentuk. Panjangnya saluran pemasaran akan mempengaruhi harga yang diterima oleh konsumen, karena setiap fungsi yang dikeluarkan membutuhkan biaya untuk pelaksanaannya. Panjangnya saluran memperlihatkan banyaknya fungsi pemasaran yang diberikan kepada ternak yang dijual. Fungsi fungsi pemasaran terdiri atas: 1) Fungsi pertukaran yang terdiri dari fungsi penjualan dan fungsi pembelian; 2) Fungsi fisik yang terdiri dari fungsi pengangkutan dan penyimpanan; dan 3) Fungsi fasilitas yang terdiri dari standardisasi dan grading, fungsi penanggungan risiko, fungsi pembiayaan dan fungsi keterangan pasar (Hamid, 1972). Fungsi fungsi pemasaran ini dilakukan oleh lembaga pemasaran yang berperan dalam saluran pemasaran bibit kambing PE. Setiap lembaga pemasaran memiliki peran yang berbeda-beda dalam menjalankan fungsinya. Semakin banyak fungsi yang dilakukan semakin banyak biaya pemasaran yang dikeluarkan. Biaya-biaya pemasaran ini bersama dengan keuntungan yang didapatkan oleh setiap lembaga pemasaran membentuk margin pemasaran. Margin pemasaran dapat menjadi tolak ukur efisiensi pemasaran apabila terbagi secara adil pada setiap lembaga pemasaran. Pembagian yang adil ini berarti sesuai dengan beban fungsi yang dilaksanakan oleh lembaga pemasaran tersebut. Skema kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada bagan ilustrasi no 1.

Produsen (Anggota Kelompok Ternak Lebaksiuh) 10 Pedagang Pengumpul 1 (Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh) Pedagang Besar Pedagang Pengumpul 2 Konsumen Pedagang Perantara Konsumen Ilustrasi 1. Kerangka Pemikiran Penelitian 1.6 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga April Tahun 2017. Lokasi penelitian dilakukan di Kelompok Ternak Lebaksiuh, yang bertempat di Desa Sindanggalih, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.