BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan UUD 1945 telah dinyatakan secara. tegas bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Keterpencilan membuat sebagian masyarakat Indonesia sampai saat ini masih

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Halmahera Selatan, Penelitian ini menggunakan perspektif. pendekatan kualitatif. Menurut Denzin dan Lincoln (dalam

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan. Sedangkan. yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap kekuatan kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan.

PEMBERDAYAAN KELUARGA DI DESA ARJASARI KABUPATEN BANDUNG

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Pemuda dan Olahraga untuk menyusun dan merumuskan.kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Tujuan pendidikan nasional yaitu Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. negaranya, salah satunya yaitu dalam bidang pendidikan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, jumlah penduduk

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya efisiensinya berarti rendah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

kualifikasi S1/D IV,S2 atau lebih. guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS)

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. nilai inti untuk memahami pembangunan yang paling hakiki antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang maslah yang diambil dalam penelitian. Selain itu menjelaskan tentang rumusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.

MENUJU BANGKA BERMARTABAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian atau kedewasaan manusia seutuhnya baik secara mental,

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan. daya manusia dan merupakan tanggung-jawab semua pihak, baik

TREND DAN ESTIMASI ANGGARAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA BIDANG PENDIDIKAN DI PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki masyarakat yang banyak. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN DESA CERDAS DI KABUPATEN HALMAHAERA SELATAN TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. publik, jasa publik, dan pelayanan administratif. informasi, komunikasi, transportasi, investasi, dan perdagangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

PENDAHULUAN. bangsa agar salah satu tujuan Negara Indonesia tercapai. Berdasarkan visi dalam

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan manusia mulai lahir hingga akhir hayat (long life

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Hal ini berdasarkan dikeluarkannya Undang Undang No. 22 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang baik, maka akan menghasilkan SDM (sumber daya manusia)

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. terkecuali, Pemerintah Indonesia dalam Undang-undang Dasar Republik. Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan dasar hukum

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

I. PENDAHULUAN. yang maju dan mandiri. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha

2017, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

Bab 2. Kerangka Pendekatan dan Teori

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VISI DAN MISI PEMBANGUNAN TAHUN A. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad 21 ini dunia pendidikan kita menjadi geger, geger dengan

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

H a l I LATARBELAKANG

AMANAT TERTULIS PRESIDEN RI PADA PERINGATAN HARI BELA NEGARA Sabtu, 19 Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan (archipelago state) terbesar di dunia dimana dua pertiga wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. M, telah membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di daerah bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN REVITALISASI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat sebagaimana yang dikutip oleh Adon Nasrulloh 2 memberikan

SKRIPSI PROSES BERPERKARA PERDATA SECARA PRODEO DALAM PRAKTEK (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI PURWODADI )

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN. dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berkeadilan, berdaya saing, maju, dan sejahtera dalam wadah. rupa sehingga setiap tahap semakin mendekati tujuan.

I. PENDAHULUAN. membuat negera kita aman, bahkan sampai saat ini ancaman dan gangguan

AMANAT MENTERI DALAM NEGERI PADA PERINGATAN HARI OTONOMI DAERAH KE XIX Tanggal 27 April 2015

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

BUPATI BENGKALIS ASSALAMU ALAIKUM WR. WB, SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO. Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN)

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG Dalam Pembukaan UUD 1945 telah dinyatakan secara tegas bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan salah satu cara untuk dapat mencapai tujuan tersebut yaitu dengan pendidikan, hal ini karena pendidikan adalah hak asasi setiap warga Negara sesuai dengan pasal 31 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 yang berbunyi Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan, ayat 2 yang berbunyi Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan Pemerintah wajib membiayainya. Dengan demikian dalam memenuhi amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 tersebut, menyelenggarakan program pendidikan yang berdampak positif untuk masyarakat sebagai sebuah bentuk pelayanan sebagai perwujudan kewajiban Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan.

Salah satu tantangan berat yang dihadapi oleh Pemerintah Pusat maupun Daerah adalah bagaimana menyeimbangkan pembangunan yang dapat menjangkau dan dinikmati oleh masyarakat yang mendiami wilayah terluar atau jauh dari pusat perkotaan dan di perbatasan. Konteks wilayah terluar atau Daerah yang jauh dari jangkauan perkotaan atau Pusat Pemerintahan adalah fakta sejarah yang memerlukan sinergisitas antara komponen, untuk memastikan semua layanan pembangunan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Hal yang penting, sebab dalam kurun waktu yang cukup panjang, kelompok kelompok masyarakat yang jauh dari akses informasi, komunikasi dan transportasi, kurang menikmati hasil hasil pembangunan secara merata dan berkeadilan (Kakyai dalam Omtu). Dengan berkembangnya masyarakat yang semakin menuju kearah globalisasi, tentunya membutuhkan perhatian yang serius dari Pemerintah Pusat maupun Daerah, tidak terkecuali Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan, Pemerintah Pusat maupun Daerah harus lebih banyak membuat dan melaksanakan program-program pemberdayaan masyarakat, baik

dalam bidangsosial, kesehatan maupun dalam bidang pendidikan. Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai proses mengembangkan, memandirikan, menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan (Sutoro Eko, 2002). Konsep pemberdayaan (masyarakat Desa) dapat dipahami juga dengan cara pandang bahwa, pemberdayaan dimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat. Posisi masyarakat bukanlah obyek penerima manfaat (beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang bertindak) yang berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari tanggungjawab Negara. Pemberian layanan publik (kesehatan, pendidikan, perumahan, transportasi dan seterusnya) kepada masyarakat tentu merupakan tugas (kewajiban) Negara secara given. Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berarti terbukanya ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan dan sumberdayanya sendiri,

menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut menentukan proses politik di ranah Negara. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses Pembangunan dan Pemerintahan (Sutoro Eko, 2002). Pada ahir tahun 2013 lalu Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan membuat sebuah program dalam bidang pendidikan Sekolah Dasar yaitu program Gerakan Desa Cerdas. Gerakan ini diinisiasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan bekerjasama dengan Pengajar Muda Gerakan Indonesia Mengajar. Isjwan Hasyim, Kepala Dinas Pendidikan Halmahera Selatan, menuturkan bahwa alasan uatama yang melatarbelakangi Gerakan Desa adalah tidak berimbangnya jumlah guru di Kota dan di Desa-Desa yang tersebar di pulaupulau terpencil, hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Sistim Pendidikan no 20 tahun 2003.

Berikut ini adalah presentase jumlah guru di kabupaten Halmahera Selatan sebelum adanya Program Gerakan Desa Cerdas(tahun 2011-2013): Table I.1.Jumlah guru Sekolah Dasar, jumlah Sekolah Dasardan Rasio guru dan siswa dan angka partisipasi sekolah. 60.59% 68.29% 52.50% 78.22% 1.47% Prosentase Jumlah SD di Halsel Prosentase Jumlah Murid SD di Halsel 60.59% 68.29% Prosentase Jumlah Profesi Guru SD 1.47% 52.50% Prosentase Rasio Murid-Guru Angka Partisipasi Sekolah 78.22% Sumber:BPS Halmahera Selatan 2015. Selatan 2015. Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Halmahera

Dari table diatas terlihat bahwa ada jarak yang sangat jauh antara jumlah murid Sekolah Dasar dengan jumlah profesi guru di Kabupaten Halmahera Selatan, dimana antara jumlah murid dan guru 68.29% jumlah murid Sekolah Dasar berbanding 1.47% jumlah guru Sekolah Dasar, ini tentunya jarak yang sangat jauh. Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan perlu adanya inovasi dalam pelayanan pendidikan khususnya pendidikan Dasar agar tercapainya Pendidikan yang merata di semua wilayah Kabupaten Halmahera Selatan. Sedangkan di Kecamatan Kasiruta Barat, jumlah guru dengan jumlah murid juga tidak seimbang sebagaimana terlihat pada table dibawah ini:

Tabel.I.2.Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Kasiruta Barat Kabupaten Halmahera Selatan, 2013-2015. Jumlah Sekolah Dasar Jumlah murid Jumlah guru Tahun 2013 (11 Sekolah 1.231 18 Dasar) Tahun 2014 (11 Sekolah 1.095 40 Dasar) Tahun 2015 (11 Sekolah Dasar) 1.089 46 Sumber:Badan Pusat Statistik Kabupaten Halmahera Selatan 2015 Dari tabel diatas terlihat bahwa prosentasi jumlah guru Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Kasiruta Barat tidak seimbang dengan jumlah siswa. Dengan adanya perbedaan jumlah guru dan siswa di kabupaten Halmahera Selatan seperti yang terlihat di atas maka besar harapan gerakan Desa Cerdas diharapkan mampu menjawab permasalahan kurang meratanya distribusi gurusekolah Dasarserta timpangnya jumlah guru dan siwa tersebut. Untuk indeks Pembangunan Manusia mulai pada tahun 2010 sampai dengan 2015 di kabupaten Halmahera Selatan belum

menunjukkan peningkatan yang signifikan, hal ini bisa dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel.Indeks pembangunan manusia di Kabupaten Halmahera Selatan tahun 2010-2015. Indikator IPM Indikator IPM 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Angka Harapan Hidup (tahun) Angka Harapan Lama Sekolah (persen) Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) Pengeluaran per Kapita per bulan (000 Rp) Indeks Pembagunan Manusia 64.61 64.64 63.65 64.65 64.93 65.03 10.55 10.67 11.15 11.18 11.32 11.91 6.87 6.91 6.95 6.99 7.03 7.15 6.109 6.369 6.433 6.637 6.704 6.791 58.22 58.86 59.50 59.92 60.34 61.26 Sumber :BadanPusatStatistik Kabupaten Halmahera Selatan tahun 2016. Dari tabel diatas terlihat bahwa pembangunan manusia di Kabupaten Halmahera Selatan selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 belum mengalami peningkatan yang signifikan dari tiga indikator yang ada. Oleh karena itu dengan hadirnya Program Gerakan Desa Cerdas yang dipelopori oleh Pemuda Penggerak Desa (PPD) yang di akomodir oleh Pemerintah Kabupaten

Halmahera Selatan perlu untuk memeperbaiki pembangunan manusia di Kabupaten Halmahera Selatan. Program ini mulai diimplementasikan pada tahun 2014 sebagai generasi pertama, 2015 sebagai generasi yang kedua dan tahun 2016 ini adalah generasi yang ketiga, Didalam proses implementasinya selama dua tahun awal mendapatkan respon yang positif dari masyarakat, namun ada beberapa masalah yang perlu di benahi dalam proses implementasinya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Tomi salah satu pemuda yang bertugas di Desa Kakupang pada periode kedua 2014 salah satu pelaksana Program Gerakan Desa Cerdas yang tergabung dalam pemuda penggerak Desa (PPD) yaitu, (pertama) adalah masalah akses jalan yang masih belum mendapatkan perhatian Pemerintah kabupaten Halmahera Selatan, serta masalah jaringan komunikasi yang belum menjangkau sekolah-sekolah yang menjadi sasaran Program Gerakan Desa Cerdas sehingga menyulitkan para guru untuk berkomunikasi dengan wilayah luar (kedua) adalah masalah ketersediaan buku-buku ajar yang terbaru serta alat peraga yang masih belum lengkap, sehingga para pengajar

menggunakan buku dan alat peraga seadanya, ini menjadi salah satu penghambat proses belajar yang dialami oleh dua generasi sebelumnya, dan yang (ketiga) adalah masalah sarana belajar/gedung sekolah yang masih belum mendapatkan perhatian serius dari pemerintah, masih ada bangunan sekolah yang tidak layak, dengan atap dan tembok yang sewaktu-waktu bisa mengancam keselamatan siswa dan guru, sehingga proses belajar mengajar tidak efektif karena selalu dihantui oleh rasa takut. Hal inilah yang menghambat implementasi program gerakan Desa cerdas. Beberapa masalah diatas menjadi alasan peneliti ingin mengetahui bagaimana implementasi Program Gerakan Desa Cerdas di Sekolah Dasar Negeri Marikoko di Desa Kakupang Kecamatan Kasiruta Barat Kabupaten Halmahera Selatan tahun 2015.

I.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakan diatas, maka penelitian ini bermaksud untuk menjawab pertanyaan pertanyaan sebagai berikut. 1. Bagaimana implementasi Program Desa Cerdas di SDN Marikoko Desa Kakupang, Kecamatan Kasiruta Barat, Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2015? 2. Faktor apakah yang mempenggaruhi implementasi Program Desa Cerdas di SDN Marikoko Desa Kakupang, Kecamatan Kasiruta Barat, Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2015? I.3 TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang peneliti cantumkan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana proses implementasi program Desa cerdas di SDN Marikoko Desa Kakupang,

Kecamatan Kasiruta Barat, Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2015. 2. Untuk menggetahui faktor-faktor yang mempenggaruhi implementasi program Desa cerdas di SDN MarikokoDesa Kakupang, Kecamatan Kasiruta Barat, Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2015. I.4 MANFAAT PENELITIAN I.4.1 Manfaat teoritis Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah untuk menambah khasanah keilmuan yang berkaitan dengan pembangunan masyarakat Desa (Ilmu pemberdayaan masyarakat Desa, ilmu kebijakan ) khususnya didalam bidang pendidikan dan kebijakan, mulai dari proses perencanaan sampai implementasinya serta menambah refrensi bagi penggiat pendidikan dalam rangka menghadirkan inovasi pendidikan kedepannya.

I.4.2 Manfaat praktis Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk memberikan masukan sebagai bahan bagi Pemerintah Kabupaten Halmahera selatan serta pemuda penggerak Desa sebagai inisiator program Desa cerdas didalam melihat atau memahami dampak dari program Desa cerdas sehingga kedepannya program Desa cerdas bisa dievaluasi guna memberikan dampak yang lebih baik lagi terhadap kualitas pendidikan dasar yang ada di kabupaten Halmahera selatan.