FORMASI FASA DAN MIKROSTRUKTUR BAHAN STRUK- TUR PADUAN ALUMINIUM FERO-NIKEL HASIL PROSES SINTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN PADUAN AlFeNi SEBAGAI BAHAN STRUKTUR INDUSTRI NUKLIR

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT BAHAN PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL

PENGARUH KADAR Ni TERHADAP SIFAT KEKERASAN, LAJU KOROSI DAN STABILITAS PANAS BAHAN STRUKTUR BERBASIS ALUMINIUM

SINTESIS PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL SEBAGAI BAHAN STRUKTUR CLADDING ELEMEN BAKAR NUKLIR

Pengaruh Temperatur Heat-Treatment terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Paduan Al-Fe-Ni

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR PADUAN INTERMETALIK AlFeNi SEBAGAI BAHAN KELONGSONG BAHAN BAKAR

PENINGKATAN SIFAT MEKANIK BAHAN STRUKTUR PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL DENGAN PENGUATAN FASA KEDUA DAN STRUKTUR BUTIR

PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR FASA PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL

PENINGKATAN SIFAT MEKANIK BAHAN STRUKTUR PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL DENGAN PENGUATAN FASE KEDUA DAN STRUKTUR BUTIR

SINTESIS PADUAN AIFeNi DEN CAN METODA PELEBURAN

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

REAKSI TERMOKIMIA PADUAN AlFeNi DENGAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2

PENCIRIAN PADUAN ALUMINIUM-BESI-NIKEL SEBAGAI KELONGSONG ELEMEN BAICAR BERDENSITAS TINGGI ASEP ARY RAMMELYADI

PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK DAN MIKRO- STRUKTUR U-Mo SEBAGAI KANDIDAT BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL (Ni) TERHADAP STRUKTUR KRISTAL, MORFOLOGI, DAN KEKERASAN PADA PADUAN Al (2-x) FeNi (1+x)

ANALISIS KUALITATIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DIFRAKSI SINAR X PADA PENAMBAHAN UNSUR Zr TERHADAP PEMBENTUKAN FASA PADUAN U-Zr

KARAKTERISASI SIFAT TERMAL PADUAN AlFe(2,5%)Ni(1,5%) DAN AlFe(2,5%)Ni(1,5%)Mg(1%) UNTUK KELONGSONG BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

ANALISIS MIKROSTRUKTUR DAN KIMIA TERHADAP HASIL KOROSI PADA INGOT AlFeNiMg

ANALISIS SIFAT TERMAL PADUAN AlFeNi SEBAGAI KELONGSONG BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI Al PADA PADUAN Fe-Ni-Al

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KANDUNGAN NIOBIUM TERHADAP MIKROSTRUKTUR, KOMPOSISI KIMIA DAN KEKERASAN PADUAN Zr Nb Fe Cr

4.1 ANALISA STRUKTUR MIKRO

ANALISIS KOMPOSISI BAHAN DAN SIFAT TERMAL PADUAN AlMgSi-1 TANPA BORON HASIL SINTESIS UNTUK KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET

KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK

+ + MODUL PRAKTIKUM FISIKA MODERN DIFRAKSI SINAR X

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

PEMBENTUKAN SINGLE PHASE PADUAN U7Mo.xTi DENGAN TEKNIK PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

Background 12/03/2015. Ayat al-qur an tentang alloy (Al-kahfi:95&96) Pertemuan Ke-2 DIAGRAM FASA. By: Nurun Nayiroh, M.Si

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

KAJIAN PENDAHULUAN PEMBUATAN PADUAN Fe-Ni-Al DARI BAHAN BAKU FERRONIKEL PT. ANTAM Tbk. TUGAS AKHIR. Fiksi Sastrakencana NIM :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Diagram Fasa. Latar Belakang Taufiqurrahman 1 LOGAM. Pemaduan logam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn1%Nb-0,1%Fe DAN Zr- 1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo

PEMBENTUKAN FASA INTERMETALIK α-al 8 Fe 2 Si DAN β-al 5 FeSi PADA PADUAN Al-7wt%Si DENGAN PENAMBAHAN UNSUR BESI DAN STRONSIUM SKRIPSI

PENGARUH SUHU DAN WAKTU ANIL TERHADAP TEKSTUR PADUAN Al TIPE 2024

PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADUAN Co-Cr-Mo-C-N PADA PERLAKUAN AGING

PENGARUH KANDUNGAN Si TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KEKERASAN INGOT Zr-Nb-Si

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Galuh Intan Permata Sari

I. PENDAHULUAN. kelongsong bahan bakar, seperti sedikit mengabsorpsi neutron, kekerasan

LOGAM DAN PADUAN LOGAM

PENGARUH UNSUR Nb PADA BAHAN BAKAR PADUAN UZrNb TERHADAP DENSITAS, KEKERASAN DAN MIKROSTRUKTUR

Pengaruh Penambahan Aluminium (Al) Terhadap Sifat Hidrogenasi/Dehidrogenasi Paduan Mg 2-x Al x Ni Hasil Sintesa Reactive Ball Mill

ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI FASE PADUAN U-7%Mo-x%Zr (x = 1, 2, 3% berat) HASIL PROSES PELEBURAN

Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-20 BAHAN TEKNIK MEKANIKA BAHAN

Kaidah difraksi sinar x dalam analisis struktur kristal KBr

KAJIAN SINTESA PADUAN U-Mo DENCAN tara PELEBURAN

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PADUAN UMo SEBAGAI KANDIDAT BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE DISPERSI

IDENTIFIKASI KEMURNIAN BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X

KARAKTERISASI BAJA SMO 254 & BAJA ST 37 YANG DI-ALUMINIZING

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

1 BAB I BAB I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

Pengaruh Temperatur Solution Treatment dan Aging terhadap Fasa Dan Kekerasan Copperized-AISI 1006

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

IV. KEGIATAN BELAJAR 4 DIAGRAM PHASA A. Sub Kompetensi Diagram phasa untuk bahan teknik dapat dijelaskan dengan benar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2, 50/50 (sampel 3), 70/30 (sampel 4), dan 0/100 (sampel 5) dilarutkan dalam

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

PENENTUAN LAJU KOROSI PADA SUHU 150 ac UNTUK BAHAN STRUKTUR AIMg2 PASCA PERLAKUAN PANAS

PENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA MATERIAL SCH 22 Yusup zaelani (1) (1) Mahasiswa Teknik Pengecoran Logam

PERANAN MODIFIER STRONTIUM TERHADAP FLUIDITAS DAN PERUBAHAN MORFOLOGI STRUKTUR SILIKON PADA MASTER ALLOY Al-7%Si DAN Al-11%Si

PENGARUH UNSUR Zr PADA PADUAN U-Zr DAN INTERAKSINYA DENGAN LOGAM Al TERHADAP PEMBENTUKAN FASA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PENGARUH PENAMBAHAN 10%wt Mg DAN KECEPATAN MILLING TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN Al-Mg

TUGAS SARJANA. ANALISA PENGARUH BAHAN CETAKAN PADA PENGECORAN PADUAN Al- Cu TERHADAP WAKTU PENDINGINAN DAN SIFAT MEKANIS CORAN

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

PENGEMBANGAN MEKANISME DAN KUALITAS PRODUKSI SEPATU KAMPAS REM BERBAHAN ALUMUNIUM DAUR ULANG DENGAN METODE PENGECORAN SQUEEZE

PENGARUH IRADIASI-γ TERHADAP REGANGAN KISI DAN KONDUKTIVITAS IONIK PADA KOMPOSIT PADAT (LiI) 0,5 (Al 2 O 3.4SiO 2 ) 0,5

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA REGANGAN DAN TEGANGAN SISA. PADUAN Zr-1%Sn-1%Nb-1%Fe

PROSES PELAPISAN SERBUK Fe-50at.%Al PADA BAJA KARBON DENGAN PENAMBAHAN Cr MELALUI METODA PEMADUAN MEKANIK SKRIPSI

PENGARUH JARAK DARI TEPI CETAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA CORAN ALUMINIUM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi

TUGAS SARJANA. ANALISA STRUKTUR MIKRO DAN FLUIDITAS PADUAN ALUMINIUM TEMBAGA (Al-Cu) DENGAN METODE PENGECORAN SAND CASTING

TUGAS UAS MATA KULIAH CBET CURRICULUM DEVELOPMENT ( KJ 902 )

KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR PADUAN UZrNb PASCA PERLAKUAN PANAS

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam.skor: 0-100(PAN)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Sistem Besi-Karbon. Sistem Besi-Karbon 19/03/2015. Sistem Besi-Karbon. Nurun Nayiroh, M.Si. DIAGRAM FASA BESI BESI CARBIDA (Fe Fe 3 C)

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550OC) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN

Pengaruh Tekanan dan Temperatur Die Proses Squeeze Casting Terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Pada Material Piston Komersial Lokal

Transkripsi:

M. Husna Al Hasa ISSN 0216-3128 37 FORMASI FASA DAN MIKROSTRUKTUR BAHAN STRUK- TUR PADUAN ALUMINIUM FERO-NIKEL HASIL PROSES SINTESIS M. Husna Al Hasa Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir ABSTRAK FORMASI FASA DAN STRUKTUR MIKRO BAHAN STRUKTUR PADUAN ALUMINIUM FERO- NIKEL HASIL PROSES SINTESIS. Paduan Aluminium Fero-Nikel (AlFeNi) merupakan kandidat kelongsong bahan bakar berdensitas tinggi type MTR. Paduan aluminium ferro-nikel ini merupakan hasil sintesis dengan metoda peleburan menggunakan arc furnace. Pengamatan yang dilakukan meliputi analisis struktur fasa dengan XRD, dan analisis struktur mikro dengan mikroskop optik. Hasil pengukuran berdasarkan pola difraksi sinar x menunjukkan bahwa paduan AlFeNi memiliki struktur fasa α, θ, κ dan τ. Puncak fasa κ dan θ relatif lebih banyak dan intensitasnya relatif lebih tinggi dengan kadar 3,5 Fe1,5 Ni daripada 3 Fe1, 5 Ni dan 2,5 Fe1, 5 Ni. Puncak fasa θ hanya terdeteksi pada kadar 3%Fe dan 3,5%Fe. Hasil pengamatan struktur mikro menunjukkan topografi butir berbentuk dendrit dan granular. Struktur mikro paduan AlFeNi dengan kadar 2,5%, 3% dan 3,5% Fe cenderung berbentuk dendrit dan sejumlah kecil granular. Mikrostruktur bentuk dendrit cenderung menurun ukuran butirnya dengan semakin tinggi kadar Fe dalam paduan. Kadar Fe semakin tinggi dalam paduan cenderung semakin memacu terbentuknya fasa senyawa antar logam. Kata kunci: Paduan AlFeNi, Struktur fasa, Fasa paduan, mikrostruktur ABSTRACT PHASE FORMATION AND MICROSTRUCTURE OF ALUMINUM-FERRO-NICKEL ALLOY OBTAINED FROM SYNTESIS. The Alumunium (AlFeNi) alloy is of MTR type high density fuel cladding material. This AlFeNi alloy was synthesis result by using an arc furnace under vacuum condition. The observation included phase structure analysis by using XRD, and microstructure analysis by using opticalmicroscope. X-ray diffraction analysis of the AlFeNi alloy show that the phase structure was anisotropic (α,θ,κ and τ). The peaks of κ and θ phase with 3,5 % wt Fe content relatively more increases and intensity relatively higher. The peaks of θ phase was detected only 3 % and 3,5 % wt Fe content. The results of microstructure observation show that the grain topographic is dendritic and granular formed. The microstructure of the AlFeNi alloy with 2,5, 3 dan 3,5 % wt Fe content was dendritic and relatively smaller granular grain formed. The microstructure of the AlFeNi alloy with dendritic grain tend to decrease the grain size with increasing Fe content. The formation of the intermetallic compound phase tend to increase with increasing Fe content in the alloy. PENDAHULUAN P aduan logam aluminium umumnya digunakan sebagai komponen struktur pada berbagai industri, seperti industri transportasi dan industri nuklir. Industri nuklir menggunakan paduan aluminium untuk komponen struktur pada berbagai reaktor nuklir dan bahan bakar nuklir terutama sebagai cladding bahan bakar [1]. Bahan struktur paduan aluminium merupakan material yang mempunyai sifat ketahanan korosi yg relatif baik dan memilki sifat mekanik terutama kekerasan yang cukup memadai. Paduan aluminium seperti paduan AlFeNi telah dikaji untuk digunakan sebagai cladding bahan bakar oleh beberapa negara di dunia [2]. Kajian yang dilakukan menunjukkan bahwa paduan aluminum AlFeNi mempunyai sifat mekanik dan ketahanan korosi yang relatif baik [2,3]. Paduan logam AlFeNi memiliki struktur politropik yang dapat meningkatkan sifat kekuatan dan ketangguhan bahan. Sifat ketangguhan dan ketahanan korosi bahan struktur AlFeNi sangat dipengaruhi oleh pembentukan struktur fasa dalam paduan. Pembentukan fasa sangat dipengaruhi oleh unsur pemadu dan kadar pemadu dalam paduan. Struktur fasa dan struktur mikor berperan pula terhadap perubahan sifat bahan terutama sifat termal dan sifat mekanik. Struktur paduan AlFeNi yang berstruktur anisotropik, yaitu struktur monoklinik dan ortorombik relatif stabil berada di bawah suhu 377

38 ISSN 0216-3128 M. Husna Al Hasa o C [4]. Kestabilan struktur fasa sangat dipengaruhi oleh kadar pemadu yang larut padat dalam paduan dan semakin tinggi kadar pemadu semakin memperlambat proses transformasi difusi. Pembentukan fasa dalam paduan logam dapat terbentuk apabila komposisinya terdiri dari dua unsur atau lebih dan memiliki perbedaan jari-jari atom sehingga membentuk larutan padat sebagai salah satu fasa. Selain itu, fasa yang terbentuk memiliki sifat, ukuran kisi dan struktur kristal serta titik cair yang berbeda. Unsur Al, Fe dan Ni mempunyai ukuran atom, jarak antar atom dan juga bentuk struktur kristal yang berbeda. Logam Al memiliki struktur kristal berbentuk selsatuan FCC dengan parameter kisi berukuran 4,0496 Å dan jarak antar atom 2,8635 Å. Logam Fe memiliki struktur kristal BCC dengan parameter kisi berukuran 2,8664 Å dan jarak antar atom 2,4823 Å, sedangkan logam Ni memiliki selsatuan FCC dengan ukuran kisi 3,52338 Å dan jarak antar atom 2,4919 Å [4]. Pembentukan dan perubahan fasa sangat tergantung pada komposisi dan suhu paduan yang dipengaruhi dan dipacu oleh kadar pemadu melalui reaksi fasa, seperti ditunjukkan oleh diagram fasa sistem biner Al-Fe pada Gambar 1. Reaksi fasa eutectik paduan aluminium dan besi mulai terjadi pada suhu 652 o C dengan kadar 1,8 % Fe dan membentuk fasa padat α+θ yaitu Al+FeAl 3. Fasa α memiliki batas kemampuan larut padat (solid solubility) Fe dalam fasa α (Al) sampai maksimum 0,04%Fe pada suhu 652 o C. Fasa α+θ mulai terbentuk pada daerah komposisi 0,04-37 % berat Fe di bawah suhu 652 o C. Fasa α+θ ini merupakan hasil transformasi dari pemaduan Al dan Fe yang mengikuti reaksi fasa eutectic, yaitu L α+θ. Diagram kesetimbangan fasa sistem ternary Al-Fe-Ni pada Gambar 2 menunjukkan bahwa mulai pada suhu 640 o C secara bersamaan dapat terjadi reaksi fasa yang membentuk fasa τ (FeNiAl 9 ). Hal ini dimungkinkan bila kadar Ni dan Fe memiliki jumlah yang besar dalam paduan. Reaksi fasa antara Ni dan Al dapat membentuk senyawa fasa NiAl 3 pada kadar Ni yang relatif rendah. Apabila kadar Ni dalam paduan melebihi batas larut padat di atas 0,04 % memungkinkan terbentuknya fasa κ (NiAl 3 ). Fasa κ mulai terbentuk pada daerah komposisi 0,04-42 % berat Ni di bawah suhu 640 o C. Fasa κ ini merupakan hasil transformasi dari pemaduan Al dan Ni yang mengikuti reaksi fasa eutectic, yaitu L α+κ. Besarnya fasa κ sangat dipengaruhi oleh tingkat prosentase kadar Ni dalam paduan. Kadar Ni semakin tinggi mengakibatkan semakin memperbesar jumlah fasa κ dalam paduan. Selain itu, reaksi fasa antara Fe dan Ni membentuk Ni 3 Fe dapat terjadi pada suhu yang lebih rendah mulai dari suhu 345 o C [4]. Gambar 1. Diagram fasa sistem biner Al-Fe [6].

M. Husna Al Hasa ISSN 0216-3128 39 Gambar 2. Diagram fasa sistem terner Al-Fe-Ni [6]. Paduan Al-Fe-Ni dalam keadaan padat akan terbentuk fasa-fasa paduan. Fasa-fasa padat yang terbentuk seperti fasa θ, κ dan τ mempunyai bentuk struktur kristal yang berbeda-beda [5]. Fasa θ (FeAl 3 ) memiliki struktur kristal monoklinik dengan parameter kisi berukuran a:15,489 Å b:8,0831 Å c:12,476 Å dan sudut β:107,72 0. Fasa κ (NiAl 3 ) memiliki struktur kristalnya orthorhombik dengan parameter kisi berukuran a: 6,1114 Å, b: 7,3662 Å, c: 4,8112 Å. Fasa τ (FeNiAl 9 ) memiliki struktur kristal monoklinik dengan parameter kisi berukuran a:8,598 Å, b:6,271 Å, c:6,207 Å dan sudut β :94,66 o. Fasa padat paduan AlFeNi tersebut di atas masing-masing memiliki temperatur titik cair berkisar 1157 0 C untuk fasa θ, <854 o C untuk fasa κ dan <1133 o C untuk fasa τ. Serbuk logam Al, Fe dan Ni dilakukan sintesis dengan teknik metalurgi serbuk dan peleburan menggunakan tungku busur listrik dalam kondisi inert gas. Proses sintesis menghasilkan bahan spesimen dalam bentuk ingot paduan AlFeNi. Spesimen ingot paduan AlFeNi diidentifikasi fasanya melalui pola difraksi menggunakan difraksi sinar x. Spesimen paduan AlFeNi dianalisis secara metalografi dan diamati topografi struktur butir mengggunakan mikroskop-optik. Penelitian ini bertujuan membuat paduan logam AlFeNi serta mengidentifikasi fasa dan mikrostruktur paduan yang terbentuk. TATA KERJA Spesimen paduan logam AlFeNi yang terdiri dari Aluminum (Al), serta Ferro (Fe) dan Nikel (Ni) sebagai unsur pemadu utama merupakan paduan logam hasil sintesis dengan teknik kompaksi dan peleburan. Pemaduan logam AlFeNi dilakukan dengan kadar Fe dan Ni yang bervariasi menggunakan tungku busur listrik, yaitu (2,5Fe1,5Ni), (3Fe1,5Ni) dan (3,5Fe1,5Ni). Peleburan berlangsung di atas titik cair suhu paduan AlFeNi yang berdasarkan kadar persentase unsur pemadu, yaitu berkisar 700 o C dan 800 o C. Peleburan paduan logam AlFeNi dilakukan secara berulang untuk mendapatkan tingkat kehomogenan paduan. Spesimen paduan AlFeNi hasil peleburan diamati struktur fasa, perubahan fasa dan mikrostrukturnya. Pengamatan struktur fasa dianalisis berdasarkan pola difraksi menggunakan difraksi sinar x. Analisis mikrostruktur paduan AlFeNi berdasarkan topografi bentuk butir diamati menggunakan mikroskop-optik. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis struktur fasa paduan AlFeNi berdasarkan pola difraksi sinar x diperlihatkan pada Gambar 3 dan analisis mikrostruktur paduan AlFeNi hasil peleburan ditunjukkan pada Gambar 4.

40 ISSN 0216-3128 M. Husna Al Hasa Al Al Al Al Al 111 200 220 311 222 NiAl 3 011 NiAl 3 NiAl 3 Al FeNIAl 9 002 101 400 111 221 FeNiAl 9 301 312 322 a Al Al Al Al Al 111 200 220 311 222 NiAl 3 211 FeNiAl 9 FeNiAl 9 002 NiAl 3 200 111 FeAl 3 101,221 320 NiAl 3 FeNiAl 9 Al 210 312 400 b Al Al Al Al 111 200 220 311 NiAl 3 301 FeAl 3 210 NiAl 3 230 FeNiAl 9 NiAl 3 200 101 FeAl 3 NiAl 3 Al 320 210 211 FeNiAl 9 222 312 320 Al 400 c Gambar 3. Pola difraksi sinar x paduan AlFeNi : a) 2,5% Fe, b) 3% Fe, c)3,5% Fe.

M. Husna Al Hasa ISSN 0216-3128 41 Gambar 3 memperlihatkan pola difraksi paduan AlFeNi hasil peleburan dengan kadar 2,5 % Fe, 3% Fe dan 3,5 % Fe yang menghasilkan puncak-puncak fasa α, θ, κ dan τ. Puncak fasa α untuk masing-masing bidang hkl berada pada sudut difraksi 2θ antara 35 o -100 o. Puncak fasa θ untuk masing-masing bidang hkl berada pada sudut difraksi 2θ antara 5 o -30 o. Puncak fasa κ untuk masing-masing bidang hkl berada pada sudut 2θ antara 20 o -50 o, sedangkan puncak fasa τ untuk masing-masing bidang hkl berada pada sudut difraksi 2θ antara 15 o -65 o. Berdasarkan persamaan BRAGG [7] dengan panjang gelombang (λ cu )=1,542 Å menunjukkan bahwa puncak fasa α berada pada sudut 2θ sebesar 39 o, 45 o, 65 o, 78 o, 83 o dan 99 o pada masing-masing bidang hkl, yaitu 111, 200, 220, 311, 222 dan 400. Puncak fasa θ berada pada sudut 2θ sebesar 10 o dan 25 o pada masing-masing bidang hkl, yaitu 210 dan 320. Puncak fasa κ berada pada sudut 2θ sebesar 22 o, 30 o, 35 o, 40 o, 41 o, 43 o dan 45 o pada masing-masing bidang hkl, yaitu 011, 210, 211, 102, 221, 230 dan 301, sedangkan puncak fasa τ berada pada sudut 2θ sebesar 17 o, 23 o, 53 o, 57 o, 61 dan 63 pada masingmasing bidang hkl, yaitu 200, 111, 301, 312, 320 dan 322. Gambar 3a memperlihatkan pola difraksi paduan AlFeNi hasil peleburan yang menghasilkan puncak-puncak fasa α pada sudut 2θ berkisar antara 39 o, 45 o, 65 o, 78 o 83 o dan puncak fasa κ pada sudut 2θ berkisar antara 22 o, 30 o, 40 o, 41 o, sedangkan puncak fasa τ pada sudut 2θ berkisar antara 23 o, 53 o, 57 o dan 63 o. Besaran sudut 2θ untuk puncak fasa α, κ dan τ pada pola difraksi Gambar 3a cenderung mendekati sama dengan besaran sudut 2θ hasil perhitungan dengan persamaan BRAGG di atas. Kondisi ini cenderung mengindentifikasikan bahwa struktur fasa yang terbentuk merupakan fasa α, κ dan τ. Fasa α merupakan aluminium (Al), fasa κ merupakan senyawa NiAl 3 dan fasa τ adalah senyawa FeNiAl 9. Pembentukan fasa κ ini merupakan proses reaksi antara nikel dan aluminium yang terjadi akibat rejeksi dari larutan padat aluminium yang melebihi kemampuan larut-padat dalam struktur fasa α. Rejeksi ini terjadi karena kelarutan atom Ni dalam struktur fasa α telah melampaui batas yang diizinkan, yaitu melebihi di atas 0,04% Ni [6] sehingga aluminium mengikat nikel membentuk senyawa NiAl 3. Demikian pula pembentukan fasa τ merupakan proses reaksi antara Fe, Ni dan Al yang terjadi akibat rejeksi dari larutan padat aluminium yang melebihi kemampuan larut-padat dalam struktur fasa α. Gambar 3b memperlihatkan pola difraksi paduan AlFeNi hasil peleburan yang menghasilkan puncak-puncak fasa α pada sudut 2θ berkisar antara 39 o, 45 o, 65 o, 78 o 83 o dan puncak fasa κ pada sudut 2θ berkisar antara 30 o, 35 o, 41 o, sedangkan puncak fasa τ pada sudut 2θ berkisar antara 17 o, 23 o dan 57 o. Pola difraksi paduan AlFeNi dengan kadar 3% Fe pada Gambar 3b menunjukkan terdapat satu puncak fasa θ pada bidang 320, empat puncak fasa κ pada bidang 210, 211, 102, 221 dan tiga puncak fasa τ pada bidang 200, 111, 312. Puncak fasa κ relatif tinggi intensitasnya daripada intensitas puncak fasa κ pada Gambar 3a. Demikian pula intensitas puncak fasa τ pada bidang 200, 111, 312 cenderung berkurang pada 3% Fe, seperti ditunjukkan pada Gambar 3b. Gambar 3b memperlihatkan pula timbulnya puncak baru, yaitu pada sudut 2θ 25 o bidang hkl 320 dan sudut 2θ 35 o bidang hkl 211. Kedua puncak tersebut merupakan puncak fasa θ dan κ. Selain itu, Gambar 3b memperlihatkan beberapa puncak muncul semakin jelas, seperti pada sudut 2θ 17 o bidang hkl 200, sudut 2θ 35 o bidang hkl 211 dan sudut 2θ 57 o bidang hkl 312. Ketiga puncak tersebut merupakan bagian dari puncak pola difraksi fasa θ, κ dan τ. Puncak κ dan τ cenderung meningkat pada kadar 3 % Fe yang ditandai dengan lebih tingginya intensitas. Gambar 3c memperlihatkan timbulnya beberapa puncak fasa, yaitu pada sudut 2θ 10 o bidang hkl 210, sudut 2θ 43 o bidang hkl 230, sudut 2θ 45 o bidang hkl 301 dan sudut 2θ 83 o bidang hkl 222. Kempat puncak fasa tersebut merupakan bagian dari puncak pola difraksi fasa θ, κ dan α. Puncak fasa θ, κ dan α semakin meningkat dengan kadar 3,5 % Fe dan intensitasnya cenderung semakin tinggi. Gambar 3 memperlihatkan pula bahwa kandungan Fe yang relatif lebih tinggi dalam paduan akan menghasilkan puncak fasa yang meningkat dan intensitas semakin tinggi yang berdampak terhadap keadaan puncak pola difraksi. Mikrostruktur paduan AlFeNi dengan kadar 2,5% Fe, 3% Fe dan 3,5% berat Fe diperlihatkan pada Gambar 4. Gambar 4 memperlihatkan struktur butir paduan intermetalik AlFeNi yang terdiri dari beberapa fasa dalam bentuk senyawa logam cenderung berbentuk dendrit. Senyawa fasa paduan AlFeNi, seperti fasa θ, κ dan τ cenderung berbentuk dendrit yang diawali tumbuh pada batas butir. Pembentukan senyawa fasa paduan diawali pada batas butir karena energi pada daerah batas butir relatif tinggi daripada di daerah butir sehingga menyebabkan daerah batas butir menjadi lebih reaktif daripada di butir. Energi pada batas butir relatif tinggi karena batas butir adalah daerah yang sangat tidak stabil dan batas butir merupakan daerah pertemuan kristal-kristal atom dengan orientasi yang berbeda atau acak.

42 ISSN 0216-3128 M. Husna Al Hasa a b c Gambar 4. Mikrostruktur paduan AlFeNi. a) kadar 2,5% Fe b) kadar 3% Fe, c) 3,5% Fe.

M. Husna Al Hasa ISSN 0216-3128 43 Gambar 4a memperlihatkan struktur butir fasa α, κ dan τ yang memiliki butir berbentuk dendrit relatif banyak, sedangkan fasa κ dan τ berbentuk dendrit relatif kecil dan sedikit yang tampak mulai terbentuk pada batas butir dan butir. Struktur mikro paduan AlFeNi dengan kadar 2,5% berat Fe yang ditunjukkan pada Gambar 4a tersebut memperlihatkan pertumbuhan struktur butir fasa κ dan τ. Pembentukan fasa κ dan τ ini terjadi karena jumlah kadar unsur Fe dan Ni dalam paduan melebihi batas kemampuan larut padat fasa α. Sebagai akibatnya unsur Fe dan Ni bereaksi dengan Al membentuk senyawa FeNiAl 9 (τ) dan NiAl 3 (κ). Kondisi ini ditandai dengan pertumbuhan struktur butir fasa κ dan τ yang meluas dari daerah batas butir ke daerah butir, seperti diperlihatkan pada Gambar 4a. struktur mikro paduan AlFeNi dengan kadar 3% berat Fe yang ditunjukkan pada Gambar 4b yang memperlihatkan pertumbuhan struktur butir fasa cenderung semakin meningkat dan relatif banyak dibandingkan dengan struktur butir fasa pada kadar 2,5% berat Fe. Peningkatan pembentukan fasa ini terjadi karena jumlah kadar unsur Fe dalam paduan semakin meningkat. Sebagai akibatnya unsur Fe yang bereaksi dengan Al membentuk senyawa FeAl 3 (θ). Kondisi ini ditandai dengan pertumbuhan puncak fasa θ pada pola difraksi sinar x, seperti diperlihatkan pada Gambar 3b. Mikrostruktur paduan AlFeNi dengan kadar 3,5% berat Fe yang ditunjukkan pada Gambar 4c memperlihatkan pertumbuhan struktur butir fasa θ, κ dan τ cenderung semakin meningkat dan relatif banyak dibandingkan dengan struktur butir fasa pada kadar 2,5% dan 3 % berat Fe. Peningkatan pembentukan fasa θ, κ dan τ ini terjadi karena jumlah kadar unsur Fe dalam paduan semakin meningkat. Sebagai akibatnya unsur Fe yang bereaksi dengan Al dan Ni membentuk senyawa FeAl 3 (θ) dan FeNiAl 9 (τ) menjadi semakin bertambah. Kondisi ini ditandai dengan pertumbuhan puncak fasa dan intensitasnya yang relatif meningkat, seperti ditunjukkan pada Gambar 3c. Selain itu dimungkinkan pula pertumbuhan struktur butir fasa paduan AlFeNi yang meluas dari daerah batas butir ke daerah butir, seperti diperlihatkan pada Gambar 4c. Struktur mikro paduan AlFeNi dengan kadar 3,5% berat Fe yang ditunjukkan pada Gambar 4c memperlihatkan pula bahwa struktur butir fasa α relatif berkurang karena bertransformasi membentuk fasa θ, κ dan τ. Struktur butir fasa θ, κ dan τ semakin meningkat dan membesar seperti tampak secara jelas dalam bentuk struktur butir dendrit pada Gambar 4c dan yang ditunjukkan pada pola difraksi sinar x Gambar 3c. Struktur butir fasa θ dan κ dalam bentuk dendrit dengan kadar 3,5 % Fe relatif lebih dominan daripada dengan kadar 2,5% dan 3% berat Fe. Hal ini karena kadar unsur pemadu yang terkandung dalam paduan aluminium (AlFeNi) meningkat sehingga kontribusinya terhadap pembentukan fasa θ dan κ menjadi lebih besar. Dengan demikian unsur Al yang diikat oleh Fe dan Ni membentuk fasa θ dan κ menjadi semakin meningkat dan relatif lebih tinggi daripada fasa θ dan κ pada struktur mikro Gambar 4a dan 4b. Selain itu, kadar Fe yang relatif tinggi akan berdampak terhadap peningkatan energi dalam. Energi dalam yang tinggi akan memacu mempercepat pengintian butir sehingga menyebabkan butir yang terbentuk semakin banyak dan besaran butir menjadi menurun atau mengecil. KESIMPULAN Paduan AlFeNi hasil sintesis menghasilkan puncak-puncak fasa pada bidang hkl dan sudut 2θ tertentu yang diidentifikasikan merupakan puncak fasa α, fasa θ, fasa κ dan fasa τ. Fasa θ tidak terbentuk secara sempurna karena hanya menghasilkan 2 puncak pola difraksi terutama pada paduan AlFeNi dengan kadar 3,5%Fe. Fasa α, κ dan τ terbentuk secara sempurna pada paduan AlFeNi berdasarkan pola difraksi sinar x yang menghasilkan melebihi 3 puncak fasa pada masing-masing bidang hkl. Struktur mikro AlFeNi hasil sintesis cenderung berbentuk dendrit yang diduga merupakan struktur fasa α, κ dan τ. Struktur fasa κ dan τ cenderung mulai tumbuh pada batas butir dan daerah butir yang berbentuk butir dendrit. Struktur butir fasa κ dan τ cenderung semakin meningkat dengan meningkatnya kadar Fe dalam paduan. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kami sampaikan kepada pihak yang telah ikut berpartisipasi membantu kelancaran kegiatan eksperimen baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga menghasilkan tulisan dalam bentuk makalah ini terutama Bapak Ir. Sudarmadi, M.Sc., sebagai Kepala PTBN dan Drs. Bambang Purwadi sebagai direktur produksi PT.Batan Teknologi. DAFTAR PUSTAKA 1. BENJAMIN, M.MA., Nuclear Reactor Material and Applications, VNR Company Inc, USA, page 133, 149, 1983.

44 ISSN 0216-3128 M. Husna Al Hasa 2. BALLAGNY, A., Situation of technological Irradiation Reactors A Progress Report On The Jules Horowitz Reactor Project,. http/www. anl.gov. 3. BALLAGNY, A., Main Technical of The Jules Horowitz Reactor Project to Achieve High Flux Performances and High Safety Level. http/ www.anl.gov. 4. RAYNOR, GV., RIVLIN, GV., Phase Equilibria in iron Ternary Alloy, New york, The institute of Metals, 1988. 5. PETZOW, G., EFFENBERG, G., (1992), Ternary Alloy AlFeNi, Vol.15, Germany: ASM, International, 1992. 6. MONDOLFO, L.F., Aluminium Alloys Structure and Properties, London, Butter Worths, 1979. 7. CULLITY, B.D., Element of X-Ray Difraction, the 2th addison-wesley Publishing Company, Inc, Philippines, 1978.Page 87, 501, TANYA JAWAB M. Husna Al Hasa Dengan mengetahui struktur mikro akan menginformasikan dan mengidentifikasikan bentuk butir dan fasa. Bentuk butir dan fasa akan mempengaruhi sifat mekanik dan laju korosi. Bambang Supardiyono Apakah makin tinggi kandungan Fe makin baik? Bagaimana efek neutron terhadap selongsong dengan Fe tinggi? M. Husna Al Hasa Semakin tinggi kadar Fe semakin meningkat pembentukan Fasa kedua. Pembentukan fasa ini akan berpengaruh terhadap sifat mekanik dan laju korosi. Laju korosi yang tinggi memberikan dampak yang tidak baik terhadap sifat bahan struktur. Efek neutron terhadap bahan struktur kelongsong dengan Fe tinggi akan mempercepat/meningkatkan laju korosi. Tono Wibowo Kegunaan setelah mengetahui struktur mikro akan terkait dengan apa?