V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Benih merupakan salah satu unsur pokok dalam usaha tani padi. Kebutuhan akan sarana tersebut semakin lama semakin meningkat

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Gambar 10. Kabupaten Subang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan perusahaan. Keberadaan manajemen sumber daya manusia

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEMITRAAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

VI EVALUASI KEMITRAAN PT. SANG HYANG SERI DAN PETANI PENANGKAR BENIH PADI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

BAB III GAMBARAN UMUM DAN PROFIL KOMODITAS TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. terlepas dari unsur sumber daya yang ada dalam perusahaan. Sumber daya

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Pengertian 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Pertanian di Indonesia Tahun Pertanian ** Pertanian. Tenaga Kerja (Orang)

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pertumbuhan pasar dalam negeri bagi sektor-sektor nonpertanian

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

III. METODE PENELITAN ' ' KEC. BINONG KEC. PAMANUKAN KAB. INDRAMAYU KAB. SUMEDANG ' ' Gambar 2.

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan Keadaan Umum Desa Rejosari

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

V. GAMBARAN UMUM PERUM PERHUTANI

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

5. GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT, Menimbang

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 34 TAHUN 2000 SERI D NOMOR 21 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 34 TAHUN 2000 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi,

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI CABANG DINAS DAERAH KABUPATEN SUBANG

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden dalam penelitian ini dibahas berdasarkan jenis

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 562 KMK. 02/2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

I. PENDAHULUAN. akan menyebabkan kerawanan ekonomi, sosial dan politik yang dapat

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

III. KEADAAN UMUM LOKASI

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

Transkripsi:

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum PT. Sang Hyang Seri 5.1.1 Sejarah Singkat PT. Sang Hyang Seri PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) merupakan perintis dan pelopor usaha perbenihan di Indonesia serta satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mempunyai core business pembenihan pertanian. Sebelum menjadi BUMN, pada tahun 1940-an, PT. SHS adalah perusahaan perkebunan milik asing (Inggris) bernama Pamanukan & Tjiasem yang berlokasi di kawasan Sukamandi, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang. Namun dengan adanya nasionalisasi pada tahun 1957 pengelolaan perusahaan berpindah tangan kepada Yayasan Pembangunan Daerah Jabar (YPDB). Bersamaan dengan proyek penelitian dan mekanisasi serta proyek hewani yang dilakukan pemerintah, YPDB pun akhirnya merubah statusnya menjadi proyek Produksi Pangan Sukamandijaya pada 1966. Pada perkembangannya, ketiga proyek tersebut dilebur menjadi Lembaga Sang Hyang Seri pada tahun 1968 yang kemudian disahkan oleh pemerintah melalui peraturan pemerintah (PP) Nomor 22 tahun 1971 (disempurnakan dengan PP 44/1985) menjadi perusahaan umum (perum). Selanjutnya, pengelolaan Sang Hyang Seri menjadi tanggung jawab pemerintah. Kebutuhan operasional perusahaan benih ini pun secara otomatis mendapat sokongan pemerintah melalui pinjaman dana bantuan dari Bank Dunia. Bisnis benih yang dikelola PT. SHS mengalami perkembangan pesat. Perusahaan ini melebarkan sayap wilayah pelayanannya ke Klaten Jawa Tengah (1973) dan Malang Jawa Timur (1977) dengan mendirikan distrik benih. Kemudian perusahaan binaan BUMN ini kembali melakukan ekspansi ke luar Pulau Jawa dengan mendirikan beberapa kantor cabang seperti di kawasan Lampung, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan. Dari tahun ke tahun, bisnis benih PT.SHS semakin meluas dan perusahaan kembali berganti status dari perum menjadi persero melalui PP No. 18 tahun 1995. Perusahaan ini memperluas core business-nya menjadi benih pertanian dan usaha lain yang langsung menunjang usaha pembenihan sekaligus meningkatkan 63

pendapatan dan kinerja perusahaan. Misalnya, benih tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Selain core bussines, PT. SHS dapat pula melakukan kegiatan penunjang core bussines dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya perseroan pada 2008. Pembinaan terhadap perusahaan dilakukan oleh lembaga Kementerian BUMN sesuai PP 64/2001 tertanggal 13 September 2001. 5.1.2 Budaya Perusahaan Budaya perusahaan terhimpun dalam tata nilai PT. SHS, dengan akronim andalan bersama, meliputi: 1. Amanah: bekerja adalah kepercayaan dari perusahaan dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. 2. Handal: SDM dapat diandalkan dalam bekerja (efisien & efektif) memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan tindakan yang sesuai dengan Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan. 3. Antusias: bekerja penuh semangat, kerja keras, dan cerdas untuk menghasilkan kinerja yang terbaik. 4. Berdedikasi: integritas dan loyalitas didedikasikan bagi perusahaan. 5. Sahaja: rendah hati, saling menghormati, dan mampu menempatkan diri. 6. Maju: inovatif, menghargai pendapat dan prestasi orang lain. 5.1.3 Visi, Misi dan Motto Perusahaan Visi Menjadi Perusahaan Agroindustri Benih Nasional Kelas Dunia. Misi Menghasilkan produk agroindustri bermutu melalui pemanfaatan sumberdaya perusahaan secara efisien dan efektif untuk memberikan manfaat optimal bagi stakeholders. Motto Mutu dan pelayanan terjamin. 64

5.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan Dalam struktur organisasi PT. SHS, perusahaan terdiri dari Dewan Komisaris dan Dewan Direksi. Dewan Komisaris sebagai bagian tertinggi memegang seluruh wewenang di luar yang telah didelegasikan Direksi, sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar. Fungsi Dewan Direksi adalah melaksanakan pengawasan dan penasehat bagi Direksi dalam menjalankan tugasnya. Selain itu Dewan Komisaris pun berfungsi sebagai pemberi arahan strategi dan optimalisasi efektifitas serta efisiensi tindakan Direksi dalam pencapaian target. Sementara itu fungsi Dewan Direksi adalah mewakili perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan sejalan dengan tugas utama Direksi untuk memimpin, mengelola dan mengatur perusahaan menuju tercapainya maksud dan tujuan perusahaan. Dewan Direksi terdiri dari Direktur Utama, Direktur Keuangan, Direktur Penelitian dan SDM, Direktur Produksi, dan Direktur Pemasaran. Dewan Komisaris dan Dewan Direksi menempati kantor pusat di Jakarta. Dalam kegiatan pengelolaan perusahaan, setiap Kantor Regional PT. SHS dipimpin oleh General Manajer yang membawahi berbagai bagian. Kantor Regional PT. SHS terdiri dari lima Kantor Regional, yaitu Kantor Regional I dan Pusat Benih Sumber (Sukamandi, Kabupaten Subang), Kantor Regional II (Malang), Kantor Regional III (Medan), Kantor Regional IV (Metro) dan Kantor Regional V (Sidrap). Kantor Regional I Sukamandi membawahi Unit Bisnis Daerah Sukamandi, Ciamis, Serang, Tegal dan Banyumas serta membawahi Satuan Tugas Kalimantan Barat dengan wilayah pelayanan di Jawa Barat, Banten dan Sebagian Jawa Tengah. Kantor Regional I Sukamandi dipimpin oleh General Manager yang membawahi Sekretaris Regional, Manajer Pemasaran, Manajer Produksi, Manajer Litbang, serta Manajer Keuangan dan SDM. General Manajer membawahi langsung Senior Manajer yang bertanggung jawab terhadap Unit Bisnis Daerah atau Cabang Khusus. Unit Bisnis Daerah Sukamandi dipimpin oleh Senior Manajer yang Membawahi Manajer Kebun, Manajer Prosessing, dan Manajer Penjualan, dimana setiap bagian memiliki fungsinya masing-masing. Manajer Kebun bertanggung jawab terhadap kegiatan budidaya penangkaran benih padi, 65

baik kegiatan swakelola, kerjasama, maupun kerjasama luar. Kemitraan antara PT.SHS dengan petani mitra merupakan tanggung jawab dari bagian kebun. 5.2 Gambaran Umum Kabupaten Subang Kabupaten Subang sebagai salah satu kabupaten di kawasan utara Provinsi Jawa Barat meliputi wilayah seluas 205.176,95 ha atau 6,34 persen dari luas Provinsi Jawa Barat. Wilayah ini terletak di antara 107º 31' sampai dengan 107º 54' Bujur Timur dan 6º 11' sampai dengan 6º 49' Lintang Selatan. Secara administratif, Kabupaten Subang terbagi atas 253 desa dan kelurahan yang tergabung dalam 22 kecamatan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pembentukan Wilayah Kerja Camat, jumlah kecamatan bertambah menjadi 30 kecamatan. Batas-batas wilayah administratif Kabupaten Subang adalah di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, di sebelah barat dengan Kabupaten Purwakarta dan Karawang, di sebelah timur dengan Kabupaten Sumedang dan Indramayu dan Laut Jawa yang menjadi batas di sebelah utara. Gambar 12. Peta Kabupaten Subang Sumber: http//:www.subang.go.id [21 September 2011] 66

Berdasarkan data statistik Subang dalam angka, penduduk Kabupaten Subang pada tahun 2009 berjumlah 1.470.324, dengan komposisi 725.561 orang laki-laki dan 744.763 perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 717 jiwa per km2. Dari 22 kecamatan yang berada di Kabupaten Subang, Kecamatan Subang merupakan daerah dengan tingkat kepadatan tertinggi yaitu 2.077 jiwa per km2, sedangkan Kecamatan Legonkulon merupakan daerah yang paling rendah tingkat kepadatannya, yaitu 318 jiwa per km2. Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang memiliki areal lahan sawah terluas ketiga di Jawa Barat setelah Indramayu dan Karawang, sekaligus merupakan penyumbang produksi padi terbesar ketiga di Jawa Barat. Luas lahan sawah di Kabupaten Subang pada tahun 2009 tercatat seluas 84.167 hektar atau sekitar 47,71 persen dari total luas wilayah Kabupaten Subang. Sebagai salah satu penyandang predikat sebagai salah satu lumbung padi nasional Kabupaten Subang pada tahun 2009 menyumbangkan produksi padi yang mencapai 1.128.353 ton terhadap stok padi nasional. Produksi padi tersebut dihasilkan dari lahan basah sebanyak 1.121.600 ton dan sisanya dari ladang. Sedangkan varietas padi yang banyak ditanam diantaranya varietas Ciherang, Cimelati, dan Cigeulis. Sentra produksi padi di Kabupaten Subang terdapat di Kecamatan Binong, Pusakanagara, Ciasem, Pamanukan, Patokbeusi dan Blanakan. 5.3 Karakteristik Petani Responden 5.3.1 Umur Responden Berdasarkan pengamatan di lapang didapat bahwa umur responden berkisar antara 25-75 tahun dengan rata-rata umur 46,07 tahun. Umur responden petani mitra berkisar antara 30-70 tahun dengan rata-rata umur 49,40 tahun. Sedangkan umur responden petani non mitra berkisar antara 25-75 dengan ratarata umur 42,73 tahun. 67

Tabel 14. Responden Petani dan Berdasarkan Umur Musim Tanam 2010/2011 Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Petani % Jumlah Petani % 25-34 2 6,67 4 13,33 35-44 9 30 11 36,67 45-54 8 26,67 3 10 55-64 7 23,33 6 20 65 4 13,33 6 20 Jumlah 30 100,00 30 100,00 Dari Tabel 14 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden petani mitra dan non mitra berada pada interval usia 35-44 tahun dengan persentase responden petani mitra sebesar 30 persen dan petani non mitra sebesar 36,67 persen. 5.3.2 Jenis Kelamin Responden Berdasarkan pengamatan di lapang didapat bahwa 100 persen petani responden mitra berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan pada petani non mitra, 10 persen responden berjenis kelamin wanita. Tabel 15. Responden Petani dan Berdasarkan Jenis Kelamin Musim Tanam 2010/2011 Jenis Kelamin Jumlah Petani % Jumlah Petani % Laki-laki 30 100 27 90 Perempuan 0 0 3 10 Total 30 100 30 100 68

5.3.3 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan formal petani mitra bervariasi mulai dari tidak sekolah, SD, SMA hingga Diploma. Sedangkan pada petani non mitra tingkat pendidikan formal bervariasi mulai dari SD, SMP, SMA hingga S1. Tabel 16. Responden Petani dan Berdasarkan Pendidikan Musim Tanam 2010/2011 Pendidikan Petani % Petani % Tidak Sekolah 4 13,33 2 6,67 SD 21 70 17 56,67 SMP 1 3,33 7 23,33 SMA 3 10 4 13,33 Diploma 1 3,33 0 0 Jumlah 30 100 30 100 Dari Tabel 16 dapat diketahui bahwa lebih dari setengah responden petani mitra hanya tamat SD, yaitu sebesar 70 persen. Sedangkan pada responden petani non mitra 56,67 persen responden hanya tamat SD. Pada petani non mitra terdapat satu responden yang telah menyelesaikan pendidikan diplomanya. 5.3.4 Pengalaman Usahatani Penangkaran Benih Padi Berdasarkan penelitian di lapang, diketahui bahwa petani mitra telah lebih lama melakukan usahatani penangkaran benih padi dibandingkan dengan petani non mitra. Hal ini salah satunya disebabkan oleh kurangnya kesadaran petani dalam pentingnya penggunaan benih padi bersertifikat. Pengalaman usahatani penangkaran benih padi bersertifikat untuk petani mitra berkisar antara 5-45 tahun. Sedangkan pengalaman usahatani penangkaran benih padi bersertifikat untuk petani non mitra berkisar antara 1-10 tahun. Perbedaan yang sangat jauh ini menunjukkan peranan PT. SHS dalam memenuhi kebutuhan benih padi bersertifikat nasional selama ini. Pengalaman petani responden dalam melakukan penangkaran benih pada dapat dilihat pada Tabel 17. 69

Tabel 17. Responden Petani dan Berdasarkan Pengalaman Menjadi Petani Penangkar Benih Padi Musim Tanam 2010/2011 Pengalaman (Tahun) Petani % Petani % 1-9 1 3,33 29 96,67 10-19 9 30 1 3,33 20-29 13 43,33 0 0 30-39 3 13,33 0 0 40 4 10 0 0 Jumlah 30 100 30 100 Tabel 17 menunjukkan bahwa 96,67 persen responden petani non mitra memiliki pengalaman menjadi penangkar antara 1-9 tahun, dan hanya 3,33 persen petani yang telah berpengalaman menjadi penangkar antara 10-19 tahun. Sedangkan pada responden petani mitra yang memiliki pengalaman dengan interval antara 5-45 tahun, jumlah responden terbanyak berada pada interval pengalaman 20-29 tahun, yaitu sebesar 43,33 persen. 5.3.5 Luas Lahan dan Status Kepemilikan Luas lahan yang dimiliki petani baik pada responden petani mitra maupun non mitra cukup bervariasi. Luas lahan responden petani mitra berkisar antara 1-2 hektar dengan rata-rata luas lahan 1,744 hektar. Sedangkan luas lahan responden petani non mitra berkisar antara 0,5-2 hektar dengan rata-rata luas lahan 0,81 hektar. Tabel 18 menunjukkan bahwa luas lahan yang dimiliki responden petani mitra sebesar 56,67 persen adalah lebih besar sama dengan 2 hektar. Sedangkan pada responden petani non mitra luas lahan terbanyak yang dimiliki oleh responden adalah kurang dari atau sama dengan 1 hektar, yaitu sebesar 80 persen. 70

Tabel 18. Responden Petani dan Berdasarkan Luas Lahan Usahatani Musim Tanam 2010/2011 Luas Lahan (Hektar) Petani % Petani % 1 5 16,67 24 80 1,1-1,9 8 26,67 5 16,67 2 17 56,67 1 3,33 Jumlah 30 100 30 100 Status kepemilikan lahan pada petani non mitra 100 persen adalah sewa, karena lahan yang dikelola oleh petani mitra adalah milik PT. SHS. Status kepemilikan lahan pada petani mitra dan non mitra dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Status Kepemilikan Lahan Responden Petani dan Musim Tanam 2010/2011 Status Kepemilikan Petani % Petani % Pribadi 0 0 3 10 Sewa 30 100 27 90 Jumlah 30 100 30 100 Berdasarkan Tabel 19 diketahui bahwa sebesar 10 persen responden petani non mitra memiliki lahan dengan status kepemilikan pribadi dan sebesar 90 persen responden mengelola lahan sewa. Harga sewa lahan di daerah adalah 1.400 kg per hektar per musim. Sedangkan setiap musimnya petani mitra membayar sewa lahan secara bagi hasil, yaitu sebesar 1.200 kg per hektar. Berdasarkan ratarata luas lahan diketahui bahwa petani mitra memiliki luas lahan usahatani penangkaran benih padi yang lebih besar dibandingkan petani non mitra. 71