Tonsilitis. No. Documen : No. Revisi : Tgl. Terbit :

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS - RUANG BAITUNNISA 1 RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

Gambar. Klasifikasi ukuran tonsil

Radang liang telinga akut maupun kronis akibat infeksi jamur, bakteri, atau virus. Faktor predisposisi: trauma ringan, mengorek telinga.

PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS 2007 Oleh Departemen Kesehatan RI

BAB II TINJAUAN TEORI

Tonsilofaringitis Akut

BAB II KONSEP DASAR A.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan

LAPORAN KASUS (CASE REPORT)

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

FARINGITIS AKUT. Finny Fitry Yani Sub Bagian Respirologi Anak Bagian IKA RS M Djamil- FK Unand

Laporan kasus. Dua hari berikutnya os batuk,dahak tidak banyak berwarna kekuningan dan suara parau

BAB I PENDAHULUAN. antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENDERITA TONSILITIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO JANUARI 2010-DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua

BAB II TINJUAN PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. N DENGAN POST OPERASI TONSILEKTOMI DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB II KONSEP DASAR. staphylococcus (Charlene J. Reeves,2001). pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus. (Mansjoer,A. 2000).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. tonsil atau amandel ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ). Gerlach s tonsil ) ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk, 2007 ).

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Farokah, dkk Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

PERAWATAN PERIODONTAL

nukleus seperti spienomegali dan limfadenopati generalisita.

Diagnosis dan tata laksana difteri

Manifestasi Infeksi HIV-AIDS Di Mulut. goeno subagyo

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diberikan antibiotik pada saat dirawat di rumah sakit. Dari jumlah rekam medik

Gambar 1. Anatomi normal tonsil palatina dan jaringan disekitarnya.(8)

Meningitis: Diagnosis dan Penatalaksanaannya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Bell s palsy

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASPEK MEDIS DAN KEAMANAN VAKSIN KOMBINASI PENTABIO. Dominicus Husada

Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANAMNESIS. dengan anamnesis yang benar.

Laporan Kasus Besar. Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE

LAPORAN PRAKTIKUM. Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J Dosen Pembimbing : Drg. Nilasary Rochmanita FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik.

I. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

BAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS. kedokteran. : menerapkan ilmu kedokteran klinik pada sistem neuropsikiatri

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

BAB 2 SINDROMA WAJAH ADENOID. Sindroma wajah adenoid pertama kali diperkenalkan oleh Wilhelm Meyer (1868) di

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil palatine yang merupakan

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri. Infeksi ini diawali dengan

DIFTERIA 1. Identifikasi 2. Penyebab Penyakit 3. Distribusi Penyakit

Dry Socket Elsie Stephanie DRY SOCKET. Patogenesis Trauma dan infeksi adalah penyebab utama dari timbulnya dry soket.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

HUBUNGAN ANTARA TONSILITIS KRONIK DENGAN PENURUNAN KUALITAS HIDUP DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

ABSTRAK GAMBARAN DISTRIBUSI PENDERITA TONSILEKTOMI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

A PLACEBO-CONTROLLED TRIAL OF ANTIMICROBIAL TREATMENT FOR ACUTE OTITIS MEDIA. Paula A. Tahtinen, et all

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua yaitu, infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah.

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Tonsila palatina adalah suatu jaringan limfoid yang terletak di fossa tonsilaris di

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 5 TINDAK LANJUT

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan aset berharga, tidak hanya bagi individu tetapi juga

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

Diagnosis, Tata Laksana dan Komplikasi Abses Peritonsil. Diagnosis, Management and Complication of Peritonsil Abscess

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, didukung oleh gusi yang kuat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB III METODE PENELITIAN

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

Transkripsi:

Pengertian Kode Penyakit SOP Peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu: tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding faring/ Gerlach s tonsil). Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak berusia 3 sampai 10 tahun dan anak remaja berusia 15 hingga 25 tahun. No. ICPC II : R76 Tonsillitis acute No. ICD X : Acute tonsillitis, unspecified Tujuan Alat & Bahan SOP Dokter dapat melakukan pengelolaan penyakit yang meliputi: 1. Anamnesa (Subjective) 2. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective) 3. Penegakkan Diagnosa (Assessment) 4. Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) ALAT Tensi Termometer Stetoskop 4. Lampu kepala 5. Spatula lidah BAHAN 1. Larutan KOH 2. Pewarnaan gram 3. Obat-obatan: antiviral, antibiotik, obat kumur antiseptic 4. Lidi kapas 1. Melakukan Anamnesa (Subjective) Pasien datang dengan keluhan nyeri pada tenggorokan. Gejala lainnya tergantung penyebab tonsilitis. a. Penderita tonsilitis akut awalnya mengeluh rasa kering di tenggorokan, kemudian berubah menjadi rasa nyeri di tenggorokan dan nyeri saat menelan. Rasa nyeri semakin lama semakin bertambah sehingga anak menjadi tidak mau makan. Nyeri hebat ini dapat menyebar sebagai referred pain ke sendi-sendi dan telinga. Nyeri pada telinga (otalgia) tersebut tersebar melalui nervus glossofaringeus (IX). Keluhan lainnya berupa demam yang dapat sangat tinggi sampai menimbulkan kejang pada bayi dan anak-anak. Rasa nyeri kepala, badan lesu dan nafsu makan berkurang sering menyertai pasien tonsilitis akut. Suara pasien terdengar seperti orang yang mulutnya penuh terisi makanan panas. Keadaan ini disebut plummy voice/ hot potato voice. Mulut berbau (foetor ex ore) dan ludah menumpuk dalam kavum oris akibat nyeri telan yang hebat (ptialismus). viral lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorokan. b. Pada tonsilitis kronik, pasien mengeluh ada penghalang/ mengganjal di tenggorokan, tenggorokan terasa kering dan pernafasan berbau (halitosis). c. Pada Angina Plaut Vincent (Stomatitis ulseromembranosa) gejala yang

timbul adalah demam tinggi (39 C), nyeri di mulut, gigi dan kepala, sakit tenggorokan, badan lemah, gusi mudah berdarah dan hipersalivasi. Faktor Risiko a. Faktor usia, terutama pada anak. b. Penurunan daya tahan tubuh. c. Rangsangan menahun (misalnya rokok, makanan tertentu). d. Higiene rongga mulut yang kurang baik. 2. Melakukan pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective) Pemeriksaan Fisik a. akut: pada pemeriksaan ditemukan tonsil yang udem (ukuran membesar), hiperemis dan terdapat detritus yang memenuhi permukaan tonsil baik berbentuk folikel, lakuna, atau pseudomembran. Bentuk tonsillitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis, bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris. Bercak detritus ini dapat melebar sehingga terbentuk membran semu (pseudomembran) yang menutupi ruang antara kedua tonsil sehingga tampak menyempit. Palatum mole, arkus anterior dan arkus posterior juga tampak udem dan hiperemis. Kelenjar submandibula yang terletak di belakang angulus mandibula terlihat membesar dan ada nyeri tekan. b. kronik: pada pemeriksaan fisik ditemukan tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus melebar, dan kriptus berisi detritus. Tanda klinis pada Kronis yang sering muncul adalah kripta yang melebar, pembesaran kelenjar limfe submandibula dan tonsil yang mengalami perlengketan. Tanda klinis tidak harus ada seluruhnya, minimal ada kripta yang melebar dan pembesaran kelenjar limfe submandibular. c. difteri: pada pemeriksaan ditemukan tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan membentuk pseudomembran yang melekat erat pada dasarnya sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. d. Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi: 1. T0: tonsil masuk di dalam fossa atau sudah diangkat. 2. T1: <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar anterior uvula. 3. T2: 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaringatau batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar anterioruvula sampai ½ jarak pilar anterior-uvula. 4. T3: 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior-uvula sampai ¾ jarak pilar anterior-uvula. 5. T4: > 75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

atau batas medial tonsil melewati ¾ jarak pilar anterior-uvula sampai uvula atau lebih. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Penunjang: bila diperlukan a. Darah lengkap b. Usap tonsil untuk pemeriksaan mikroskop dengan pewarnaan gram 3. Penegakkan Diagnosa (Assessment) Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan untuk diagnosis definitif dengan pemeriksaan penunjang. Klasifikasi tonsilitis: a. Akut 1. viral Virus Epstein Barr adalah penyebab paling sering. Jika terjadi infeksivirus coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan pasien. 2. bakterial Peradangan akut tonsil yang dapat disebabkan oleh kuman grup A stereptococcus beta hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat, pneumococcus, streptococcus viridan dan streptococcus piogenes. Haemophilus influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut supuratif. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Masa inkubasi 2-4 hari. b. Membranosa 1. difteri ini disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae. Tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman ini akan sakit. Keadaan ini tergantung pada titer antitoksin dalam darah. Titer antitoksin sebesar 0,03 sat/cc darah dapat dianggap cukup memberikan dasar imunitas. Gejalanya terbagi menjadi 3 golongan besar, umum, lokal dan gejala akibat eksotoksin. Gejala umum sama seperti gejala infeksi lain, yaitu demam subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat dan keluhan nyeri menelan. Gejala lo 2. septik Penyebab tonsilitis septik adalah Streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi sehingga menimbulkan epidemi. Oleh karena itu di Indonesia susu sapi dimasak dulu dengan cara pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit ini jarang ditemukan. 3. Angina Plaut Vincent (Stomatitis ulseromembranosa) Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C. 4. Penyakit keganasan Pembesaran tonsil dapat merupakan manifestasi dari suatu keganasan seperti limfoma maligna atau karsinoma tonsil. Biasanya

ditemukan pembesaran tonsil yang asimetris. c. Kronik kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat. 4. Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Penatalaksanaan a. Istirahat cukup b. Makan makanan lunak dan menghindari makan makanan yang mengiritasi c. Menjaga kebersihan mulut d. Pemberian obat topikal dapat berupa obat kumur antiseptik e. Pemberian obat oral sistemik 1. Pada tonsilitis viral istirahat, minum cukup, analgetika, antivirus diberikan bila gejala berat. Antivirus metisoprinol (isoprenosine)diberikan pada infeksi virus dengan dosis 60-100mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak <5tahun diberikan 50mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari. 2. akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya streptococcus group A, diberikan antibiotik yaitu Penicillin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau Amoksisilin 50 mg/ kgbb dosis dibagi 3 kali/ hari selama 10 hari dan pada dewasa 3x500 mg selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500 mg/hari. Selain antibiotik juga diberikan kortikosteroid karena steroid telah menunjukkan perbaikan klinis yang dapat menekan reaksi inflamasi. Steroid yang dapat diberikan berupa deksametason 3x0,5 mg pada dewasa selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01 mg/kgbb/hari dibagi 3 kali pemberian selama 3 hari. 3. Pada tonsilitis difteri, Anti Difteri Serum diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur, dengan dosis 20.000-100.000 unit tergantung umur dan jenis kelamin. Antibiotik penisilin atau eritromisin 25-50 mg/kgbb/hari. Antipiretik untuk simptomatis dan pasien harus diisolasi. Perawatan harus istirahat di tempat tidur selama 2-3 minggu. 4. Pada Angina Plaut Vincent (Stomatitis ulseromembranosa) diberikan antibiotik spektrum luas selama 1 minggu, dan pemberian vitamin C serta vitamin B kompleks. Pengobatan tonsilitis kronik: a. Diberikan obat-obatan simptomatik dan obat kumur yang mengandung desinfektan. b. Indikasi tonsilektomi. Indikasi Tonsilektomi Menurut Health Technology Assessment, Kemenkes tahun 2004, indikasi tonsilektomi, yaitu: a. Indikasi Absolut: 1. Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran nafas,

disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmonar 2. Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase 3. yang menimbulkan kejang demam 4. yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi b. Indikasi Relatif: 1. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik adekuat 2. Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi medis 3. kronik atau berulang pada karier streptococcus yang tidak membaik dengan pemberian antibiotik laktamase resisten. Konseling dan Edukasi Memberitahu individu dan keluarga untuk: a. Melakukan pengobatan yang adekuat karena risiko kekambuhan cukup tinggi. b. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga teratur. c. Berhenti merokok. d. Selalu menjaga kebersihan mulut. e. Mencuci tangan secara teratur. f. Menghindari makanan dan minuman yang mengiritasi Pemeriksaan Penunjang Lanjutan Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri. Rencana Tindak Lanjut Memberikan laporan ke dinkes setempat jika terdapat kasus tonsilitis difteri Kriteria Rujukan Segera rujuk jika terjadi: a. Komplikasi tonsilitis akut: abses peritonsiler, septikemia, meningitis, glomerulonephritis, demam rematik akut. b. Adanya indikasi tonsilektomi. c. Pasien dengan tonsilitis difteri. Unit Terkait Laboratorium, Apotek, Rumah Sakit