. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELTAN 1. Sejarah Perkebunan Rajamandala Perkebunan Rajamandala merupakan salah satu kebun dalam ruang lingkup Perseroan Terbatas Perkebunan X (PTP X). Sebelum menjadi bagian dari PTP X, perkebunan tersebut berstatus hak milik Belanda atas nama NV Tiedeman Van Kerchem. Pada tahun 1957, pengusahaannya diambil alih oleh pemerintah ndonesia dan pada tahun 1968 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1968, dikelola oleh Perusahaan Negara Perkebunan X (PNP X). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1971 pada tanggal Mei 1971, statusnya diubah menjadi bentuk persero yaitu Perseroan Terbatas Perkebunan X (PTP X). Pengubahan bentuk tersebut disahkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman No. JA 5/1 82/1 5 tanggal J3 Oktober 1971. Pada tahun 1976, Perkebunan RajamandaJa bergabung dengan Perkebunan Vada yang terjetak di Cianjur dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi kerja. Sejak tahun 1977, secara bertahap dikonversikan penanamannya dari karet ke tanaman kakao jenis Bulk (UAl-). 2. Keadaan Lokasi Perkebunan RaJamandala terdiri dari tiga afdeling, yaitu Afdeling (Rama ), Afdeling (Rama ) dan Afdeling (V ada). Perkebunan Rajamandala terletak di Desa Rajamandalakulon, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ciranjang, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Padalarang dan sekitar 18 kilometer ke arah selatan terdapat Bendungan Saguling.
36 Ketinggian tempat antara 220-375 meter di atas permukaan laut (dpl), dengan keadaan topografi datar sampai dengan bergelombang. Jenis tanahnya adalah latozol, alluvial, podzolik, grumosol dan regosol. Suhu udara bulanan berkisar antara 23-32 C dengan kelembaban antara 70-80 persen. Rata-rata curah hujan per tahun adalah 2.768 MM dengan rata-rata hari hujan per tahun 112 hari dan rata-rata bulan kering per tahun 20 MM. Dalam kegiatan usahanya, kebun Rajamandala menggunakan beberapa faktor produksi yang terbagi atas : a. Tanah dan Bangunan Luas areal yang dimiliki oleh Perkebunan Rajamandala adalah 2.074,90 hektar dengan perincian luas areal konsesi dapa! diliha! pada Tabel 7. Tabel7. Luas Areal Konsesi Perkebunan Rajamandala (Bulan Oktober, 1996) Tahun Tanam Bagian (Ha) Jumlah Rajamandala Vada (Ha) A. Kare! Tanaman menghasilkan (tlm tanarn 1965/66-1995/96) 8,65 240,39 249,04 B. Kakao L T anarnan menghasilkan (tlm tanarn 1976/77-1995/96) 496,69 202,37 699,06 LTanaman belum menghasilkan (tlm tanam 1993) 20,06-20,06 Jumlah 516,75 202,37 719,12 C. Lain-Lain -Cadangan 200,20 269,00 469,20 -Emplasemen 10,95 7,40 18,35 -HutanlJurang 51,98 39,10 91,08 -Sekolah dan Bangunan lain 0,57 6,20 6,81 -Pasir Jegur 521,30-521,30 Jumlah 785,00 321,74 1106,74 TOTAL 1.310,40 764,50 2074,90 Sumber: Bagian Tanarnan Perkebunan, Perkebunan Rajamandala (diolah)
37 b. Mesin Pengolahan kakao di Perkebunan Rajamandala menggunakan mesin-mesin seperti yang tertera pada Tabel 8. Tabel8. Jumlah dan Macam Mesin di Perkebunan Rajamandala Jenis Mesin (untuk pengolahan) Jumlah Alat pencuci biji kakao Conveyor biji kakao 2 Sirkuler Dryer 2 Burner /tungku api (kombinasi dari solar system) Palung Mesin Ayak Mesin Penerima panen Sumber : Bagian Teknik, Perkebunan Rajamandala c. Tenaga Kerja Penggunaan tenaga kerja di Perkebunan Rajamandala dapat dilihat pada tabel Tenaga kerja di Perkebunan Rajamandala dibedakan atas pegawai staf, pegawai bulanan, pegawai harian tetap, pegawai harian lepas dan pegawai boronganlanemer. Tabel9. Jumlah Karyawan Kebun Rajamandala Tahun 1990-1996 Uraian 1990 1991 1992 1993 Pegawai Staf 6 6 7 7 Pegawai Bulanan 55 50 45 45 Tenaga Harian Tetap 185 178 170 147 Tenaga Harian Lepas (Honorer) 3 3 2 3 Tenaga Borongan (Anemer) 678 428 597 518 TOTAL 927 665 821 720 Sumber: Bagian Adrninistrasi, Perkebunan Rajamandala (diolab) Keterangan : * Sampai bulan Oktober 1994 1995 7 7 47 53 135 127 3 3 471 486 663 676 1996' 9 54 136 2 358 559
38 d. Alat dan Bahan Dalam melaksanakan kegiatannya diperiukan beberapa macam alat dan bahan antara lain untuk pemberantasan hama seperti handsprayer. Jogger dan molorsprayer, alat untuk penyiangan, alat untuk mengetahui kadar air dan termometer untuk mengukur suhu. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan antara lain bahan bakar, minyak pelumas, pupuk dan bahan-bah an kimia seperti herbisida, fungisida dan insektisida. 3. Struktur Organisasi Struktur organisasi menggambarkan alokasi pembagian tugas setiap pejabat yang bersangkutan serta bagaimana hubungan antar bagian dalam organisasi tersebut. Pada Gambar dapat dilihat struktur organisasi dari Perkebunan Rajamandala. Manajer Kepala Tanaman l Kepala Administrasi Bagian Kepala Teknologi Ka Bag. Ka Bag. Ka. nag. 1 1 ""'h'"adm' 1 Ranta Rama Vada Kepur Umum '-------' T.U. Tanaman Gambar 1. Struktur Perkebunan Rajamandala Adapun tugas, tanggung jawab dan wewenang masing-masing staf kebun adalah sebagai berikut :
39. Manajer Kebun Tugas pokoknya adalah : (a) Mengelola perkebunan yang ada dalam ruang lingkup tugasnya dengan berpedoman kepada kebijaksanaan Direksi dan kebijaksanaan yang telah digariskan oleh Kepala Rayon serta RAPB yang telah disahkan, (b) Membina dan membimbing bawahan agar mereka berkerja menurut norma-norma kerja yang sudah ditetapkan. Selain itu, tugas Manajer Kebun adalah memimpin segal a kegiatan di perkebunan, mengawasi secara langsung semua staf personil pada bidangnya masing-masing dan mengadakan inspeksi yang teratur di kebunllapangan, pabrik teknik maupun kantor administrasi kebun. Dalam melaksanakan tugasnya, Manajer Kebun dibantu oleh : a) Kepala Tanaman dan Kepala Bagian Kebun, b) Kepala Bagian pengolahan atau Kepala Bagian Pabrik, c) Kepala Bagian Teknik dan d) Kepala Bagian Administrasi. 2. Kepala Tanaman Kepala Tanaman bertanggung jawab kepada Manajer Kebun. Tugasnya adalah memimpin para kepala bagian kebun dalam hal pengelolaan tanaman (menyiang, memangkas, memupuk, pemberantasan hama dan penyakit) dan pemungutan hasil serta mengawasi secara langsung staf personil bagian kebun dalam melaksanakan program kerja yang sudah direncanakan dalam RAPS. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala tanaman dibantu oleh tiga atau lebih kepala bagian kebun. 3. Kepala Bagian Kebun Bertanggung jawab kepada Manajer Kebun atau Kepala Tanaman. Tugasnya adalah memimpin suatu bagian dari suatu perkebunan dengan sejumlah
40 pegawai atau karyawan serta merencanakan dan melaksanakan rencana kerja yang sudah ditetapkan dalam RAPB dan berusaha agar taksasi produksi yang ditargetkan pada bagiannya tercapai. 4. Kepala Administrasi Tugasnya adalah mengerjakan dan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan administrasi dan pembukuan dt perkebunan dengan dibantu oleh urusan administrasi pembukuan terutama tata usaha keuangan dan tata usaha umum. 5. Kepala Teknologi Bertugas untuk memimpin pekerjaan para mandor besar, mandor dan terutama pengolahan dalam hal pengelolaan pabrik, pemeliharaan bangunan perusahaan, mesin-mesin, kendaraan dan lain-lain agar pengolahan berjalan lancar. Selain itu juga bertugas untuk mengikuti perkembangan mutu dari hasil tanaman yang dikelola perkebunan. 4. Produksi Biji Kakao Perkembangan luas areal tanaman menghasilkan, produksi dan produktivitas biji kakao kering di Perkebunan Rajamandala selama periode tahun 1981-1995 dapat dilihat pada Tabel Lampiran. Produksi biji kakao kering pada tahun 1985 dengan luas areal tanaman menghasilkan seluas 156,75 hektar adalah sebesar 153.750 kilogram dengan tingkat produktivitas sebesar 980,86 kilogram per hektar. Pada tahun 1986 dengan luas areal yang sama, produksi mengalami penurunan sebesar 20,88 persen menjadi 121.650 kilogram. Penurunan hasil produksi ini disebabkan keadaan cuaca yang kurang mendukung serta adanya serangan hama Helopelthis.
41 Pada tahun 1987 terjadi penambahan luas areal sebesar 19,14 persen menjadi 186,75 hektar, sehingga produksi naik 1,04 persen menjadi 122.910 kilogram dengan tingkat produktivitas 658,15 kilogram per hektar. Hingga tahun 1990, produksi terus meningkat walaupun dengan luas areal yang masih sama. Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 1990 yaitu sebesar 2023,91 kilogram per hektar. Penambahan luas areal dilakukan pada tahun 1991 sebesar 43,44 persen menjadi 267,87 hektar. Pada tahun 1994, terjadi penurunan tingkat produktivitas sebesar 46,24 persen menjadi 580,31 kilogram per hektar. Hal ini terjadi karena diadakannya pemangkasan daun kakao secara besar-besaran dengan tujuan untuk meningkatkan produksinya di masa yang akan datang. Tetapi pemangkasan tersebut tidak diikuti dengan pertambahan produksinya karena terjadinya musim kemarau pada tahun tersebut. Pada tahun 1995, produksi kembali menunjukkan peningkatan.