BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15%

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak. menuju masa dewasa. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) menentukan usia remaja antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan menstruasi menjadi masalah umum selama masa remaja, dapat

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses

BAB I PENDAHULUAN. yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa. remaja adalah anak

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Akademi Farmasi Yamasi Makassar Terhadap Penanganan Nyeri Haid (Dysmenorrhea)

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi

PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terhadap stress (Isnaeni, 2010). World Health Organization (WHO) dan belum menikah (WHO dalam Isnaeni, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang

I. PENDAHULUAN. Menstruasi merupakan perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah sebuah periode transisi dari dari kanak-kanak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG

BAB I PENDAHULUAN. perubahan biologis dan psikologis yang pesat dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri haid atau dismenore merupakan keluhan yang sering dialami wanita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa fase perkembangan dinamis dalam

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu periode dalam siklus kehidupan. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN SISWI KELAS I TENTANG DISMENOREA (Study kasus di SMP Negeri 2 dan MTs As-safi iyah Kayen) SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat

I. PENDAHULUAN. Kata remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh ke

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MAHASISWI KEPERAWATAN SI DALAM MENGATASI DISMENORE

BAB VI PEMBAHASAN. A. Pembahasan Univariat 1) Kejadian Dismenore Responden. yang tidak mengalami dismenore sebanyak 55 orang (55%).

(Nurul Azmi) Nim

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa. tidak adanya pembuahan (Andriyani, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, menunjukkan suatu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang terjadi saat menstruasi. Dysmenorrhea disebabkan karena terjadi kontraksi

2015 PERBED AAN TINGKAT D ISMENORE PAD A AKTIVITAS RINGAN, SED ANG, D AN BERAT ATLET WANITA KBB

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian bawah dan paha (Badziad, 2003). Dismenorea merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. anak gadis terjadi antara umur 10 dan 16 tahun (Knight, 2009). Menstruasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang kurangnya satu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa ini terjadi satu kali dalam satu bulan. Semua wanita akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI MENSTRUASI (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI DI BEBERAPA SMA DI KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat teratas dan sebagai penyebab kematian tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB XXI. Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah. Nyeri perut hebat yang mendadak. Jenis nyeri perut. Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. disabilitas yang seringkali dipakai kalangan publik atau institusi pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan fisik yang lebih dahulu dibanding anak laki-laki, dengan menstruasi awal (menarche) (Winkjosastro, 2007).

2015 PROFIL KONSENTRASI BELAJAR SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG DISMENORE DI AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN ABSTRAK

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA ( TAHUN ) TENTANG DYSMENORRHEA DI SMPN 29 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan paha (Badziad,

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi adalah keluarnya periodik darah, lendir dan sel-sel epitel dari rahim yang terjadi setiap bulan. Ini merupakan tonggak penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan dan mempersiapkan mereka untuk menjadi seorang ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan menghadapi berbagai jenis haid masalah antaranya dismenorea adalah paling umum salah satunya (Kinanti, 2009). Berdasarkan data dari berbagai negara, angka kejadian dismenorea di dunia cukup tinggi. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami dismenorea dalam sebuah siklus menstruasi (Calis, 2011). Dismenorea mengacu pada nyeri haid dan itu adalah umum di kalangan remaja dan wanita muda. Insiden ini dilaporkan berkisar antara 40 sampai 80% di berbagai negara termasuk Malaysia, Nigeria, dan Ghana (Aziato, 2014). Wanita yang mengalami dismenorea di Pakistan diperkirakan 57% dan mempunyai efek terhadap pekerjaan mereka (Tariq, 2009). Negara Canada, didapatkan 60% remaja yang mengalami dismenorea primer dengan kualitas nyeri sedang sampai berat, diantaranya 51% aktivitas mereka menjadi terbatas dan 17% dari mereka tidak hadir di sekolah yang menyebabkan proses belajar mengajar menjadi terganggu (Hamilton 2009). 1 1

Studi prevalensi dismenorea yang dilakukan pada mahasiswi Meksiko oleh Ortiz (2010), 1.539 responden dari 6 program kedokteran, keperawatan, gizi, kedokteran gigi, farmasi dan psikologi sebanyak 64 % diantaranya mengalami dismenorea dengan usia rata-rata menarche 12,3 tahun. Studi epidemiologi yang dilakukan oleh Mohamed (2012) di Mesir, sebanyak 845 remaja putri yan bersedia mengisi kuesioner, didapatkan sebanyak 76,1 % yang mengalami dismenorea dengan tingkatan yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini juga didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara dismenorea dengan usia responden yang lebih tua, menarche dini, siklus yang panjang dan lama menstruasi. Wanita mengalami dismenorea 10-15% di Indonesia diantaranya mengalami dismenorea berat yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan atau aktivitas apapun. Angka kejadian disminorea 64,25% terdiri dari 54,89% dismenorea primer dan 9,36% dismenorea sekunder. Wanita yang mengalami dismenorea mengalami keluhan seperti kram, sakit, dan tidak dapat bekerja mengurus keperluan sendiri (Novie, 2012). Beberapa penelitian tentang disemenore di Kota Medan seperti dilakukan Sirait (2014) bahwa proporsi remaja putri berdasarkan siklus menstruasi di SMA Negeri 2 Medan tahun 2014 yang paling banyak adalah siklus menstruasi normal (25 32 hari) yaitu 103 orang (80,5%) dan yang paling sedikit adalah siklus menstruasi tidak normal (kurang dari 25 atau lebih dari 32 hari) yaitu 25 orang (19,5%). Pada tahun 2012, hasil penelitian Novia menunjukkan 84,4% remaja di 2

SMA St. Thomas 1 Medan mengalami dismenore dengan intensitas nyeri ringan 46,7%, nyeri sedang 30,0%, dan nyeri berat 23,3%. Nyeri haid atau dismenorea merupakan keluhan ginekologis akibat ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah sehingga mengakibatkan timbulnya rasa nyeri yang paling sering terjadi pada wanita yang mengalami dismenorea memproduksi prostaglandin 10 kali lebih banyak dari wanita yang tidak dismenore. Penyebab lain dismenore dialami wanita dengan kelainan tertentu, misalnya endometrius, infeksi pelvis (daerah panggul), tumor rahim, apendisitis, kelainan organ pencernaan bahkan kelainan ginjal (Prayitno, 2014). Dismenorea mungkin mulai beberapa hari sebelum menstruasi dan berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa hari. dismenorea primer dapat dimulai dengan menarche atau dalam satu tahun menarche sementara dismenorea sekunder dimulai beberapa tahun setelah menarche. dismenorea primer adalah umum di kalangan remaja dan tidak memiliki asosiasi patologis. Namun, dismenorea sekunder telah mendasari penyakit. Dismenorea dapat diklasifikasikan ke dalam ringan, sedang dan berat, tergantung pada tingkat rasa sakit yang dialami dan efek melemahkan masalah (Aziato, 2014). Remaja yang mengalami dismenorea pada saat menstruasi mempunyai lebih banyak hari libur dan prestasinya kurang begitu baik di sekolah dibandingkan remaja yang tidak terkena dismenorea. Dampak yang terjadi jika dismenorea tidak ditangani maka patologi (kelainan atau gangguan) yang mendasari dapat memicu kenaikan angka kematian, termasuk kemandulan. Selain itu konflik emosional, ketegangan dan 3

kegelisahan dapat memainkan peranan serta menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan asing (Anurogo, 2011). Banyak remaja yang beranggapan, nyeri haid merupakan hal yang sangat wajar dan dapat terjadi pada perempuan yang mengalami mentruasi khususnya pada remaja putri, namun tidak sedikit remaja yang mengalami nyeri yang berkepanjangan dan terus menerus hingga mengalami rasa sakit bahkan tidak dapat melakukan aktifitas selama menstruasi karena rasa nyeri yang tidak tertahankan. Dismenorea juga memiliki hubungan dengan keadaan psikologis yang tidak nyaman pada remaja yang menstruasi seperti, cepat tersinggung, suasana hati yang buruk, mudah marah dan lain lain (Anurogo, 2011). Faktor-faktor yang memengaruhi dismenorea menurut beberapa penelitian yaitu Utami (2013) menyatakan bahwa ada lima faktor yang berkaitan dengan kejadian dismenorea yaitu usia menarche, siklus menstruasi, lama menstruasi, riwayat keluarga dan status gizi. Berdasarkan disribusi remaja yang mengalami menarche dini secara keseluruhan sesuai hasil uji statistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa remaja yang memiliki usia menarche yang normal pun masih menderita dismenorea meskipun semua remaja yang menarche dini mengalami dismenorea. Menarche dini meningkatkan risiko terjadinya dismenorea karena dari seluruh remaja yang menarche dini, 100% mengalami dismenorea. Peristiwa menarche sangat erat hubungannya dengan masa puncak kurva kecepatan penambahan tinggi badan. Kurangnya pengetahuan turut menjadi faktor penyebab remaja putri mengalami derajat desmenorea berat. Kebanyakan remaja putri memperoleh 4

informasi mengenai dismenore lewat media elektronik seperti internet. Jarang remaja putri yang pergi ke petugas kesehatan untuk memeriksa ketika mengalami dismenore. remaja putri ketika mereka mengalami dismenore lebih baik beristirahat ke ruang unit kesehatan sekolah. Oleh karena itu remaja putri sering meminta izin pada saat jam pelejaran untuk beristirahat ke ruang unit kesehatan sekolah bahkan ada yang minta izin untuk beristirahat pulang ke rumah. Padahal, pentingnya memperoleh informasi dari tenaga kesehatan mengenai cara penanganan dismenore dengan baik agar aktivitas remaja putri tidak terganggu ketika mengalami dismenore (Purba, 2014). Menurut Notoadmodjo (2010) bahwa pendidikan, umur, informasi, dan pengalaman merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Untuk meningkatkan pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai pihak selain dari media ada juga petugas kesehatan, orang tua, dan teman yang dapat memberikan informasi yang berguna dan dapat menambah wawasan pengetahuan. Remaja putri dapat memahami dengan baik pengetahuan tentang dismenorea dapat dilakukan melalui penyuluhan kesehatan seperti ceramah dan diskusi kelompok. Metode ceramah, selain sederhana juga efektif dalam upaya penyampaian informasi secara cepat kepada kelompok sasaran yang cukup besar, sedangkan metode diskusi kelompok dapat digunakan untuk penyampaian informasi dengan lebih memberikan kesempatan pada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah (Sofa, 2008). Penelitian Novitasari (2012) menyatakan bahwa remaja setelah diberikan pendidikan kesehatan mengalami peningkatan pengetahuan tentang dismenorea di 5

Madrasah Tsaniwiyah Islamiyah Ciputat, Sebelum diberikan pendidikan kesehatan remaja berpengetahuan dikategorikan cukup 64,5% dan meningkat pengetahuannya setelah diberikan pendidikan kesehatan 71,6%. Pemberian pendidikan kesehatan melalui penyuluhan efektif untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang dismenorea. Remaja pada kelompok yang mendapat perlakuan penyuluhan dengan metode diskusi rata-rata selisih skor pengetahuan tertinggi sebesar 6,30 dengan standar deviasi 2,96, sedangkan rata-rata selisih skor pada kelompok yang mendapat perlakuan penyuluhan dengan metode ceramah sebesar 4,03 dengan standar deviasi 2,14. Hasil uji Anova dengan uji lanjut Tamhane menunjukkan bahwa metode diskusi kelompok lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan (p=0.004) tentang kesehatan reproduksi pada remaja di Yayasan Pendidikan Harapan Mekar Medan. Metode diskusi lebih efektif meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi (Tarigan, 2010). Berdasarkan survei awal pada bulan 15 Januari 2016 di SMA Swasta Raksana diketahui jumlah siswi di SMA Swasta Raksana untuk tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 214 jumlah siswi seluruhnya dengan rincian kelas X 85 siswi, kelas XI 129 siswi. Menurut keterangan guru bimbingan konseling dan beberapa siswi, terdapat 28 orang siswi, 8 orang diantaranya seringkali izin untuk tidak mengikuti proses belajar setiap bulannya karena mengalami dismenorea. Sedangkan siswi lainnya yang mengalami dismenorea tetap mengikuti proses pelajaran di sekolah namun tidak dapat berkonsentrasi karena gejala yang dirasakan dan tidak dapat mengikuti kegiatan 6

ekstra kurikuler seperti olah raga. Lamanya izin tidak mengikuti kegiatan proses belajar mengajar karena mengalami dismenorea biasanya selama 2 hari saja yang dapat menyebabkan remaja ketinggalan pelajaran. Setelah dilakukan wawancara terhadap 10 siswi yang sudah mengalami menstruasi, ternyata mereka memiliki pengetahuan tentang dismenorea yang berbedabeda. sehingga banyak siswi yang tidak hadir atau permisi pulang karena nyeri haid. Sementara menurut guru pembimbing, para siswa belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang dismenorea. Ada remaja merasa bahwa nyeri haid bukan hal yang wajar, tetapi mereka harus merasa sakit dan tidak dapat beraktivitas di sekolah. Bahkan mereka mengganggap bahwa dismenorea merupakan suatu penyakit yang dideritanya setiap bulan sehingga akan memengaruhi proses belajar mengajar dalam bangku sekolah. Untuk mengatasi rasa nyeri, remaja biasanya mengonsumsi obat yang dibeli di toko obat. Ada 2 orang remaja melakukan pemeriksaan kesehatan ke fasilitas kesehatan untuk mengurangi rasa nyeri. Alasan lokasi penelitian ini dipilih karena belum banyak dilakukan penelitian di beberapa sekolah di Kota Medan mengenai pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan metode diskusi dan ceramah. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian tentang pengaruh metode ceramah dan metode diskusi terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap siswi tentang dismenorea di SMA Swasta Raksana Medan, Tahun 2016. 7

1.2 Permasalahan Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh metode ceramah dan metode diskusi terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap siswi tentang dismenorea di SMA Swasta Raksana Medan, Tahun 2016. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh metode ceramah dan metode diskusi terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap siswi tentang dismenorea di SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2016. 1.4 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh tingkat pengetahuan dan sikap siswi tentang dismenorea sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode diskusi dan ceramah di SMA Swasta Raksana Medan. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan bagi Dinas Pendidikan dapat bermanfaat bagi lembaga pengambil kebijakan mengingat pemahaman siswi tentang dismenorea penting untuk kelangsungan tahapan perkembangan reproduksi selanjutnya dan menambah wawasan dan pengetahuan bagi ilmu pengetahuan dibidang kesehatan khususnya tentang dismenorea. 2. Dapat menambah khasanah keilmuan khususnya tentang kesehatan reproduksi dismenorea. 8

3. Sebagai bahan masukan informasi bagi guru dan kepala sekolah di SMA Swasta Raksana Medan mengenai pengetahuan siswi tentang dismenorea.. 9