BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi adalah keluarnya periodik darah, lendir dan sel-sel epitel dari rahim yang terjadi setiap bulan. Ini merupakan tonggak penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan dan mempersiapkan mereka untuk menjadi seorang ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan menghadapi berbagai jenis haid masalah antaranya dismenorea adalah paling umum salah satunya (Kinanti, 2009). Berdasarkan data dari berbagai negara, angka kejadian dismenorea di dunia cukup tinggi. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami dismenorea dalam sebuah siklus menstruasi (Calis, 2011). Dismenorea mengacu pada nyeri haid dan itu adalah umum di kalangan remaja dan wanita muda. Insiden ini dilaporkan berkisar antara 40 sampai 80% di berbagai negara termasuk Malaysia, Nigeria, dan Ghana (Aziato, 2014). Wanita yang mengalami dismenorea di Pakistan diperkirakan 57% dan mempunyai efek terhadap pekerjaan mereka (Tariq, 2009). Negara Canada, didapatkan 60% remaja yang mengalami dismenorea primer dengan kualitas nyeri sedang sampai berat, diantaranya 51% aktivitas mereka menjadi terbatas dan 17% dari mereka tidak hadir di sekolah yang menyebabkan proses belajar mengajar menjadi terganggu (Hamilton 2009). 1 1
Studi prevalensi dismenorea yang dilakukan pada mahasiswi Meksiko oleh Ortiz (2010), 1.539 responden dari 6 program kedokteran, keperawatan, gizi, kedokteran gigi, farmasi dan psikologi sebanyak 64 % diantaranya mengalami dismenorea dengan usia rata-rata menarche 12,3 tahun. Studi epidemiologi yang dilakukan oleh Mohamed (2012) di Mesir, sebanyak 845 remaja putri yan bersedia mengisi kuesioner, didapatkan sebanyak 76,1 % yang mengalami dismenorea dengan tingkatan yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini juga didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara dismenorea dengan usia responden yang lebih tua, menarche dini, siklus yang panjang dan lama menstruasi. Wanita mengalami dismenorea 10-15% di Indonesia diantaranya mengalami dismenorea berat yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan atau aktivitas apapun. Angka kejadian disminorea 64,25% terdiri dari 54,89% dismenorea primer dan 9,36% dismenorea sekunder. Wanita yang mengalami dismenorea mengalami keluhan seperti kram, sakit, dan tidak dapat bekerja mengurus keperluan sendiri (Novie, 2012). Beberapa penelitian tentang disemenore di Kota Medan seperti dilakukan Sirait (2014) bahwa proporsi remaja putri berdasarkan siklus menstruasi di SMA Negeri 2 Medan tahun 2014 yang paling banyak adalah siklus menstruasi normal (25 32 hari) yaitu 103 orang (80,5%) dan yang paling sedikit adalah siklus menstruasi tidak normal (kurang dari 25 atau lebih dari 32 hari) yaitu 25 orang (19,5%). Pada tahun 2012, hasil penelitian Novia menunjukkan 84,4% remaja di 2
SMA St. Thomas 1 Medan mengalami dismenore dengan intensitas nyeri ringan 46,7%, nyeri sedang 30,0%, dan nyeri berat 23,3%. Nyeri haid atau dismenorea merupakan keluhan ginekologis akibat ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah sehingga mengakibatkan timbulnya rasa nyeri yang paling sering terjadi pada wanita yang mengalami dismenorea memproduksi prostaglandin 10 kali lebih banyak dari wanita yang tidak dismenore. Penyebab lain dismenore dialami wanita dengan kelainan tertentu, misalnya endometrius, infeksi pelvis (daerah panggul), tumor rahim, apendisitis, kelainan organ pencernaan bahkan kelainan ginjal (Prayitno, 2014). Dismenorea mungkin mulai beberapa hari sebelum menstruasi dan berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa hari. dismenorea primer dapat dimulai dengan menarche atau dalam satu tahun menarche sementara dismenorea sekunder dimulai beberapa tahun setelah menarche. dismenorea primer adalah umum di kalangan remaja dan tidak memiliki asosiasi patologis. Namun, dismenorea sekunder telah mendasari penyakit. Dismenorea dapat diklasifikasikan ke dalam ringan, sedang dan berat, tergantung pada tingkat rasa sakit yang dialami dan efek melemahkan masalah (Aziato, 2014). Remaja yang mengalami dismenorea pada saat menstruasi mempunyai lebih banyak hari libur dan prestasinya kurang begitu baik di sekolah dibandingkan remaja yang tidak terkena dismenorea. Dampak yang terjadi jika dismenorea tidak ditangani maka patologi (kelainan atau gangguan) yang mendasari dapat memicu kenaikan angka kematian, termasuk kemandulan. Selain itu konflik emosional, ketegangan dan 3
kegelisahan dapat memainkan peranan serta menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan asing (Anurogo, 2011). Banyak remaja yang beranggapan, nyeri haid merupakan hal yang sangat wajar dan dapat terjadi pada perempuan yang mengalami mentruasi khususnya pada remaja putri, namun tidak sedikit remaja yang mengalami nyeri yang berkepanjangan dan terus menerus hingga mengalami rasa sakit bahkan tidak dapat melakukan aktifitas selama menstruasi karena rasa nyeri yang tidak tertahankan. Dismenorea juga memiliki hubungan dengan keadaan psikologis yang tidak nyaman pada remaja yang menstruasi seperti, cepat tersinggung, suasana hati yang buruk, mudah marah dan lain lain (Anurogo, 2011). Faktor-faktor yang memengaruhi dismenorea menurut beberapa penelitian yaitu Utami (2013) menyatakan bahwa ada lima faktor yang berkaitan dengan kejadian dismenorea yaitu usia menarche, siklus menstruasi, lama menstruasi, riwayat keluarga dan status gizi. Berdasarkan disribusi remaja yang mengalami menarche dini secara keseluruhan sesuai hasil uji statistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa remaja yang memiliki usia menarche yang normal pun masih menderita dismenorea meskipun semua remaja yang menarche dini mengalami dismenorea. Menarche dini meningkatkan risiko terjadinya dismenorea karena dari seluruh remaja yang menarche dini, 100% mengalami dismenorea. Peristiwa menarche sangat erat hubungannya dengan masa puncak kurva kecepatan penambahan tinggi badan. Kurangnya pengetahuan turut menjadi faktor penyebab remaja putri mengalami derajat desmenorea berat. Kebanyakan remaja putri memperoleh 4
informasi mengenai dismenore lewat media elektronik seperti internet. Jarang remaja putri yang pergi ke petugas kesehatan untuk memeriksa ketika mengalami dismenore. remaja putri ketika mereka mengalami dismenore lebih baik beristirahat ke ruang unit kesehatan sekolah. Oleh karena itu remaja putri sering meminta izin pada saat jam pelejaran untuk beristirahat ke ruang unit kesehatan sekolah bahkan ada yang minta izin untuk beristirahat pulang ke rumah. Padahal, pentingnya memperoleh informasi dari tenaga kesehatan mengenai cara penanganan dismenore dengan baik agar aktivitas remaja putri tidak terganggu ketika mengalami dismenore (Purba, 2014). Menurut Notoadmodjo (2010) bahwa pendidikan, umur, informasi, dan pengalaman merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Untuk meningkatkan pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai pihak selain dari media ada juga petugas kesehatan, orang tua, dan teman yang dapat memberikan informasi yang berguna dan dapat menambah wawasan pengetahuan. Remaja putri dapat memahami dengan baik pengetahuan tentang dismenorea dapat dilakukan melalui penyuluhan kesehatan seperti ceramah dan diskusi kelompok. Metode ceramah, selain sederhana juga efektif dalam upaya penyampaian informasi secara cepat kepada kelompok sasaran yang cukup besar, sedangkan metode diskusi kelompok dapat digunakan untuk penyampaian informasi dengan lebih memberikan kesempatan pada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah (Sofa, 2008). Penelitian Novitasari (2012) menyatakan bahwa remaja setelah diberikan pendidikan kesehatan mengalami peningkatan pengetahuan tentang dismenorea di 5
Madrasah Tsaniwiyah Islamiyah Ciputat, Sebelum diberikan pendidikan kesehatan remaja berpengetahuan dikategorikan cukup 64,5% dan meningkat pengetahuannya setelah diberikan pendidikan kesehatan 71,6%. Pemberian pendidikan kesehatan melalui penyuluhan efektif untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang dismenorea. Remaja pada kelompok yang mendapat perlakuan penyuluhan dengan metode diskusi rata-rata selisih skor pengetahuan tertinggi sebesar 6,30 dengan standar deviasi 2,96, sedangkan rata-rata selisih skor pada kelompok yang mendapat perlakuan penyuluhan dengan metode ceramah sebesar 4,03 dengan standar deviasi 2,14. Hasil uji Anova dengan uji lanjut Tamhane menunjukkan bahwa metode diskusi kelompok lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan (p=0.004) tentang kesehatan reproduksi pada remaja di Yayasan Pendidikan Harapan Mekar Medan. Metode diskusi lebih efektif meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi (Tarigan, 2010). Berdasarkan survei awal pada bulan 15 Januari 2016 di SMA Swasta Raksana diketahui jumlah siswi di SMA Swasta Raksana untuk tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 214 jumlah siswi seluruhnya dengan rincian kelas X 85 siswi, kelas XI 129 siswi. Menurut keterangan guru bimbingan konseling dan beberapa siswi, terdapat 28 orang siswi, 8 orang diantaranya seringkali izin untuk tidak mengikuti proses belajar setiap bulannya karena mengalami dismenorea. Sedangkan siswi lainnya yang mengalami dismenorea tetap mengikuti proses pelajaran di sekolah namun tidak dapat berkonsentrasi karena gejala yang dirasakan dan tidak dapat mengikuti kegiatan 6
ekstra kurikuler seperti olah raga. Lamanya izin tidak mengikuti kegiatan proses belajar mengajar karena mengalami dismenorea biasanya selama 2 hari saja yang dapat menyebabkan remaja ketinggalan pelajaran. Setelah dilakukan wawancara terhadap 10 siswi yang sudah mengalami menstruasi, ternyata mereka memiliki pengetahuan tentang dismenorea yang berbedabeda. sehingga banyak siswi yang tidak hadir atau permisi pulang karena nyeri haid. Sementara menurut guru pembimbing, para siswa belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang dismenorea. Ada remaja merasa bahwa nyeri haid bukan hal yang wajar, tetapi mereka harus merasa sakit dan tidak dapat beraktivitas di sekolah. Bahkan mereka mengganggap bahwa dismenorea merupakan suatu penyakit yang dideritanya setiap bulan sehingga akan memengaruhi proses belajar mengajar dalam bangku sekolah. Untuk mengatasi rasa nyeri, remaja biasanya mengonsumsi obat yang dibeli di toko obat. Ada 2 orang remaja melakukan pemeriksaan kesehatan ke fasilitas kesehatan untuk mengurangi rasa nyeri. Alasan lokasi penelitian ini dipilih karena belum banyak dilakukan penelitian di beberapa sekolah di Kota Medan mengenai pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan metode diskusi dan ceramah. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian tentang pengaruh metode ceramah dan metode diskusi terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap siswi tentang dismenorea di SMA Swasta Raksana Medan, Tahun 2016. 7
1.2 Permasalahan Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh metode ceramah dan metode diskusi terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap siswi tentang dismenorea di SMA Swasta Raksana Medan, Tahun 2016. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh metode ceramah dan metode diskusi terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap siswi tentang dismenorea di SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2016. 1.4 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh tingkat pengetahuan dan sikap siswi tentang dismenorea sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode diskusi dan ceramah di SMA Swasta Raksana Medan. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan bagi Dinas Pendidikan dapat bermanfaat bagi lembaga pengambil kebijakan mengingat pemahaman siswi tentang dismenorea penting untuk kelangsungan tahapan perkembangan reproduksi selanjutnya dan menambah wawasan dan pengetahuan bagi ilmu pengetahuan dibidang kesehatan khususnya tentang dismenorea. 2. Dapat menambah khasanah keilmuan khususnya tentang kesehatan reproduksi dismenorea. 8
3. Sebagai bahan masukan informasi bagi guru dan kepala sekolah di SMA Swasta Raksana Medan mengenai pengetahuan siswi tentang dismenorea.. 9