BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang prematur.

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan WHO, 2009). Pemberian ASI Ekslusif harus terinisiasi dini ASI saja dengan 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Makanan utama bayi adalah air susu ibu (ASI) sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya yang sehat,

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

LEMBAR PERTANYAAN. Frekuensi. Informasi 1. Presentational media - Petugas Puskesmas. a. 1-3 bulan. Asi saja - Bidan. b. 4-6 bulan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan otak bayi yaitu sesuatu yang tidak dapat diperoleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan (IDAI, 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia masih tergolong tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kandungan zat gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi sehingga

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan progam kesehatan. Pada saat ini AKI dan AKB di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

LAMPIRAN KUESIONER Identitas Pengetahuan

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Program Millenium Development Goals (MDG s) yang terdiri dari delapan

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan anak. Proses menyusui secara alami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) memberikan. gambaran yang fluktuatif dari 18,4 persen (2007) menurun menjadi 17,9

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU IBU YANG MEMILIKI BAYI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA MATSUM TAHUN 2015

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menurunkan angka kematian bayi dan anak. Pada tahun 2008 angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB I PENDAHULUAN. bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

2015 GAMBARAN DUKUNGAN SUAMI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU PADASUKA RW 06 DAN RW 12 KELURAHAN PADASUKA KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0 6 bulan adalah ASI. Keunggulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan faktor-faktor lain, salah satunya adalah faktor gizi. Status gizi ibu pada waktu melahirkan dan gizi bayi merupakan faktor tidak langsung sebagai penyebab kematian bayi. Dimana AKB di Indonesia masih tinggi, data hasil SDKI tahun 2012 menunjukkan AKB yaitu 32/1000 kelahiran hidup. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan gizi bayi sangat perlu mendapat perhatian yang serius. Gizi untuk bayi yang paling sempurna adalah Air Susu Ibu (ASI). Setiap ibu menghasilkan ASI sebagai makanan alamiah yang disediakan oleh ibu. ASI merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan oleh bayi. Selain itu ASI juga memiliki faktor protektif dan nutrien yang sesuai dengan status gizi bayi. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah (Ambarwati dan Wulandari, 2009). Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang bayi, karena ASI merupakan makanan yang tepat bagi bayi dan anak usia dini (0-24 tahun). Menyusui bayi sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan anak serta penting untuk kesehatan ibu. Bagi ibu menyusui dapat mengurangi risiko perdarahan yang merupakan penyebab utama kematian ibu dan dapat menurunkan AKB. Oleh karena 1

2 itu pemberian ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat terlaksana dengan benar (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2012). Selain ASI merupakan makanan yang tepat untuk bayi, pencernaan bayi usia dini belum memiliki cukup enzim pencernaan makanan tetapi, secara alamiah ASI dibekali enzim pencernaan susu sehingga organ pencernaan bayi mudah mencerna dan menyerap gizi ASI. Oleh karena itu berikan pada bayi ASI eksklusif hingga usia 6 bulan tanpa tambahan minuman atau makanan apapun (Arief, 2009). ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral dan obat sesuai anjuran oleh dokter. Pemberian ASI eksklusif serta proses menyusui yang benar merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangun SDM yang berkualitas. Menurut WHO tahun 2001 menyatakan bahwa ASI eksklusif selama 6 bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Rendahnya pemberian ASI eksklusif di Indonesia disebabkan oleh 2 faktor, yakni faktor internal yang meliputi rendahnya pengetahuan serta sikap ibu tentang pemberian ASI eksklusif dan faktor eksternal yang meliputi kurangnya dukungan keluarga, masih kuatnya budaya, dan kurangnya dukungan petugas kesehatan untuk melaksanakan kebijakan pemerintah tentang pemberian ASI eksklusif (Prasetyono, 2009). Faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada faktor internal dari ibu seperti terjadinya bendungan ASI, luka-luka pada putting susu, kelainan pada

3 puting susu dan adanya penyakit tertentu seperti tuberkulose, malaria, dan lain-lain (Arifin, 2004). Target Millenium Development Goals (MDGs) ke 4 adalah menurunkan AKB dan Balita menjadi 2/3 dalam kurun waktu 1990-2015. Pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun disamping pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) secara adekuat terbukti merupakan salah satu intervensi efektif yang dapat menurunkan AKB. Maka dari itu jika kita dapat meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif akan memberikan kontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan Millenium (MDGs). Diketahui data WHO menunjukkan pada tahun 2012, pemberian ASI eksklusif di India sudah mencapai 46%, di Filipina 34%, di Vietnam 27% dan Myanmar 24% sedangkan di Indonesia saja sendiri data menurut Susenas cakupan ASI eksklusif tahun 2010 masih rendah baru 33,6%. Sementara itu cakupan pemberian ASI eksklusif untuk provinsi DKI Jakarta tahun 2011 sebesar 38,6%. Data susenas pada Sumatera Utara cakupan ASI eksklusif pada tahun 2010 sebesar 56,6%. Data puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2009 cakupan ASI eksklusifnya mencapai 51,38% sedangkan tahun 2012 cakupan ASI eksklusif di puskesmas Bahorok mencapai 63,9%, dimana cakupan ini masih jauh dari target nasional yaitu 80%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mulianda di Desa Baru Dusun II Batang Kuis diketahui dari 46 responden menggambarkan pengetahuan terhadap 38 responden (82,6%) memiliki pengetahuan baik dan 8 responden memiliki pengetahuan cukup (17,4%), memiliki sikap positif sebanyak 10,9%, dan sikap

4 negatif sebanyak 89,1% terhadap pemberian ASI eksklusif. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Hartatik (2010) terhadap tenaga kesehatan di Puskesmas Bahorok dari 30 responden yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 6 orang (20%), yang mendapat dukungan suami sebanyak 8 orang (26,7%) dan yang tidak mendapat dukungan suami sebanyak 22 orang (73,3%). Dapat ditarik kesimpulan bahwa tenaga kesehatan yang sudah mengerti tentang berbagai manfaaf dari ASI eksklusif saja tidak semua memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan survei awal pada bulan April 2013 terhadap 10 orang ibu yang memiliki bayi di Kelurahan Pekan Bahorok Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat ternyata 80% ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Dari 10 orang ibu yang disurvei, sebanyak 60% ibu yang mengatakan bahwa ASI saja tidak cukup untuk bayi 0-6 bulan, dikarenakan masi kuatnya budaya yang membuat ibu memberikan tambahan selain ASI eksklusif seperti memberikan madu, air tajin, pisang dan susu formula kepada bayi. Selain itu dengan ibu memberikan tambahan makanan kepada bayi agar ibu dapat mengerjakan pekerjaan rumah, karena ibu berpikir dengan memberikan makanan tambahan selain ASI agar bayi bisa tidur lebih lama. Ada sekitar 70% ibu yang memiliki respon negatif terhadap pemberian ASI eksklusif dikarenakan rata-rata ibu bekerja diluar rumah sehingga proses pemberian ASI tidak dapat dilakukan secara eksklusif, padahal walaupun ibu bekerja tetap dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dengan cara memeras ASI dan disimpan di freezer agar dapat diberikan pada bayi saat ibu bekerja, 60% ibu kurang mendapat dukungan dari keluarga, dukungan keluarga adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI eksklusif seperti suami, ibu kandung

5 maupun ibu mertua, 70% ibu yang beranggapan bahwa kandungan gizi dalam ASI rendah sehingga rata-rata ibu mengikuti kebiasaan yang terjadi dilingkungan keluarga dan sekitar ibu tentang pemberian makanan pada bayi berumur kurang dari 6 bulan,seperti memberi tambahan madu, pisang dan susu formula kepada bayi agar bayi lebih sehat dan cepat besar. Dan ada 60% ibu yang mengatakan tidak pernah mengikuti penyuluhan tentang ASI eksklusif yang diadakan oleh tenaga kesehatan sehingga ibu kurang mengetahui manfaat dari ASI eksklusif. Desa Bahorok Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat merupakan salah satu Desa Swasembada yaitu dimana transportasi sangat baik, administrasi desa cukup baik, penyuluhan-penyulahan tentang ASI eksklusif di Desa Bahorok telah sering dilaksanakan baik dengan ceramah-ceramah maupun distribusi leaflet dan sebagainya. Kegiatan ini sudah sering dilakukan oleh Bidan desa pada saat posyandu dilaksanakan tetapi pemberian ASI eksklusif ibu kepada bayinya masih rendah, ini disebabkan karena tidak semua ibu datang mengikuti posyandu. Perilaku ibu sangat menentukan keberhasilan pemberian ASI eksklusif kepada bayinya. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara faktor internal (pengetahuan, sikap dan faktor fisik ibu) dan eksternal (dukungan keluarga, budaya dan dukungan tenaga kesehatan) dengan rendahnya cakupan ASI eksklusif di Desa Pekan Bahorok Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat.

6 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian sebelumnya, maka yang menjadi permasalahan ialah rendahnya pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Pekan Bahorok Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara faktor internal (pengetahuan, sikap dan faktor fisik ibu) dan faktor eksternal ibu (dukungan keluarga, budaya dan dukungan tenaga kesehatan) dengan rendahnya pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Pekan Bahorok tahun 2014. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Pekan Bahorok Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat. 2. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Pekan Bahorok Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat. 3. Untuk mengetahui hubungan faktor fisik ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Pekan Bahorok Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat. 4. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Pekan Bahorok Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat. 5. Untuk mengetahui hubungan budaya dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Pekan Bahorok Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat. 6. Untuk mengetahui hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Pekan Bahorok Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat.

7 1.4 Manfaat Penelitian Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif maka dapat menjadi bahan masukan bagi Puskesmas Bahorok dalam menyusun perencanaan kegiatan untuk meningkatkan pencapaian ASI eksklusif.