I Made Eka Santosa, Ainun Jaariah, Muhammad Arsani Star Pengajar STIKES Mataram ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
Eva Marvia, Nia Firdianty, IGA Mirah Adhi Staf Pengajar STIKES Mataram ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat,

Wa Ode Yuliastri 1* STIKES Mandala Waluya Kendari, Indonesia *

PENGGUNAAN JAHE MERAH MENURUNKAN TINGKAT NYERI SENDI LUTUT PADA LANSIA. (Red Ginger Decrease the Level of the Knee Joint Pain in Elderly) Suci Murni*

ABSTRAK. Kata kunci: Kompres Jahe, Nyeri Lutut, Lansia Daftar Pustaka: 36 buah ( )

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS NYERI PUNGGUNG IBU HAMIL TRIMESTER

PERBEDAAN TINGKATAN NYERI DISMENORE DENGAN PERLAKUAN KOMPRES HANGAT PADA MAHASISWI DI STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN. Fifi Hartaningsih, Lilin Turlina

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dilihat dari data Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan

PENGARUH SENAM ERGONOMIS TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI PADA LANSIA DENGAN OSTEOARTRITIS DI PSTW PUSPAKARMA MATARAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Nyeri pada penderita artritis reumatoid adalah gejala yeng sering

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

Nora Haryani, Gambaran Pengetahua

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang

EFEKTIFITAS STIMULASI KULIT DENGAN TEKNIK KOMPRES HANGAT DAN DINGIN TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI KALA I FASE AKTIF PERSALINAN FISIOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan keluarnya janin dan produk

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

BAB 1 PENDAHULUAN. sesungguhnya maupun potensi kerusakan jaringan. Setiap orang pasti

BAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar

JURNAL. Vira Julyanatien Igirisa, Rany Hiola, Nasrun Pakaya Jurusan Keperawatan, FIKK UNG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

PENGARUH TEKNIK MANAJEMEN STRESS TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRESS PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PUSPAKARMA MATARAM ABSTRAK

Yenny Safitri Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau

Lilin Turlina*, Heny Ekawati** ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menyangga tubuh. Bisa dibayangkan apabila tidak jeli untuk menjaga kesehatan

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN :

DESKRIPTIF TENTANG KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG BERISIKO TERJADINYA JATUH PADA LANSIA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

Kata Kunci : Intensitas nyeri, Transcutan Electric Neurogenic Stimulator (TENS), Terapi es

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB V PEMBAHASAN. menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan rata-rata tingkat

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Manajemen Nyeri Pada Lansia Dengan Pendekatan Non Farmakologi

BAB 1 PENDAHULUAN. 2007). Sebagaimana dalam hirarki kebutuhan Maslow, kenyamanan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

Jurnal Harapan Bangsa Vol. 1 No. 1, Juli 2013

STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RITA SUNDARI

Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Nyeri Pasien Post Seksio Sesaria Di Rsi Sunan Kudus Kabupaten Kudus Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI) Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. kasus yang belum terselesaikan. Disisi lain juga telah terjadi peningkatan

TERAPI WEWANGIAN MINYAK ESSENSIAL BUNGA MAWAR (ROSE) DENGAN CARA INHALASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DAN TERHADAP RASA NYERI

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI PADA LANSIA DENGAN ARTRITIS REUMATOID

PERBEDAAN SKALA NYERI PADA IBU INPARTU KALA I FASE AKTIF DENGAN MASASE PUNGGUNG DAN TANPA MASASE PUNGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES JAHE TERHADAP INTENSITAS NYERI GOUT ARTRITIS PADA LANSIA DI PSTW BUDI SEJAHTERA KALIMANTAN SELATAN

CHARISA CHAQ ( S) RIZKA YUNI FARCHATI ( S)

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. IGD hendaknya berdasarkan dengan sistem triage. Triage adalah cara

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF MANAJEMEN NYERI

Mata Ajar                   : Keperawatan Komunitas. Pokok Pembahasan    : Rematik (Artritis reumatoid dan Osteoartritis)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta

STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP NYERI PERSENDIAN OSTEOARTRITIS

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI

PENGARUH LATIHAN GERAK KAKI (STRETCHING)

BAB I PENDAHULUAN. (Kushariyadi, 2011). Indonesia menempati urutan ke-4 besar negara dengan

KOMPRES HANGAT MENURUNKAN NYERI PERSENDIAN OSTEOARTRITIS PADA LANJUT USIA

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA AMOXICILLIN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan lunak untuk. memperbaiki kerusakan yang dideritanya disebut menua aging

PERBEDAAN KOMPRES HANGAT DAN KOMPRES DINGIN TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA IBU BERSALIN KALA I FASE AKTIF

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden kecelakaan merupakan penyebab utama orang mengalami

PENGARUH TERAPI KOMPRES HANGAT TERHADAP NYERI HAID (DISMENOREA) PADA SISWI SMK PERBANKAN SIMPANG HARU PADANG

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

PERBEDAAN EFEKTIFITAS MASSAGE DAN KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN NYERI SENDI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MONTONG KABUPATEN TUBAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI

Transkripsi:

PENGARUH TERAPI KOMPRES HANGAT DENGAN JAHE TERHADAP PERUBAHAN INTENSITAS NYERI PADA LANSIA YANG MENDERITA ARTHRITIS REUMATOID DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PUSPAKARMA MATARAM I Made Eka Santosa, Ainun Jaariah, Muhammad Arsani Star Pengajar STIKES Mataram ABSTRACT ISSN : 2477 0604 Vol. 2 No. 1 Januari-Maret 2016 01-09 Nyeri adalah perasaan tidak nyaman yang betul-betul subyektif dan hanya orang yang menderitanya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasinya.salah satu tindakan peredaan nyeri pada pasien yang mengalami nyeri arthritis rheumatoid adalah dengan terapi kompres hangat dan masase terapi jahe dimana menyebabkan pengeluaran endorphin pada tahap modulasi nyeri yang dapat menyebabkan vasodiltasi sehingga dapat meningkatkan aliran darah dan rasa nyeri pun bisa berkurang dan berhenti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh terapi kompres hangat dengan pemberian masase terapi jahe terhadap perubahan intensitas nyeri pada lansia yang menderita arthritis reumatoid di PantiSosialTresnaWerdha Puspakarma Mataram. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian two group pre-post test design. Tehnik pengambilan sampel yaitu menggunakan tehnik total sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 24 responden. Analisa data menggunakan uji statistic t-test. Berdasarkan hasil uji statistic didapatkan ada pengaruh terapi kompres hangat dan masase terapi jahe dengan taraf signifikan 0,05 diperoleh ( =0.001, <0.05) dan pemberian terapi massage jahe diperoleh dengan nilai ( =0.034, <0.05) terhadap perubahan intensitas nyeri pada lansia yang menderita artritis reumatoid, maka Ho di tolak. Dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh terapi kompres hangat dengan pemberian masase terapi jahe terhadap perubahan intensitas nyeri pada lansia yang menderita arthritis rheumatoid dipantisosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram, Oleh karena itu, disarankan kepada perawat maupun tenaga kesehatan lainnya sangat penting untuk memberikan KIE (Komunikasi Informasi dan edukasi) tentang pemberian kompres hangat dan pemberian masase terapi jahe pada penderita athritis reumatoid. Kata kunci: Kompres Hangat, Masase Terapi Jahe, Intensitas Nyeri PENDAHULUAN Proses menua (Aging Process) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo, 2004). Salah satu perubahan fisik pada lanjut usia adalah gangguan muskuloskletal dimana kekuatan muskular mulai merosot sekitar usia 40 tahun, dengan suatu kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun. Perubahan

I MADE EKA SANTOSA AINUN JAARIAH MUHAMMAD ARSANI 02 gaya hidup dan penurunan penggunaan sistem muskuloskletal adalah penyebab utama untuk kehilangan kekuatan otot. Salah satu penyakit yang sering terjadi pada sistem muskuloskletal adalah artritis reumatoid. Artritis reumatoid adalah kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi.nyeri dapat digambarkan sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi terjadi (Price, 2005). Menurut data yang didapatkan di Panti Sosial Tresna Werda Puspakarma Mataram didapatkan penyakit terbanyak yang dirawat selama 3 tahun terakhir yaitu, artritis reumatoid, hipertensi, gastritis dan osteoartritis. Dari hasil studi pendahuluan di Panti Sosial Tresna Werda Puspakarma Mataram di dapatkan jumlah lansia yang mengalami penyakit artritis reumatoid dari tahun 2012-2013 sebanyak 24 orang. Penanganan artritis reumatoid secara umum yaitu secara farmakologis dan nonfarmakologis. Obat farmakologik adalah bentuk pengendalian nyeri yang paling sering digunakan. Namun dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk memberikan terapi nonfarmakologi karena mengingat bahwa terapi farmakologi itu sendiri memiliki efek samping yang cukup banyak seperti depresi pernafasan, mual dan muntah, dan konstipasi. Selain itu, obat farmakologi juga dapat menimbulkan toleransi, ketergantungan, dan ketagihan. Situasi ini mendorongdikembangkannyasejumlahmetode nonfarmakologik untuk mengatasi nyeri. Dengan demikian peneliti berusaha memberikan terapi kompres hangat dan masase terapi jahe yang kiranya patut menjadi salah satu alternatif sebagai pengontrol nyeri supaya terhindar dari resiko efek samping yang dapat merusak organ tubuh pasien yang mengalaminyeri pada penderita atritis rematoid,demi melanjutkan kehidupan yang lebih produktif. Aplikasi panas adalah tindakan sederhana yang telah lama diketahui sebagai metode yang efektif untuk mengurangi nyeri atau kejang otot. Panas dapat disalurkan melalui konduksi (botol air panas, bantalan pemanas listrik, lampu, kompres basah panas), atau konveksi (whirlpool, sitz bath, berendam air panas), atau konversi (ultrasonografi, diatermi)(price, 2005). Salah satu tanaman yang sering dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional oleh masyarakat Indonesia adalah jahe. Tanaman ini sering digunakan sebagai obat alternative misalnya dengan cara menumbuk kemudian menyeduhkanya dengan air panas dan airnya diminum untuk mengobati masuk angin. Selain itu, jahe juga dapat mengobati berbagai macam penyakit seperti : batuk, mengurangi bau amis asi, membangkitkan nafsu makan, mulas, rematik, perut kembung, sakit kepala, gatal (Sutriano K, 19998). Jahe yang nama ilmiahnya zingider officinale sudah tidak asing bagi kita, sifat khas jahe di sebabkan adanya minyak atsiri dan oleoresin jahe. Aroma harum jahe di sebabkan oleh minyak atsiri, sedangkan oleoresinya

I MADE EKA SANTOSA AINUN JAARIAH MUHAMMAD ARSANI menyebabkan rasa pedas. Minyak jahe berisi gingero yang berbau harum khas jahe, berkhasiat mencegah dan mengobati penyakit radang sendi tulang sperti artritis. Secara umum, komponen senyawa kimia yang terkandung dalam jahe terdiri dari minyak menguap (volatile oil), minyak tidak menguap (non volatile oil), dan pati. Minyak atsiri termaksud jenis minyak menguap dan, merupakan suatu komponen yang memberi bau yang khas. Kandungan minyak tidak menguap disebut oleoresin (gingeraol, shogaols) yaitu suatu komponen yang memberikan rasa pahit dan pedas (prasetyo, Y.T, 2003). Berdasarkanfenomena diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul perbedaan pengaruh terapi kompres hangat dengan pemberian masase terapi jahe terhadap perubahan intensitas nyeri pada lansia yang menderita artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui perbedaan pengaruh terapi kompres hangat dengan pemberian masaseterapi jahe terhadap perubahan intensitas nyeri pada lansia yang menderita artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi Intensitas NyeriArthritis Rematoid Lansia Pada Kelompok Perlakuan Sebelum Pemberian Terapi Kompres Hangat Dan Masase Terapi Jahe Di Panti 03 Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram b. Mengidentifikasi Intensitas NyeriArthritis Rematoid Lansia Pada Kelompok Perlakuan Setelah Pemberian TerapiKompres Hangat Dan Masase Terapi Jahe Di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram c. Menganalisis perbedaan pengaruh terapi kompres hangat dengan pemberian masase terapi jahe terhadap perubahan intesitas nyeri pada lansia yang menderita artritis reumatoiddi Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram METODE PENELITIAN Populasi, Sampel dan Sampling Populasi penelitian Populasi adalah setiap subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2011). Pada penelitian ini populasi yang diambil adalah semua lansia yang mengalami nyeri artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram yang berjumlah sebanyak 24 orang. Sampel adalah terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2011).Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang mengalami nyeri artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram yang berjumlah 24 responden.

Teknik sampling Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan objek penelitian (Nursalam, 2011). Dalam penelitian ini teknik sampel yang digunakan adalah total sampling Rancangan penelitiian Desain penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, karena desain penelitan pada dasarnya merupakan strategi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan bagi keperluan pengujian hipotesis atau menjawab pertanyaan penelitian dan sebagai alat untuk mengontrol atau mengendalikan berbagai variabel dalam penelitian. Desain penelitian pada hakekatnya merupakan strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2008). Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan kuasi eksperimen dengan menggunakan rancangan two group pre-post test design. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subyek atau responden dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penilainan (Nursalam, 2011). Instrumen Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah (Arikunto, 2006).Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah denganpedoman observasi yang di validkan dengan wawancara. Observasi adalah meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2006).Pada teknik pengumpulan data menggunakan observasi terstruktur peneliti menggunakan pendekatan berdasarkan kategori sistem yang telah dibuat oleh peneliti untuk mengobservasi suatu peristiwa dan prilaku dari subyek (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan lembar observasi berupa Skala Bourbonaisuntuk mengukur intensitas nyeri saat Pre-Test dan Post-test dengan melihat respon subyek; apabila responden terlihat berkomunikasi dengan baik maka termasuk nyeri ringan, apabila responden terlihat mendesis, menyeringai, menunjukan lokasi nyeri, dapat mendiskripsikan nyeri, dan bisa mengikuti perintah dengan baik maka termasuk nyeri sedang, dan apabila responden tidak mengikuti perintah tetapi dapat merespon terhadap tindakan, dapat menunjukan lokasi nyeri, tidak dapat mendiskripsikanya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi, napas panjang maka termasuk nyeri berat. Analisa Data Analisa pada penelitian ini menggunakan uji t-test dengan tingkat kemaknaan α < 0.05 hasil dari perhitungan tersebut untuk memperoleh nilai signifikan dapat dikonsultasikan ke tabel harga t. Ha diterima apabila t hitung lebih besar dari t tabel.

adalah: Rumus uji t menurut Arikunto (2010) t Keterangan : t Md xd Σx 2 d N Md 2 x d N( N 1) = koefisien t = mean dari perbedaan pre test dengan post test (post test-pre test) = deviasi masing-masing subyek (d- Md) = jumlah kuadrat deviasi = subyek pada sampel d.b = ditentukan dengan N-1 HASIL PENELITIAN Identifikasi Intensitas Nyeri Arthritis Reumatoid Sebelum Diberikan Kompres Hangat Dan Terapi Masase Jahe Tabel 1.;Distribusi Intensitas Nyeri Responden Sebelum Diberikan Perlakuan Intensitas nyeri Perlakuan Kompres hangat Terapi masase jahe Jumlah Frek % Frek % Frek % 4 16,6 4 16,6 8 33,3 Nyeri ringan Nyeri 6 25 6 25 12 50 sedang Nyeri 2 8,3 2 8,3 4 16,6 berat Total 12 50 12 50 24 100 Sumber: Data Primer Dari Tabel 1.1 menunjukkan bahwa intensitas nyeri pada kelompok lansia sebelum diberikan terapi kompres hangat sebagian besar yaitu dalam kategori nyeri ringan sebanyak 4 responden (16,67%), nyeri sedang sebanyak 6 responden (25%), dan nyeri berat 2 responden (8,33%). Pada kelompok lansia sebelum diberikan terapi masase jahe yaitu dalam kategori nyeri ringan sebanyak 4 responden (16,67%), nyeri sedang sebanyak 6 responden (25%), dan nyeri berat 2 responden (8,33%), dan di dapatkan dari keseluruhan kelompok sebelum diberikan perlakuan dari kategori nyeri ringan 8 responden (33,33%) nyeri sedang sebanyak 12 responden (50%) dan nyeri berat 4 responden (16,67%) Identifikasi Intensitas Nyeri Arthritis Reumatoid Setelah Diberikan Perlakuan Kompres Hangat Dan Terapi Masase Jahe Tabel.1.2Distribusi Intensitas Nyeri Intensitas nyeri Responden Setelah Perlakuan Diberikan Perlakuan Kompres hangat Terapi masase jahe Jumlah Frek % Frek % frek % Nyeri ringan 8 33,3 5 20,8 13 54,1 Nyeri 4 16,6 7 29,1 11 45,8 sedang Nyeri berat 0 0 0 0 0 0 Total 12 50 12 50 24 100 Sumber : Data Primer Dari Tabel 4.2 menunjukkan bahwa intensitas nyeri pada kelompok lansia setelah diberikan terapi kompres hangat dan terapi masase jahe berturut-turut dan diobservasi, pada kelompok lansia yang diberi kompres hangat dalam kategori nyeri ringan sebanyak 8 responden (33,33%), nyeri sedang sebanyak 4 responden (16,67%). Pada kelompok lansia yang diberikan terapi masase jahe yaitu dalam kategori nyeri ringan sebanyak 5 responden (20,83%), nyeri sedang sebanyak 7 responden (29,17%), dan

di dapatkan dari keseluruhan kelompok responden setelah diberikan perlakuan dari kategori nyeri ringan 13 responden (54,17%) nyeri sedang sebanyak 11 responden (45,83%). Analisa Perbedaan Pengaruh Terapi Kompres Hangat Dengan Pemberian Terapi Masase Jahe Terhadap Perubahan Intesitas Nyeri Pada Lansia Yang Menderita Artritis Rheumatoid. Tabel 1.3 Perbedaan Intensitas Nyeri Sebelum Diberikan Perlakuan Dan Setelah Diberikan Perlakuan Terapi Kompres Hangat DanTerapi Masase Jahe. Intensitas nyeri Perlakuan Kompres hangat Terapi masase jahe Pre test Post test Pre test Post test Nyeri ringan 4 8 4 5 Nyeri sedang 6 4 6 7 Nyeri berat 2 0 2 0 Total 12 12 12 12 Sumber : Data Primer Pada Tabel 1.3 dapat dijelaskan hasil penelitian perbedaan pengaruh terapi kompres hangat dengan terapi masase jahe sebelum dan sesudah diberikan perlakuan terhadap perubahan intensitas nyeri pada lansia yang menderita arthritis rheumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram. Uji T Berpasangan Pengaruh Terapi Kompres Hangat Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji T berpasangan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi kompres hangat dengan taraf signifikan 0,05, diperoleh hasil nilai ( =0.001, <0.05). Hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh terapi kompres hangat terhadap perubahan intensitas nyeri pada lansia yang menderita penyakit artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram. Uji T Berpasangan Pengaruh Terapi Massage Jahe Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji T berpasangan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi masase jahe dengan taraf signifikan 0,05, diperoleh hasil nilai ( =0.034, <0.05). Hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh terapi masase jahe terhadap perubahan intensitas nyeri pada lansia yang menderita penyakit artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram.. PEMBAHASAN Mengidentifikasi Intensitas Nyeri Arthritis Reumatoid Sebelum Diberikan Kompres Hangat Dan Masase Terapi Jahe Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram Berdasarkan tabel 1.1 menunjukan bahwa sebelum di berikan terapi kompres hangat dan terapi masase jahe responden merasakan nyeri dengan nilai skala yang berbeda-beda, yaitu dari keseluruhan didapatkan responden dengan kategori nyeri sedang.hal ini dimungkinkan karena secara alami, nyeri adalah pengalaman yang bersifat sangat pribadi/personal (Kenworthy et al, 2002) sehinggamasing-masing individu akan mempersepsikan nyerinya dengan berbeda pula tergantung pada faktor-faktor lain yang mempengaruhi nyeri. Faktor-faktor psikologis

dan kognitif berinteraksi dengan faktor-faktor neurofisiologis dalam mempersepsikan nyeri, diantaranya pengalaman masa lalu dengan nyeri, usia, budaya, ansietas, makna nyeri dan gaya koping (Potter & Perry, 2005). Keadaan ini menunjukkan bahwa nyeri yang timbul merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan sehingga nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri dan harus menjadi pertimbangan utama keperawatan saat mengkaji nyeri (Perry & Potter, 2005). Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri, individu bereaksi terhadap nyeri dengan cara yang berbeda. Toleransi individu terhadap nyeri merupakan titik yaitu terdapat suatu ketidakinginan untuk menerima nyeri dengan tingkat keparahan yang lebih tinggi dan durasi yang lebih lama. Toleransi bergantung pada sikap, motivasi dan nilai yang diyakini seseorang (Perry & Potter, 2005). Pasien akan menunjukkan berbagai prilaku atau gerakan tubuh yang khas dan ekspresi wajah yang mengindikasikan nyeri meliputi: klien terlihat mendesis, memegang bagian tubuh yang terasa nyeri dan ekspresi wajah yang menyeringai tetapi masih dapat menunjukkan lokasi nyeri serta dapat mendiskusikan rasa nyeri yang dialami dan dapat mengikuti perintah dengan baik. Nyeri yang dirasakan bersifat subyektif dan sangat bersifat individual. Mengidentifikasi Intensitas Nyeri Arthritis Rumattoid Setelah Diberikan Kompres Hangat Dan Terapi Massage Jahe Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram Berdasarkan tabel 1.2 menunjukan setelah dilakukan kompres hangat dan terapi massage jahe di dapatkan responden dengan kategori nyeri ringan dan nyeri sedang. Hasil rata-rata tingkat nyeri sesudah diberikan perlakuan kompres hangat dan terapi Massage jahe terdapat penurunantingkat nyeri responden di bandingkan sebelum diberikan perlakuan.hasil tersebut menunjukkan bahwa kompres hangat dan terapi massagejahe berpengaruh didalam menurunkan intensitas nyeri yang dialami para responden. Hasil penelitian ini diperkuat dengan pernyataan Hidayat, (2006) yang mengungkapkan bahwa kompres hangat merupakan tindakan keperawatan dengan memberikan kompres hangat yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman.tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang mengalami nyeri, resiko terjadi infeksi luka, dan kerusakan fisik (mobilitas), tetapi pada kompres hangat digunakan pada permukaan jaringan yang tertutup (bengkak) tidak memerlukan prinsip steril.teori gate control mengatakan bahwa stimulasi kulit mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan deta-a berdiameter kecil. Gerbang sinap menutup transmisi impuls nyeri. Kompres menggunakan air hangat akan meningkatkan aliran darah, dan meredakan

nyeri dengan menyingkirkan produk-produk inflamasi, seperti bradikinin, histamin, dan prostaglandin yang menimbulkan nyeri lokal. Panas akan merangsang serat saraf yang menutup gerbang sehingga transmisi impuls nyeri ke medula spinalis dan ke otak dihambat. Sedangkan Untuk pemberian terapi massage jahe, Hasil penelitian ini diperkuat dengan pernyataan Prasetyo,(2003) yang mengungkapkan bahwa kandungan gingerol pada jahe yang memberikan rasa pedas dan panas, bekerja langsung ke pusat saraf dimana menyebabkan pengeluaran endorphin yang dapat mengakibatkan terjadinya vasodilitasi sehingga dapat meningkatkan aliran darah ke bagian sendi dan memblok transmisi stimulus nyeri. Cara lainnya adalah dengan mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat, sehingga menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan A-delta berdiameter kecil sekaligus menutup gerbang sinap untuk transmisi impuls nyeri. Menganalisa perbedaan pengaruh kompres hangat dengan masase terapijahe terhadap penurunan intensitas nyeri arthritis reumatoid pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram Berdasarkan Hasil perhitungan menggunakan Hasil analisa statistik dengan Uji T-tes untuk mengetahui perbedaan pengaruh terapi kompres hangat dan terapi massage jahe dengan taraf signifikan 0,05 diperoleh hasil nilai signifikan pada kompres hangat = 0,001, sedangkan hasil nilai signifikan pada terapi terapi massage jahe = 0,034. Maka dapat diartikan bahwa ada perbedaan pengaruhterapi kompres hangat dan terapi massage jahe terhadap perubahan intensitas nyeri arthritis reuamtoiddi Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram. Dari hasil perhitungan menunjukan kedua terapi non farmakologi berpengaruh untuk menurunkan nyeri namun bila dilihat bahwa kompres hangat lebih berpengaruh dalam menurunkan nyeri arthritis reumatoid dengan taraf signifikan 0,001 dibandingkan dengan terapi massage jahe dengan taraf signifikansi 0,034. Kompres hangat lebih berpengaruh dari terapi massage jahe dikarenakan pada kompres hangat pada saat terjadinya nyeri, air hangat akan meningkatkan aliran darah, dan meredakan nyeri dengan menyingkirkan produk-produk inflamasi, seperti bradikinin, histamin, dan prostaglandin yang menimbulkan nyeri lokal. Sedangkan pada terapi massage jahe kandungan gingerol pada jahe yang memberikan rasa pedas dan panas, bekerja langsung ke pusat saraf dimana menyebabkan pengeluaran endorphin yang dapat mengakibatkan terjadinya vasodilitasi sehingga dapat meningkatkan aliran darah ke bagian sendi dan memblok transmisi stimulus nyeri. Cara lainnya adalah dengan mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat, sehingga menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan A-delta berdiameter kecil sekaligus menutup gerbang sinap untuk transmisi impuls nyeri. Jadi kompres hangat lebih berpengaruh dikarenakan pada saat terjadinya nyeri lebih cepat di blok karena

proses mekanisme untuk penurunan nyerinya kompres hangat lebih dekat dari pada terapi massage jahe, sehingga kompres hangat lebih berpengaruh. Dengan demikian pemberian kompres hangat dan terapi massage jahe dapat dijadikan sebagai alternatif pilihan untuk menurunkan intensitas nyeri arthritis reumatoid pada lansia secara non farmakologis yang relatif tidak menimbulkan efek samping. KESIMPULAN A. Sebelum diberikan terapi kompres hangat dan terapi masase jahe didapatkan responden dengan kategori nyeri sedang. B. Setelah diberikan kompres hangat dan terapi masase jahe di dapatkan responden dengan kategori nyeri ringan dan kategori nyeri sedang C. Berdasarkan Hasil uji statistik yang telah dilakukan, dengan taraf signifikan 0,05 diperoleh hasil nilai signifikan pada kompres hangat = 0,001, sedangkan hasil nilai signifikan pada terapi massage jahe = 0,034. Dapat diartikan bahwa ada perbedaan pengaruhterapi kompres hangat dan terapi massage jahe, maka Ha diterima. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V. Rineka Cipta: Jakarta. Arikunto,S.2006.Prosedur penelitian suatu pendekatan peraktek.jakarta:rineka medika Brunner & Suddarth. (2004). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 1. Jakarta: EGC Chayatin,M., Santoso. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi Edisi 2. Salemba Medika: Jakarta. Darmojo, B. (2006). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan UsiaLanjut) Edisi Ke- 3, Balai Pustaka FKUI, Jakarta. Hegner,B.R., Caldwell,E. 2003. Asisten Keperawatan Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Ed.6. EGC: Jakarta. Hidayat, A.A. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep dan proses keperawatan. jakarta : salemba mediak Irianto,K. 2004. Struktur Dan Fungsi Tubuh Manusia Paramedis, Bandung: Yrama Widya. Kenworthy. (2002). Common Foundation Studies in Nursing, Third Edition, Churchill Livingstone, USA Kozier,B., Berman,A. 2009. Buku Ajar Praktek Keperawatan Klinis.Ed. 5. EGC: Jakarta. Lukito, 2007. Jahe dan hasil olahannya.jakarta: pustaka sinar harapan. Lukman., Ningsih,N. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal, Salemba Medika: Jakarta. Maheshwari H.2002.Pemanfaatan obat alami: Potensi dan prospek pengembangan (online). http:// rudct.tripod.com./sem2_012/hera_ma heshwari.htm Mubarak, Wahit Iqbal dan Chayatin, Nurul, 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed. Rev. Rineka Cipta: Jakarta.

Nugroho,W. 2008. Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik, Edisi 3. EGC: Jakarta. Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrument Penelitian Keperawatann Edisi 2. Salemba Medika: Jakarta. Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrument Penelitian Keperawatann.Jakarta:Salemba Medika Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC: Bandung. Sony Prabowo, Sp.A.(2013). Jahe Obat Tradisional Multiguna, http://majalahkesehatan.com/jahe ObatTradisionalMultiguna/, Diaksestanggal 28 Februari 2013 Stanley,M., Beare,P.G. 2006. Keperawatan Gerontik Edisi 2. EGC; Jakarta. Paimin F.B. dan Murhananto.2002. budidaya pengolahan perdagangan jahe, jakarta: Penebar swadaya. Potter,P.A., Perry,A.G. 2005. Fundamental Keperawatan Edisi 4. EGC: Jakarta. Prasetyo, Y.T.2003. Khasiat Dan Manfaat Jahe si rimpang ajaib. Jakarta: EGC. Price,S.A., Wilson,L.M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. EGC: Jakarta. Stanley mickey & beare patricia gauntlet.2007. Buku ajar keperawatan gerontik, editor bahasa indonesia: indah nurchaidah edisi 2,EGC : Jakarta. Sutrisno, K. 1998. Jahe rimpang dengan sejuta khasiat,(online) www.e-book pangan.com Sukandar E.Y, Tren dan paradigma dunia farmasi industri-klinik-teknologi kesehatan. Disampaikan dalam orasi ilmiah dies natalias ITB. http://itb.ac.id/fokus/focus_file/orasi _ilmiah-dies-45. pdf. Setiadi. 2007. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan Ed 1. Yogyakarta: Graha Ilmu. Smeltzer,S.C., Bare,B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah