Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

dokumen-dokumen yang mirip
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH DERAJAT DEFORMASI TERHADAP STRUKTUR MIKRO, SIFAT MEKANIK DAN KETAHANAN KOROSI BAJA KARBON AISI 1010 TESIS

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Pengaruh Temperatur Pemanasan dan Holding Time pada Proses Tempering terhadap Sifat Mekanik dan Laju Korosi Baja Pegas SUP 9A

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

EVALUASI BESAR BUTIR TERHADAP SIFAT MEKANIS CuZn70/30 SETELAH MENGALAMI DEFORMASI MELALUI CANAI DINGIN

BAB V PEMBAHASAN 60 UNIVERSITAS INDONESIA

III. METODOLOGI PENELITIAN. waktu pada bulan Oktober hingga bulan Maret Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

KAJIAN EKSPERIMEN PENGUJIAN TARIK BAJA KARBON MEDIUM YANG DISAMBUNG DENGAN LAS SMAW DAN QUENCHING DENGAN AIR LAUT

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

Analisis Kekuatan Konstruksi Sekat Melintang Kapal Tanker dengan Metode Elemen Hingga

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

PENGARUH PERLAKUAN PANAS DOUBLE TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL AISI 4340

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Teknis Dan Ekonomis Penggunaan Bambu Ori Dengan Variasi Umur Untuk Pembuatan Kapal Kayu

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

ANALISA MECHANICAL DAN METALLURGICAL PENGELASAN BAJA KARBON A36 DENGAN METODE SMAW

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahan logam dalam pembuatan alat alat dan sarana. Untuk memenuhi kebutuhan ini, diperlukan upaya pengembangan

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

ANALISA LANJUT PERUBAHAN SIFAT MEKANIK BAHAN PEWTER DENGAN REDUKSI 50% PADA PROSES PENGEROLAN BAHAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) 1

BAB IV HASIL PENGUJIAN

Perancangan Konstruksi Turbin Angin di Atas Hybrid Energi Gelombang Laut

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 191

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

Analisa Struktur Mikro Dan Kekerasan Baja S45C ANALISA STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN BAJA S45C PADA PROSES QUENCH-TEMPER DENGAN MEDIA PENDINGIN AIR

BAB IV DATA DAN ANALISA

Pengaruh Variasi Media Karburasi Terhadap Kekerasan Dan Kedalaman Difusi Karbon Pada Baja ST 42

Analisis Teknis dan Ekonomis Pembangunan Kapal Ikan Menggunakan Laminasi Hybrid Antara Bambu Ori dengan Kayu Sonokembang dengan Variasi Arah Serat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 2: Juli 2013: ISSN

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

Pengaruh Perlakuan Panas Austempering pada Besi Tuang Nodular FCD 600 Non Standar

ANALISIS PENGARUH IN SITU COOLING TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADAKAPAL KATAMARAN

PENGARUH TEMPERATUR DAN HOLDING TIME DENGAN PENDINGIN YAMACOOLANT TERHADAP BAJA ASSAB 760

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045

PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA ANODA KORBAN ALUMINIUM GALVALUM III TERHADAP LAJU KOROSI PELAT BAJA KARBON ASTM A380 GRADE C

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

Machine; Jurnal Teknik Mesin Vol. 2 No. 2, Juli 2016 ISSN :

PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

BAB IV DATA. Gambar Grafik kekerasan yang dihasilkan dengan quenching brine water

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL

PRAKTIKUM JOMINY HARDENABILITY TEST

Woro Sekar Sari1, FX. Kristianta2, Sumarji2

ANALISIS SIMULASI UJI IMPAK BAJA KARBON SEDANG (AISI 1045) dan BAJA KARBON TINGGI (AISI D2) HASIL PERLAKUAN PANAS. R. Bagus Suryasa Majanasastra 1)

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR

I. PENDAHULUAN. Baja adalah sebuah senyawa antara besi (Fe) dan karbon (C), dimana sering

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang

Gambar 4.1. Hasil pengamatan struktur mikro.

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

Gambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.

MODUL PRAKTIKUM METALURGI (LOGAM)

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

KAJIAN EKSPERIMEN PENGUJIAN KEKERASAN BAJA KARBON MEDIUM YANG DISAMBUNG DENGAN SMAW DAN QUENCHING DENGAN AIR LAUT. Erizal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

TUGAS AKHIR MN

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

Analisis Perbandingan Perhitungan Teknis Dan Ekonomis Kapal Kayu Pelayaran Rakyat Menggunakan Regulasi BKI Dan Tradisional

Tugas Akhir ANALISA PENGARUH LAS TITIK DAN URUTAN PENGELASAN TERHADAP DISTORSI DAN TEGANGAN SISA PADA PENGELASAN SAMBUNGAN PIPA ELBOW DENGAN METODE

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADA BAJA AAR-M201 GRADE E

Persentasi Tugas Akhir

Analisis Kekerasan Pada Pipa Yang Dibengkokan Akibat Pemanasan

ANALISA PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN LAS BAJA KARBON TINGGI

I. PENDAHULUAN. Logam merupakan material kebutuhan manusia yang banyak penggunaannya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut:

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING PADA PROSES QUENCHING TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA AISI 4140

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pelaksanaan Uji Tarik

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) F-306

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia teknik dikenal empat jenis material, yaitu : logam,

KETANGGUHAN BEBAN IMPAK DAN BEBAN TARIK MAKSIMUM PADA PELAT BAJA BERLAPIS AKIBAT QUENCHING DAN NORMALIZING

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-42 Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya Stevanus Arie Nugroho S., Totok Yulianto, dan Septia Hardi Sujiatanti Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: totoky@na.its.ac.id Abstrak Pemadaman api pada kasus kebakaran kapal biasanya menggunakan air laut. Proses pemadaman api menyerupai perlakuan panas dengan pendinginan cepat yaitu quenching. Quenching adalah salah satu perlakuan panas pada material dengan pendinginan dalam waktu yang singkat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh laju pendinginan cepat (quench) terhadap nilai kekuatan, kekerasan serta struktur mikro dari material dengan variasi waktu quenching 30, 60 dan 90 menit serta variasi suhu,, dan untuk masing-masing perlakuan quenching. Hasil dari penelitian ini didapat, material dengan perlakuan panas dan tanpa perlakuan panas memiliki nilai kuat tarik, kekerasan dan struktur yang berbeda. Didapatkan nilai kuat tarik berbanding lurus dengan nilai kekerasan namun berbanding terbalik dengan diameter butir. Nilai kuat tarik tertinggi dimiliki oleh pelat dengan perlakuan suhu dan quenching 30 menit dengan nilai 587.51 MPa sedangkan nilai kuat tarik terendah dimiliki oleh pelat tanpa perlakuan dengan nilai 294.817 MPa. Pelat dengan nilai kekerasan tertinggi dimiliki oleh pelat dengan perlakuan suhu dan quenching 30 menit dengan nilai kekerasan 167.07HV dan nilai kekerasan terendah dimiliki oleh pelat tanpa perlakuan dengan nilai 108.17HV. Pelat tanpa perlakuan memiliki diameter butir terbesar yaitu 85.99 μm dan pelat dengan perlakuan suhu dan quenching 30 menit memiliki diameter besar butir 44.83 μm. Tingginya kuat tarik pelat dengan perlakuan suhu juga disebabkan karena jumlah persentase Pearlite yang tinggi sebesar 64.56%. Kata Kunci quenching, kuat tarik, kekerasan, struktur mikro. B I. PENDAHULUAN ANYAKNYA kasus kebakaran di perairan Indonesia seperti hal yang terjadi pada Landing Ship Tank (Kapal pengangkut tank) KRI Teluk Bintuni milik Angkatan Laut yang pernah terbakar pada proses pembangunannya menjadi salah satu faktor terjadinya kegagalan struktur. Hal ini disebabkan karena perubahan struktur material ketika material mengalami suhu tinggi akibat kebakaran yang langsung dipadamkan dengan air laut. Perubahan struktur ini menyebabkan material menjadi lebih getas (brittle) dan cenderung untuk mudah patah. Apabila material menjadi lebih getas, maka material itu akan memiliki nilai kekerasan yang tinggi, dan nilai deformasi plastisnya kecil atau bahkan tidak ada sama sekali. Quenching merupakan perlakuan panas pada material dengan mempercepat penurunan suhu sampai suhu ruang pada suatu material dalam waktu yang singkat. Proses pemadaman api pada kebakaran dengan air laut memiliki kesamaan dengan quenching. Dalam bidang ilmu metalurgi, quenching dilakukan untuk mendapatkan material yang memiliki nilai kekerasan yang tinggi II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini mengacu kepada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terkait permasalahan kebakaran pada kapal yang kejadiannya memiliki kesamaan dengan proses perlakuan panas pada material yaitu perlakuan quenching. Pada penelitian terkait simulasi kebakaran terhadap material ASTM A36 yang didinginkan cepat, suhu simulasi yang digunakan yaitu,, dan. Untuk mensimulasikannya, ASTM A36 dipanaskan di dalam oven listrik sampai suhu simulasi dan ditahan selama 120 menit dan 240 menit. Tujuannya adalah melihat pengaruh lamanya penahanan suhu terhadap nilai fracture toughness, dari material setelah diberi perlakuan quenching dengan pengujian tarik, impak, dan melihat struktur mikronya [1]. Penelitian terkait pengaruh quenching terhadap kekuatan dan sambungan plat ASTM A36 dan didapatkan bahwa penurunan kekuatan tertinggi berada pada sambungan plat ASTM A36 bersuhu dengan waktu 60 menit dan media air laut untuk proses quenching, yaitu sebesar 326.96 MPa untuk nilai yield strength dan 420.61 MPa untuk nilai ultimate tensile strength [2]. Di dalam studi eksperimen metode perbaikan konstruksi lambung kapal pasca kebakaran. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil pada pelat ASTM A36 yang diuji pada suhu 300 o C-600 o C nilai regangan masih pada batas yang diizinkan yaitu diatas 23%, sedangkan untuk suhu antara 650 o C sampai dengan 1000 o C nilai regangan yang dibawah 23% dan tidak memenuhi standar ASTM, meskipun

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-43 nilai yield strength dan ultimate tensile strength masih memenuhi standar [3]. Studi eksperimen pengaruh proses perlakuan panas terhadap kekerasan dan struktur mikro baja AISI 310 S. perlakuan yang digunakan adalah normalizing dan hardening dengan variasi temperatur 1050 o C dan 1075 o C. Pengujian menggunakan uji kekerasan Vickers. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh harga kekerasan maksimal pada spesimen dengan perlakuann panas hardening pada temperatur 1075 o C sebesar 175HV30[4]. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variasi laju pendinginan pada proses quenching terhadap material ASTM A36 yang dipanaskan dengan variasi suhu,, dan dilihat dari besar nilai kuat tarik, kekerasan, serta struktur mikronya. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian didasari adanya perubahan struktur mikro pada baja ASTM A36 akibat kebakaran pada kapal sehingga terjadinya kegagalan struktur. Penelitian dimulai dengan pencarian studi literatur terkait penelitian ini, kemudian mempersiapkan material ASTM A36 dengan dimensi 300mm x 150mm x 10mm sebanyak 10 pelat yang diberi nama dengan keterangan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi pengujian material Perlakuan Suhu Pemanasan Tanpa Perlakuan - Quenching 30 menit Quenching 60 menit Quenching 90 menit Selanjutnya pelat dimasukkan ke dalam oven listrik dan dipanaskan hingga suhu pemanasan yang telah ditentukan. Lama holding time untuk setiap pelat adalah 120 menit untuk setiap suhunya. Setelah dipanaskan, pelat langsung dicelupkan ke dalam wadah berisi air laut untuk memulai proses quenching. Setiap pelat diberi perlakuan yang berbeda sesuai dengan Tabel 1. Seluruh pelat dipotong menjadi spesimen untuk dilakukan pengujian kekerasan, kekuatan, dan pengamatan struktur mikro. Hasil yang diperoleh dari pengujian tersebut dilakukan analisis data dan pembahasan tentang perbandingan grafik pada setiap pelat dengan setiap pengujiannya. Sebagai langkah terakhir, dilakukan pengambilan kesimpulan dari penelitian ini. B. Bahan Penelitian 1) Tensile Test Di dalam proses pengujian tarik (tensile test) ini berbentuk flat tensile spesimen. Untuk penentuan ukuran spesimen uji tarik (tensile test) menggunakan standar ASTM E8-04, dapat dilihat dalam Gambar 9.[5]. Gambar 1. Dimensi pengukuran uji tarik Keterangan Gambar 1. G : gauge length (mm) A : length reduced section (mm) R : radius of fillet (mm) C : grip width (mm) T : thickness (mm) L : length (mm) B : grip length (mm) 2) Hardness Test Pengujian hardness ini dilakukan pada material ASTM A36 dengan menggunakan standar BKI Vol. V [6]. Dimensi ukuran specimen uji kekerasan yang digunakan adalah: Panjang : 20mm lebar : 20mm Gambar 2. Dimensi Spesimen Microhardness test 3) Analisis Struktur Mikro Dimensi ukuran struktur mikro yang dibuat adalah: Panjang : 20 mm Lebar : 20 mm Gambar 3. Dimensi Spesimen struktur mikro 4) Pengukuran Besar Butir Analisis dan pengukuran besar butir dilakukan dengan menggunakan metode standar pengujian untuk menentukan rata-rata ukuran besar butir. Terdapat berbagai metode yang digunakan di dalam ASTM E112, namun dalam penelitian

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-44 ini metode yang digunakan untuk menghitung besar butir yaitu: Metode Planimetri (Jeffries Method) [7]. Rumus Empiris: G = [3,322Log (Na)-2,95] dan Na = f(n1+n2/2) struktur mikronya komponen struktur mikro yang terdapat dalam pelat tersebut memiliki besar butir yang cenderung lebih kecil dibanding dengan yang lain sehingga stress pada material tersebut lebih kecil. Dengan: G = besar butir dirujuk ke tabel ASTM E112 untuk mencari nilai diameter butir Na = Jumlah butir N1 = Jumlah butir dalam lingkaran N2 = jumlah butir yang bersinggungan dengan garis lingkaran F = faktor pengali pada tabel 2. Tabel 2. Faktor Pengali dalam Metode Jeffries Perbesaran F 1 0,002 25 0,125 50 0,5 75 1,125 100 2,0 200 8,0 300 18,0 500 50,0 1000 200,0 Gambar 4. Grafik hasil seluruh nilai yield strength pengaruh variasi suhu dan kecepatan quenching Perhitungan jumlah butir menggunakan metode sebagai berikut: 1. Membagi gambar foto struktur mikro menjadi 9 kotak besar (3 kotak x 3 kotak) 2. Di setiap kotak dibagi menjadi 9x9 kotak kecil sehingga pada setiap kotak besar terdapat 100 titik 3. Pada setiap titik pada kotak besar dihitung bagian putih (Ferrite) dan gelap (Pearlite), sehingga didapatkan 100 titik Ferrite dan Pearlite pada satu kotak besar. 4. %Ferrite (bagian terang) 5. %Pearlite (bagian gelap) 6. Menghitung Pearlite rata-rata dan Ferrite rata-rata IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil pengujian tarik akibat pengaruh variasi quenching Peningkatan nilai kuat tarik pada Gambar 4 dari pelat tanpa perlakuan terhadap pelat dengan quenching 30 menit menunjukkan bahwa pengaruh pendinginan cepat dapat meningkatkan kekuatan dari material. Semakin tinggi laju pendinginan maka nilai kekuatan material semakin tinggi. Semakin tinggi nilai kuat tarik maka nilai kelenturannya akan semakin berkurang. Tingginya kuat tarik membuat karakteristik material menjadi semakin getas dan berpeluang untuk mengalami kegagalan struktur semakin tinggi apabila terkena beban yang melebihi kemampuannya. Pada perlakuan, pelat dengan quenching 30 menit memiliki nilai ultimate tensile strength tertinggi namun yield strength terendah, apabila ditinjau dari besar butir dan Gambar 5. Grafik hasil seluruh nilai ultimate strength pengaruh variasi suhu dan kecepatan quenching B. Hasil pengujian tarik akibat pengaruh Suhu Pengaruh suhu pada hasil pengujian tarik menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu maka nilai yield strength dan ultimate strength dengan variasi waktu quenching yang tetap memiliki nilai yang lebih tinggi. Namun terdapat sedikit perbedaan pada kasus ini, yakni nilai yield strength tertinggi pada proses quenching 30 menit dimiliki oleh pelat dengan suhu, sedangkan untuk yield strength nilainya mendekati suhu. Nilai ultimate strength yang dimiliki oleh pelat dengan perlakuan quenching 30 menit memiliki nilai yang cukup tinggi dengan selisih yang tidak terlalu jauh, hal ini menunjukkan bahwa dibandingkan dengna kecepatan pendinginan yang lain, semakin tinggi laju pendinginan maka material akan semakin kuat. Selisih yang tidak terlalu besar bahwa perbandingan suhu yang digunakan tidak terlalu nampak terlihat dalam pengujian tarik, hal ini terlihat dari selisih antara pelat dengan perlakuan dan tanpa perlakuan quenching. C. Hasil pengujian kekerasan akibat pengaruh quenching Bedasarkan hasil pengujian yang terlihat pada Gambar 6, nilai hardness tertinggi dimiliki oleh pelat dengan perlakuan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-45 suhu pada setiap perlakuan kecepatan pendinginan yang berbeda, sedangkan nilai terendah dimiliki oleh pelat tanpa perlakuan. Nilai kekerasan dari sebuah material menunjukkan komposisi struktur mikro yang terbentuk. Pendinginan yang cepat atau ekstrim menyebabkan munculnya pearlite dalam jumlah yang banyak pada pelat. pada medium dengan suhu pada material sudah setimbang (pendinginan berjalan secara alami akibat pengaruh udara terhadap medium air laut). Gambar 7. Grafik hasil seluruh ukuran besar butir Gambar 6. Grafik hasil seluruh nilai hardness test pengaruh variasi suhu dan kecepatan quenching Penurunan nilai kekerasan juga dipengaruhi oleh kecepatan pendinginan dari pelat tersebut. Pada pelat dengan kecepatan pendinginan 30 menit, memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai 60 menit dan 90 menit. D. Hasil Pengujian Kekerasan Akibat Pengaruh Suhu Hasil dari pengujian akibat pengaruh suhu mengacu pada Gambar 6 dengan perbandingan waktu quenching selama 30 menit, didapatkan bahwa nilai HV tertinggi dimiliki oleh pelat perlakuan sebesar 167.07 sedangkan dibandingkan dengan kedua pelat dengan perlakuan yang sama, nilai dari nilai terendah dimiliki oleh pelat perlakuan suhu dengan nilai 141.47. Dari hasil pengujian kekerasan dengan perbandingan waktu quenching selama 60 menit, didapatkan bahwa nilai HV tertinggi dimiliki oleh pelat perlakuan sebesar 161.53 sedangkan dibandingkan dengan kedua pelat dengan perlakuan yang sama, nilai dari nilai terendah dimiliki oleh pelat perlakuan suhu dengan nilai 132.93. Dari hasil pengujian kekerasan dengan perbandingan waktu quenching selama 90 menit, pada Gambar 6 didapatkan bahwa nilai HV tertinggi dimiliki oleh pelat perlakuan sebesar 153.13 sedangkan dibandingkan dengan kedua pelat dengan perlakuan yang sama, nilai dari nilai terendah dimiliki oleh pelat perlakuan suhu dengan nilai 122.97. E. Hasil Perhitungan Besar Butir Pada perhitungan diameter butir pada Gambar 7 didapatkan bahwa diameter terbesar adalah pelat tanpa perlakuan sedangkan diameter yang terkecil adalah pelat dengan perlakuan quenching 30 menit suhu. hal ini menunjukkan bahwa laju pendinginan mempengaruhi diameter butir pada material. Semakin lama durasi quenching yang diterapkan maka membuat butir material kembali membesar karena pendinginan berjalan lambat setelah suhu Material yang memiliki ukuran butir yang semakin kecil maka nilai kekuatan dan kekerasannya akan lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki ukuran butir yang lebih besar karena sebelumnya memiliki batas butir yang lebih besar untuk menahan gerak dislokasi. V. KESIMPULAN 1. Nilai kuat tarik juga dipengaruhi oleh suhu dan laju pendinginan yang dilakukan kepada pelat, semakin tinggi suhu dan laju pendinginannya maka nilai kuat tarik akan semakin tinggi, begitupun dengan ukuran butir yang semakin mengecil serta nilai kekerasan yang tinggi. 2. Variasi waktu yang sama dengan suhu yang rendah atau tanpa perlakuan sama sekali, maka nilai kuat tarik akan semakin kecil, ukuran butir semakin besar dan nilai kekerasan akan semakin rendah juga, seperti yang ditunjukkan pada pelat tanpa perlakuan memiliki nilai kuat tarik yang terendah yaitu 424.49 MPa dan nilai kekerasan yang terendah sebesar 108.167 HV yang memiliki ukuran butir terbesar dengan diameter 85.9 μm namun pada pelat dengan perlakuan quenching 30 menit dan suhu memiliki ukuran diameter butir terkecil yaitu 44.8 μm dan nilai kekerasan tertinggi sebesar 167.07 HV 3. Pelat perlakuan quenching 30 menit dan suhu memiliki kuat tarik terbesar dengan nilai 587.51 MPa. Hal ini juga disebabkan karena lebih tinggi komposisi Pearlite yang terbentuk pada pelat perlakuan quenching 30 menit dan suhu dibandingkan dengan pelat perlakuan quenching 30 menit suhu dengan jumlah masing-masing 64.56% dan 63.4%. 4. Pengujian ini dapat menjadi referensi untuk galangan kapal maupun pemilik kapal untuk mengambil keputusan dalam reparasi kapal yang mengalami kebakaran.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-46 DAFTAR PUSTAKA [1] Limbong,S. (2015). Studi. Analisis Material ASTM A36 Akibat Pengaruh Suhu dan Proses Quenching Terhadap Nilai Ketangguhannya. Surabaya: Jurusan Teknik Perkapalan Fakutlas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. [2] Donald. (2014). Undergraduate Thesis. Studi Eksperimen Pengaruh Quenching terhadap Kekuatan dan Struktur Mikro pada Sambungan Plat ASTM A36. Surabaya: Jurusan Teknik kelautan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. [3] Baihaqi, I. (2004). Tesis. Studi Metode Perbaikan Konstruksi Lambung Kapal Pasca Kebakaran. Surabaya: Jurusan Teknik Produksi dan Material Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. [4] Rochiem, R. (2009). Studi. Pengaruh Proses Perlakuan Panas Terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Baja AISI 310 S. Surabaya: Jurusan teknik material dan metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember. [5] ASTM.E8. (2004) Standard Test Methods for Testing of Metallic Materials. West Conshohocken: American Society for Testing and Materials. [6] Biro Klasifikasi Indonesia Volume V, Sec. 2-G.2. (2012). Rules for Materials. Jakarta: Biro Klasifikasi Indonesia. [7] ASTM.E112. (2004). Standard Test Methods for Determaining Average Grain Size. West Conshohocken: American Society for Testing and Materials.