5. Merekomendasikan tindakan perlindungan, pemenuhan, dan penegakan HAM dan mencegah terjadinya lagi pelanggaran HAM di masa mendatang; 6.

dokumen-dokumen yang mirip
Tujuan pelaksanaan Inkuiri Nasional adalah: 1-7

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2017 TENTANG PENYELESAIAN PENGUASAAN TANAH DALAM KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CAPAIAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN JANUARI DIREKTORAT JENDERAL PENEGAKAN HUKUM

PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.56/Menhut-II/2014 TENTANG MASYARAKAT MITRA POLISI KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

QANUN MUKIM LANGO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGUASAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

BUPATI LAMPUNG BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Talang Mamak Hidup Terjepit di tanah dan Hutannya Sendiri. Pertama-tama Saya akan menceritakan tentang: Asal-usul Talang Mamak,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Kedaulatan dan Kemandirian Masyarakat Adat Melalui Pencapaian Pengelolaan Hutan Adat Lestari

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

Seminar dengan tema Penentuan Kebutuhan Hutan Tetap Lestari untuk Mendukung Pencapaian SDGs

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 7/Menhut-II/2011 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN LINGKUNGAN HIDUP DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SMP NEGERI 3 MENGGALA

PENJELASAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 14 TAHUN 2002 TENTANG KEHUTANAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Inisiatif penyelesaian konflik Sumber Daya Alam melalui Mediasi i

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

Shared Resources Joint Solutions

QANUN ACEH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA ADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

I. PENDAHULUAN. negara Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN NOVEMBER 2016

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN SEPTEMBER 2016

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN K/L TAHUN 2011

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JULI 2016

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT

QANUN ACEH NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT ACEH

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 18/MEN/2007 TENTANG

BUPATI INDRAGIRI HILIR

BAB I PENDAHULUAN. Keterpencilan membuat sebagian masyarakat Indonesia sampai saat ini masih

REUSAM KAMPUNG BENGKELANG KECAMATAN BANDAR PUSAKA KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR : TAHUN 2010

Perkembangan Insiden di Wirakarya Sakti (WKS) di Jambi, posting pada 23 Mei 2015:

infografis GERAKAN SENIMAN MASUK SEKOLAH GERAKAN SENIMAN MASUK SEKOLAH

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

2015, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

Disampaikan Pada Acara :

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) Oleh Agus Budhi Prasetyo

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

INKUIRI NASIONAL KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT ATAS WILAYAHNYA DI KAWASAN HUTAN

PERAN PEMERINTAH KOTA DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 kenyataannya masih ada, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria; c. bahwa ha

- 1 - MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LAMPUNG BARAT NOMOR 01 TAHUN 1994 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

BUPATI INDRAGIRI HULU. KEPUTUSAN BUPATI INDRAGIRI HULU NOMOR: Kpts 43 /I/2017 TENTANG

Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasama diucapkan terima kasih.

2016, No Kepada 34 Gubernur Pemerintah Provinsi Selaku Wakil Pemerintah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Su

QANUN MUKIM PALOH NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGUASAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DI ACEH

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN FEBRUARI 2018

[Type the document subtitle]

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA UTARA NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG BADAN KOORDINASI PENGELOLAAN EKOSISTEM KAWASAN DANAU TOBA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

SKEMA KELEMBAGAAN PATROLI TERPADU PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI TINGKAT TAPAK TERKAIT DENGAN SATLINMAS DESA

Tantangan Implementasi Peraturan Presiden No. 13/2012 tentang. RTR Pulau Sumatera dalam Upaya Penyelamatan Ekosistem Sumatera

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Gedong Wani

2016, No Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis (Lemba

KERANGKA ACUAN KERJA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

5. Merekomendasikan tindakan perlindungan, pemenuhan, dan penegakan HAM dan mencegah terjadinya lagi pelanggaran HAM di masa mendatang; 6. Melakakukan pemberdayaan MHA. Pemilihan kasus-kasus yang dihadirkan dalam dengar keterangan umum berdasarkan pertimbangan sebagai berikut : a. Mewakili keragaman dan keluasan pelanggaran HAM MHA; b. Adanya bukti, fakta, sejarah, kepustakaan, hasil penelitian, dan dokumentasi lainnya yang memadai; c. Adanya korban/saksi yang bersedia memberikan keterangan; d. Adanya ruang politik lokal yang mendukung; Komisioner Inkuri untuk DKU wilayah Sumatera terdiri dari : Ketua : Sandrayati Moniaga (Anggota Komnas HAM RI periode 2013 s.d 2017). Anggota : 1. Enny Soeprapto (Anggota Komnas HAM RI periode 2002 s.d 2007); 2. Hariadi Kartodihardjo (Akademisi Institut Pertanian Bogor); 3. Saur Tumiur Situmorang (Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan Periode 2010 s.d 2014). Komisioner Inkuiri Nasional Hak Masyarakat Hukum Adat (MHA) atas Wilayahnya di Kawasan Hutan Indonesia telah mendengar keterangan umum dari enam MHA yaitu : 1. MHA Desa Pandumaan dan Desa Sipatuhuta, Kecamatan Polung, Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara. 2. MHA Semende, Dusun Lame Banding Agung, Kecamatan Ulu Nasal, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu. 3. MHA Talang Mamak, Kecamatan Bukit Kulim, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau; 4. MHA Suku Anak Dalam Batin Bahar, Desa Bungku, Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi; 5. MHA Mukim Lango, Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam; dan 6. MHA Margo Belimbing, Pekon Pengekahan, Kecamatan Bengkunat, Kabupaten Pesisir Barat, Propinsi Lampung. Komisioner Inkuiri juga telah mendengar keterangan umum dari pihak-pihak berikut : 1. Direktorat Jenderal Planologi Kementerian Kehutanan RI; 2. Kepala Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan; 3. Kasubdit Hak Asasi Manusia Kementerian Dalam Negeri; 4. Kasubdit Keamanan Negara Polda Sumatera Utara; 5. Dinas Kehutanan Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan; 6. Asisten Pemerintahan Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan; 7. Wakapolres Humbang Hasundutan; 8. Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Kaur; 9. Asisten Pemerintahan dan Kesra Kabupaten Indragiri Hulu; 10. Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Indragiri Hulu. 2

11. Plt Sekretaris Daerah Propinsi Jambi; 12. Kepala Bagian Sumber Daya Alam Pemerintah Provinsi Jambi; 13. Dinas Kehutanan Propinsi Jambi; 14. Pemerintah Kabupaten Lampung Barat; 15. Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat; 16. General Manager PT. Asiatic Persada; 17. Pimpinan PT. Toba Pulp Lestari; 18. PT. Adhiniaga Kreasinusa. Tim Inkuiri Nasional memberikan penghargaan yang tinggi kepada para pihak yang telah hadir dan memberikan keterangan umum secara sukarela. Dari DKU Komisioner Inkuiri mencatat adanya kondisi-kondisi berikut ini : 1. Keenam kelompok masyarakat yang menyampaikan keterangan adalah MHA yang ditandai oleh sejarah, nilai historis, silsilah keluarga yang jelas, identitas budaya yang sama, pengetahuan yang sama, mengetahui batas-batas wilayah adat, aturan-aturan dan tata kepengurusan hidup bermasyarakat dalam lingkungan masyarakat hukum adat. Namun, hanya satu MHA yang telah mendapat pengakuan tertulis dari pemerintah daerah setempat; 2. Keenam MHA yang hadir dan didengar keterangannya memiliki unsur-unsur yang kuat sebagai masyarakat adat ditandai oleh adanya hubungan yang jelas dengan tanah yang menjadi sumber kehidupan dan penghidupannya yang diatur dalam sistem pengelolaan kelembagaan adat, hukum adat, dan sanksi adat, serta batas-batas dan luasan wilayah yang jelas; 3. Hutan adat dalam wilayah masyarakat hukum adat berfungsi sebagai sumber kehidupan dan penghidupan, obat - obatan, dan air yang dipertahankan dan diwariskan dari generasi ke generasi dan dijaga untuk masyarakat yang lebih luas; 4. Kondisi wilayah adat di wilayah keenam MHA tersebut telah berubah status dalam beragam bentuk yaitu menjadi kawasan hutan produksi (HTI dan HPH), taman nasional, perkebunan berdasarkan pelepasan atau tanpa pelepasan, dan HGU; Kondisi yang berhasil diidentifikasi tersebut telah menimbulkan dampak-dampak berikut : 1. Perubahan tata kelola hutan dan berubahnya status dan/atau fungsi wilayah adat menyebabkan ketiadaan dan/atau dibatasinya akses penguasaan dan pengelolaan wilayah adat baik hutan maupun laut, hilangnya sumber kehidupan dan penghidupan MHA, hancurnya tata budaya, kerusakan ekosistem, munculnya konflik sosial di lingkungan MHA, dan menurunya kualitas hidup MHA 2. Perubahan tata kelola hutan telah mengakibatkan indikasi kuat pelanggaran hak untuk mempertahankan hidup, hak atas penghidupan yang layak, hak atas kesehatan, hak rasa aman, hak atas pendidikan; 3. Konflik sosial antara sesama warga MHA timbul akibat strategi pendekatan perusahaan dan pemerintah yang tidak partisipatif dan transparan serta tidak berperannya pemerintah dalam penyelesaian konflik-konflik yang terjadi; 3

4. Untuk MHA Talang Mamak, izin perusahaan telah menghilangkan hak hak spiritualnya yang berhubungan dengan tanah dan hutan akibat penebangan dan pengrusakan yang dilakukan oleh perusahaan. 5. Perempuan dan anak-anak mengalami beban ganda untuk memenuhi pangan keluarga, pelanggaran hak atas rasa aman akibat penangkapan, penggusuran, pengusiran, pengeledahan rumah, dan amukan satwa liar; 6. Rusaknya lingkungan dan ekosistem menyebabkan banjir, pencemaran sungai, sulitnya sumber air bersih khususnya utuk perempuan dan dampak buruk bagi kesehatan; 7. Perempuan tidak dapat menikmati hak turut serta dalam pemerintahan karena tidak tidak mendapat kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan tentang hutan adat mereka; 8. Adanya indikasi pelanggaran hak atas informasi khususnya dialami oleh perempuan tentang alih fungsi hutan adat. Komisioner Inkuiri Nasional dalam keterangan telah mendapatkan : 1. Jaminan keterbukaan informasi dari berbagai pemangku kebijakan terkait konflik MHA di wilayah Sumatera; 2. Jaminan keterbukaan informasi tentang kegiatan dan kebijakan yang melandasi kegiatan perusahaan yang berkonflik dengan MHA di wilayah Sumatera; 3. Jaminan langkah tindak lanjut dari pemerintah dan perusahaan dalam menyelesaikan konflik guna pemenuhan, penegakan, dan perlindungan HAM. Dari hasil keterangan DKU Tim Nasional Inkuiri mencatat perlunya beberapa tindak lanjut berikut : 1. Penegakan hukum dalam penyelesaian konflik hutan adat belum tentu mendatangkan rasa keadilan. Untuk itu perlu peran penting Kementerian Kehutanan RI, Pemerintah Daerah, serta perusahaan untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan MHA. Kegiatan ini perlu difasilitasi oleh Tim NKB 12 K/L dengan pendekatan secara kasus per kasus; 2. Pemerintah perlu memastikan terwujudnya pelayanan kesehatan, terutama terkait hak atas kesehatan ibu dan anak di kawasan yang berkonflik; 3. Pemerintah daerah diharapkan mempercepat pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat dan hak-hak mereka atas wilayahnya melalui peraturan daerah, serta menyelesaikan konflik agraria di wilayahnya. 4. Kementerian Kehutanan RI segera memperbaiki batas-batas luar kawasan hutan melalui pelepasan wilayah pemukiman dan sawah-sawah serta penetapan batas dalam kawasan hutan yang mempertegas batas hutan negara, hutan milik termasuk hutan adat; 5. Terkait masyarakat hukum adat Semende, pemerintah kabupaten setempat melakukan kajian yang lebih mendalam tentang keberadaan MHA dan wilayah adat mereka dengan melibatkan kalangan akademisi dan pihak-pihak lain yang kompeten; 6. Pemerintah Kabupaten Indragri Hulu wajib menghentikan seluruh kegiatan PT Selantai Agro Lestari karena terindikasi melanggar hukum yaitu kegiatan perusahaan tidak berdasar HGU dan SK Menteri Kehutanan tentang pelepasan kawasan hutan terkait. 4