BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SEMINAR NASIONAL Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik Pekanbaru, November 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. bertindak sebagai penopang ekonomi keluarga terpaksa menganggur. Oleh

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

2015 PENYESUAIAN PERANAN IBU BEKERJA DALAM KEHIDUPAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI

BAB I PENDAHULUAN. wanita yang ikut dalam aktifitas bekerja. Wanita sudah mempunyai hak dan

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seperti kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik. Pergeseran peran tersebut terjadi karena

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN. Jatiwangi merupakan wilayah yang memproduksi genteng, baik genteng

ANALISIS HASIL PENELITIAN

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era modern ini kedudukan wanita dan pria bukanlah sesuatu yang

BAB V FAKTOR PEMICU KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

IMPLIKASI PERAN GANDA PEREMPUAN DALAM KEHIDUPAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERAN IBU PEKERJA DALAM PERAWATAN BALITA DI DESA SELOPAMIORO KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL

Puji Hastuti F

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis deskriptif, karena penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan permintaan pasar. Apabila permintaan pasar mengalami

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB I PENDAHULUAN. bahwa secara kuantitas, pekerja wanita merupakan faktor tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. peran sosial dimana dapat bekerja sesuai dengan bakat, kemampuan dan. antara tugasnya sebagai istri, ibu rumah tangga.

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc

TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai.

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jambi Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Menurut World Health Organization,

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor

Abstrak. Kata kunci: perempuan, bekerja, sektor publik, adat

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. rumah, mengurus, mendidik, dan mengasuh anak.

MOTIVASI WANITA BEKERJA DALAM RANGKA MENINGKATKAN PERANNYA DI BIDANG EKONOMI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB II LANDASAN TEORI. Work-Family Conflict (WFC) adalah salah satu dari bentuk interrole

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perkebunan teh PTPN VIII Ciater Subang merupakan perkebunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan

Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Fungsi utama yang. dan menandakan bahwasannya dunia telah modern

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. daya saing dalam dunia usaha. Hal ini merupakan suatu proses kegiatan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manajemen bila ditinjau sebagai suatu proses merupakan suatu rangkaian tahap

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

DAMPAK PERAN GANDA WANITA TERHADAP POLA ASUH ANAK (STUDI PADA WANITA PEGAWAI LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI PONOROGO) Oleh:

PENDAHULUAN Latar Belakang

LAMPIRAN. Draf wawancara (interview guide) untuk buruh tani perempuan:

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, salah satu dampak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam

BAB III PENYAJIAN DATA

Hasil Dokumentasi Penelitian Bulan Juni Dan Juli 2008

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dimasuki oleh kaum wanita baik sebagai dokter, guru, pedagang, buruh, dan

SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 4 HASIL DAN INTERPRETASI

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu

6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

Ada beberapa hal yang menjadi alasan peneliti yaitu : a) Peneliti melihat para responden dihadapi dengan tugas dan tanggung jawab sebagai perawat

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Sebelum membahas pola pembagian peran dalam keluarga responden, terlebih dahulu akan di jelaskan mengenai karakteristik responden yang akan dirinci kedalam beberapa ciri seperti distribusi umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, dan jenis pekerjaan yang dimiliki. Untuk lebih jelasnya tentang karakteristik tersebut, berikut akan di uraikan satu persatu. 4.1.1 Distribusi Umur Tingkat umur atau usia yang dimiliki oleh seseorang akan memperlihatkan aktivitas kemampuan kerja yang dimiliki oleh seseorang tersebut, sebab usia produktif akan mampu menghasilkan pekerjan yang lebih baik dan mampu melakukan berbagai jenis pekerjaan. Untuk melihat data mengenai distribusi umur yang dimiliki oleh responden dalam penelitian ini dapat di lihat pada table di bawah ini: TABEL 4.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur No Umur Frekuensi Persen (%) 1 20 30 6 12,5 2 31 40 18 37,5 3 41 50 22 45,8 4 > 50 2 4,2 Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagaian besar responden adalah usia produktif. Dimana kelompok usia 41-50 tahun sebanyak 22 orang atau 45,8%. Kemudian kelompok umur 31 40 tahun sebanyak 18 orang atau 37,5%. Sedangkan yang berusia >50 tahun sebanyak 2 orang atau 4,2%. 22

4.1.2 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan responden yang dimaksudkan untuk menilai dan melihat kemampuan berfikir dan kemampuan menganalisa lingkungan masyarakat dalam menjalankannya kinerjanya. Tingkat pendidikan pada keluarga yang menjadi responden berbeda-beda, dalam penelitian ini dapat dilihat dari tingkat SD, SMP SMA, dan PT. Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan masyarakat dapat dilihat dari tabel di bawah ini: Tabel 4.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Frekuensi Persen 1 SD 1 2,1 2 SMP 7 14,6 3 SMA/SMK/sederajat 13 27,1 4 Diploma/Akademi 17 35,4 5 Sarjana 10 20,8 Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa kebanyakan responden memiliki pendidikan Perguruan Tinggi baik Diploma maupun Sarjana, kemudian tingkat SMA/SMK sederajat. Sedangkan sisanya responden yang berpendidikan di atas SMP berjumlah 14,6 persen. 4.1.3 Jumlah tanggungan keluarga Jumlah tanggungan keluarga yang dimaksud adalah jumlah individu / orang yang ditanggung oleh seorang kepala keluarga dalam satu rumah. Jumlah tanggungan keluarga ini akan mempengaruhi berapa jumlah pengeluaran setiap harinya. Selain itu memiliki jumlah tanggungan yang besar akan menimbulkan beban ekonomi yang besar pula. Tanggungan dalam keluarga adalah istri dan anak-anak disamping itu juga bisa merupakan keluarga atau saudara dekat yang tinggal menumpang kepada responden. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah tanggungan responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 23

TABEL 4.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan No Jumlah tanggungan Frekuensi Persen 1 <3 orang 9 18,8 2 3-5 orang 30 62,5 3 >5 orang 9 18,8 Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai jumlah tanggungan 3-5 orang adalah 30 orang dengan persentase 62,5 persen. Sedangkan untuk jumlah tanggungan kurang dari 3 orang dan lebih dari 5 orang berada pada persentase yang sama yaitu 18,8 persen. 4.1.4 Pekerjaan Responden Dari hasil penelitian dilapangan terlihat variasi dari jenis pekerjaan responden. Untuk lebih jelasnya mengenai pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini: TABEL 4.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan No Jenis pekerjaan Frekuensi Persen 1 PNS 18 37,5 2 Pegawai swasta 12 25,0 3 Wiraswasta 6 12,5 5 Jasa 10 20,8 6 Buruh 2 4,2 Dari tabel diatas, kita dapat melihat klasifikasi jenis pekerjaan responden yang mana sebahagian besar responden yakni 37,5% berprofesi sebagai Pegawai Negeri terdiri dari beberapa orang Guru serta staf pada instansi-instansi Pemerintah. Selanjutnya 25% responden bekerja pada Perusahaan-perusahaan swasta diberbagai bidang yakni perbankan, asuransi, dan karyawan di perusahaanperusahaan swasta. 24

4.1.5 Tingkat Pendapatan Pendapatan adalah sebuah penghasilan yang diperoleh seseorang dalam kurun waktu tertentu. Tingkat pendapatan ini erat kaitannya dengan penghasilan yang di terima seseorang sestiap hari, minggu, atau bulan. Karena dari tingkat pendapatan ini pula dapat di tentukan seseorang tersebut mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya atau tidak. Untuk lebih jelasnya mengenai pendapatan yng di peroleh oleh responden dapat dilihat pada table di bawah ini: Tabel 4.1.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan No Pendapatan Frekuensi Persen 1 1.000.000,- - 2.000.000,- 7 14,6 2 2.000.000,- - 4.000.000,- 24 50,0 3 4.000.000,- - 6.000.000,- 14 29,2 4 > 6.000.000,- 3 6,2 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pendapatan 1.000.000 2.000.000 berjumlah 7 orang dengan persentase sebesar 14,6 persen. Sedangkan responden yang memiliki penghasilan 2.000.000 4.000.000 terdapat 24 orang. 4.1.6 Waktu Bekerja Waktu kerja istri disektor publik dimaksud dalam penelitian ini adalah berapa lama istri bekerja diluar rumah agar mendapat gambaran bagaimana seorang istri bisa mengatur pekerjaannya pula disektor domestik. Untuk lebih jelasnya mengenai lamanya waktu bekerja istri disektor publik dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 25

Tabel 4.1.6 Distribusi Responden Berdasakan Jam Kerja No Jam Bekerja Frekuensi Persen 1 <4jam 3 6,3 2 4 6 jam 10 20,8 3 6 8 jam 27 56,3 4 > 8 jam 8 16,7 Tabel di atas dapat diketahui bahwa istri yang bekerja disektor publik membutuhkan waktu paling tidak 4 jam sehari yakni berjumlah 3 orang dengan presentasi 6,3%. Selanjutnya Istri yang bekerja antara 4 6 jam perharinya berjumlah 10 orang dengan presentasi 20,8%. Sementara istri yang bekerja selama 6 8 jam sebanyak 27 orang atau 56,3%. Sedangkan yang membutuhkan waktu lebih dari 8 jam perhari untuk bekerja disektor publik sebanyak 8 orang dengan persentase 16,7% dimana rata-rata adalah mereka yang bekerja sebagai pedagang atau wiraswasta serta beberapa sektor jasa. 4.1.7 Pekerjaan Suami Untuk lebih jelasnya mengenai pekerjaan suami dapat dilihat pada tabel dibawah ini: TABEL 4.1.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Suami No Jenis pekerjaan suami Frekuensi Persen 1 PNS 27 56,3 2 Pegawai Swasta 8 16,7 3 Pengusaha 7 14,6 4 Jasa 3 6,3 5 Buruh 2 4,2 6 Petani 1 2,1 Sumber: Data olahan, 2015 26

Tabel di atas menunjukkan bahwa, pekerjaan suami dari responden dalam penelitian ini dapat dikatakan cukup bervariasi. Didominasi dengan pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 27 orang atau 56,3%.Selanjutnya ada Pegawai swasta sebanyak 16,7% dan Penguasaha 14,6%. Sisanya tersebar pada sektor jasa, buruh dan petani sawit atau karet. 4.1.8 Pendapatan Suami Pendapatan yang diperolehnya suami dari pekerjaan pokok maupun sampingan akan berpengaryh terhadap perekonomian keluarga karena suami dianggap sebagai pencari nafkah utama didalam keluarga sehingga tingkat penghasilan suami kerap dijadikan tolak ukur dalam melihat tingkat kesejahteraan keluarga. Untuk lebih jelasknya akan diuraikan dalam tabel berikut : TABEL 4.1.8 Distribusi responden berdasarkan pendapatan suami No Pendapatan Frekuensi Persen 1 < Rp.2.000.000 5 10,4 2 Rp.2.000.000 4.000.000 16 33,1 3 >Rp.4.000.000 27 56,3 Dari tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata penghasilan suami diatas Rp.4.000.000/bulan yakni sebanyak 27 orang atau 56,3%. Sedangkan yang berpenghasilan antara Rp.2.000.000,- - Rp. 4.000.000/bulan sebanyak 33,1%. Sisanya adalah 10,4% berpenghasilan kurang dari Rp.2.000.000/bulan. 4.2 POLA PEMBAGIAN PERAN Menurut Davis dan Newstrom (1996) peran diwujudkan dalam perilaku. Peran adalah bagian yang dimainkan individu pada setiap keadaan dan cara tingkah lakunya untuk menyelaraskan diri dengan keadaan. Wanita bekerja menghadapi situasi rumit yang menempatkan posisi mereka di antara kepentingan 27

keluarga dan kebutuhan untuk bekerja. Muncul sebuah pandangan bahwa perempuan ideal adalah superwoman atau supermom yang sebaiknya memiliki kapasitas yang dapat mengisi bidang domestik dengan sempurna dan bidang publik tanpa cacat. Dalam perjuangan menuju keseimbangan kerja dan keluarga inilah maka bermunculan berbagai konflik dan masalah yang harus dihadapi dan dicari jalan keluarnya jika ingin tetap menjalani kedua peran tersebut. Bekerja adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan penghasilan dalam bentuk uang atau barang, mengeluarkan energi dan mempunyai banyak kegiatan diluar rumah, kegiatan dimana memungkinkan mereka memperoleh penghasilan bagi keluarganya sebenarnya bukanlah gejala yang baru dalam masyarakat kita (Ihromi,1990). Konflik peran ganda muncul apabila wanita merasakan ketegangan antara peran pekerjaan dengan peran keluarga, Greenhaus dan Beutell (1985) dalam Nyoman Triaryati (2003) ada tiga macam konflik peran ganda yaitu: 1. Time-based conflict. Waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan salah satu tuntutan (keluarga atau pekerjaan) dapat mengurangi waktu untuk menjalankan tuntutan yang lainnya (pekerjaan atau keluarga) 2. Strain-based conflict. Terjadi tekanan dari salah satu peran mempengaruhi kinerja peran lainnya. 3. Behavior-based conflict. Berhubungan dengan ketidaksesuaian antara pola perilaku dengan yang diinginkan oleh kedua bagian (pekerjaan atau keluarga). Pembagian kerja yang dikembangkan di kebanyakan masyarakat telah membedakan tugas perempuan dengan tugas lelaki: seorang lelaki ditetapkan bertanggung jawab untuk melindungi keluarga, melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan produktif, administrasi dan pertahanan dalam masyarakat. Perempuan dibebani dengan tugas-tugas yang berkaitan dengan pemeliharaan sumberdaya manusia termasuk tugas rumah tangga, tanggung jawab di dalam rumah tangga ditetapkan berbeda untuk perempuan dan laki-laki; pekerjaan mengasuh dan melayani keluarga merupakan tanggung jawab perempuan, sedangkan tugas mengatur dan mengawasi keseluruhan anggota 28

keluarga merupakan tanggung jawab lelaki. Penetapan tugas untuk lelaki dan perempuan memiliki standar nilai yang beragam dan berbeda antar budaya dan antar masyarakat dan dalam periode waktu yang berbeda. Keragaman ini terjadi karena pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan merupakan produk sosial yang dipengaruhi oleh produk ekonomi, politik dan struktur masyarakat yang juga mengalami perubahan. 4.2.1 Pola Pembagian Peran Domestik, Publik dan Sosial Kemasyarakatan Peran suami dan isteri dikelompokkan ke dalam peran domestik, peran publik, dan peran sosial kemasyarakatan. Peran domestik adalah peran atau tugastugas yang berkaitan dengan reproduksi, dan pengurusan rumah tangga. Peran publik adalah peran sebagai pencari nafkah atau peran lain yang dilakukan di luar rumah untuk menghasilkan uang. Peran sosial kemasyarakatan adalah peran dalam hubungannya dengan anggota masyarakat lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padatabel dibawah ini: TABEL 4.2.1 Distribusi Responden menurut Pembagian Peran Domestik, Publik Dan Sosial Kemasyarakatan Dalam Keluarga No Jenis Peran Suami istri Bersama Jumlah (%) 1 Domestik 6 10 5 21 (43,7) 2 Publik 7 1 4 12 (25,0) 3 Sosial 8 2 5 15 Kemasyarakatan Jumlah (%) 21 (43,7) Dari 13 (27,1) 14 (29,2) (31,3) 48 (100,0) peran yang diamati maka dapat dilihat pembagiannya terdistribusi Merata antara yang dilakukan oleh suami, istri, dan bersama oleh suami dan isteri. Namun demikian jika dilihat dari komposisi peran yang dilakukan tampak bahwa suami lebih mendominasi jenis peran publik dan sosial kemasyarakatan sedang isteri terkonsentrasi pada peran domestik kerumahtanggaan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam masyarakat luas praktek-praktek patriarkis yang bias gender masih tetap berlangsung. 29

Menurut Darwin dan Tukiran (2001), pada masyarakat yang tertata dalam sistem patriarkis, laki-laki diposisikan superior terhadap perempuan di berbagai sektor kehidupan baik domestik mapun publik. Salah satu praktek tersebut adalah adanya beban ganda atau multi burdens pada perempuan (Ihromi, 1990 dalam Subhan, 2004). Perempuan harus melakukan seluruh peran domestik ditambah dengan peran publik yaitu mencari tambahan nafkah atau melakukan kegiatan ekonomi produktif sedang suami yang tanggung jawab utamanya melakukan peran publik relatif terbebas dari tugas membantu melaksanakan peran domestik. 4.2.2 Pelaksanaan Peran domestik dalam Keluarga Peran domestik merupakan peran yang dijalankan seseorang dalam lingkungan keluarganya. Peran domestik berkaitan dengan pelaksanaan tugastugas seorang ibu rumah tangga seperti menyiapkan sarapan pagi, membersihkan rumah, mempersiapkan makan siang, mengurus anak, mencuci, menyetrika dan kegiatan-kegiatan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan rumah tangga. Untuk mengetahui bagaimana peran domestik ini dalam keluarga responden dapat dilihat pada tabel berikut ini: TABEL 4.2.2 Distribusi Responden menurut pelaksanaan Peran domestik dalam Keluarga No Kegiatan Pelaksana Jumlah Istri Suami Bersama lainnya (%) 1 Menyiapkan sarapan pagi 2 2 4 2 Memasak untuk makan 2 1 3 siang dan malam 3 Mencuci piring 1 1 2 2 6 4 Mencuci dan Menyetrika 2 2 6 10 pakaian 5 Mengurus menjaga dan 2 3 3 8 merawat anak 6 Merawat ketika anak sakit 3 2 5 7 Mengawasi dan membantu 2 1 3 anak membuat tugas sekolah 8 Menyiapkan keperluan anak 1 1 sekolah 9 Membersihkan rumah 1 1 1 3 10 Membersihkan 1 2 2 5 halaman/pekarangan rumah Jumlah (%) 17 (35,4) Sumber : Data Olahan, 2015 4 (8,4) 10 (20,8) 17 (35,4) 48 (100,0) 30

Tabel diatas memperlihatkan Kecenderungan peran perempuan dalam ranah domestik semakin meningkat. Dalam upaya mencapai hidup sejahtera, wanita bekerja setiap hari berusaha agar segenap perannya baik sebagai ibu rumah tangga maupun pekerja untuk mengatur waktu sedemikian rupa sehingga semua peran yang disandangnya dapat dilaksanakan dengan seimbang. Kendati demikian pasti ada kendala yang akan di alami dalam melaksanakan peran gandanya tersebut, salah satu masalah penting jika wanita memasuki sektor publik atau bekerja diluar rumah tangga adalah pekerjaan rumah tangga atau domestik. Berbagai strategi diupayakan guna melancarkan dan membantu meringankan pekerjaan-pekerjaan domestik yakni dengan substitute agent (peran pengganti). Alternatif peran ini merupakan strategi untuk meminimalisir konflik peran bagi wanita karir dalam melaksanakan pekerjaan domestik. Alternatif peran ini dapat berupa dukungan moral, materi maupun tenaga dari orang-orang terdekat seperti suami, anak-anak atau kerabat dekat. Seperti yang terlihat dari hasil penelitian bahwa pekerjaan domestik tidak hanya di diselesaikan oleh istri namun juga dapat dilakukan bersama-sama dengan suami serta faktor lainya juga bisa diperoleh dari anak-anak yang sudah cukup besar atau dewasa misalnya untuk membersihkan rumah atau mencuci piring. Disamping itu alternatif peran lainnya adalah menggunakan jasa pembantu rumah tangga atau jasa-jasa komersil lainnya dalam meringakan pekerjaan domestik istri, Misalnya mencuci pakaian di laundry atau membeli makanan cepat saji di restoran untuk makan keluarga. Namun, jika terpaksa harus dikerjakan sendiri ibu-ibu bekerja biasanya akan membeli beraneka ragam peralatan rumah tangga seperti mesin cuci pakaian, mesin cuci piring, vacum cleaner, setrika uap dan sebagainya untuk menghemat waktu dan tenaga dalam menguus rumah tangga dengan lebih mudah. Sebagian besar suami dalam keluarga memiliki persepsi yang cenderung bias gender terhadap pola pembagian peran dalam keluarganya. Isteri yang dominan melakukan peran domestik dipersepsi sebagai hal biasa karena sudah sesuai dengan kodratnya sebagai perempuan sedang sebagai pelaku usaha ekonomi produktif hanyalah merupakan peran tambahan yang boleh dilakukan tapi boleh juga tidak. Meskipun mengapresiasi positif hasil kerja isteri dalam usaha ekonomi produktif 31

namun dalam banyak hal suami masih tetap menunjukkan persepsi bahwa hal tersebut tidak terlalu penting. Hal ini tampak dari pendapat suami yang tidak melarang isterinya jika akan berhenti melakukan usaha ekonomi produktif meskipun hal tersebut akan mengganggu pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Bahkan masih ada sebagian kecil suami yang menilai bahwa motivasi isteri melakukan usaha ekonomi produktif adalah karena tidak puas terhadap penghasilan suami. Dengan demikian kesibukan atau beban ganda yang dihadapinya tidak perlu membuat suami mengubah sistem pembagian peran yang sudah lazim sejak nenek moyang. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa sikap suami terhadap pembagian peran dalam keluarga cenderung pasif dimana sebagian besar suami membiarkan isteri yang juga pelaku usaha dan memberikan kontribusi ekonomis kepada keluarga tetap dibebani semua peran domestik. 4.2.3 Pengambilan Keputusan Dalam Keluarga Dalam sebuah keluarga pengambilan keputusan biasanya dilakukan oleh pihak yang dominan dalam mengatur rumah tangga, atau dapat juga berdasarkan kesepakatan antara suami dan istri. Untuk mengetahui bagaimana peran dalam pengambilan keputusan pada wanita bekerja di kota Pekanbaru, dapat dilihat pada tabel berikut ini: TABEL 4.2.3 Distribusi Responden terhadap Pengambilan Keputusan dalam keluarga No Jenis Peran Suami Istri Bersama Jumlah (%) 1 Keputusan untuk membeli barang-barang bernilai tinggi (umah, kendaraan, perhiasan, 6 2 2 10 (20,8) dll) 2 Keputusan untuk menabung dan berinvestasi 5 3 3 11 (22,9) 3 Keputusan untuk memilih sekolah anak 2 3 2 7 (14,7) 4 Keputusan untuk rekreasi/berlibur dan 4 3 2 9 memilih tempat berlibur 5 Keputusan untuk memenuhi kebutuhan primer keluarga seperti makan dan minum, membeli pakaian dan keperluan dapur Jumlah (%) 20 (41,7) Sumber : Data Olahan, 2015 (18,7) 3 5 3 11 (22,9) 16 (33,3) 12 (25,0) 48 (100,0) 32

Tabel diatas memperlihatkan bahwa pada keluarga responden, peran istri dalam membuat keputusan dominan terutama dalam hal memenuhi kebutuhan primer keluarga seperti makanan dan minuman membeli pakaian dan keperluan dapur. Responden lebih memilih membeli sendiri bahan makanan untuk keluarga meskipun memiliki pembantu rumah tangga, begitu juga keputusan dalam membeli pakaian anak-anak dan suami serta membeli keperluan rumah tangga lainnya biasanaya para istri dapat langsung mengambil keputusan. Sementara itu peran suami dalam peran suami yang dominan dalam mengambil keputusan terkait dalam hal- hal membeli barang-barang bernilai tinggi seperti rumah dan kendaraan, keputusan untuk menabung dan berinvestasi. Sebagian besar responden menyatakan hal ini disebabkan bahwa keputusan tersebut dianggap sangat penting dan serius karena terkait dengan materi dan financial seperti jumlah uang yang akan dikeluarkan cukup besar, manajemen resiko serta kepentingan terhadap kemampuan keuangan keluarga, karena suami dianggap sebagai pencari nafkah utama dan bertanggung jawab terhadap keberlangsungan ekonomi dan kesejahteraan keluarga. 4.2.4 Pihak Yang Lebih Cepat Memberikan Respon Pada Masalah Maksud dari pihak yang lebih cepat memberikan respon ada masalah yang terjadi didalam keluarga dan disekitar tempat tinggal adalah terdapat kerjasama yang baik antara pihak istri dan suami atau hanya salah satu pihak saja baik istri ataupun suami saja ketika terjadi suatu permasalahan disekitar tempat tinggal responden. Untuk lebih jelasnya mengenai pihak yang lebih cepat memberikan 33

respon pada masalah yang terjadi disekitar tempat tinggal dapat dilihat pada tabel dibawah ini: TABEL 4.2.4 Distribusi responden menurut pihak yang cepat tanggap dalam merespon masalah No Respon terhadap masalah Frekuensi Persentase 1 Suami 17 35,4 2 Istri 15 31,3 3 Bersama 16 33,3 Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa ketika terjadi masalah dalam keluarga dan lingkungan tempat tinggal mereka pihak yang lebih cepat menanggapi atau mempberikan respon adalah dari kedua belah pihak berjumlah 17 orang dengan presentasi 35,4 persen dan merupakan jumlah tertinggi. Ini menunjukkan adanya kerja sama yang baik antara keduanya (suami dan istri) dalam merespon keadaan sekitar tempat tinggal mereka. Lalu disusul dari pihak istri yang berjumlah 16 orang dengan presentasi 33,3 persen. Dan yang terakhir adalah dari pihak suami berjumlah 15 orang dengan presentasi 31,3 persen. Dapat disimpulkan bahwa kerjasama diantara kedua belah pihak dalam satu kelurga dalam menanggapi keadaan tempat tinggalnya masih kurang. Karena jika kita bandingkan dengan yang menanggapi suami dan istri daripada pihak suami saja atau istri saja adalah 35,4 % berbanding 64,6 %. 34