PRODUKSI SEMEN SEGAR DAN SEMEN BEKU SAPI PEJANTAN DENGAN BODY CONDITION SCORE (BCS) YANG BERBEDADI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

dokumen-dokumen yang mirip
KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL YANG DIKOLEKSI DENGAN INTERVAL YANG BERBEDA DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI PENAMPUNGAN TERHADAP VOLUME DAN MOTILITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

PERBEDAAN VOLUME SEMEN, KONSENTRASI, DAN MOTILITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SAPI FH DI BIB LEMBANG DENGAN INTERVAL PENAMPUNGAN 72 JAM DAN 96 JAM

I. Sumeidiana, S. Wuwuh, dan E. Mawarti Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Received December 23, 2006; Accepted April 27, 2007

PERBEDAAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF SEMEN SEGAR PADA BERBAGAI BANGSA SAPI POTONG. Candra Aerens D.C, M. nur ihsan, Nurul Isnaini ABSTRACT

KUALITAS SEMEN SEGAR DAN PRODUKSI SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL PADA UMUR YANG BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

KORELASI KADAR ph SEMEN SEGAR DENGAN KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

KAJI BANDING KUALITAS SPERMATOZOA SAPI SIMMENTAL, LIMOUSIN, DAN FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PROSES PEMBEKUAN

PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI EJAKULASI TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA SAPI ACEH

Pengaruh lama gliserolisasi terhadap keberhasilan produksi semen beku Sapi Simmental

Semen beku Bagian 1: Sapi

Semen beku Bagian 1: Sapi

HUBUNGAN BODY CONDITION SCORE (BCS),SUHU RECTAL DAN KETEBALAN VULVA TERHADAP NON RETURN RATE (NR) DAN CONCEPTION RATE (CR) PADA SAPI POTONG

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

Semen beku Bagian 2: Kerbau

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

APLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT

KARAKTERISTIK SEMEN SEGAR SAPI BANGSA LIMOUSIN DAN SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

Animal Agriculture Journal 3(2): , Juli 2014 On Line at :

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

Pengaruh Bobot Badan Terhadap Kualitas dan Kuantitas Semen Sapi Simmental

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

EVALUASI KUALITAS SEMEN SAPI BRAHMAN DAN SAPI ONGOLE PADA PRODUKSI SEMEN BEKU DI BALAI INSEMINASI BUATAN (BIB) LEMBANG BANDUNG

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba


Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer. Quality of Semen Crossbreed Boer Goat. M. Hartono PENDAHULUAN. Universitas Lampung ABSTRACT

HUBUNGAN UKURAN LINGKAR SKROTUM DENGAN VOLUME SEMEN, KONSENTRASI DAN MOTILITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SAPI LIMOUSIN DAN SIMMENTAL

CENDEKIA Edisi: Maret 2008 ISSN: HUBUNGAN ANTARA JUMLAH FALSE MOUNTING DENGAN PRODUKSI SEMEN PEJANTAN SAPI MADURA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP

PENGARUH BOBOT BADAN TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS SEMEN SAPI SIMMENTAL THE EFFECT OF WEIGHT ON SIMMENTAL CATTLE SEMEN QUALITY AND QUANTITY

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

PERFORMA REPRODUKSI PADA SAPI POTONG PERANAKAN LIMOSIN DI WILAYAH KECAMATAN KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK

ANALISIS KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL MENGGUNAKAN PENGENCER ANDROMED DENGAN VARIASI WAKTU PRE FREEZING

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

OBSERVASI KUALITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SIMMENTAL DAN PO DALAM STRAW DINGIN SETELAH PENYIMPANAN 7 HARI PADA SUHU 5 C

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

AGRINAK. Vol. 01 No.1 September 2011:43-47 ISSN:

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

I. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

SKRIPSI. Oleh FINNY PURWO NEGORO. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

PENGGANTIAN BOVINE SERUM ALBUMIN PADA CEP-2 DENGAN SERUM DARAH SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA SUHU PENYIMPANAN 3-5 o C

Salmiyati Paune, Jurusan Peternakan Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo, Fahrul Ilham, Tri Ananda Erwin Nugroho

Korelasi Motilitas Progresif dan Keutuhan Membran Sperma dalam Semen Beku Sapi Ongole. Terhadap Keberhasilan Inseminasi

Kualitas Semen Produksi UPTD Bengkulu dan Tingkat Keberhasilan Inseminasi pada Sapi Bali dan Peranakan Simental di Bengkulu

TEKNIK DAN MANAJEMEN PRODUKSI BIBIT SAPI BALI DI SUBAK KACANG DAWA, DESA KAMASAN, KLUNGKUNG ABSTRAK

UJI KU <klitas SPERMA DAN PENGHITUNGAN JUMLAH PENGENCER DALAM UPAYA MENENTUKAN KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN

PROGRAM IPTEKS BAGI INOVASI DAN KREATIVITAS KAMPUS

T.L.Yusuf, R.I. Arifiantini, dan N. Rahmiwati Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK

Effect of Quality Chilled Semen of Cross Bred Goat (Nubian and Ettawa) which Dilluted with Skim Milk and Yolk Citrate Extender

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat

SKRIPSI OLEH SARI WAHDINI

UKURAN ORGAN REPRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN PADA UMUR YANG BERBEDA

PERFORMANS REPRODUKSI TERNAK KERBAU DI NAGARI AIR DINGIN KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

Addition on Sperm Quality in Goat Semen Diluted with Various Solutions)

S. Suharyati Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandarlampung ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

A. D. Tuhu, Y. S. Ondho dan D. Samsudewa Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro,Semarang ABSTRACT

PENGARUH FREKUENSI PENAMPUNGAN SEMEN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA PADA AYAM BANGKOK

Analisis Motilitas Spermatozoa Sapi Aceh Setelah Pembekuan dalam Berbagai Konsentrasi Andromed

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA. DAYA TAHAN SPERMATOZOA SAPI FRISIEN HOLSTEIN DALAM BERBAGAI BAHAN PENGENCER PADA SUHU 5 o C BIDANG KEGIATAN : PKM-AI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

Keunggulan-keunggulan tersebut harus didorong dengan kemajuan teknologi khususnya teknologi reproduksi Inseminasi Buatan (IB) untuk meningkatkan efisi

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

Moch. Makin, dan Dwi Suharwanto Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Sayed Umar* dan Magdalena Maharani** *)Staf Pengajar Departemen Peternakan FP USU, **)Alumni Departemen Peternakan FP USU

PENGARUH PENGGUNAAN RAK STRAW SELAMA EQUILIBRASI TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI PERANAKAN ONGOLE

STUDI TERHADAP KUALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA CAUDA EPIDIDIMIDIS DOMBA GARUT MENGGUNAKAN BERBAGAI JENIS PENGENCER

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI BALI DAN SAPI PO DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR

MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

Kualitas semen dan produksi semen beku pada bangsa sapi dan bulan penampungan yang berbeda

J. Sains & Teknologi, April 2017, Vol. 17 No. 1 : ISSN

KUALITAS SPERMATOZOA EPIDIDIMIS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DISIMPAN PADA SUHU 3-5 o C

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI PEJANTAN PADA PENYIMPANAN DAN LAMA SIMPAN YANG BERBEDA

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

Embrio ternak - Bagian 1: Sapi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

PERBAIKAN TEKNIK PEMBEKUAN SPERMA: PENGARUH SUHU GLISEROLISASI DAN PENGGUNAAN KASET STRAW

KARAKTERISTIK SEMEN SEGAR TIGA GENOTIPE DOMBA PERSILANGAN

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP MOTILITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA SEMEN CAIR SAPI SIMMENTAL

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

Transkripsi:

PRODUKSI SEMEN SEGAR DAN SEMEN BEKU SAPI PEJANTAN DENGAN BODY CONDITION SCORE (BCS) YANG BERBEDADI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG (FRESH SEMEN PRODUCTION AND FROZEN SEMEN OF BULLS WITH DIFFERENT BODY CONDITION SCORE (BCS) IN LEMBANG ARTIFICIAL INSEMINATION CENTRES) Dwi Sulistio Permadi, Taswin Rahman Tagama, Pambudi Yuwono Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto e-mail :dwisulistiopermadi@gmail.com, twitter : @dwipermaddi ABSTRAK Penelitian berjudul Produksi Semen Segar dan Semen Beku Sapi Pejantan dengan Body Condition Score (BCS) yang BerbedaDi Balai Inseminasi Buatan Lembang dilaksanakan daritanggal 1 sampai 7 Maret 2013.Tujuan penelitian tersebut untuk mengetahui pengaruh BCS terhadap produksi semen segar, mengetahui pengaruh BCS terhadap produksi semen beku, dan mengetahui BCS pejantan yang ideal untuk dijadikan sebagai produsen semen yang baik. Materi yang digunakan adalah catatan produksi (recording) pejantan dewasa dengan umur 4-5 tahun.metode penelitian dengan metode survei, dan pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sampel yang digunakan yaitu 12 ekor pejantan dengan bangsa yang berbeda.bangsa yang ditentukan dalam penelitian adalah Simmental, Limousin, FH, dan Brahman yang memiliki BCS sedang (4), optimum (5-7) dan gemuk (8-9). Variabel yang diukur yaitu produksi semen segar, konsentrasi spermatozoa, dan produksi semen beku. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis variansigeneral Linier Model dan diuji lanjut dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ).Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa BCS tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap produksi semen segar, konsentrasi spermatozoa, dan produksi semen beku antar bangsa, sedangkan BCS berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) terhadap produksi semen segar, konsentrasi spermatozoa, dan produksi semen beku dalam bangsa. Kesimpulan dari penelitian adalah pejantan dengan BCS optimum memiliki produksi semen segar tertinggi, pejantan dengan BCS sedang memiliki konsentrasi spermatozoa tertinggi, dan pejantan dengan BCS gemuk memiliki memiliki produksi semen beku terendah. Kata Kunci :Body Condition Score (BCS), spermatozoa, volume dan konsentrasi ABSTRACT A study entitled Fresh Semen Production and Frozen Semen Of Bulls with Different Body Condition Score (BCS) In Lembang Artificial Insemination Centres was conducted from 1 st until 7 th March 2013. The purposes of research were to determine the effect of body condition score (BCS) on fresh semen production, frozen semen production and knowing ideal BCS of bulls to produce semen. Data on BCS of bulls age 4 5 years old were selected using purposive sampling method. A total samples of 12 bulls with different breed and BCS were used. The choosen breeds were Simmental, Limousin, FH, and Brahman which hade moderate BCS (4), optimum BCS (5-7) and fat BCS (8-9). Variable of this research were production of fresh semen, spermatozoa concentration, and production of frozen semen. The obtained data were analyzed using General Linier Model (GLM) and were tested further by using Honestly Significant Difference (HSD). The results showed that BCS didn t influence (P>0,05) the production of fresh semen,the concentration of spermatozoa, and the production of frozen semenamong breeds. Meanwhile, the BCS significant by influenced (P<0,01) the production of fresh semen, the concentration of spermatozoa, and the production of frozen semen in the same types of breeds. In conclusion, the bulls with optimum BCS led to the highest production of fresh semen, the bulls with moderate BCS contribute to the 759

highest concentration of spermatozoa, and the bulls withfat BCS contribute to the lowest production of frozen semen. Keywords : Body Condition Score (BCS), spermatozoa, volume and concentration PENDAHULUAN Semen segar merupakan sekresi organ kelamin jantan yang diejakulasikan dan dapat dikoleksi kemudian dibekukan untuk keperluan IB (Suzanna, 2002). Sebelum dibekukan kualitas semen segar harus dievaluasi terlebih dahulu. Penerapan manajemen kualitas semen beku di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang dimulai dari tahap praproduksi, proses produksi, dan pascaproduksi. Pada tahap praproduksi dilakukan evaluasi kualitas semen segar secara makroskopis (volume, warna, kekentalan, dan ph), dan evaluasi spermatozoa secara mikroskopis (gerak massa, motilitas, dan konsentrasi), tahap proses produksi dilakukan pengolahan semen segar menjadi semen beku, sedangkan pada tahap pascaproduksi dilakukan pengemasan dan penyimpanan semen beku agar sesuai dengan standar yang ditetapkan (Wahyu, 2008). Tujuan pembekuan adalah agar semen dapat disimpan lama, sehingga semen dapat dimanfaatkan pada saat diperlukan melalui Inseminasi Buatan (IB). Di samping itu, keuntungan menggunakan semen beku ialah dapat mengatasi hambatan waktu dan jarak, sehingga dapat disediakan kapan dan di mana saja. Namun, rendahnya kualitas semen dan tidak optimalnya teknik penanganan semen beku yang digunakan, kondisi reproduksi sapi betina, serta manajemen ternak dan ketrampilan inseminator merupakan faktor yang menghambat keberhasilan IB (Herdis, 1998). Menurut sejarahnya BIB Lembang merupakan salah satu BIB nasional yang tertua di Indonesia, berpartisipasi secara aktif dalam pengembangan bidang peternakan di Indonesia dengan menyiapkan bibit-bibit unggul melalui produksi semen beku dari pejantan yang berkualitas prima. Produksi dan kualitas semen segar memengaruhi kualitas semen beku yang dihasilkan. Setelah berdiri selama 36 tahun, BIB Lembang telah memproduksi semen beku lebih dari 28 juta dosis dan telah tersebar di seluruh wilayah Republik Indonesia. Jumlah produksi semen beku BIB Lembang setiap tahun mengalami peningkatan sesuai dengan target produksi, kemampuan pejantan dan dana yang tersedia (Salamah, 2011). Kemampuan pejantan dalam menghasilkan semen dapat dipengaruhi oleh Body Condition Score (BCS). BCS merupakan penilaian skor berbasis pada kondisi tubuh sapi yang menjadi salah satu alat manajemen bagi penentu performan reproduksi sapi dan menggambarkan kondisi kegemukan secara relatif dari kelompok sapi melalui penggunaan skala 1-9. BCS 1 merupakan kondisi tubuh sapi sangat kurus, BCS 5-7 merupakan kondisi tubuh sapi dengan skor optimum, sementara BCS 9 merupakan kondisi sapi yang sangat berlemak dan gemuk (Parishet al., 2008). Nilai BCS sapi pejantan berhubungan dengan kemampuan reproduksi, dan dapat dipergunakan untuk membuat suatu keputusan manajemen pemeliharaan calon pejantan sebagai sumber semen. Tujuan penelitian yaitu mengetahui pengaruh BCS terhadap produksi semen segar, mengetahui pengaruh BCS terhadap produksi semen beku, dan mengetahui BCS pejantan yang ideal untuk dijadikan sebagai produsen semen yang baik. Manfaat penelitian yaitu sebagai bahan informasi ilmiah mengenai pengaruh BCS terhadap produksi semen segar dan semen beku di BIB Lembang, hasil penelitian dapat digunakan untuk menentukan BCS yang baik bagi pejantan 760

sebagai produsen semen, dan hasil penelitian dapat digunakan untuk menetukan manajemen pemberian pakan agar tercapai BCS yang baik untuk reproduksi. METODE Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalahcatatan produksi (recording) pejantan dewasa dengan umur 4-5 tahun. Sampel yang digunakan yaitu 12 ekor pejantan dengan bangsa yang berbeda serta BCS yang berbeda. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel secara sengaja berdasarkan berbagai pertimbangan. Adapun bangsa yang ditentukan adalah Simmental, Limousin, FH, dan Brahman yang memiliki BCS sedang (4), optimum (5-7) dan gemuk (8-9). Data yang dicatat adalah produksi semen segar, konsentrasi spermatozoa, dan produksi semen bekuyang diperoleh dari catatan bulan Januari sampai Desember 2012.Metode koleksi semen yang dilakukan di BIB Lembang yaitu menggunakan vagina tiruan serta menggunakan teaser denganfrekuensi koleksi semen 2 kali dalam seminggu.metode penelitian adalah Data dianalisis menggunakan analisis variansigeneral Linier Model dan dilanjutkan uji Beda Nyata Jujur (Steel dan Torrie, 1993). Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah (1) produksi semen segar, (2) konsentrasi spermatozoa, (3) produksi semen beku. HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Semen Segar Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata volume semen antar bangsa tidak berbeda nyata (P>0,05), volume semen yang dihasilkan dari setiap bangsa relatif sama. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh klasifikasi taksonomi yang sama yaitu genus Bos dari setiap pejantan yang digunakan. Hal ini sesuai dengan penelitian Sumeidiana et al., (2007), bahwa rata-rata volume semen antar bangsa sapi tidak berbeda nyata. Tabel 1. Rataan Produksi Semen Segar antar Bangsa Bangsa Volume Semen (ml) FH 63.917 ± 28.592 Brahman 50.184 ± 17.209 Simmental 54.646 ± 19.590 Limousin 73.667 ± 22.525 Hafez (1993) menyatakan bahwa faktor umur sangat mempengaruhi produksi semen yang dihasilkan oleh pejantan, rata-rata umur sapi yang digunakan untuk penelitian berkisar antara 4-5 tahun yang telah mencapai umur dewasa. Garner dan Hafez (2000) menyatakan bahwa produksi semen dapat meningkat sampai umur 7 tahun, serta menurut menurut Mathevon et al., (1998) volume, konsentrasi, motilitas dan total spermatozoa sapi jantan dewasa lebih banyak daripada sapi jantan muda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh sangat nyata (P<0,01) BCS dalam bangsa terhadap volume semen segar. Hal tersebut menandakan bahwa BCS mempengaruhi produksi semen segar yaitu berupa volume yang dihasilkan, baik BCS sedang (4), optimum (5-7), dan gemuk (8-9). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian total volume semen segar yang dihasilkan per bulan dengan frekuensi koleksi semen dua kali dalam seminggu oleh pejantan di BIB Lembang 761

berkisar 33,563 98,813 ml. Rata-rata per ejakulasi menghasilkan volume semen 7 ml. Angka tersebut masih pada kisaran normal sesuai dengan pernyataan Garner dan Hafez (2000) yaitu antara 5-8 ml serta pernyataan Salisbury dan Vandemark (1985) yaitu 6 7 ml. Tabel 2. Rataan Produksi Semen Segar Pada Setiap BCS dalam Bangsa Bangsa BCS Volume Semen (ml) FH Sedang 72.833 ± 6.506 b 88.563 ± 14.357 a 30.354 ± 19.305 c Brahman Sedang 38.658 ± 7.409 b 66.129 ± 8.565 a 45.364 ± 19.384 b Simmental Sedang 63.708 ± 7.966 a 66.667 ± 18.195 a 33.563 ± 9.718 b Limousin Sedang 63.104 ± 12.104 b 98.813 ± 18.981 a 59.083 ± 8.007 b Ket : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P < 0,05) Hasil uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa pada bangsa FH dari setiap BCS menunjukkan hasil yang berbeda nyata antara BCS sedang dengan BCS optimum (P<0,05), perbandingan antara BCS sedang dengan BCS gemuk menunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata (P<0,01), serta perbandingan antara BCS optimum dengan BCS gemuk menunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata pula (P<0,01). Pada bangsa Brahman uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa dari setiap BCS menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antara BCS sedang dan BCS optimum (P<0,01), perbandingan antara BCS sedang dengan BCS gemuk menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P>0.05), serta perbandingan antara BCS optimum dengan BCS gemuk menunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata pula (P<0,01). Pada bangsa Simmental uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa dari setiap BCS menunjukkan perbedaan yang nyata antara BCS sedang dan BCS optimum (P>0,05), perbandingan antara BCS sedang dengan BCS gemuk menunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata (P<0,01), serta perbandingan antara BCS optimum dengan BCS gemuk menunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata pula (P<0,01). Pada bangsa Limousin uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa dari setiap BCS menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antara BCS sedang dan BCS optimum (P<0,01), perbandingan antara BCS sedang dengan BCS gemuk menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P>0,05), serta perbandingan antara BCS optimum dengan BCS gemuk menunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata pula (P<0,01). Perbedaan produksi semen segar antara BCS dalam masing-masing bangsa disebabkan oleh pemanfaatan cadangan energi yang disimpan dalam tubuh, menurut Anggorodi (1990) sapi dengan kondisi tubuh yang baik cadangan energi digunakan untuk aktivitas reproduksi setelah memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Pejantan dengan BCS optimum memanfaatkan 762

cadangan energi di dalam tubuh untuk reproduksi setelah memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi karena memiliki nilai yang tinggi di bandingkan dengan BCS sedang dan BCS gemuk. Konsentrasi Spermatozoa Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi spermatozoa antar bangsa tidak berbeda nyata (P>0,05), konsentrasi yang dihasilkan dari setiap bangsa relatif sama (Tabel 3). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh klasifikasi taksonomi yang sama yaitu genus Bos dari setiap pejantan yang digunakan. Hal ini sesuai dengan penelitian Sumeidiana et al., (2007) rata-rata konsentrasi spermatozoa antar bangsa sapi tidak berbeda nyata. Tabel 3. Rataan Konsentrasi Spermatozoa antar Bangsa Bangsa Konsentrasi Spermatozoa (juta/ml) FH 1174.487 ± 164.698 Brahman 1349.957 ± 506.594 Simmental 973.419 ± 183.182 Limousin 1120.193 ± 178.776 Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh umur telah mencapai pubertas sehingga proses reproduksi telah optimal. Konsentrasi spermatozoa dari setiap bangsa yang relatif sama kemungkinan disebabkan oleh pakan yang diberikan, adaptasi lingkungan, frekuensi ejakulasi, metode koleksi dan prestimulasi yang sama. Menurut Salisbury dan VanDemark (1985), konsentrasi spermatozoa akan mengikuti perkembangan seksual dan kedewasaan, kualitas pakan yang diberikan, kesehatan alat reproduksi, besar testes, umur dan frekuensi ejakulasi pejantan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh sangat nyata (P<0,01) BCS dalam bangsa terhadap konsentrasi spermatozoa. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa konsentrasi spermatozoa yang dihasilkan per ml oleh pejantan di BIB Lembang berkisar 862.83-1800.19 juta/ml. Hal tersebut sesuai dengan Campbell et al., (2003) yang menyatakan bahwa konsentrasi spermatozoa pada sapi jantan dewasa berkisar antara 800-1.200 juta/ml, dan menurut Garner dan Hafez (2000), bahwa konsentrasi spermatozoa sekitar 800-2.000 juta/ml. Tabel 4. Rataan Konsentrasi Spermatozoa Pada Setiap BCS dalam Bangsa Bangsa BCS Konsentrasi Spermatozoa (juta/ml) FH Sedang 1210.84 ± 167.49 a 1098.16 ± 87.48 a 1214.47 ± 202.64 a Brahman Sedang 1800.19 ± 186.76 a 1142.36 ± 530.53 b 1058.79 ± 363.90 b Simmental Sedang 1107.50 ± 149.71 a 949.93 ± 133.94 ab 862.83 ± 181.27 b Limousin Sedang 1268.22 ± 127.38 a 989.23 ± 81.84 b 1103.13 ± 189.31 ab 763

Hasil uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa pada bangsa FH dari setiap BCS tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P>0,05). Pada bangsa Brahman terlihat adanya perbedaan yang sangat nyata antara BCS sedang dengan BCS optimum (P<0,01), demikian pula perbandingan antara BCS sedang dengan BCS gemuk terlihat adanya perbedaan yang sangat nyata (P<0,01), akan tetapi perbandingan antara BCS optimum dengan BCS gemuk tidak terlihat adanya perbedaan yang nyata (P>0,05). Pada bangsa Simmental antara BCS sedang dengan BCS optimum tidak ada perbedaan yang nyata (P>0,05), akan tetapi perbandingan antara BCS sedang dengan BCS gemuk terlihat adanya perbedaan yang nyata (P<0,05), sedangkan perbandingan antara BCS optimim dengan BCS gemuk tidak berbeda nyata (P>0,05). Pada bangsa Limousin antara BCS sedang dengan BCS optimum berbeda sangat nyata (P<0,01), perbandingan antara BCS sedang dengan BCS gemuk tidak terjadi perbedaan nyata (P>0,05), serta perbandingan antara BCS optimum dengan BCS gemuk terlihat perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pejantan dengan BCS sedang (4) menghasilkan volume semen terendah, tetapi konsentrasi spermatozoa yang dihasilkan tinggi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Toelihere (1981) bahwa semen sapi cenderung memiliki volume yang rendah dengan konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi sperma yang cenderung tinggi dipengaruhi oleh genetis individu untuk menghasilkan sperma berkonsentrasi tinggi dengan volume yang rendah (Sumeidiana et al., 2007).Bearden dan fuquay 1980, Diwyanto dan Vogt (1989) menyatakan bahwa berat badan dan besar badan mempunyai korelasi positif dengan produksi spermatozoa secara kuantitas. Lebih lanjut dijelaskan oleh Salisbury dan VanDemark (1985) bahwa konsentrasi semen banyak dipengaruhi oleh umur, variasi individu, pakan, besar testes dan perkembangan seksual. Demikian pula yang diungkapkan Vandeplassche (1982) dan Toelihere (1993) bahwa kekurusan maupun kegemukan pada ternak merupakansalah satu faktor pengganggu aktivitas reproduksi. Produksi Semen Beku Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata produksi semen beku antar bangsa tidak berbeda nyata (P>0,05), semen beku yang dihasilkan dari setiap bangsa relatif sama (Tabel 5). Hafez (1993) menyatakan bahwa faktor umur sangat mempengaruhi produksi semen yang dihasilkan oleh pejantan, rata-rata umur sapi yang digunakan untuk penelitian kisaran 4-5 tahun yang telah mencapai umur dewasa. Tabel 5. Rataan Produksi Semen Beku antar Bangsa Bangsa Jumlah Straw (dosis) FH 1766.9 ± 797.1 Brahman 1720.0 ± 935.5 Simmental 1149.1 ± 575.7 Limousin 1903.1 ± 511.8 Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh sangat nyata (P<0,01) BCS dalam bangsa terhadap produksi semen beku. Hal tersebut menandakan bahwa BCS mempengaruhi produksi semen beku yaitu dengan jumlah straw yang dihasilkan, baik BCS sedang (4), optimum (5-764

7), dan gemuk (8-9). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa total straw yang dihasilkan per bulan oleh pejantan di BIB Lembang berkisar 556.0-2466.8 dosis. Tabel 6. Rataan Produksi Semen Beku Pada Setiap BCS dalam Bangsa Bangsa BCS Jumlah Straw(dosis) FH Sedang 1585.6 ± 711.0 b 2466.8 ± 486.4 a 1144.5 ± 543.1 b Brahman Sedang 2246.3 ± 1168 a 1355.1 ± 675.2 b 1505.0 ± 572.7 b Simmental Sedang 1550.6 ± 522.8 a 1009.2 ± 230.5 ab 556.0 ± 439.4 b Limousin Sedang 1969.6 ± 444.2 a 2154.3 ± 543.6 a 1585.5 ± 396.1 a Hasil uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa pada bangsa FH dengan BCS sedang dibandingkan dengan BCS optimum terlihat pengaruh yang sangat nyata(p<0,01), akan tetapi perbandingan antara BCS sedang dengan BCS gemuk tidak terlihat perbedaan yang nyata (P>0,05), sedangkan perbandingan antara BCS optimum dengan BCS gemuk terlihat adanya perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). Pada bangsa Brahman perbandingan antara BCS sedang dengan BCS optimum terlihat perbedaan yang sangat nyata (P<0,01), perbandingan antara BCS sedang dengan BCS gemuk terlihat perbedaan yang nyata (P<0.05), begitu pula perbandingan antara BCS optimum dengan BCS gemuk tidak terlihat adanya perbedaan yang nyata (P>0,05). Pada bangsa Simmental perbandingan antara BCS sedang dengan BCS gemuk tidak terlihat perbedaan yang nyata (P>0,05), perbandingan antara BCS sedang dengan BCS gemuk terlihat adanya perbedaan yang sangat nyata (P<0,01), perbandingan antara BCS optimum dengan BCS gemuk tidak terlihat perbedaan yang nyata (P>0,05). Pada bangsa Limousin dari perbandingan antara BCS sedang, optimum, dan gemuk ketiganya tidak terlihat perbedaan yang nyata (P>0,05). Produksi semen beku yang dihasilkan oleh setiap individu tidak dipengaruhi oleh produksi semen segar yang tinggi. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh proses pembekuan yang melalui beberapa tahap, seperti pernyataan Wahyu (2008) bahwa setelah semen terkoleksi maka akan dilakukan pemeriksaan terhadap kualitas semen segar antara lain: (1) secara makroskopis, meliputi volume semen (rata-rata 5 ml), warna semen (susu, krem dan kuning), kekentalan semen (encer, sedang dan kental) dan ph (6,2 6,8) atau rata-rata ph = 7. (2) Secara mikroskopis, meliputi gerakan massa, gerak individu, motilitas (minimal 70%) dan selanjutnya, pemeriksaan konsentrasi semen dengan menggunakan spektrofotometer. Semen beku yang diproduksi BIB Lembang memenuhi syaratsni 4869.1:2008 yaitusemen beku sapi dikemas dalam bentuk straw dengan ukuran ministraw volume 0,25 ml dengan jumlah sel spermatozoa minimal 25 juta (SNI, 2008). 765

SIMPULAN BCS tidak berpengaruh terhadap produksi semen segar, konsentrasi spermatozoa, dan produksi semen beku antar bangsa, sedangkan BCS berpengaruh terhadap produksi semen segar, konsentrasi spermatozoa, dan produksi semen beku dalam bangsa. Pejantan dengan BCS optimum memiliki produksi semen segar tertinggi, pejantan dengan BCS sedang memiliki konsentrasi spermatozoa tertinggi, sedangkan pejantan BCS gemuk memiliki memiliki produksi semen beku terendah. DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta. Bearden, H.J., dan J.W. Fuquay. 1980. Applied Animal Reproduction. Reston Publishing Co, Inc. Prentice Hall Co. Reston. Virginia Campbell, J. R., K. L. Campbell, dan M. D. Kenealy. 2003. Artificial Insemination. In Animal Sciences 4 th ed. Mc Graw-Hill. New York. Diwyanto, K. dan D. W. Vogt. 1989. Associations of Scrotal Circumference Size with Semen Quality and Potential Breeding Effeciency in Yearling Polled Hereford and Simmental Bulls. Beef Cattle Report. Univ. of Missouri Columbia. Columbia. Garner, D. L., E. dan S. E. Hafez. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. In : Reproduction in Farm Animals. 7th Ed B Hafez/ESE Hafez. Lippincott Williams & Wilkins. USA. 96-109. Hafez E.S.E. 1993. Anatomy of male reproduction. In. E.S.E Hafez (Ed). Reproduction in Farm Animals. Sixth Edition, Lea and Febiger, Philadelphia. Herdis. 1998. Metode Pemberian Gliserol dan Lama Ekuilibrasi pada Proses Pembekuan Semen Kerbau Lumpur. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Mathevon, M., M. Buhr dan J. C. M. Dekkers. 1998. Environmental, Management and Genetic Factors Affecting Semen Production in Holstein Bulls. Journal of Dairy Science. 81 :3321-3330 Parish, J.A. dan J. D. Rhinehart. 2008. Body ConditionScoring of Beef Cattle. Mississipi State University. United States. Salamah, Aisyatus. 2011. Peran Aktif BIB Lembang Sepanjang Tahun 2011. Warta BIB. Edisi 02. BIB Lembang. Bandung. Salisbury, G.W dan N.L. VanDemark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Ternak Sapi. Terjemahan Djanuar. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. SNI (Standar Nasional Indonesia). 2008. Semen Beku - Bagian 1 : Sapi (SNI 4869.1:2008). BSN (Badan Standarisasi Nasional). Jakarta. Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika suatu Pendekatan Biometrik terjemahan B. Sumantri. Gramedia. Pustaka Utama. Jakarta. Sumeidiana, I., S. Wuwuh, dan E. Mawarti. 2007. Volume Semen dan Konsentrasi Sperma Sapi Simmental, Limousin dan Brahman di Balai Inseminasi Buatan Ungaran. Universitas Diponegoro Semarang. Suzanna, Erlin. 2008. Kaji Banding Kualitas Semen Beku Sapi Potong yang Telah Didistribusikan ke Lapangan. Skripsi. IPB. Bogor. Toelihere, M. R. 1981. Ilmu Kemajiran pada Ternak. FKH. IPB. Bogor. 766

, M. R. 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa Bandung. Vandeplassche, M. 1982. Reproductive Efficiency in Cattle : A Guideline for Project in Developing Countries. FAO. Rome. Wahyu, Jemi. 2008. Manajemen Mutu Semen Beku Sapi di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang Bandung (Semen Beku Sapi Ongole dan Frisian Holstein). Skripsi. IPB. Bogor. 767