Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat cepat pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN HAK ATAS PENDIDIKAN DASAR DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera,

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PROGRAM AKSELERASI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus di SMP Negeri 9 Surakarta)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kota Pekalongan Tahun 2014 BAB IV PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan temuan-temuan penelitian

I. PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini disebabkan melalui jasa pendidikan, akan dapat dihasilkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pemerintah menetapkan PP Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.

BAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 31

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

UNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti

I. PENDAHULUAN. UUD 1945 pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semuannya dirumuskan oleh Pemerintah. perencana tentang keberadaan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat

DORONGAN BELAJAR SISWA PASCA PEMBERIAN BOS TESIS

ISU-ISU STRATEGIS. 3.1 Analisis Situasi Strategis

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan antar negara di dunia melalui industrialisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

ISU-ISU PENDIDIKAN DIY Oleh Dr. Rochmat Wahab, MA

BAB I PENDAHULUA N. mensejahterakan kehidupan masyarakat. Ketatnya persaingan dunia dengan

Tujuan Pembelajaran. Setelah menyelesaikan pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan. sumber daya manusia. Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. terkecuali, Pemerintah Indonesia dalam Undang-undang Dasar Republik. Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan dasar hukum

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Pendidikan merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

RAKER GUBERNUR KALBAR HUT PEMDA KALBAR KE 53 KOORDINASI PEMANTAPAN PENYELENGGARAAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2010

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

KEBIJAKAN SARANA PRASARANA UNTUK SEKOLAH SWASTA

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2015

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang telah tersedia

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Banyuwangi 1

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas

KESIAPAN SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 1 WADASLINTANG WONOSOBO

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi tiga tantangan besar, pertama sebagai akibat dari krisis ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Studi tentang..., Aris Roosnila Dewi, FISIP UI, 2010.

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah juga dapat dikatakan sebagai agent of change masyarakat bahkan

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penarikan simpulan ini dapat dilakukan setelah dilaksanakannya

BAB I PENDAHULUAN. terencana, terarah, dan berkesinambungan. kurikulum yang lebih baik, dalam arti yang seluas-luasnya, bukan

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

PENGINTEGRASIAN SPM DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KABUPATEN/KOTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan

BAB IV. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

MASALAH DAN ISU STRATEGIS PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu bersaing dalam era keterbukaan, pemerintah memandang perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.

terukur dengan tingkat kepuasan pelayanan di bidang Bina Marga dan Pengairan.

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR DINAS PU BINA MARGA JALAN ADI SUCIPTA NO.2 CIANJUR 43211, TELP (0263) FAX PROPOSAL USULAN

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 tahun 1999

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG MASALAH Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat cepat pada berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dan besar artinya bagi bangsa yang sedang membangun. Pembangunan fisik tanpa diikuti dengan pembangunan manusianya akan menjadi sia-sia, demikian pula sebaliknya. Kedua jenis pembangunan ini harus dilaksanakan secara serentak. Jika pembangunan fisik ditujukan untuk menciptakan sarana kesejahteraan dan kemakmuran bagi setiap warga negara, maka pendidikan ditujukan untuk menciptakan manusiamanusia pembangunan yang bertanggung jawab dan sadar akan hak-hak serta kewajibannya terhadap kelangsungan hidup bangsanya. Pada awal abad XXI ini, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut untuk dapat mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai. Kedua, untuk mengantisipasi era global, dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar mampu bersaing dalam pasar kerja global. Ketiga, sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, perlu dilakukan perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan nasional sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keberagaman kebutuhan/keadaan daerah dan peserta didik, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat. Ditambah dengan kenyataan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat kurang baik. Manajemen pendidikan nasional secara keseluruhan mulai mengalami perubahan. Manajemen yang bersifat sentralistis mulai mengarah pada manajemen demokratisasi dan

2 desentralisasi penyelenggaraan pendidikan. Manajemen pendidikan yang sentralistis tersebut, telah menyebabkan kebijakan yang seragam yang tidak dapat mengakomodir perbedaan keragaman/kepentingan daerah / sekolah / peserta-didik, mematikan partisipasi masyarakat dalam proses pendidikan, serta mendorong terjadinya pemborosan dan kebocoran alokasi anggaran pendidikan. Atas berbagai permasalahan pendidikan tersebut, melalui Propenas 1999-2004, dibuat arah kebijakan perbaikan sistem pendidikan yang juga tercermin dari alokasi dana yang diberikan dalam anggaran pemerintah. Arah kebijakan pembangunan pendidikan pada 2004, diarahkan untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan pendidikan dengan mengutamakan upaya pencapaian target Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun yang memberikan perhatian lebih besar pada kelompok miskin, penduduk yang tinggal di daerah pedesaan, dan pada daerah-daerah serta Kawasan Indonesia yang memiliki partisipasi pendidikan dibawah rata-rata nasional. Hal ini dilakukan melalui penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, penyediaan berbagai pendidikan alternatif, beasiswa bagi masyarakat miskin, dan bantuan biaya operasional pendidikan bagi sekolah miskin yang pelaksanaannya tetap memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender dan dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Menurut Oji Mahroji, Kepala Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) Kota Bandung, jumlah siswa di Kota Bandung mulai SD hingga SMA pada saat ini mencapai 454 ribu orang. Dari data tersebut, sedikitnya 67.250 siswa SD, SMP, SMA dan SMK di Kota Bandung mengalami drop out atau putus sekolah karena alasan ekonomi dan beberapa sebab lainnya. Jumlah siswa yang dapat mengalami putus sekolah tersebut tingkat SD sekitar 30 ribu siswa, SMP 22 ribu siswa, SMA 7.000 siswa dan SMK sebanyak 7.000 siswa. Menurut data tahun 2006, jumlah siswa SD putus sekolah di Kota Bandung 50

3 siswa, SMP 150 siswa dan SMA sebanyak 520 siswa. Setiap tahun angka putus sekolah cenderung menurun. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah pusat dan program bantuan dari APBD cukup berperan menurunkan angka putus sekolah, kata Oji. (http://www.banjarmasinpost.co.id/content/view/1373/86). Berkaitan dengan prasarana pendidikan, Direktur Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas Sungkowo menjelaskan, sejak tahun 1998, Depdiknas sudah mencatat berbagai kerusakan infrastruktur sekolah. Secara nasional di Indonesia, kondisi gedung sekolah dasar (SD) rusak berat yang tercatat mencapai 172.030 ruang belajar. Untuk memperbaiki kerusakan infrastruktur itu, Depdiknas sudah melakukan berbagai program perbaikan ruang kelas, mebel, dan perpustakaan yang dimulai tahun 1999. Berbagai usaha dilakukan tetapi dirasa belum banyak mengurangi jumlah gedung SD yang rusak berat, karena kerusakan sekolah terus terjadi ketersediaan dana pemeliharaan yang sangat terbatas. (http://groups.yahoo.com/group/cfbe/message/5914) Menurut Gubernur Jawa Barat, perbaikan sekolah dilakukan secara terus menerus di wilayah Jawa Barat dan target rehabilitasi pada tahun 2008 adalah sebanyak 5.899 ruangan dengan total anggaran Rp. 225 Milliar. Target ini meliputi SD sebanyak 4472 kelas, MI sebanyak 723 kelas, SMP sebanyak 504 kelas dan MTs sebanyak 200 kelas. Pada saat ini sekitar 2263 ruang kelas di Kota Bandung dalam kondisi rusak dan 639 sekolah diantaranya termasuk kategori sekolah rusak total, rusak berat dan rusak sedang. Sedangkan sisanya sebanyak 1624 sekolah termasuk rusak ringan. Diharapkan perbaikan sekolah-sekolah tersebut dapat diselesaikan tahun 2010 menurut Henry Pantas Panggabean, Anggota Panitia Anggaran (Pangar) DPRD Kota Bandung. (Pikiran rakyat, 1 April 2009) Pada saat ini pemerintah melalui berbagai program dan sumber pendanaan telah dan terus melakukan perbaikan gedung sekolah dan pembuatan sekolah baru terutama

untuk menunjang usaha meningkatkan mutu pembelajaran dan penuntasan program wajib belajar 9 tahun, meskipun masih terdapat banyak kendala. 4 Realisasi kebijakan peningkatan mutu pembelajaran dan penuntasan wajib belajar adalah adanya program-program pokok antara lain rehabilitasi SD/MI, pembangunan unit sekolah baru (USB) dan ruang kelas baru (RKB) bagi SMTP/Mts, disamping kegiatan menyelenggarakan pendidikan alternatif seperti SD satu guru, SD kecil dan SMP/MTs Terbuka untuk memberikan pelayanan bagi anak yang tidak dapat mengikuti pendidikan reguler, pemberian beasiswa bagi siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu, serta pemberian bantuan khusus sekolah yang ditujukan untuk mendorong sekolah dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan kualitas outcomes. Fasilitas sekolah merupakan salah satu bagian penting dalam keberhasilan suatu pembelajaran sekolah. Fasilitas harus memadai dan sejalan dengan kebutuhan sekolah dalam kerangka untuk mencapai mutu pendidikan yang diinginkan. Kondisi tersebut dapat menimbulkan berbagai permasalahan antara lain : Target penuntasan wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh Pemerintah belum / sulit tercapai. Kualitas lulusan sekolah dasar masih belum optimal, hal ini terlihat dari nilai NEM sekolah dasar yang masih rendah. Lulusan sekolah dasar yang masih tidak dapat mengikuti perkembangan jaman terutama ditinjau dari segi teknologi. Angka putus sekolah masih terus harus ditekan. Hal ini disebabkan selain karena permasalahan ekonomi, juga karena keterbatasan jumlah dan kualitas sekolah yang ada. Keterbatasan fasilitas sekolah ditinjau dari segi ketersediaan dan kualitas yang kurang baik dapat menyebabkan proses pembelajaran sekolah terganggu. Contoh:

5 keterbatasan jumlah ruang kelas sekolah yang merupakan salah satu prasarana penting dalam proses belajar mengajar sekolah dasar masih jauh dari kebutuhan. Oleh karena itu fasilitas sekolah akan mempengaruhi hasil pembelajaran di sekolah dan akan mempengaruhi mutu pembelajaran. Dengan latar belakang dan kondisi lapangan seperti dijelaskan diatas, maka mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terkait dengan bagaimana manajemen fasilitas perlu dilakukan sekolah dalam kerangka peningkatan mutu pendidikan. B. FOKUS DAN BATASAN MASALAH Salah satu hal yang mempengaruhi keberhasilan mutu pembelajaran sekolah dasar adalah dilakukannya proses manajemen sekolah yang baik. Manajemen ini menyangkut berbagai hal diantaranya adalah manajemen fasilitas sekolah. Berdasarkan latar belakang masalah serta penjelasan diatas, maka fokus permasalahan pada penelitian ini adalah adanya hubungan antara keberhasilan mutu pembelajaran sekolah dasar dengan pengelolaan atau manajemen fasilitas sekolah. Hal ini menarik bagi peneliti untuk meneliti lebih jauh mengenai rumusan masalah tersebut, dan untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai masalah ini, maka peneliti menformulasikan permasalahan penelitian tersebut pada pertanyaan penelitian berikut : 1. Bagaimana fasilitas yang ada mendukung implementasi kurikulum yang diwujudkan dalam bentuk tuntutan kebutuhan kegiatan belajar mengajar? 2. Bagaimana mutu layanan pembelajaran dikaitkan dengan ketersediaan fasilitas yang tersedia? 3. Bagaimana mengoptimalisasikan penggunaan fasilitas sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan? 4. Bagaimana keberlanjutan ketersediaan fasilitas dengan operasional sekolah di masa mendatang?

C. TUJUAN PENELITIAN 6 Peneliti bermaksud untuk mendeskripsi, mengkaji dan menganalisis berbagai faktor manajemen fasilitas sekolah dasar yang terkait dengan tingkat mutu pembelajaran sekolah dasar di sekolah dasar pada wilayah kota Bandung dan Kota Cimahi. Adapun tujuan penelitian ini adalah mempelajari, mengidentifikasi, mengkaji dan menganalisis berbagai faktor yang terkait dengan manajemen fasilitas sekolah dasar untuk mendukung keberhasilan pencapaian mutu pembelajaran sekolah dasar khususnya dalam hal : 1. Menganalisis keterkaitan antara fasilitas sekolah dasar dengan kurikulum. 2. Menganalisis keterkaitan antara fasilitas sekolah dasar dengan mutu pembelajaran. 3. Menganalisis optimalisasi penggunaan fasilitas terkait dengan mutu pendidikan. 4. Menganalisis keterkaitan ketersediaan fasilitas pada pengembangan mutu pembelajaran sekolah di masa mendatang. Keluaran dari penelitian ini diharapkan dapat membantu para pengambil keputusan pada masing-masing sekolah dan dinas pendidikan untuk menyusun rencana pemanfaatan dan pengembangan fasilitas sekolah dengan lebih baik pada saat ini dan di masa mendatang. D. MANFAAT PENELITIAN Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada pengayaan khasanah penelitian empirik dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pelaku manajemen di sekolah dan kantor dinas pendidikan untuk memanfaatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan secara optimal.

7 Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam menentukan kebijakan pengelolaan berbagai fasilitas yang ada di sekolah, sehingga dapat meningkatkan mutu / kualitas pembelajaran di sekolah dasar. E. KERANGKA PENELITIAN Pada saat ini pendidikan nasional masih dihadapkan beberapa permasalahan yang menonjol seperti yang dikemukakan oleh Yahya A. Muhaimin antara lain : (1) masih rendahnya pemerataan memperoleh pendidikan; (2) masih rendahnya mutu dan relevansi pendidikan; dan (3) masih lemahnya manajemen pendidikan (Jalal, 2001:56). Permasalahan pokok di atas, merupakan permasalahan yang terjadi pada banyak daerah. Untuk mengantisipasinya telah banyak dikeluarkan kebijakan pendidikan yang mengarah kepada pemecahan masalah pokok di atas. Sebagai contoh, salah satu kebijakan strategis adalah penetapan visi suatu kota sebagai jasa pelayanan terpadu di bidang perdagangan, pendidikan dan kesehatan. Sebagai konsekuensi ditetapkannya sebagai kota jasa pendidikan harus didukung oleh sektor lainnya bagaimana kondisi ruang yang telah terbangun khususnya sarana pendidikannya bagaimana sarana pendukungnya transportasi jalan dan banyak variabel lainnya, kemudian aspek perencanaan yang meliputi arah kebijakan pengembangan wilayah perdagangan, pendidikan, kesehatan, industri, pemukiman dan sebagainya. Konsepsi tersebut tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah. Model pendidikan sekolah secara umum dapat dilihat pada Gambar 1 dan kerangka pikir penelitian pada disertasi ini dapat dilihat pada Gambar 2. Kerangka pikir penelitian didasarkan pada masukan (input), proses (kegiatan belajar mengajar) dan keluaran (output) sekolah dasar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor internal antara lain kepemimpinan, keuangan, sarana dan prasarana dan faktor-faktor eksternal sekolah

8 seperti budaya, sosial dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi keberhasilan sekolah dalam mencetak kualitas siswa. Pada kerangka pikir ini terlihat secara jelas faktor-faktor yang mempengaruhi mutu lulusan yaitu dimulai dari adanya anak atau siswa yang melalui proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan diri secara baik. Agar proses belajar mengajar ini dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan faktor-faktor pendukung, antara lain adalah sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Sarana dan prasarana yang baik menurut penilaian dari berbagai aspek, akan dapat mendukung kegiatan belajar mengajar secara baik, artinya kemampuan anak akan dapat dikembangkan secara optimal dimana dapat digali semua potensi yang dimiliki anak.

9 Kepemimpinan dan manajemen Organisasi budaya INPUT Calon Siswa dan Visi dan Misi Sekolah PROCESS Pembelajaran Lingkungan eksternal OUTPUT Kualitas Ssiswa Lulusan Instrumental INPUT INFORMASI KEUANGAN SUMBER DAYA MANUSIA SARANA DAN PRASARANA Gambar 1 Model Umum Pendidikan Sekolah

F. LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan pada beberapa sekolah dasar yang tersebar di kota Bandung dan Cimahi. Pada penelitian ini akan dilakukan studi banding pada beberapa sekolah di wilayah Jawa Barat.

KURIKULUM TEACHING SOSIAL BUDAYA ETIKA & NILAI KOMUNIKASI FISIK IQ EMOTIONAL PENGETAHUAN PENGERTIAN PEMAHAMAN KEMAMPUAN KOMPETENSI TINGKAH LAKU ANAK / SISWA AKTIVITAS BY DESIGN (LEARNING) KEBUTUHAN SPESIFIKASI FASILITAS PENDIDIKAN SARANA PRASARANA PERENCANAAN PENGADAAN PENGATURAN PEMANFAATAN PEMELIHARAAN Gambar 2 Kerangka Pikir Penelitian KETERSEDIAAN KUALITAS KENYAMANAN KEINDAHAN