BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penyalahgunaan konsumsi alkohol sudah. sangat marak di kalangan masyarakat awam. Di Negara maju

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perkembangan zaman yang terus berubah (Junaedi dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi minum minuman keras (miras) di tengah kehidupan masyarakat Bali sudah

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah penyebab sepertiga kematian pada anak-anak muda di beberapa bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia sebagai makhluk pribadi mengalami beberapa proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sintia Dewi,2013

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

Rio Jamaludin F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Manusia itu tida.k dilahirkan dengan suatu sikap pandangan ataupun sikap

DAMPAK PERILAKU PENGGUNAAN MINUMAN KERAS DI KALANGAN REMAJA DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merambah di semua kalangan. Merokok sudah menjadi kebiasaan di

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik bagi masa depan negara. Oleh karena itu banyak pihak yang menaruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 06/M-DAG/PER/1/2015 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini banyak sekali kita ditemukan kasus dimana remaja laki-laki,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang indah dan menyenangkan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolesense adalah periode perkembangan selama individu


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi ketertiban, keamanan, kejahatan dan kekerasan pelakunya menyadari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus bangsapun dibutuhkan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. memabukan, seperti minuman keras. Minuman keras ini mengandung alkohol

BAB I PENDAHULUAN. alkohol, napza, seks bebas) berkembang selama masa remaja. (Sakdiyah, 2013). Bahwa masa remaja dianggap sebagai suatu masa dimana

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 SRAGEN KABUPATEN SRAGEN

dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa kanak-kanak dewasa. Karena itulah bila masa kanak-kanak dan remaja rusak karena

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang

BAB`1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan baik secara fisik maupun mental. Remaja. mengalami perkembangan yang sangat pesat yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa tumbuh dan berkembang dimana terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk dilaksanakan bagi pengguna narkoba. Zat yang terkandung dalam obat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat, karena banyakdari kaum laki-laki maupun perempuan, tua

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kebiasan merokok adalah pemandangan yang tidak. asing lagi untuk kita lihat. Menurut laporan WHO (2002),

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat banyak variasi dalam perkembangan fisik, kognitif dan

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Merokok masih menjadi kebiasaan banyak orang baik di negara. tinggi. Jumlah perokok di Indonesia sudah pada taraf yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan minum minuman keras di kalangan remaja merupakan fenomena yang

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak kemasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain, bahkan merokok dapat menyebabkan kematian. Laporan dari World

- 1 - BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

Kontribusi Determinan Intensi terhadap Intensi Berhenti Mengkonsumsi Minuman Beralkohol pada Anggota Klub Mobil X di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi masalah baru di negara kita. Melalui The World Program of Action for

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara. Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Southeast Asia Tobacco Control Alliance, dan Komisi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman terbukti megubah sebagian besar gaya hidup manusia. Mulai dari cara memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya seperti kebutuhan hiburan atau kesenangan. Banyak hal yang dapat dilakukan individu untuk memenuhi kebutuhan hiburan baik itu positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol merupakan salah satu bentuk kebutuhan gaya hidup manusia yang berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang hidup di perkotaan, sampai akhirnya perilaku tersebut menjadi kebiasaan dan kebutuhan yang harus terpenuhi. Kini minuman yang mengandung alkohol bukan menjadi sesuatu hal yang tabu lagi di kalangan masyarakat. Berbagai kalangan bawah, menengah dan atas tidak merasa asing lagi dengan keberadaan minuman beralkohol. Bagi beberapa individu atau kelompok tertentu mengonsumsi alkohol merupakan suatu hal yang wajar dan sudah dimaklumi. Tidak jarang individu mengonsumsi alkohol di muka umum dan tidak mempunyai rasa malu, bahkan ada perasaan bangga ketika orang lain melihat perilakunya. Sekarang ini mengonsumsi minuman beralkohol tidak hanya dilakukan di tempat yang tertutup saja, di tempat terbuka pada siang hari juga tidak jarang ditemukan. 1

2 Saat ini pemerintah sedang menggerakkan untuk Indonesia bebas Narkoba. Jumasani (2015) menuliskan jika Presiden Joko Widodo menegaskankan bahwa Indonesia kini berada dalam posisi darurat narkoba. Tidak hanya dikalangan anak muda, tetapi juga instansi-instasi pemerintahan. Narkoba terdiri dari lima jenis golongan berdasarkan efek sistem syaraf pusat, alkohol merupakan jenis golongan depresan yang dapat merusak endorfin sehingga jika terus mengonsumsi individu akan mengalami kerusakan pada otak. Menurut penelitian Badan Narkotika Nasional dan POLRI tahun 2013 tercatat jumlah kasus minuman keras atau alkohol pada tahun 2008 peminum alkohol mencapai 9.429 orang dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebesar 10.742 orang. Pada tahun 2010 sedikit berkurang tetapi angka pengguna tetap tinggi yaitu 7.451 orang dan meningkat kembali pada tahun 2011 mencapai 8.880 orang, kemudian di tahun 2012 sebesar 7.745 orang. Minuman beralkohol atau yang sering disebut miras atau minuman keras masuk dalam lima besar jumlah kasus narkoba yang sering banyak dikonsumsi karena alkohol adalah jenis zat adiktif yang bebas diperjualbelikan. Soendoro (2009, h.174-175) mengemukakan prevalensi peminum alkohol 12 bulan terakhir tahun 2007 pada provinsi Jawa Tengah menurut Riset Kesehatan Dasar, Semarang masuk dalam 10 besar dari 35 kota dan kabupaten di Jawa Tengah dengan jumlah 2,8%, angka yang cukup tinggi dibandingkan kota atau kabupaten lain di bawahnya. Berdasarkan data yang sama, prevalensi peminum alkohol terlihat tinggi pada usia antara 15-24 tahun (4,5%) dan pada usia antara

3 25-34 tahun (4,6%), cukup tinggi pada usia 35-44 tahun (2,3%), namun turun dengan bertambahnya usia. Menurut jenis kelamin, prevalensi peminum alkohol lebih besar laki-laki dibanding perempuan. Peminum alkohol bukan hanya dari kalangan remaja saja, berdasarkan data yang diperoleh di atas menunjukan bahwa sebagian besar peminum alkohol adalah orang dewasa. Ada tiga masa dalam perkembangan dewasa, dewasa muda (20-an dan 30-an), dewasa tengah (40-an dan 50-an), dan dewasa akhir (60-an hingga meninggal). Setiap fase menampilkan perubahan fisik, kognitif, dan sosial-emosional (King, 2012, h.196). Sebagai seorang dewasa yang masih muda, banyak dari kita membangun sebuah pola seperti merokok dalam taraf sedang atau berlebihan, minum-minuman keras dalam taraf sedang atau berlebih, tidak berolah raga, dan tidur dalam waktu yang sedikit setiap malam (Santrock, 2002, h.76). Mungkin karena kemantapan kemampuan fisik serta kesehatan secara keseluruhan, dewasa muda jarang menyadari kebiasaan makan yang buruk, terlalu banyak minum-minuman keras, dan merokok yang dapat merusak kesehatan mereka seiring dengan bertambahnya usia (King, 2012, h.199). Di Indonesia, khususnya di kota Semarang sangat mudah untuk mendapatkan minuman beralkohol. Banyak warung-warung atau mini market yang menjual secara bebas minuman beralkohol tersebut. Kemudahan tersebut membuat siapapun dapat dengan mudah membeli minuman beralkohol setiap saat. Banyaknya kemudahan yang diberikan membuat semakin tingginya pemakaian minuman beralkohol. Ketika

4 seseorang ingin mengonsumsi, pelaku dapat dengan mudah mendapatkannya. Frekuensi mengonsumsi alkohol pada umumnya bersifat episodik meningkat pada hari-hari tertentu. Misalnya saat gajian, malam libur, pesta dan hajatan (Suhardi, 2011, h.157). Intensitas minum alkohol dapat menerangkan terjadinya berbagai masalah sosial yang meresahkan masyarakat. Konsumsi alkohol walaupun dengan intensitas rendah tetap bisa menimbulkan disorientasi dan selanjutnya meningkatkan risiko mengalami kecelakaan (Suhardi, 2011, h.162). Konsumsi dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan intoksikasi akut yang bisa memicu kecelakaan dan kriminalitas. Selanjutnya ketergantungan terhadap alkohol akan menimbulkan masalah keluarga, disintegrasi sosial dan penurunan produktivitas, sehingga mengakibatkan kerugian sosial ekonomi bagi masyarakat dan negara (Suhardi, 2011, h.155). Sarwono (2001, h.215) menyatakan bahwa penggunaan alkohol secara berlebihan mempunyai dampak terhadap syaraf manusia yang menimbulkan berbagai macam perasaan. Sebagian dari penggunaan alkohol dapat meningkatkan gairah, semangat dan keberanian, sebagian lagi dapat menimbulkan perasaan mengantuk dan yang lainnya bisa menimbulkan efek tenang dan nikmat sehingga bisa melupakan segala kesulitan. Efek-efek itulah yang menyebabkan beberapa individu menyalahgunakan alkohol. Alkohol dalam dosis yang berlebihan dapat membahayakan jiwa seseorang yang bersangkutan, misalnya dapat menimbulkan ketergantungan bagi pemakainya.

5 Alkohol merupakan suatu produk yang dapat merugikan atau membahayakan kesehatan. Ada lebih dari 60 jenis penyakit yang merupakan efek jangka panjang minum alkohol, yang fatal misalnya sirois hati, kanker hati, bunuh diri dan dementia (Suhardi, 2011, h.162). Supratiknya (2006, h.61) menjelaskan bahwa bila kandungan alkohol di dalam darah mencapai 0,1 persen, maka individu akan mengalami keracunan. Koordinasi otot, fungsi bicara, dan pengelihatannya akan terganggu, dan proses berpikirnya menjadi kacau. Bila kandungan alkohol di dalam darah mencapai 0,5 persen, keseimbangan saraf akan terganggu secara keseluruhan dan individu akan kehilangan kesadaran. Keadaan hilang kesadaran ini sesungguhnya merupakan katup pengaman, sebab bila konsentrasi alkohol di dalam darahnya melampaui 0,5 persen, akibatnya bisa fatal, akan menyebabkan kematian. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Senin (12/5/2014), menyatakan, alkohol membunuh 3,3 juta orang di seluruh dunia setiap tahun. Angka kematian akibat konsumsi alkohol ini jauh di atas gabungan korban AIDS, TBC, dan kekerasan. Kematian yang disebabkan alkohol termasuk kecelakaan lalu lintas akibat mabuk, kekerasan terkait alkohol, dan berbagai penyakit yang disebabkannya. WHO menambahkan, alkohol mengakibatkan satu dari 20 kematian di dunia setiap tahun (Hardoko, 2014). Pada tahun 2011 terdapat 2,5 juta penduduk dunia meninggal akibat mengonsumsi minuman beralkohol. Sebesar sembilan persen angka kematian tersebut terjadi pada orang muda berusia 15 29 tahun (Agung, 2015, h.61).

6 Terdapat banyak faktor yang menyebabkan individu mengonsumsi minuman beralkohol. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku mengonsumsi minuman beralkohol adalah konformitas kelompok. Tekanan yang berupa ajakan maupun paksaan membuat subjek sulit untuk menolak ajakan minum-minuman beralkohol. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cipto dan Kuncoro (2010, h.82) menemukan bahwa koefisien korelasi antara konformitas terhadap kelompok dengan perilaku minum-minuman beralkohol pada remaja sebesar rxy= 0,397 dengan taraf signifikansi 0,000 (p<0,01). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi konformitas terhadap kelompok maka semakin tinggi perilaku minum-minuman beralkohol pada remaja, demikian sebaliknya. Hurlock (1980, h.213) mengemukakan bahwa kuatnya pengaruh kelompok disebabkan karena individu lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan temanteman sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman-teman pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku dapat berpengaruh lebih besar pada individu. Demikian pula bila anggota kelompok mencoba minum alkohol, obat-obatan terlarang atau rokok, maka individu cenderung mengikutinya tanpa mempedulikan perasaan mereka sendiri dan akibatnya. Penelitian Rochadi (dalam Fitriyani dkk, 2013, h.59) yang menguji hubungan antara konformitas dengan perilaku merokok pada mahasiswa menunjukan bahwa konformitas mempengaruhi perilaku merokok pada remaja. Remaja mulai mengenal rokok dari teman-teman

7 sebayanya dan menganggap bahwa saat yang tepat untuk merokok adalah saat bersama dengan teman-temannya. Begitu pula sama halnya dengan mengonsumsi minuman beralkohol, individu cenderung lebih mudah terpengaruh oleh kelompoknya karena selain berkumpul dengan kelompok adalah saat yang tepat untuk mengonsumsi, norma dan tuntutan yang ada dalam kelompok juga memberi tekanan pada individu sehingga individu berperilaku sama seperti harapan kelompoknya. Konformitas mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan. Konformitas terjadi karena individu tidak ingin dipandang berbeda dan agar dapat diterima oleh kelompoknya. Salah satu kebutuhan yang sangat peka dalam kelompok adalah kebutuhan untuk diterima dan menghindari ditolak oleh kelompok. Bagaimanapun juga setiap orang pasti akan melakukan konformitas dalam situasi tertentu dan untuk alasan yang sama dengan yang lain. Beberapa melakukannya karena mereka mengidentifikasikan diri mereka dengan kelompok dan anggota kelompok, serta ingin tampil serupa dengan mereka. Beberapa orang berharap untuk disukai. Beberapa percaya bahwa kelompok memiliki pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan pengetahuan mereka sendiri (Wade dan Tavris, 2007, h.302). Pengaruh konformitas terhadap perilaku mengonsumsi alkohol cukup besar. Maraknya perilaku mengonsumsi alkohol pada saat ini menjadi permasalahan yang memprihatinkan. Masih terbatasnya hasil penelitian mengenai hubungan antara konformitas kelompok dengan perilaku mengonsumsi minuman

8 beralkohol dan hasil survey awal yang mengindikasi adanya fenomena perilaku tersebut memotivasi peneliti untuk meneliti Perilaku Mengonsumsi Minuman Beralkohol Ditinjau dari Konformitas Kelompok. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara konformitas kelompok dengan perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoretis Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan dan memperkaya pengetahuan dibidang Psikologi Kesehatan dan Psikologi Sosial mengenai hubungan konformitas kelompok dan perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. 2. Manfaat praktis a. Bagi individu, memberikan informasi dan referensi mengenai konformitas kelompok dan perilaku mengonsumsi minuman beralkohol, sehingga individutidak jatuh dalam perilaku mengonsumsi minuman beralkohol.

9 b. Bagi keluarga dan masyarakat sekitar, mendapatkan informasi dan referensi mengenai perilaku mengonsumsi minuman beralkohol, sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan munculnya perilaku tersebut.