BAB I PENDAHULUAN. pengalaman remaja dalam berhubungan dengan orang lain. Dasar dari konsep diri

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fahmi Dewi Anggraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hadi Wiguna Kurniawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan

EFEKTIVITAS TEKNIK PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI (SELF-ACCEPTANCE) SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. individu tentang dirinya sendiri inilah yang disebut konsep diri.

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. diri untuk menghadapi keadaan-keadaan tersebut (Hurlock, 1990).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak dan semakin menguat pada masa remaja.hurlock (1980:235) kesatuan membentuk apa yang disebut sebagai konsep diri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB I PENDAHULUAN. antara manusia yang satu dengan yang lainnya. perkembangan yang terjadi pada remaja laki-laki meliputi tumbuhnya rambut,kulit

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992).

2015 KORELASI KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PESERTA DIDIK MTS AT TAUFIQ BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. No. Skripsi : 091/S/PPB/2013 pertengahan dan akhir masa anak-anak.

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu dalam kehidupannya akan menghadapi berbagai permasalahan,

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

BAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan.

PERBANDINGAN KONSEP DIRI ANTARA SISWA KELAS BERSTANDAR INTERNASIONAL DENGAN SISWA KELAS REGULER

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar adalah memperoleh

Pengertian Bimbingan dan Konseling? Bimbingan dan Konseling adalah bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada semua siswa baik secara perorang

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 24 tahun (WHO,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hana Nailul Muna, 2016

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Anna Kurnia, 2013 Profil Motivasi Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan mengenai hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi hampir bersamaan antara individu satu dengan yang lain, dan

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sutanto, 2014 Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Bab satu terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat/ signifikansi penelitian serta struktur organisasi skripsi. A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada dasarnya akan melalui tahapan perkembangan dimulai dari masa bayi, kanak-kanak, remaja dan masa dewasa dalam rentang hidupnya. Salah satu tahapan yang akan dijalani individu adalah masa remaja. Pada masa remaja, individu sering mengalami permasalahan karena remaja mengalami peralihan dari masa anak-anak. Masalah-masalah yang dialami remaja, seringkali dan bahkan hampir semua berasal dari dalam diri. Salah satu permasalahan yang berasal dari dalam diri adalah konsep diri. Keguncangan dan kebingungan yang dialami remaja sebagai akibat dari masa peralihan sering menimbulkan perilaku yang salah suai yang ditampilkan dalam bentuk perilaku seperti rendah diri, sikap pesimis, tidak percaya diri, rasa cemas yang berlenihan dan perilaku penilaian negatif terhadap diri atau konsep diri yang negatif. Konsep diri adalah persepsi atau pandangan yang dimiliki remaja tentang diri masing-masing. Menurut Burns (1993: v) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang dipikirkan oleh orang lain, pendapat orang lain mengenai diri, dan seperti apa diri yang diinginkan oleh setiap individu. Konsep diri bukan merupakan sesuatu yang dipelajari dan terbentuk dari pengalaman remaja dalam berhubungan dengan orang lain. Dasar dari konsep diri remaja ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan pada masa anak dan menjadi dasar yang mempengaruhi kehidupannya di kemudian hari. Setiap remaja akan

2 menerima tanggapan-tanggapan yang diberikan dan dijadikan cermin bagi remaja untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Konsep diri terbentuk karena suatu proses umpan balik dari orang lain. Hurlock (1980: 235) mengemukakan : faktor yang mempengaruhi konsep diri remaja adalah (a) usia kematangan, (b) penampilan diri, (c) kepatutan seks, (d) nama dan julukan, (e) hubungan keluarga, (f) teman-teman sebaya, (g) kreatifitas, dan (h) citacita. Ferliana (Merdekawati, 2002 : 5) mengemukakan banyak remaja yang memiliki pandangan buruk terhadap dirinya dan kurang memiliki keyakinan akan kemampuan yang dimilikinya, sehingga mereka kurang dapat mengaktualisasikan potensi yang sesungguhnya. Sedangkan menurut Clara (1985 : 1) dari berbagai pengamatan yang dilakukan, banyak siswa yang memiliki kegagalan dalam pelajaran bukan disebabkan oleh tingkat intelegensi yang rendah atau keadaan fisik yang lemah, melainkan ada perasaan tidak mampu melaksanakan tugas. Sebagai contoh kasus yang disampaikan pada majalah kawanku nomor 08/xxxv/2005, seorang siswi di salah satu SMA Negeri di Jakarta melakukan bunuh diri karena merasa dikucilkan oleh teman-temannya. Begitu pula yang terjadi di salah satu SMA Negeri di kota Bekasi, seorang siswi melakukan tindakan yang sama karena merasa teman-temannya tidak mau berteman dengannya karena ia anak seorang tukang bubur. Sebelum melakukan bunuh diri, kedua siswi tersebut tidak mau sekolah, bahkan siswi yang bersekolah di Kota Bekasi tidak naik kelas. Kasus tersebut menggambarkan bagaimana konsep diri yang negatif dapat mempengaruhi perilaku individu yang berdampak bukan hanya pada kepribadian, tetapi juga pada masalah belajar. Adanya pemahaman serta penilaian remaja bahwa dirinya tidak memiliki kemampuan, tidak memiliki penampilan yang menarik, dapat menimbulkan permasalahan lanjutan. Masalah yang dimaksud mulai dari evaluasi terhadap diri yang negatif, harga diri yang rendah, kurangnya manajemen diri, kurangnya penerimaan terhadap diri, tidak ada penguatan positif di dalam diri dan kurangnya aktualisasi diri yang mendukung. Permasalahan yang timbul tidak dapat dibiarkan karena akan mengganggu pada remaja maupun pada lingkungan. Remaja akan

3 memiliki pemahaman, penilaian dan harapan yang rendah terhadap diri sendiri. Adanya pemahaman, penilaian dan harapan peserta didik tidak memiliki kemampuan, memiliki penampilan yang kurang menarik, mengalami permasalahan-permasalahan di lingkungannya, dapat menimbulkan permasalahan lanjutan, antara lain munculnya perasaan tidak percaya diri, minder, merasa tidak mampu dengan kekuatan diri, menyesali keadaan dirinya dan putus asa. Pandangan mengenai fisik, psikis dan sosial dapat memberikan kontribusi yang sangat besar pada konsep diri. Syarif (2007: 79) menjelaskan persentase terkecil aspek fisik pada konsep diri peserta didik mengenai keadaan fisik diperoleh sebesar 48,4%, mengindikasikan masih banyak peserta didik yang memiliki penilaian, pengetahuan, dan pengharapan yang belum positif tentang keadaan fisik sehingga memiliki persepsi negatif tentang tubuhnya. Cara peserta didik dalam menilai dirinya sendiri yang dinamakan konsep diri. Solihah (2007: 144) menyatakan permasalahan yang banyak dikonsultasikan remaja pada Mitra Citra Remaja (MCR) PKBI Jawa Barat pada masa pubertas, yaitu mengenai permasalahan perubahan fisik sebanyak 27,9 %, dampak perubahan fisik 27 %, kekhawatiran pada masa puber 16 %, kekhawatiran pada masa pubertas sebagai awal remaja 10,1 % dan keadaan emosi 7,6 %. Permasalahan-permasalahan peserta didik yang memiliki konsep diri negatif, perlu diupayakan pemberian bantuan pada peserta didik dengan cara menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan konsep diri yang positif. Keberhasilan peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya bergantung pada kemampuan dalam memahami siapa dirinya. Pemahaman terhadap diri berkaitan dengan bagaimana peserta didik memandang kelebihan maupun kekurangan diri secara positif. Diperlukan pihak yang dapat membimbing, memberikan informasi dan pemahaman mengenai bagaimana peserta didik memandang kelebihan maupun kekurangan diri secara positif, sehingga peserta didik memiliki konsep diri yang positif. Salah satu pihak yang dapat membantu peserta didik dalam memahami siapa dirinya adalah guru bimbingan dan konseling atau konselor.

4 Bimbingan dan konseling sebagai suatu sub-sistem sekolah merupakan salah satu unsur penting bagi keseluruhan proses pembelajaran yang tertuju pada pencapaian tujuan pendidikan secara optimal. Bidang pembinaan peserta didik (Bimbingan dan Konseling) terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada peserta didik dalam upaya mencapai perkembangannya melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya. Diharapkan memberikan kontribusinya kepada peserta didik dalam mengembangkan konsep diri ke arah yang positif. Pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam upaya mengembangkan konsep diri peserta didik ke arah yang positif mengarah kepada bimbingan pribadi karena konsep diri terbentuk berdasarkan aspek pribadi. Aspek pribadi menyangkut pengetahuan, penilaian, pengharapan dan cara pandang baik tentang fisik, psikis maupun sikap yang dimiliki peserta didik. Oleh karena itu program bimbingan yang dirancang mengarah pada program bimbingan pribadi. Dengan adanya program bimbingan pribadi yang mengarah pada pengembangan konsep diri, diharapkan dapat membantu peserta didik dalam mengenali dirinya, mengarahkan dirinya secara tepat, mampu mengembangkan segala potensi yang dimiliki agar berkembang secara optimal. Program disusun secara komperhensif dengan menggunakan teknik atau strategi khusus yang diharapkan mampu mengembangkan konsep diri peserta didik ke arah yang positif. Melalui penelitian penulis mempergunakan setting kelompok guna mengembangkan konsep diri yang positif pada remaja. Teknik pendekatan kelompok efektif dalam membantu peserta didik untuk mengembangkan konsep diri yang positif karena konsep diri terbentuk dari adanya hubungan interaksi sosial antara individu dengan orang lain. Interaksi dalam hubungan kelompok diharapkan berdampak positif pada peserta didik dalam pencapaian kemandirian dirinya, yang mencakup : pengetahuan diri, pemahaman diri, penerimaan diri dan pengambilan keputusan. Layanan bimbingan kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dengan memanfaatkan dinamika kelompok dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya.

5 Bimbingan kelompok merupakan lingkungan yang kondusif dimana setiap anggota memberikan kesempatan untuk menambah penerimaan diri dan orang lain, memberikan ide, perasaan, dukungan bantuan alternatif pemecahan masalah dan mengambil keputusan yang tepat. Suasana kelompok dapat menumbuhkan perasaan berarti bagi anggota yang selanjutnya juga dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Penggunaan teknik dalam kegiatan bimbingan kelompok memiliki banyak fungsi. Selain dapat lebih memfokuskan kegiatan bimbingan kelompok terhadap tujuan yang ingin dicapai, tetapi juga dapat membuat suasana yang terbangun dalam kegiatan bimbingan kelompok agar lebih semangat dan tidak membuat peserta didik jenuh dalam mengikutinya. Intervensi yang digunakan untuk mengembangkan konsep diri yang positif pada peserta didik yaitu menggunakan teknik penguatan kembali (reinforcement) yang ada di dalam terapi kelompok behavioral yang masingmasing anggotanya memberikan penguatan berupa penghargaan, persetujuan, dukungan dan perhatian. Salah satu penguatan dalam konseling kelompok behavioral yang akan dijadikan teknik untuk mengembangkan konsep diri positif pada peserta didik, yaitu konseling peer support. Teknik peer support memungkinkan terjadi interaksi dan dinamika dalam kelompok yang diharapkan membantu peserta didik lebih terbuka dan menerima diri lebih positif. Pada bimbingan dengan teknik peer support terdapat tahap-tahap yang mengandung usaha perbaikan terhadap konsep diri negatif peserta didik. Salmivalli (Cowie dan Wallace, 1999: 9) mengemukakan peer support adalah kegiatan dimana terdapat dukungan dari teman sebaya yang dibangun dengan alasan teman-teman secara spontan membantu satu sama lain, tetapi terjadi di mana saja, dalam organisasi apapun dan dalam setiap bidang usia. Melalui teknik peer support, remaja merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainya seperti di bidang usia, kebutuhan dan tujuan yang dapat memperkuat diri. Pelaksanaan teknik peer support akan digunakan dalam membantu permasalahan peserta didik dan mengembangkan diri khususnya dalam mengembangkan konsep diri yang positif. Kegiatan peer support memfasilitasi

6 terjadinya proses interaksi secara dinamis dalam memecahkan suatu permasalahan antar anggota kelompok, khususnya dalam permasalahan konsep diri. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penelitian mengambil judul: Program Bimbingan Kelompok dengan Teknik Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah a. Konsep Diri Konsep diri didefinisikan sebagai pengetahuan, penilaian dan harapan individu terhadap diri sendiri dan pandangan orang lain tentang diri. Konsep diri memiliki peranan penting dalam menentukan perilaku individu. Bagaimana individu memandang diri, akan tampak dari keseluruhan perilaku. Perilaku individu akan sesuai dengan cara orang memandang diri sendiri. Apabila individu memandang dirinya negatif dan serba tidak mampu, maka akan ditunjukkan dalam perilaku ketidakmampuan. Konsep diri tidak hanya mencakup pandangan, pengetahuan, penilaian dan pengharapan individu mengenai diri sendiri, konsep diri juga dipengaruhi oleh pandangan dan penilaian dari orang lain tentang diri individu. Konsep diri dalam penelitian adalah keseluruhan cara pandang, mengenai pandangan, pengetahuan, penilaian dan pengharapan individu mengenai diri sendiri yang dipengaruhi oleh pandangan lingkungan sosial dimana individu berada. Hurlock (1980: 373) menjelaskan individu dengan konsep diri yang positif terhadap diri akan menyukai dan menerima keadaan diri sehingga mengembangkan rasa percaya diri, harga diri, serta dapat melakukan interaksi sosial secara tepat. Rasa percaya diri dan harga diri yang tumbuh seiring dengan adanya keyakinan terhadap kemampuan diri membuat individu cenderung tampil lebih aktif dan terbuka dalam melakukan hubungan sosial dengan orang lain.

7 b. Teknik Peer support Bimbingan kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dengan memanfaatkan dinamika kelompok dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Intervensi yang digunakan untuk mengembangkan konsep diri yang positif pada peserta didik yaitu menggunakan teknik penguatan kembali (reinforcement) dimana dalam terapi kelompok behavioral masing-masing anggotanya memberikan penguatan berupa penghargaan, persetujuan, dukungan dan perhatian. Salah satu penguatan dalam konseling kelompok behavioral ini yang akan dijadikan teknik untuk mengembangkan konsep diri positif pada peserta didik, yaitu teknik peer support. Teknik peer support merupakan bimbingan kelompok teman sebaya di mana terdapat dukungan dari teman sebaya yang dibangun dengan alasan temanteman secara spontan membantu satu sama lain, dapat terjadi di mana saja, baik dalam organisasi apapun maupun setiap tahapan usia (Cowie dan Wallace, 1999: 9). Teknik peer support memberi kesempatan pada remaja untuk menjalin persahabatan yang erat sehingga memberikan dukungan, semangat, memberi perhatian yang membuat remaja dapat mencurahkan permasalahan yang dirasakannya. Intervensi konseling dilakukan dengan mengambil setting lingkungan sekolah dengan menggunakan pendukung dari kelompok teman sebaya (peer supporter) dan mempertimbangkan prinsip-prinsip dinamika kelompok. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang dan batasan masalah maka perlu diungkap dan dianalisis mengenai Program Bimbingan Kelompok dengan Teknik Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Positif pada Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013. Rumusan masalah dijabarkan dalam pernyataan penelitian sebagai berikut: a. Bagaimana gambaran umum konsep diri peserta didik kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun ajaran 2012-2013?

8 b. Bagaimana pelaksanaan program bimbingan kelompok dengan teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri positif pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun ajaran 2012-2013? c. Bagaimana program bimbingan kelompok untuk mengembangkan konsep diri peserta didik kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan penelitian adalah memperoleh merumuskan program bimbingan kelompok melalui teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri positif peserta didik kelas XI di SMA Negeri 18 Bandung Tahun ajaran 2012-2013. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian adalah memperoleh gambaran: a. konsep diri peserta didik kelas XI di SMA Negeri 18 Bandung Tahun ajaran 2012-2013. b. program bimbingan kelompok melalui teknik peer support yang berlangsung di SMA Negeri 18 Bandung Tahun ajaran 2012-2013. c. rancangan program bimbingan kelompok melalui teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri positif peserta didik kelas XI di SMA Negeri 18 Bandung Tahun ajaran 2012-2013. D. Manfaat / Signifikasi Penelitian Hasil dari penelitian memiliki beberapa manfaat, yaitu : 1. Bagi guru Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 18 Bandung, dapat dijadikan suatu pedoman sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling khususnya untuk mengembangkan konsep diri peserta didik. 2. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, menambah ragam hasil penelitian bimbingan dan konseling.

9 E. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif yaitu suatu metode untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang suatu permasalahan yang sedang terjadi dengan cara mengolah, menganalisis, menafsirkan, dan menyimpulkan data hasil penelitian yaitu mengenai gambaran konsep diri peserta didik di SMA Negeri 18 Bandung yang diuraikan secara gamblang. Penelitian yang dilakukan merupakan dasar bagi rancangan program bimbingan kelompok dengan teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri positif peserta didik. F. Struktur Organisasi Skripsi Penulisan skripsi terdiri dari lima bab, yaitu: Bab I pada skripsi mengungkapkan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat/ signifikansi penelitian serta struktur organisasi skripsi, bab II terdiri dari kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian, bab III merupakan penjabaran dari metode penelitian. Prosedur dan tahap-tahap penelitian mulai persiapan hingga penelitian berakhir, serta dilaporkan instrumen yang digunakan. Bab IV melaporkan hasil-hasil penelitian dan bab V menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian serta implikasinya bagi konselor, sekolah dan peneliti.