Judul : Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas dan Koneksi Politik pada Tax Avoidance

dokumen-dokumen yang mirip
Abstrak. Kata kunci: penghindaran pajak, corporate governance, koneksi politik, leverage, dan return on asset

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan perpajakan (

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. dari sektor pajak. Lebih dari 70 % pengeluaran Negara dibiayai oleh pajak

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Negara Tahun (Dalam Miliar Rupiah) Sumber Penerimaan 2013 % 2014 % 2015 %

BAB I PENDAHULUAN. jelas. Berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, salah satu tujuan

BAB V PENUTUP. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat banyak perusahaan akhirnya memakai berbagai cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era pembangunan dan pembiayaan saat ini, pemerintah

DAFTARISI HALAMAN PENGESAHAN/PERSETUJUAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat

BAB III METODE PENELITIAN. yang go publik, yakni perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

BAB I PENDAHULUAN. sehingga terciptalah kesejahteraan nasional. Dalam melaksanakan pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Gambar 1.1 Sumber Pendapatan Negara. Berdasarkan Gambar 1.1 menujukkan bahwa di Negara Indonesia, sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, terbukti. (

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional serta menjadi unsur utama untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembayaran pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perpajakan di Indonesia yang menggunakan self assessment system,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan pendapatan terbesar negara yang dikelola pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Menurut Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendapatan negara maupun pembiayaan.ibarat sebuah bahtera, berlayar hingga akhirnya mampu berlabuh. APBN menjadi motor

BAB III METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan tipe penelitian Hipothesis Testing Study atau penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori

BAB 1 PENDAHULUAN. APBN melalui sektor perpajakan (Candra, 2012). Pentingnya peranan pajak

BAB I PENDAHULUAN. kepada suatu masyarakat untuk selanjutnya digunakan bagi pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dalam artikel website tanggal 31 Desember

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang

PENGARUH KOMITE AUDIT, PROPORSI KOMISARIS INDEPENDEN, DAN PROPORSI KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP TAX AVOIDANCE

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Negara yang digunakan untuk infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanah air dan negara. Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2011). Tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan suatu penduduk dapat tercapai apabila di dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata

BAB I PENDAHULUAN. Widyawati, 2016). Bahkan secara persentase, setidaknya pajak memenuhi kurang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, namun bagi

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan suatu iuran yang dikenakan kepada wajib pajak atas penghasilan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pajak adalah beban yang akan mengurangi laba bersih. Perbedaan kepentingan

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia (BEI) untuk tahun , sampel dalam penelitian ini adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar adalah pajak.

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anggarannya. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengandalkan

Kata Kunci: Pengungkapan CSR, Profitabilitas, Inventory Intensity, Capital Intensity, Leverage, Agresivitas Pajak

BAB I PENDAHULUAN. negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 15,30%, sedangkan pertumbuhan alamiahnya rata-rata. dibandingkan dengan pertumbuhan alamiahnya. Hal ini menunjukkan bahwa

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

I. BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perpajakan adalah untuk meningkatkan pendapatan yang akan digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. membuktikan hubungan biasa (korelasi) antara variabel bebas (independent

DAFTAR ISI. Perusahaan Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai

BAB III METODE PENELITIAN. informasi laporan keuangan pada situs resminya di atau dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran atau pungutan yang dilakukan oleh pemerintah dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Ketidakpatuhan wajib pajak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mensejahterakan

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. Pajak memiliki peranan penting dalam proses pembangunan suatu bangsa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti kesehatan rakyat, pendidikan, kesejahteraan, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan

ABSTRAK. Kata Kunci: Cash Ratio, Return on Equity, Ukuran Perusahaan, dan Kebijakan Dividen

ABSTRAK. DAFTAR ISI Halaman

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri yaitu berupa pajak (Waluyo, 2013:2). pembayar/pemotong/pemungut pajak (Siti Resmi, 2016:1).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Kata kunci : Free cash flow, risiko bisnis, kebijakan hutang, nilai perusahaan

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia dari tahun Daftar perusahaan ritel didapat dari sahamok.com

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak didanai dari sektor pajak. Undang-Undang perpajakan mewajibkan para

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam

PENGARUH RETURN ON ASSET, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN KOMPENSASI RUGI FISKAL TERHADAP TAX AVOIDANCE

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang untuk kelangsungan negara dan kesejahtraan dari masyarakat. pendapatan negara melalui sektor penerimaan pajak.

2 usaha (Tempo.co, Jakarta, 2015). Para pemilik usaha senantiasa berupaya untuk mengurangi beban pajak. Ketidaksenangan membayar pajak ini dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. dibagi akan dua yaitu fungsi budgetair yaitu pajak sebagai sumber dana bagi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TINDAKAN PAJAK AGRESIF (STUDI PADA ENTITAS PUBIK SEKTOR MANUFAKTUR)

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik demi kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar. perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi melalui pembangunan infrastruktur, aset-aset publik, dan fasilitas umum

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui. menguji hipotesis dan kemudian diambil kesimpulan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor pemasukan tersebesar kas negara. Penerimaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

d. Hasil Uji Heteroskedastisitas b. Hasil Uji Koefisien Determinasi BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pendapatan Negara negara yang diaturkan pada undang-undang dengan tidak mendapatkan timbal

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya perkembangan teknologi informasi dan semakin majunya

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... xivi DAFTAR LAMPIRAN...

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan sebagai alat dalam mengatur pelaksanaan kebijakan di bidang

BAB III METODE PENELITIAN. untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak hingga saat ini merupakan aspek ekonomi dan aspek keuangan yang paling penting dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. toleransi dari pihak fiskus, dikarenakan fiskus menginginkan perolehan pajak

Transkripsi:

Judul : Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas dan Koneksi Politik pada Tax Avoidance (Studi Kasus pada Perusahaan Industri Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia) Nama : Ni Kadek Yuliani Utari NIM : 1306305207 ABSTRAK Tax avoidance merupakan upaya untuk mengurangi hutang pajak secara legal dengan cara memanfaatkan loophole dari peraturan perpajakan. Praktik ini dilakukan oleh wajib pajak agar membayar pajak kurang dari jumlah yang seharusnya dibayar. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh corporate governance, profitabilitas dan koneksi politik pada tax avoidance. Pada penelitian ini tax avoidance diukur dengan menggunakan Cash Effective Tax Rate (CETR) perusahaan yaitu dengan menghitung pembayaran pajak penghasilan dibagi dengan laba sebelum pajak. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan industri properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 2015. Metode pemilihan sampel menggunakan metode non probability sampling dengan teknik purposive sampling sehingga diperoleh 128 observasian. Data penelitian dianalisa dengan analisis regresi linear berganda. Berdasarkan hasil analisis, proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit yang merupakan proksi dari corporate governance berpengaruh negatif dan tidak signifikan pada tax avoidance. Profitabilitas yang diukur dengan return on assets memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada tax avoidance serta koneksi politik yang diukur dengan variabel dummy berpengaruh positif dan signifikan pada tax avoidance. Kata kunci : Corporate governance, profitabilitas, koneksi politik, tax avoidance. 1

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN PERSETUJUAN SKRIPSI... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah... 8 1.3 Tujuan Penelitian... 9 1.4 Kegunaan Penelitian... 9 1.5 Sistematika Penulisan... 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori... 12 2.1.1 Teori Tindakan Beralasan(Theory of Reasoned Action)... 12 2.1.2 Tax Avoidance... 13 2.1.3 Pajak... 14 2.1.4 Corporate Governance... 17 2.1.5 Proporsi Komisaris Independen... 22 2.1.6 Keberadaan Komite Audit... 24 2.1.7 Profitabilitas... 26 2.1.8 Koneksi Politik... 26 2.2 Hipotesis Penelitian... 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 34 3.2 Lokasi Penelitian... 35 3.3 Obyek Penelitian... 35 3.4 Identifikasi Variabel... 35 3.5 Definisi Operasional Variabel... 36 3.6 Jenis dan Sumber Data... 39 3.7 Populasi, Sampel dan Teknik Penentuan Sampel... 40 3.8 Metode Pengumpulan Data... 41 2

3.9 Teknik Analisis Data... 41 3.9.1 Uji Asumsi Klasik... 41 3.9.2 Teknik Analisis Data... 43 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Sampel Penelitian... 46 4.2 Uji Asumsi Klasik... 47 4.4 Teknik Analisis Data... 50 4.5 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda... 56 4.6 Pembahasan Penelitian... 58 4.6.1 Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen pada tax avoidance... 58 4.6.2 Pengaruh Keberadaan Komite Audit pada Tax Avoidance... 59 4.6.3 Pengaruh Profitabilitas pada Tax Avoidance... 60 4.6.2 Pengaruh Koneksi Politik pada Tax Avoidance... 61 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 64 5.2 Saran... 64 DAFTAR RUJUKAN... 66 LAMPIRAN LAMPIRAN... 72 3

DAFTAR TABEL No. Tabel Halaman 1.1 Realisasi Penerimaan Negara Tahun 2012-2015... 2 4.1 Hasil Seleksi Pemilihan Sampel... 46 4.2 Hasil Uji Normalitas... 47 4.3 Hasil Uji Autokorelasi... 48 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas... 49 4.5 Hasil Uji Statistik Deskriptif... 51 4.7 Hasil Uji Kelayakan Model... 53 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi... 54 4.9 Hasil Uji Hipotesis... 54 4.10 Hasil Uji Analisis Linear Berganda... 57 4

DAFTAR GAMBAR No. Gambar Halaman 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas... 50 5

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan utama bagi kas negara yang digunakan untuk pembangunan nasional dalam mendukung program pemerintah dalam mensejahterakan masyarakat. Ditinjau dari segi lembaga pemungut pajak, pajak dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu pajak negara dan pajak daerah. Salah satu sumber pajak negara adalah pajak penghasilan yang diatur berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008, yang menyatakan penghasilan merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari dalam maupun luar Indonesia, yang dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan. Penghasilan yang diperoleh wajib pajak dari kegiatan usaha yang dilakukan, akan dikenakan pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) hingga tahun 2015 mengungkapkan wajib pajak yang terdaftar dalam sistem administrasi DJP mencapai 30.044.103 yang terdiri dari 2.472.632 Wajib Pajak Badan dan 27.571.471 Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP). Hal ini cukup memprihatinkan karena hingga data tahun 2013 menurut Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia yang bekerja mencapai 93,72 juta orang, sementara baru sekitar 29,4 persen dari total penduduk di Indonesia yang mendaftarkan diri atau terdaftar sebagai WP. BPS juga mencatat hingga tahun 2013, sudah beroperasi 23.941 perusahaan Industri besarsedang, 531.352 perusahaan Industri kecil, dan 2.887.015 perusahaan Industri 6

mikro di Indonesia. Artinya, belum semua perusahaan terdaftar sebagai WP Badan (www.pajak.go.id). Besarnya peranan pajak pada penerimaan negara masih belum memenuhi target dari Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP). Jumlah target dan realisasi penerimaan pajak berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik awal tahun 2016 disajikan pada Tabel 1 berikut ini. Tahun Sumber: www.bps.go.id Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Negara Tahun 2012-2015 (Dalam Miliar Rupiah) Target Penerimaan Pajak Tabel 1.1 menunjukkan bahwa target penerimaan pajak dan realisasinya mengalami kenaikan dari tahun 2012 sampai tahun 2015, sedangkan persentase penerimaan pertahunnya justru mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi karena persentase kenaikan target dengan realisasi penerimaan tidak seimbang, disamping adanya perbedaan kepentingan antara perusahaan dengan pemerintah yang menganggap pajak merupakan pengalihan sumber daya dari perusahaan kepada pemerintah. Perbedaan kepentingan tersebut mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Kenyataan bahwa Indonesia memiliki tingkat kepatuhan pajak yang tergolong rendah tercermin dari tax ratio. Realisasi Penerimaan Pajak % Penerimaan Per Tahun 2012 1.016.000,00 980.518,10 96,51% 2013 1.148.000,00 1.077.306,70 93,84% 2014 1.246.000,00 1.146.865,80 92,04% 2015 1.761.600,00 1.489.255,50 84,54% 7

Berdasarkan data Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), tax ratio Indonesia sebesar 11,77 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) tergolong rendah dan masih tertinggal dibandingkan Negara-negara di ASEAN seperti Malaysia, Singapura dan Thailand yang bisa mencapai tax ratio diatas 15 persen (www.kemenkeu.go.id, 2014). Tax ratio yang rendah menyebabkan tidak tercapai tujuan negara untuk pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah ternyata belum bisa mengatasi hal tersebut. Prasetyo (www.bppk.kemenkeu.go.id, 2014) mengungkapkan, penyebab rendahnya tax ratio adalah rendahnya penerimaan pajak. Kondisi tersebut mengindikasikan banyak wajib pajak yang belum mematuhi peraturan perpajakan, menyebabkan belum optimalnya penerimaan pajak dari jumlah yang ditargetkan. Salah satu praktik yang mencerminkan ketidakpatuhan tersebut adalah tax avoidance. Tax avoidance merupakan upaya penghindaran pajak secara legal yang tidak melanggar peraturan perpajakan yang dilakukan dengan memanfaatkan loophole dari peraturan perpajakan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan dari peraturan perpajakan itu sendiri (Dewi dan Jati, 2014). Tindakan ini dilakukan oleh wajib pajak agar membayarkan pajaknya kurang dari jumlah yang seharusnya dibayar kepada otoritas pajak. Niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku menentukan akan dilakukan atau tidaknya perilaku tersebut. Keyakinan akan memperoleh keuntungan dengan memanfaatkan celah-celah dalam ketentuan pajak mempengaruhi manajemen untuk melakukan praktik tax avoidance, hal ini sesuai 8

dengan teori tindakan beralasan (Theory Of Reasoned Action). Teori ini menyatakan bahwa manusia berperilaku secara sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Praktik tax avoidance yang dilakukan oleh manajemen suatu perusahaan semata-mata untuk meminimalisasi kewajiban pajak yang dianggap legal, membuat perusahaan memiliki kecenderungan untuk melakukan berbagai cara untuk mengurangi beban pajaknya (Diantari dan Ulupui, 2016). Persoalan tax avoidance merupakan persoalan yang rumit sekaligus unik karena disatu sisi tax avoidance tidak melanggar hukum, akan tetapi disisi lain tax avoidance tidak diinginkan oleh pemerintah. Suatu perusahaan, selain diharapkan untuk tidak melakukan praktik tax avoidance juga dituntut untuk menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. Diterapkannya tata kelola perusahaan (corporate governance) dapat meminimalisir adanya praktik tax avoidance. Secara spesifik corporate governance menjadi determinan yang penting dari penilaian yang dimaksud untuk penghematan pajak. Sartori (2010), menjelaskan apabila suatu perusahaan memiliki mekanisme corporate governance yang terstruktur dengan baik maka akan berbanding lurus dengan kepatuhan perusahaan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Fadhilah (2014) mengungkapkan bahwa terdapat dua mekanisme dalam pengawasan corporate governance, yaitu mekanisme internal dan mekanisme external. Mekanisme internal merupakan cara untuk mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal seperti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), komposisi Dewan Direksi, proporsi Dewan Komisaris dan 9

pertemuan dengan board of director. Sedangkan, mekanisme external merupakan cara untuk mengendalikan perusahaan dengan melakukan pengendalian oleh perusahaan, struktur kepemilikan dan pengendalian pasar. Corporate governance dalam penelitian ini diproksikan dengan proporsi komisaris independen dan komite audit. Komisaris independen berfungsi untuk melaksanakan pengawasan, mendukung pengelolaan perusahaan yang baik dan membuat laporan keuangan lebih objektif (Maria dan Kurniasih, 2013). Adanya komisaris independen dalam perusahaan diharapkan dapat meminimalisir kecurangan yang mungkin terjadi dari pelaporan yang dilaporkan oleh pihak manajemen perusahaan. Komisaris independen memiliki tanggung jawab kepada kepentingan pemegang saham, sehingga komisaris independen harus memperjuangkan ketaatan pajak perusahaan agar dapat mencegah terjadinya praktik tax avoidance (Harto dan Puspita, 2014). Dewan komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan perusahaan dibantu oleh keberadaan komite audit. Komite audit juga bertanggung jawab dalam mengendalikan manajer demi meningkatkan pertumbuhan laba dan meminimalisir kecenderungan manajer melakukan penekanan terhadap biaya-biaya yang akan dikeluarkan terutama biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kewajiban perpajakan. Komite audit dengan wewenang yang dimilikinya akan mencegah perusahaan melakukan praktik tax avoidance. Maya Sari (2014), Khoirunissa (2015) dan Rachmitasari (2015), menyatakan proporsi komisaris independen berpengaruh secara signifikan pada 10

tax avoidance, sementara komite audit tidak memiliki pengaruh pada tax avoidance. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu Annisa (2011), dan Faisal Reza (2012), menyatakan proporsi komisaris independen tidak berpengaruh pada tax avoidance, sementara komite audit memiliki pengaruh pada tax avoidance. Diantari (2016), menyatakan proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit berpengaruh pada tax avoidance. Faktor lainnya yang diprediksi mempengaruh praktik tax avoidance adalah profitabilitas. Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, aset dan modal saham (Maharani dan Suardana, 2014). Anderson dan Reeb (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas yang lebih baik, terlihat memiliki nilai effective tax rates yang lebih tinggi. Profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan beberapa rasio, yaitu Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return On Investment, Return On Equity dan Return On Assets. Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan proksi Return On Assets (ROA), karena ROA mampu mencerminkan kemampuan beroperasi perusahaan dalam memperoleh laba. ROA dinyatakan dalam bentuk persentase yaitu, semakin tinggi nilai ROA yang mampu diraih oleh perusahaan, maka semakin baik kinerja perusahaan tersebut. ROA memiliki keterkaitan dengan laba bersih perusahaan dan pengenaan pajak penghasilan untuk perusahaan (Kurniasih dan Sari, 2013). ROA adalah rasio keuntungan bersih 11

pajak yang juga berarti suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan. Perusahaan yang memperoleh laba diasumsikan tidak melakukan tax avoidance karena mampu mengatur pendapatan dan pembayaran pajaknya. Kurniasih dan Sari (2013) didukung oleh penelitian Damayanti dan Susanto (2015) menyatakan ROA berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Penelitian ini bertentangan dengan yang dilakukan oleh Rachmitasari (2015) yang menyatakan ROA tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Selain corporate governance dan profitabilitas, yang diprediksi mempengaruhi praktik tax avoidance adalah koneksi politik. Dunia bisnis sangat erat kaitannya dengan politik. Berhasilnya suatu bisnis tidak terlepas dari adanya pengaruh politik. Perusahaan dikatakan terkoneksi politik apabila perusahaan dengan cara-cara tertentu memiliki keterikatan secara politik atau berusaha menjalin hubungan kedekatan dengan politisi atau pemerintah (Purwoto, 2011). Adanya koneksi politik diharapkan mampu memberikan manfaat yang sama bagi kedua belah pihak. Koneksi politik diukur dengan menggunakan kriteria koneksi politik untuk menilai ada tidaknya koneksi politik, yaitu dewan direksi dan atau dewan komisaris merupakan politisi/pejabat pemerintah/pejabat militer atau pemilik perusahaan atau pemegang saham merupakan politisi/ pejabat pemerintah/ pejabat militer/mantan pejabat pemerintah/mantan pejabat militer. Banyak penelitianpenelitian mencoba menjelaskan pengaruh koneksi politik pada praktik tax avoidance. Namun, hasil penelitian masih berbeda-beda. Penelitian yang 12

dilakukan oleh Nugroho (2011) didukung oleh Alfia (2015) serta Dharma dan Agus (2016), menunjukkan bahwa koneksi politik tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Sementara, Mulyani dkk. (2013) menemukan bahwa koneksi politik berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. Berdasarkan fenomena dan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas, dan Koneksi Politik pada Tax Avoidance (Studi Kasus pada Perusahaan Industri Properti dan Real Eastate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah proporsi dewan komisaris independen berpengaruh pada tax avoidance? 2. Apakah keberadaan komite audit berpengaruh pada tax avoidance? 3. Apakah profitabilitas berpengaruh pada tax avoidance? 4. Apakah koneksi politik berpengaruh pada tax avoidance? 13

1.3 Tujuan Penelitian Pengujian ini secara empiris dilakukan untuk menguji apakah corporate governance, profitabilitas dan koneksi politik memiliki pengaruh pada tax avoidance, khususnya pada perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk membuktikan apakah dewan komisaris independen berpengaruh pada tax avoidance. 2. Untuk membuktikan apakah komite audit berpengaruh pada tax avoidance. 3. Untuk membuktikan apakah profitabilitas berpengaruh pada tax avoidance. 4. Untuk membuktikan apakah koneksi politik berpengaruh pada tax avoidance. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian tersebut, maka kegunaan penelitian ini adalah: 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini dapat memberikan bukti secara empiris mengenai teori yang digunakan dalam penelitian, yaitu teori tindakan beralasan (Theory of Reasoned Action) yang menyatakan bahwa penentu tindakan diambil oleh perusahaan berhubungan dengan pengaruh sosial. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh corporate governance, 14

profitabilitas dan koneksi politik pada kemungkinan perusahaan melakukan tax avoidance, khususnya pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Kegunaan Praktis Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada regulator dalam membuat peraturan atau kebijakan kebijakan perpajakan yang lebih baik dan teliti dalam memeriksa pajak perusahaan agar penerimaan negara yang bersumber dari pajak dapat lebih optimal. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab yang saling berkaitan dan disusun dengan sistematika penyajian sebagai berikut. Bab I : Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang masalah yang mendorong dilakukannya penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan. Bab II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Bab ini berisi mengenai landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini, hasil penelitian sebelumnya serta hipotesis dari penelitian yang dilakukan. 15

Bab III : Metode Penelitian Bab ini memaparkan mengenai desain penelitian, lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Bab IV : Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini memaparkan tentang deskripsi sampel penelitian, analisis data serta pembahasan hasil penelitian berdasarkan output SPSS. Bab V : Simpulan dan Saran Bab ini memaparkan tentang simpulan yang diperoleh dari hasil analisis dalam bab pembahasan hasil penelitian dan saran saran yang dianggap perlu bagi para peneliti selanjutnya serta menguraikan keterbatasan penelitian. 16