HALAMAN PENGESAHAN...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HALAMAN PENGESAHAN..."

Transkripsi

1 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Sistematika Penulisan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kajian Pustaka Teori Agensi (Agency Theory) Teori Biaya Politik Trade-off Theory Pengertian Pajak Tax Avoidance Good Corporate Governance ) Kepemilikan Institusional ) Komisaris Independen ) Komite Audit Ukuran Perusahaan Leverage Profitabilitas Hipotesis Penelitian Pengaruh Good Corporate Governance pada Tax Avoidance ) Pengaruh Kepemilikan Institusional pada Tax Avoidance ) Pengaruh Komisaris Independen pada Tax Avoidance ) Pengaruh Komite Audit pada Tax Avoidance Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Tax Avoidance Pengaruh Leverage pada Tax Avoidance Pengaruh Profitabilitas pada Tax Avoidance... 42

2 BAB III METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi Penelitian Objek Penelitian Identifikasi Penelitian Definisi Operasional Variabel Jenis dan Sumber Data Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel Metode Pengumpulan Data Teknik Analisis Data Statistik Deskriptif Uji Asumsi Klasik Analisis Regresi Berganda ) Koefisien Determinasi (R 2 ) ) Uji Kelayakan Model (F) ) Uji Hipotesis (t)... 56

3 Judul : Pengaruh Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Profitabilitas pada Tax Avoidance (Studi Empiris terhadap Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode ) Nama : Ni Koming Ayu Praditasari NIM : Abstrak Tax Avoidance adalah upaya penghindaran pajak dengan memanfaatkan celah (loopholes) yang terdapat dalam peraturan perpajakan yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh good corporate governance, ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas pada tax avoidance. Komponen good corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional, komisaris independen, dan komite audit. Pengukuran tax avoidance dalam penelitian ini menggunakan cash effective tax rate (CETR). CETR adalah kas yang dikeluarkan untuk pembayaran pajak dibagi dengan laba sebelum pajak. Penelitian ini difokuskan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Jumlah pengamatan sebanyak 165 sampel penelitian yang diperoleh dengan metode nonprobability sampling yaitu teknik purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, komite audit, dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada tax avoidance. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional, komite audit, dan ukuran perusahaan akan menyebabkan menurunnya tax avoidance. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa leverage dan profitabilitas berpengaruh positif pada tax avoidance. Hal ini berarti semakin tinggi leverage dan profitabilitas akan menyebabkan meningkatnya tax avoidance. Komisaris independen tidak berpengaruh pada tax avoidance. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi komisaris independen tidak akan berpengaruh pada tax avoidance. Kaca Kunci: tax avoidance, good corporate governance, ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas.

4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu negara dapat digolongkan menjadi negara maju atau negara berkembang didasarkan pada keberhasilan pembangunan negara yang bersangkutan. Keberhasilan pembangunan negara salah satunya ditentukan oleh besarnya pendapatan negara. Lokasi suatu negara dapat menentukan besarnya pendapatan negara tersebut, semakin strategis letak suatu negara maka akan semakin banyak investasi yang masuk ke negara tersebut. Banyaknya investasi yang masuk ke negara tersebut maka akan menyebabkan peningkatan pendapatan negara melalui sektor penerimaan pajak. Indonesia sebagai negara yang memiliki letak geografis yang strategis serta memiliki sumber daya alam yang melimpah, dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor dan calon investor dalam negeri maupun luar negeri, sehingga tidak mengherankan apabila di Indonesia terdapat banyak perusahaan, baik perusahaan dalam negeri maupun luar negeri. Kondisi seperti inilah yang dapat menguntungkan pemerintah Indonesia dalam peningkatan pendapatan negara yang bersumber dari sektor penerimaan pajak. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat 1, pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

5 mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak memiliki dua fungsi yaitu fungsi anggaran (budgetair) dan fungsi mengatur (regulerend). Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Pajak mempunyai fungsi mengatur, artinya pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi (Mardiasmo, 2016:4). Pengenaan pajak di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: pajak negara dan pajak daerah. Pajak negara yang masih berlaku sampai saat ini, salah satunya yaitu pajak penghasilan (PPh). Dasar hukum pengenaan pajak penghasilan adalah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (Mardiasmo, 2016:13). Subjek pajak PPh adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk memeroleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan PPh. Jika subjek pajak telah memenuhi kewajiban pajak secara objektif maupun subjektif maka disebut wajib pajak. Subjek pajak dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu: 1) subjek pajak orang pribadi; 2) subjek pajak warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak; 3) subjek pajak badan; 4) subjek pajak bentuk usaha tetap (BUT) (Mardiasmo, 2016:164). Perusahaan-perusahaan go public di Indonesia tergolong sebagai subjek pajak badan. Perusahaan yang telah memenuhi kewajiban pajak secara objektif maupun subjektif disebut wajib pajak badan. Besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) untuk wajib pajak badan dihitung sebesar penghasilan netto. Tarif pajak

6 yang diterapkan atas PKP bagi wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% dan diturunkan menjadi 25% yang mulai berlaku sejak tahun pajak Perusahaan-perusahaan go public di Indonesia tidak hanya diwajibkan untuk membayar pajak namun juga diwajibkan untuk menerapkan good corporate governance (GCG). Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), GCG adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. GCG berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara. Penerapan GCG mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif. Penerapan GCG oleh perusahaanperusahaan di Indonesia sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. Peristiwa WorldCom dan Enron di Amerika Serikat telah menambah keyakinan tentang betapa pentingnya penerapan GCG. Pelaksanaan GCG yang efektif dipengaruhi oleh organ perusahaan yang terdiri dari rapat umum pemegang saham (RUPS) dan dewan komisaris. RUPS sebagai organ perusahaan merupakan wadah para pemegang saham untuk mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam perusahaan, dengan memerhatikan ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan. Anggota dewan komisaris diangkat dalam RUPS, yang harus terdiri dari orang yang patut dan layak (fit and proper) bagi perusahaan. Dewan komisaris adalah organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi

7 serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Dewan komisaris dapat terdiri dari komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi yang dikenal sebagai komisaris independen dan komisaris yang terafiliasi. Jumlah komisaris independen harus dapat menjamin mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Salah satu dari komisaris independen harus mempunyai latar belakang akuntansi atau keuangan (KNKG, 2006). Dewan komisaris dalam menjalankan tugasnya dapat dibantu oleh beberapa komite, salah satunya adalah komite audit. Komite audit bertugas untuk membantu dewan komisaris untuk memastikan bahwa: 1) laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, 2) struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, 3) pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku umum, dan 4) tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen (KNKG, 2006). Menurut Fadhilah (2014) mekanisme dalam pengawasan GCG ada dua yaitu internal dan eksternal. Mekanisme internal adalah cara untuk mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham, komposisi dewan direksi, proporsi dewan komisaris indepeden, dan pertemuan dengan board of director. Mekanisme eksternal adalah seperti pengendalian oleh perusahaan, struktur kepemilikan, dan pengendalian pasar. Struktur kepemilikan saham perusahaan merupakan salah satu dari mekanisme eksternal GCG. Struktur kepemilikan saham perusahaan dalam penelitian ini

8 menggunakan kepemilikan institusional perusahaan. Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain (Permanasari, 2010). Menurut Wiranata dan Nugrahanti (2013) di Indonesia kepemilikan institusional cenderung lebih besar daripada kepemilikan manajerial. Proksi kepemilikan institusional lebih sesuai dengan kondisi di Indonesia daripada kepemilikan manajerial (Ongkowidjojo, 2015). Adanya kepemilikan institusional tentunya menyebabkan pengawasan atas perusahaan yang optimal karena investor institusional lebih aktif dalam mengawasi perusahaan. Investor institusional dapat mengawasi secara aktif karena di dalam institusi investor sendiri terdapat para profesional yang ditugaskan untuk mengawasi, selain itu investor institusional cenderung berinvestasi dalam jumlah yang besar sehingga pengawasan investor institusional tentunya lebih aktif (Wiranata dan Nugrahanti, 2013). Menurut Shleifer dan Vishny (1997) kepemilikan institusional sangat berperan dalam mengawasi perilaku manajer dan memaksa manajer untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan yang oportunistik. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penelitian ini menggunakan kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit sebagai mekanisme GCG perusahaan yang mengacu pada penelitian Cahyono, dkk. (2016) serta penelitian Diantari dan Ulupui (2016). Pemilihan kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris indepeden, dan komite audit sebagai mekanisme GCG perusahaan juga didasarkan pada Pedoman Umum GCG yang

9 diterbitkan oleh KNKG pada tahun Penelitian ini tidak menggunakan kepemilikan manajerial dan kualitas audit sebagai mekanisme GCG perusahaan karena kepemilikan saham oleh pihak manajemen serta pemilihan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang bertugas untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan tidak diatur dalam Pedoman Umum GCG yang diterbitkan oleh KNKG pada tahun Penelitian ini tidak menggunakan kepemilikan manajerial sebagai indikator GCG perusahaan juga dikarenakan kepemilikan manajerial pada perusahaan di Indonesia rata-rata sangat kecil yaitu sekitar di bawah 5%, sehingga tidak dapat memengaruhi pengambilan keputusan oleh top level manajemen dalam perusahaan (Hadi dan Mangoting, 2014). Penelitian ini tidak menggunakan kualitas audit sebagai indikator GCG perusahaan juga dikarenakan tidak ada perbedaan yang signfikan antara perusahaan yang diaudit oleh KAP The Big Four dan KAP non The Big Four, hal ini dikarenakan ketika KAP mengaudit laporan keuangan berpedoman pada standar pengendalian mutu kualitas audit yang ditetapkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSAP IAPI) dan etika akuntan publik sudah ditetapkan oleh IAPI sehingga dalam pelaksanaannya sudah didasarkan pada aturan yang ada (Winata, 2014). Menurut Friese et al., (2006) mekanisme GCG dapat memengaruhi cara perusahaan untuk memenuhi kewajiban pajak perusahaan. Pemenuhan kewajiban pajak oleh perusahaan dapat juga dipengaruhi oleh karakteristik perusahaan. Karakteristik perusahaan adalah ciri khas atau sifat yang melekat pada suatu entitas usaha. Karakteristik tersebut bisa dilihat dari

10 ukuran perusahaan, struktur utang, dan tingkat profitabilitas (Surbakti, 2012). Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dinyatakan dengan total aktiva atau total penjualan bersih (Bujaki dan Richardson, 1997). Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin menjadi pusat perhatian dari pemerintah dan akan menimbulkan kecenderungan bagi para manajer perusahaan untuk berlaku patuh dalam perpajakan (Kurniasih dan Sari, 2013). Leverage perusahaan merupakan rasio yang menunjukkan besarnya utang yang dimiliki oleh perusahaan untuk membiayai aktivitas operasinya. Penambahan jumlah utang akan mengakibatkan munculnya beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan. Komponen beban bunga akan mengurangi laba sebelum kena pajak perusahaan, sehingga beban pajak yang harus dibayar perusahaan akan menjadi berkurang (Surbakti, 2012). Leverage pada penelitian ini diukur dengan menggunakan debt to equity ratio (DER). Profitabilitas merupakan gambaran kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba. Profitabilitas terdiri dari beberapa rasio, salah satunya adalah return on asset (ROA). ROA berkaitan dengan laba bersih dan pengenaan pajak penghasilan untuk perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh perusahaan maka semakin besar pajak yang dikenakan terhadap perusahaan. Perusahaan sebagai salah satu wajib pajak yang dapat memberikan kontribusi besar terhadap penerimaan pajak, tentu dapat menentukan besaran tax ratio Indonesia. Berdasarkan data Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), tax ratio Indonesia masih tertinggal dibanding negaranegara di ASEAN seperti Thailand, Malaysia dan Singapura yang bisa mencapai

11 tax ratio diatas 15 persen, bahkan rata-rata negara OECD penerimaan pajaknya sebesar 33,8% dari Produk Domestik Bruto (PDB) (Kemenkeu.go.id, 2016). PDB merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi (Bps.go.id, 2016). Tax ratio mengukur perbandingan antara penerimaan pajak dengan PDB (Kemenkeu.go.id, 2016). Berikut adalah data mengenai tax ratio Indonesia dari periode yang disajikan dalam Tabel 1.1. Tahun Tabel 1.1 Tax Ratio Indonesia Periode Realisasi Penerimaan Pajak PDB Tax Ratio (miliar rupiah) (triliun rupiah) (persen) , ,20 11, , ,70 11, , ,13 11, , ,82 10, , ,79 10,71 Sumber: Data diolah (Bps.go.id dan Kemendag.go.id), 2016 Berdasarkan data pada Tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa tax ratio selama 5 (lima) tahun terakhir yaitu dari tahun mengalami penurunan. Hal ini menandakan bahwa belum optimalnya penerimaan pajak sebagai sumber pendapatan negara yang akan digunakan untuk membiayai keperluan negara. Belum optimalnya penerimaan pajak salah satunya mungkin disebabkan karena

12 tidak adanya kontraprestasi atau timbal balik secara langsung yang diberikan pemerintah kepada wajib pajak atau perusahaan. Pajak juga merupakan salah satu faktor yang sangat dipertimbangkan oleh perusahaan karena pajak dianggap beban yang signifikan dalam kelangsungan perusahaan (Masri dan Martani, 2012), sehingga setiap perusahaan akan berusaha meminimalkan beban pajaknya dalam rangka mencapai tujuannya yaitu mengoptimalkan laba dengan cara memanfaatkan ketentuan pajak yang ada. Upaya perusahaan untuk meminimalkan beban pajaknya dengan memanfaatkan ketentuan pajak yang ada disebut dengan tax avoidance (penghindaran pajak). Penghindaran pajak menurut Pohan (2013:23) adalah upaya yang dilakukan dengan legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan dimana metode dan teknik yang digunakan cenderung memanfaatkan kelemahan-kelemahan (grey area) yang terdapat dalam Undang-Undang dan peraturan perpajakan itu sendiri untuk memperkecil jumlah pajak terutang. Tindakan penghindaran pajak ini dapat menimbulkan risiko bagi perusahaan antara lain denda dan buruknya reputasi perusahaan di mata publik. Penghindaran pajak berbeda dengan penggelapan pajak. Penggelapan pajak (tax evasion) adalah penggunaan cara-cara yang melanggar hukum untuk mengurangi atau menghilangkan beban pajak, sedangkan penghindaran pajak (tax avoidance) adalah cara-cara yang dilakukan secara legal dengan memanfaatkan celah (loopholes) yang terdapat dalam peraturan perpajakan yang ada untuk menghindari pembayaran pajak yang jumlahnya lebih besar, atau melakukan transaksi yang tidak memiliki tujuan selain untuk menghindari pajak.

13 Penghindaran pajak sering kali dikaitkan dengan perencanaan pajak (tax planning), di mana keduanya sama-sama menggunakan cara yang legal untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan kewajiban pajaknya, tetapi perencanaan pajak tidak diperdebatkan mengenai keabsahannya, sedangkan penghindaran pajak merupakan sesuatu yang secara umum dianggap sebagai tindakan yang tidak dapat diterima. Batas antara penghindaran pajak dengan perencanaan pajak sering kali tidak jelas. Diskusi terkait sejauh mana batas yang diperkenankan membedakan praktik perencanaan pajak yang dapat diterima dengan penghindaran pajak yang tidak dapat diterima merupakan subjek debat yang berkepanjangan dan sering diselesaikan melalui proses sampai ke tingkat pengadilan tertinggi. Pengukuran tax avoidance dalam penelitian ini menggunakan cash effective tax rate (CETR). CETR adalah kas yang dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak (Budiman dan Setiyono, 2012). Pengukuran ini digunakan karena dapat lebih menggambarkan adanya aktivitas tax avoidance. Pengukuran tax avoidance ini menurut Dyreng, et al. (2010) baik digunakan untuk menggambarkan adanya kegiatan tax avoidance karena CETR tidak berpengaruh dengan adanya perubahan estimasi seperti adanya perlindungan pajak. Tindakan tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan dapat dipengaruhi oleh penerapan GCG di perusahaan dimana dalam penelitian ini menggunakan kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit, serta ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas perusahaan.

14 Teori agensi menyatakan bahwa tindakan tax avoidance yang timbul akibat adanya konflik keagenan antara prinsipal dan agen dapat diminimalkan dengan adanya penerapan GCG oleh perusahaan. Pengaruh penerapan GCG pada tax avoidance didukung oleh penelitian Maharani dan Suardana (2014) yang menyatakan bahwa komisaris independen dan komite audit berpengaruh negatif terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur periode serta penelitian Putranti dan Setiawanta (2015) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap tax avoidance pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Berbeda dengan penelitian Cahyono, dkk. (2016) yang menyatakan bahwa komite audit dan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tindakan tax avoidance perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode serta penelitian Annisa dan Kurniasih (2012) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional dan komisaris independen tidak berpengaruh pada tax avoidance pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Teori biaya politik menyatakan tingkat visibilitas yang tinggi dari perusahaan yang besar dan sukses menyebabkan mereka menjadi korban peraturan dan transfer kekayaan, karena pajak merupakan salah satu elemen biaya politik yang dilahirkan perusahaan. Perusahaan besar akan berusaha untuk mematuhi segala peraturan seperti peraturan perpajakan yang berlaku dengan membayar pajak sesuai dengan yang diharuskan sehingga perusahaan besar akan memiliki tarif pajak efektif yang besar yang berarti perusahaan akan menghindari tindakan tax avoidance karena perusahaan besar mendapat perhatian yang luas

15 dari kalangan konsumen dan media yang nantinya akan menarik perhatian dari pemerintah. Pengaruh ukuran perusahaan pada tax avoidance didukung oleh penelitian Kurniasih dan Sari (2013) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode dan penelitian Rinaldi dan Cheisviyanny (2015) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode Berbeda dengan penelitian Prakosa (2014) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur pada periode Faktor selanjutnya yang dapat memengaruhi tindakan tax avoidance yaitu leverage. Teori trade-off menyatakan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan utang sebagai pengurang beban pajak. Semakin tinggi utang perusahaan maka beban bunga utang juga akan semakin tinggi, sehingga akan mengurangi beban pajak yang ditanggung perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Rachmithasari (2015) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur di BEI periode dan penelitian Hanum dan Zulaikha (2013) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap tax avoidance pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Berbeda dengan penelitian Prakosa (2014) yang menyatakan leverage tidak berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur di BEI periode

16 Tindakan tax avoidance selain dipengaruhi oleh GCG, ukuran perusahaan, leverage, dapat juga dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, assets, dan modal usaha tertentu. Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar laba yang dapat dihasilkan perusahaan, sehingga pajak yang dikenakan atas laba perusahaan akan semakin besar. Teori agensi akan memacu para agent untuk meningkatkan laba perusahaan. Agent dalam teori agensi akan berusaha mengelola beban pajaknya agar tidak mengurangi kompensasi kinerja agent sebagai akibat dari berkurangnya laba perusahaan oleh beban pajak. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi akan melakukan tindakan tax avoidance sehingga laba yang dihasilkan perusahaan tidak berkurang banyak akibat beban pajak yang dikenakan terhadap perusahaan. Hal ini didukung penelitian Rinaldi dan Cheisviyanny (2015) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur di BEI periode Berbeda dengan penelitian Nurindah (2013) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur periode Penelitian ini menggunakan perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI periode sebagai populasi penelitian, didasari atas pertimbangan bahwa sektor properti merupakan salah satu wajib pajak badan yang menjadi fokus pemeriksaan pajak berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak tentang Rencana dan Strategi Pemeriksaan yang bertujuan untuk

17 meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak di sektor properti dalam membayar pajak (Pajak.go.id, 2016). Pemilihan perusahaan property dan real estate juga didasari karena aktivitas usahanya sebagian besar terkait dengan perpajakan dan dalam 5 (lima) tahun terakhir sektor property dan real estate mengalami pertumbuhan yang cukup baik walaupun dengan tren pertumbuhan melambat, searah dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional (Fiskal.kemenkeu.go.id, 2016). Berdasarkan uraian diatas dan adanya ketidakkonsistenan pada hasil-hasil penelitian sebelumnya, maka dari itu perlu diteliti kembali mengenai tax avoidance dengan judul Pengaruh Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Profitabilitas pada Tax Avoidance (Studi Empiris terhadap Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode ). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah disampaikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dari penelitian ini sebagai berikut. 1) Bagaimanakah pengaruh kepemilikan institusional pada tax avoidance? 2) Bagaimanakah pengaruh komisaris independen pada tax avoidance? 3) Bagaimanakah pengaruh komite audit pada tax avoidance? 4) Bagaimanakah pengaruh ukuran perusahaan pada tax avoidance? 5) Bagaimanakah pengaruh leverage pada tax avoidance? 6) Bagaimanakah pengaruh profitabilitas pada tax avoidance?

18 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang akan diteliti maka dapat dirumuskan tujuan penelitian yang ingin dicapai sebagai berikut. 1) Untuk memeroleh bukti empiris pengaruh kepemilikan institusional pada tax avoidance. 2) Untuk memeroleh bukti empiris pengaruh komisaris independen pada tax avoidance. 3) Untuk memeroleh bukti empiris pengaruh komite audit pada tax avoidance. 4) Untuk memeroleh bukti empiris pengaruh ukuran perusahaan pada tax avoidance. 5) Untuk memeroleh bukti empiris pengaruh leverage pada tax avoidance. 6) Untuk memeroleh bukti empiris pengaruh profitabilitas pada tax avoidance. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut. 1) Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu untuk menambah pengetahuan tentang penghindaran pajak di Indonesia dan menambah literatur tentang pengaruh good corporate governance, ukuran perusahaan, leverage, dan

19 profitabilitas pada tax avoidance. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam kajian empiris dan dijadikan perbandingan, pengembangan, dan penyempurnaan dari penelitianpenelitian yang telah dilakukan sebelumnya. 2) Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan dan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti pihak regulator dalam menentukan kebijakan fiskal yang dapat digunakan untuk menekan tax avoidance. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika dalam penelitian ini terdiri dari lima bab yang saling berkaitan dan disusun dengan sistematika penyajian sebagai berikut. Bab I Pendahuluan Bab ini merupakan pengantar bagi pembaca agar dapat mengetahui permasalahan yang ada di dalam penelitian ini. Penelitian ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Bab ini memuat teori-teori yang digunakan untuk membangun penelitian yakni teori agensi, teori biaya politik, trade-off theory, dan hal-hal yang berhubungan dengan penelitian serta hasil-hasil penelitian sebelumnya

20 yang akan digunakan untuk membangun rumusan hipotesis sebagai acuan dalam memecahkan masalah dalam penelitian ini. Bab III Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang meliputi desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis data yang akan dipergunakan dalam memecahkan masalah penelitian. Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini memuat tentang analisis hasil penelitian dan pembahasan tentang permasalahan penelitian melalui gambaran umum objek penelitian, pengujian statistik, dan analisis terhadap hasil penelitian. Bab ini juga memuat tentang interpretasi dari hasil penelitian yang memberikan jawaban atas permasalahan dari penelitian ini. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian yang menyajikan simpulan dari hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dan memuat saran-saran yang ditujukan kepada peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan penelitian yang telah dilakukan.

Judul : Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas dan Koneksi Politik pada Tax Avoidance

Judul : Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas dan Koneksi Politik pada Tax Avoidance Judul : Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas dan Koneksi Politik pada Tax Avoidance (Studi Kasus pada Perusahaan Industri Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia) Nama : Ni Kadek Yuliani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan perpajakan (http://www.kemenkeu.go.id/laporan-keuanganpemerintah-pusat.

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan perpajakan (http://www.kemenkeu.go.id/laporan-keuanganpemerintah-pusat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, terbukti dari data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2010-2014 bahwa sekitar 86,2%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontibusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, terbukti. (http://www.kemenkeu.go.id/laporan-keuangan-pemerintahpusat,

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, terbukti. (http://www.kemenkeu.go.id/laporan-keuangan-pemerintahpusat, perpajakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, terbukti dari data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2010-2014 bahwa sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Negara Tahun (Dalam Miliar Rupiah) Sumber Penerimaan 2013 % 2014 % 2015 %

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Negara Tahun (Dalam Miliar Rupiah) Sumber Penerimaan 2013 % 2014 % 2015 % BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di Indonesia penerimaan negara dari sektor pajak menduduki presentase paling tinggi dibandingkan sumber peneriman yang lain. Berikut data realisasi penerimaan negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Effective tax rate dapat diartikan sebagai besarnya beban pajak yang harus dibayarkan oleh subyek pajak dalam jumlah yang wajar sehingga tidak menghambat pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan pendapatan terbesar negara yang dikelola pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan pendapatan terbesar negara yang dikelola pemerintah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan pendapatan terbesar negara yang dikelola pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun kebutuhan belanja negara melalui Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, pajak merupakan salah satu penerimaan yang besar bagi negara. Pelaksanaan perpajakan diatur oleh pemerintah Indonesia di dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan dan komisaris independen terhadap tax membutuhkan kajian teori sebagai berikut : 1. Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Gambar 1.1 Sumber Pendapatan Negara. Berdasarkan Gambar 1.1 menujukkan bahwa di Negara Indonesia, sumber

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Gambar 1.1 Sumber Pendapatan Negara. Berdasarkan Gambar 1.1 menujukkan bahwa di Negara Indonesia, sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu aspek penting bagi suatu negara. Dengan adanya pembayaran pajak dari wajib pajak baik itu wajib pajak orang pribadi maupun wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era pembangunan dan pembiayaan saat ini, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era pembangunan dan pembiayaan saat ini, pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era pembangunan dan pembiayaan saat ini, pemerintah membutuhkan dana yang cukup besar untuk menjalankan berbagai program kerja yang telah disusun. Pajak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanah air dan negara. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanah air dan negara. Pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah salah satu kewajiban masyarakat kepada negara dan sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanah air dan negara. Pajak merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor pemasukan tersebesar kas negara. Penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor pemasukan tersebesar kas negara. Penerimaan BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sektor pemasukan tersebesar kas negara. Penerimaan negara dari sektor pajak memegang peranan yang sangat penting untuk kelangsungan sistem pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional serta menjadi unsur utama untuk

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional serta menjadi unsur utama untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi pelaksanaan pembangunan nasional serta menjadi unsur utama untuk menunjang kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri

Lebih terperinci

DAFTARISI HALAMAN PENGESAHAN/PERSETUJUAN SKRIPSI

DAFTARISI HALAMAN PENGESAHAN/PERSETUJUAN SKRIPSI Jndul : Pengaruh Corporate Governance, Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Ukuran Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak Nama : RR. Maria Yulia Dwi Rengganis Nim : 1306305032 Abstrak Agresivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. APBN melalui sektor perpajakan (Candra, 2012). Pentingnya peranan pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. APBN melalui sektor perpajakan (Candra, 2012). Pentingnya peranan pajak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan semakin menipisnya sumber daya alam yang dimiliki oleh negara Indonesia, maka pemerintah akan lebih menggantungkan pendapatan negara atau APBN melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggarannya. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengandalkan

BAB I PENDAHULUAN. anggarannya. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengandalkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran rakyat yang dipungut oleh pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bertujuan sebagai penerimaan kas negara. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang untuk kelangsungan negara dan kesejahtraan dari masyarakat. pendapatan negara melalui sektor penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang untuk kelangsungan negara dan kesejahtraan dari masyarakat. pendapatan negara melalui sektor penerimaan pajak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendapatan suatu negara mencerminkan bagaimana negara tersebut maju dan berkembang untuk kelangsungan negara dan kesejahtraan dari masyarakat negara tersebut di masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga terciptalah kesejahteraan nasional. Dalam melaksanakan pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga terciptalah kesejahteraan nasional. Dalam melaksanakan pembangunan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk dalam kategori negara berkembang. Indonesia masih terus melaksanakan pembangunan negara untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sehingga terciptalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pajak adalah beban yang akan mengurangi laba bersih. Perbedaan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. pajak adalah beban yang akan mengurangi laba bersih. Perbedaan kepentingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan bagi negara, sedangkan bagi perusahaan pajak adalah beban yang akan mengurangi laba bersih. Perbedaan kepentingan dari fiskus yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendapatan negara maupun pembiayaan.ibarat sebuah bahtera, berlayar hingga akhirnya mampu berlabuh. APBN menjadi motor

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendapatan negara maupun pembiayaan.ibarat sebuah bahtera, berlayar hingga akhirnya mampu berlabuh. APBN menjadi motor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun pemerintah menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang memuat alokasi belanja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 15,30%, sedangkan pertumbuhan alamiahnya rata-rata. dibandingkan dengan pertumbuhan alamiahnya. Hal ini menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 15,30%, sedangkan pertumbuhan alamiahnya rata-rata. dibandingkan dengan pertumbuhan alamiahnya. Hal ini menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan penerimaan pajak semakin penting sebagai sumber utama penerimaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Indonesia. Dalam periode 2007

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagi perusahaan serta para pemangku kepentingannya, pajak merupakan salah satu beban utama yang akan mengurangi laba bersih (Mardiasmo, 2009:1; dalam Kadariyanty,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari sektor internal adalah pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan suatu penduduk dapat tercapai apabila di dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan suatu penduduk dapat tercapai apabila di dalam suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesejahteraan suatu penduduk dapat tercapai apabila di dalam suatu negara tersebut terdapat pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah secara terusmenerus baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan negara terbesar di Indonesia. Hal ini terbukti melalui jumlah pendapatan negara APBN 2016 yang didominasi oleh penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. toleransi dari pihak fiskus, dikarenakan fiskus menginginkan perolehan pajak

BAB I PENDAHULUAN. toleransi dari pihak fiskus, dikarenakan fiskus menginginkan perolehan pajak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan bagi negara, sedangkan bagi perusahaan pajak adalah beban yang akan mengurangi laba bersih. Perbedaan kepentingan dari fiskus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jelas. Berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. jelas. Berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, salah satu tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang berdaulat didirikan dengan suatu tujuan yang jelas. Berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, salah satu tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar. perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar. perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan kontribusi wajib oleh orang pribadi

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: penghindaran pajak, corporate governance, koneksi politik, leverage, dan return on asset

Abstrak. Kata kunci: penghindaran pajak, corporate governance, koneksi politik, leverage, dan return on asset Judul : Pengaruh Corporate Governance, Koneksi Politik, Leverage, dan Return On Asset terhadap Penghindaran Pajak Nama : Gusti Ayu Widya Lestari NIM : 1306305004 Abstrak Penghindaran pajak merupakan usaha

Lebih terperinci

I. BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perpajakan adalah untuk meningkatkan pendapatan yang akan digunakan

I. BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perpajakan adalah untuk meningkatkan pendapatan yang akan digunakan I. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber penerimaaan negara yang paling besar. Tujuan perpajakan adalah untuk meningkatkan pendapatan yang akan digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, namun bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, namun bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan kontribusi wajib yang sifatnya memaksa bagi wajib pajak baik orang pribadi maupun badan dengan tidak mendapatkan timbal balik (kontraprestasi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi negara-negara yang ada di dunia ini pajak merupakan unsur penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi negara-negara yang ada di dunia ini pajak merupakan unsur penting dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi negara-negara yang ada di dunia ini pajak merupakan unsur penting dan bahkan paling penting dalam rangka untuk menopang anggaran penerimaan negara. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat banyak perusahaan akhirnya memakai berbagai cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat banyak perusahaan akhirnya memakai berbagai cara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber pengeluaran terbesar suatu negara untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan nasional. Bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang didapat dari penerimaan iuran dari masyarakat dimasukkan ke dalam kas negara. Karena telah diatur

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah :

BAB V PENUTUP. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah : BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan sektor properti, real estate dan kontruksi bangunan yang terdaftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sektor pajak. Lebih dari 70 % pengeluaran Negara dibiayai oleh pajak

BAB I PENDAHULUAN. dari sektor pajak. Lebih dari 70 % pengeluaran Negara dibiayai oleh pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendapatan suatu Negara berasal dari berbagai sektor, salah satunya berasal dari sektor pajak. Lebih dari 70 % pengeluaran Negara dibiayai oleh pajak (www.pajak.go.id,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan pasal 1, definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dalam artikel website tanggal 31 Desember

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dalam artikel website  tanggal 31 Desember 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2013) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan suatu iuran yang dikenakan kepada wajib pajak atas penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan suatu iuran yang dikenakan kepada wajib pajak atas penghasilan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan suatu iuran yang dikenakan kepada wajib pajak atas penghasilan yang diperoleh dan memiliki daya paksa. Pemungutan pajak secara umum berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Negara yang digunakan untuk infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Negara yang digunakan untuk infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan Negara Indonesia mayoritas berasal dari sektor pajak. Pembangunan Negara yang digunakan untuk infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya berasal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum pajak dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh Negara terhadap warga negaranya. Sumber penerimaan Negara berasal dari berbagai sektor,

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah salah satu sumber dari pendapatan negara. Sebagai unsur penerimaan negara, pajak mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut Badan Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibagi akan dua yaitu fungsi budgetair yaitu pajak sebagai sumber dana bagi

BAB I PENDAHULUAN. dibagi akan dua yaitu fungsi budgetair yaitu pajak sebagai sumber dana bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang dalam membangun perekonomian dalam negeri masih bergantung pada pendapatan pajak. Menurut fungsinya, pajak dibagi akan dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi negara, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya orang mendirikan perusahaan untuk mencapai laba. Oleh karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang dibangun. Dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang paling BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang paling besar. Menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo (2011) menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa dekade lalu, pajak hanya dianggap sebagai pelengkap

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa dekade lalu, pajak hanya dianggap sebagai pelengkap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa dekade lalu, pajak hanya dianggap sebagai pelengkap penerimaan sektor migas. Namun, saat ini pajak memegang peranan penting dalam pos penerimaan Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan tersebut secara maksimal. Nilai perusahaan dicerminkan dari harga saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan kontribusi kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Ketidakpatuhan wajib pajak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Ketidakpatuhan wajib pajak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi negara-negara yang ada di dunia ini pajak merupakan unsur penting dan bahkan paling penting dalam rangka untuk menopang anggaran penerimaan negara. Penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kemudian mencuat dan memunculkan agency theory. dan kemakmuran para pemegang saham atau stakeholder. Nilai perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kemudian mencuat dan memunculkan agency theory. dan kemakmuran para pemegang saham atau stakeholder. Nilai perusahaan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan ekonomi yang semakin pesat, persaingan antar perusahaan semakin kompetitif yang harus di dukung dengan penyajian laporan keuangan yang rapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada suatu masyarakat untuk selanjutnya digunakan bagi pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kepada suatu masyarakat untuk selanjutnya digunakan bagi pembangunan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan terbesar suatu negara, termasuk di Indonesia. Berdasarkan pengertiannya pajak dipungut secara paksa kepada suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara terbesar di dunia dan terletak pada kondisi geografis yang cukup strategis. Letak geografis ini menyebabkan Indonesia menjadi kawasan lalu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia penerimaan kas negara masih rendah terutama faktor-faktor masyarakat yang memiliki minimnya pengetahuan tentang perpajakan. Perpajakan mempunyai kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pendapatan Negara negara yang diaturkan pada undang-undang dengan tidak mendapatkan timbal

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pendapatan Negara negara yang diaturkan pada undang-undang dengan tidak mendapatkan timbal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber: Direktorat Jenderal Anggaran Kementrian Keuangan Republik Indonesia Gambar 1.1 Pendapatan Negara 2006-2016 Menurut Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Menurut Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Menurut Prof. Dr. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupa kan sumber pendapatan Negara terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan memiliki beberapa alternatif dalam melakukan pendanaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan memiliki beberapa alternatif dalam melakukan pendanaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan memiliki beberapa alternatif dalam melakukan pendanaan, dimana salah satunya adalah dengan menggunakan hutang. Hutang merupakan salah satu cara memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. menerima wewanang (agen). Teori keagenan merupakan basis teori yang

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. menerima wewanang (agen). Teori keagenan merupakan basis teori yang BAB II TINJAUAN PUSATAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan ( Agency Theory) Teori agensi adalah teori yang menyatakan adanya hubungan antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) dan pihak yang menerima

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti kesehatan rakyat, pendidikan, kesejahteraan, dan sebagainya.

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti kesehatan rakyat, pendidikan, kesejahteraan, dan sebagainya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penghasilan negara adalah berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak, dan/atau dari hasil kekayaan alam yang ada di dalam negara itu (natural resources). Dua sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

BAB II TINJAUAN PUSATAKA BAB II TINJAUAN PUSATAKA A. Kerangka Teori 1. Teori Agenci Agency Theory merupakan perspektif yang secara jelas menggambarkan masalah yang timbul dengan adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan suatu kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan suatu kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan suatu kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh setiap orang maupun badan yang sifatnya memaksa namun tetap berdasarkan pada Undang-Undang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan ekonomi masyarakat pada era saat ini tidak terlepas dari dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan ekonomi masyarakat pada era saat ini tidak terlepas dari dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehidupan ekonomi masyarakat pada era saat ini tidak terlepas dari dunia perbankan. Sejatinya perbankan merupakan mitra masyarakat untuk memenuhi segala kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri yaitu berupa pajak (Waluyo, 2013:2). pembayar/pemotong/pemungut pajak (Siti Resmi, 2016:1).

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri yaitu berupa pajak (Waluyo, 2013:2). pembayar/pemotong/pemungut pajak (Siti Resmi, 2016:1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik materiil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak memiliki peranan penting dalam proses pembangunan suatu bangsa dan merupakan sumber keuangan yang sangat besar untuk membiayai segala keperluan pemerintah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan pemegang saham. Dengan prinsip ini beberapa perusahaan mengabaikan pihak-pihak lain yang berkepentingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak hingga saat ini merupakan aspek ekonomi dan aspek keuangan yang paling penting dalam dunia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak hingga saat ini merupakan aspek ekonomi dan aspek keuangan yang paling penting dalam dunia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak hingga saat ini merupakan aspek ekonomi dan aspek keuangan yang paling penting dalam dunia bisnis. Masalah tentang perpajakan tidak hanya sekedar menyerahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Namun terkadang

Lebih terperinci

PENGARUH RETURN ON ASSET, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN KOMPENSASI RUGI FISKAL TERHADAP TAX AVOIDANCE

PENGARUH RETURN ON ASSET, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN KOMPENSASI RUGI FISKAL TERHADAP TAX AVOIDANCE PENGARUH RETURN ON ASSET, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN KOMPENSASI RUGI FISKAL TERHADAP TAX AVOIDANCE (Studi Empiris Pada Perusahaan Konstruksi Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercantum pada

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercantum pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercantum pada alinea IV pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum. Kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Ada beberapa teori yang menjadi landasan pemikiran dalam penelitian ini yaitu agency theory, stakeholder theory, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2011). Tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2011). Tabel 1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling besar. Pajak yang dipungut oleh negara difungsikan sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Laporan audit penting dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Laporan audit penting dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Opini Audit Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit. Laporan audit penting dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Agresivitas Pajak, CSR, Kualitas Audit, Kepemilikan Institusional

ABSTRAK. Kata Kunci : Agresivitas Pajak, CSR, Kualitas Audit, Kepemilikan Institusional Judul : Pengaruh Corporate Social Responsibility, Kualitas Audit, dan Kepemilikan Institusional pada Agresivitas Pajak (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI periode 2013-2015)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan sumber daya alam negara di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan sumber daya alam negara di dunia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan sumber daya alam negara di dunia, pajak merupakan unsur yang sangat penting dalam rangka menopang anggaran penerimaan negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran pajak dengan cara melakukan manajemen pajak. Suandy, 2011). Tujuan manajemen pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran pajak dengan cara melakukan manajemen pajak. Suandy, 2011). Tujuan manajemen pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai salah satu pendapatan utama negara, yaitu pendapatan dari pajak. Perusahaan diharuskan membayar pajak, sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penerimaan negara atau pemasukan bagi negara di masa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penerimaan negara atau pemasukan bagi negara di masa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penerimaan negara atau pemasukan bagi negara di masa pemerintah orde baru masih mengandalkan dari sektor migas. Pendapatan ini diperoleh dengan cara mengekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

Lebih terperinci

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE DAN PROFITABILITAS PADA TAX AVOIDANCE. Ni Koming Ayu Praditasari 1 Putu Ery Setiawan 2

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE DAN PROFITABILITAS PADA TAX AVOIDANCE. Ni Koming Ayu Praditasari 1 Putu Ery Setiawan 2 ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.19.2. Mei (2017): 1229-1258 PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE DAN PROFITABILITAS PADA TAX AVOIDANCE Ni Koming Ayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengelolaan sumber daya perusahaan dan kinerja manajemen digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan keuangan harus disusun berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu juga di negara Indonesia. Pajak merupakan salah satu unsur terbesar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Begitu juga di negara Indonesia. Pajak merupakan salah satu unsur terbesar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di berbagai negara pajak merupakan sebuah penerimaan yang cukup besar. Begitu juga di negara Indonesia. Pajak merupakan salah satu unsur terbesar dalam penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan sasaran utama bagi seorang auditor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan sasaran utama bagi seorang auditor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan sasaran utama bagi seorang auditor eksternal yang berprofesi sebagai akuntan publik. Terkait dengan itu, bahwa laporan keuangan sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, kebutuhan dan konsumsi masyarakat semakin berubah dan berkembang. Sebagai salah satu misi perusahaan dalam menjawab tantangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi dan dunia bisnis yang sangat melesat ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi dan dunia bisnis yang sangat melesat ditandai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi dan dunia bisnis yang sangat melesat ditandai dengan tingkat persaingan yang semakin keras, menuntut masyarakat memahami keadaan di masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembayaran pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembayaran pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembayaran pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan sebagai wajib pajak dengan tidak mendapatkan timbal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan bagian yang sangat penting dalam penerimaan negara. Definisi pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sampel dan Data Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada tahun 2011-2013 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik pengambilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang sehingga masih melakukan pembangunan negara untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat agar dapat terciptanya kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan peranan penting dalam perekonomian suatu Negara. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dengan tingginya pertumbuhan ekonomi di Indonesia membuat para investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bursa Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta) yang disingkat BEI merupakan lembaga yang mengelola pasar modal di Indonesia. BEI menyediakan infrastruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,

Lebih terperinci