BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Di dalam sebuah perusahaan jasa, seperti agensi Sales Promotion Girl (SPG),

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penting dalam suatu proses penjualan. Fungsi SPG antara lain melaksanakan promosi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian dan perkembangan zaman khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan kondisi pasar juga menuntut peritel untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerja yang menantang dan kompleks serta semakin cepatnya perubahan menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. dipenuhi dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan yang lainnya karena itulah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pemain bisnis di Indonesia harus menghadapi tingkat persaingan bisnis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perdagangan eceran pada pasar moderen di Indonesia mengalami pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis

PENGARUH UPAH DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA CV. RIMBA SENTOSA DI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan persaingan bisnis pada era globalisasi dewasa ini. semakin tidak dapat diprediksikan. Selain itu disertai juga dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perhatian terhadap kepuasan pelanggan atau ketidakpuasan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang mempunyai peranan penting bagi kelangsungan organisasi tersebut, sehingga

mengenai strategi bauran pemasaran eceran yakni keragaman produk (product

BAB I PENDAHULUAN. tersebar di seluruh tanah air. Seperti halnya perusahaan lain, PT Novell pun juga

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membuat perusahaan secara maksimal berlomba-lomba untuk

BAB I PENDAHULUAN. sama, serta berusaha secara bersama-sama untuk mencapai tujuan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam segala aktivitas perusahaan karena manusia adalah faktor yang dapat Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perdagangan eceran pada pasar modern di Indonesia mengalami pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha

Hubungan antara upah, motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan pada PT. Pilar Kekar Plasindo Surakarta tahun

BAB I PENDAHULUAN. dahulu keinginan dan kebutuhan, konsumen pada saat ini dan yang akan datang.

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengandalkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dalam melamar pekerjaan,

BAB I PENDAHULUAN. perlu memperhatikan dan mempertahankan motivasi para karyawannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini aktivitas perdagangan baik produk dan jasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tolak ukur yang penting dalam perekonomian suatu negara adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pemeliharaan hubungan yang continue dan serasi dengan para karyawan dalam

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terampil dalam melakukan tugas tugas yang semakin kompleks dan rumit. Hampir

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang sangat pesat. Organisasi bisnis jasa yang mempunyai perhatian

BAB I PENDAHULUAN. melalui peningkatan kepuasan kerja guru. Kepuasan kerja (job satisfaction) guru merupakan sasaran penting dalam

I. PENDAHULUAN. Namun demikian ketepatan suatu organisasi untuk menempatkan pegawai

BAB I PENDAHULUAN. dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem

BABI PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sekarang ini selain bidang teknologi manusia juga

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan semakin tinggi. Maka dengan ini upaya untuk mengantisipasi hal

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi organisasi atau perusahaan itu sendiri. Sumber daya manusia

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah memasuki berbagai lapisan kehidupan di dunia termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dunia usaha di tanah air mengalami banyak kemajuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Globalisasi menuntut kebutuhan akan arus informasi dan pengetahuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi persaingan di dalam bidang pemasaran produk begitu ketatnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini keragaman fenomena sosial yang muncul di kota-kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. jasa untuk memperoleh laba agar dapat terus hidup dan berkembang. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unik. Manusia memiliki kepribadian yang aktif, banyak menggunakan intuisi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

PENGARUH UPAH LEMBUR DAN TUNJANGAN KESEHATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA CV. SUMBER MULYO KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Salah satunya adalah faktor sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam dunia kerja. Di masa pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. situasi persaingan khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang sejenis menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dihindari baik dari sektor swasta maupun pemerintah. Pada sektor

RETNO SAWITRIAVI F

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan, tidak terkecuali manusia. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam pencapaian tujuan suatu organisasi, dimana sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sangat ketat. Perusahaan-perusahaan yang sudah berhasil dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia (karyawan) merupakan aset yang paling penting

PENGARUH CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA RAMAI SWALAYAN PETERONGAN SEMARANG

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Vinna Indahtianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang dipimpinnya bahkan turut berpengaruh terhadap kinerja suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Organisasi merupakan sistem dan kegiatan manusia yang bekerja

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Bahasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

pengawasan. segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui kebutuhan akan perhatian dari atasan. Dengan kata lain karyawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. kawasan Asia terutama yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. Semua perusahaan memerlukan apa yang berkaitan dengan usaha-usaha. untuk mencapai tujuan tertentu bagi perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bertahan dan memenangkan persaingan di dalam bisnis ritel. bisnis yang melakukan penambahan nilai terhadap produk-produk dan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB I PENDAHULUAN. penampilan bagi manusia. Pakaian juga mencerminkan pribadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sekunder mulai menjadi sebuah kebutuhan yang bersifat primer, hal

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor yang terpenting sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebaik mungkin. Keberhasilan sebuah perusahaan atau organisasi tidak hanya dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini perkembangan usaha bisnis sangat pesat sehingga dengan

BAB I PENDAHULUAN. eceran terus berkembang seiring dengan keinginan dan selera pelanggan dan

Transkripsi:

9 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di dalam sebuah perusahaan jasa, seperti agensi Sales Promotion Girl (SPG), pasar swalayan, hotel, maupun biro perjalanan sangat diharapkan menunjukkan kinerja yang baik dimata pihak luar, yaitu masyarakat umum sebagai konsumen. Setiap organisasi bisnis selalu mengatakan bahwa manusia adalah asset yang paling penting untuk meningkatkan produktivitas. Karena unsur manusia berkedudukan sama dengan unsur-unsur lainnya (seperti teknologi dan biaya). Oleh karena itu, manusia ditempatkan sebagai unsur yang sangat khusus oleh perusahaan. Karena manusia akan terdorong untuk bekerja dan meningkatkan produktivitasnya jika beragam kebutuhannya mulai dari kebutuhan fisik seperti: makan, tempat tinggal, pakaian, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, sampai kebutuhan aktualisasi diri dapat terpenuhi dengan baik (Mangkuprawira, 2003). Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada sesuatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya (Anoraga, 1992). Pada abad ke-21 perusahaan yang bersangkutan dengan industri barang ataupun jasa diharapkan mampu bersaing untuk kemakmuran industri mereka dalam menghadapi globalisasi. Selain itu juga, globalisasi membawa banyak perubahan, antara lain banyak unsur manusia digantikan oleh faktor mesin, agar menghemat waktu dan

10 biaya, karena produk yang dihasilkan lebih cepat dan meningkat. Seperti diciptakannya sekop-sekop baru untuk pekerjaan menyekop berbagai bahan bijih besi di Bethlehem Steel Company pada tahun 1898. Dengan sekop-sekop baru perusahaan menghemat US $ 78.000 setahun. Hanya diperlukan 140 pekerja untuk mencapai hasil kerja yang sebelumnya dicapai oleh 500 pekerja. Hal ini dapat terlihat bahwa manusia sangat berperan penting untuk dapat menggerakkan mesin-mesin industri bagi kelangsungan hidup industri yang kita pilih sebagai profesi. Sehingga diperlukan adanya keselarasan hubungan antara anggota kelompok industri. Baik antar karyawan, atasan-bawahan, maupun organisasi industri dengan stakeholder pendukungnya (Ashar, 2001). Peristiwa tersebut diharapkan menjadi contoh bagi perusahaan untuk melakukan efisiensi tenaga kerja untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Sehingga dalam menghadapi perdagangan bebas yang telah disepakati bersama AFTA (2003), APEC (2010) dan WTO, bahwa setiap perusahaan akan menghadapi persaingan ketat dengan perusahaan lain baik yang lokal ataupun internasional. Meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing menuntut setiap perusahaan untuk selalu memperhatikan kebutuhan pelanggan dan berusaha sebaik mungkin lebih dari pihak pesaingnya (Candra dalam Endar, 2002). Tuntutan persaingan dalam pengelolaan kegiatan usaha dari lingkungan organisasi bisnis, baik swasta ataupun yang berbau pemerintahan pada masa kini dan masa mendatang dipastikan akan semakin ketat. Segenap sumber daya perusahaan

11 seperti peralatan produksi, metode pelayanan atau produksi, keuangan, dan sumber daya manusia perlu dikelola berdasarkan prinsip-prinsip yang menjamin dicapainya daya guna dan hasil guna yang optimal. Ketatnya persaingan mengakibatkan perusahaan jasa, seperti industri retail, biro perjalanan, maupun cargo berusaha untuk mencari bentuk dan strategi organisasi yang terbaik agar mereka bisa memenangkan persaingan tersebut. Banyak perusperusahaan yang mengalami kemunduran bahkan kebangkrutan karena tidak mampu beradaptasi dan memenuhi tuntutan perubahan dan persaingan. Hal ini terjadi karena mereka tidak bisa mengidentifikasi dan mengembangkan keunggulan kompetitif perusahaan tidak lagi hanya terletak pada penguasaan sumber daya alam, tapi juga pada kemampuan mengadaptasi perkembangan teknologi dan perkembangan kualitas profesionalitas, sosial, maupun spiritualnya. Hal ini sejalan dengan tuntutan dunia kerja akan teknologi dan kualitas sumber daya manusia yang mengarah pada kualitas iklim organisasi (Chandra dalam Endar, 2002). Korn (dalam Wungu dan Brotoharsojo, 2003) mengkonfirmasi hasil laporan Lester, Ferry, dan Richard mengenai pentingnya pengelolaan sumber daya manusia tersebut sebagai kompetensi berperingkat kedua terpenting yang harus dimiliki oleh para pimpinan puncak perusahaan unggulan abad ke-21. Masalah kinerja dan produktivitas sumber daya manusia merupakan salah satu kunci utama yang harus menjadi fokus perhatian perusahaan agar mampu menampilkan kinerja terbaiknya. Sebagaimana dicerminkan pada meningkatnya nilai riil secara langsung diserahterimakan kepada para pemegang saham, atau nilai tambah dan manfaat lain

12 yang dapat dirasakan secara langsung atau tidak langsung oleh konsumen, pemasok, masyarakat dalam artian luas serta terutama sekali adalah juga bagi para pegawai perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu, indikator keberhasilan pemanfaatan SDM dalam organisasi yang cukup penting untuk diteliti adalah kinerja. Filippo (1997) mengartikan kinerja sebagai hasil tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan sesuai dengan standar prestasi baik kuantitatif atau kualitatif yang telah diterapkan oleh individu secara pribadi maupun oleh perusahaan tempat individu bekerja. Kinerja dalam hal ini lebih diarahkan pada pengertian prestasi kerja yang dicapai oleh individu dalam proses kerja. Kinerja dari karyawan sangat didukung oleh penampilan fisik ataupun penampilan psikis. Oleh karena itu, setiap manusia memiliki potensi dan keunikan tersendiri yang tersembunyi dalam dirinya. Tetapi bagaimana ia dapat mewujudkan segala potensi yang ada dalam dirinya menjadi kenyataan tergantung pada sikap dan kepribadiannya. Hal tersebut yang menjadikan dia berbeda dengan orang lain. Pertama kali yang manusia perhatikan adalah penampilan secara keseluruhan, hal ini menjadikan menarik atau tidaknya seseorang (Schoon dalam Endar, 2002) Pandangan orang lain seringkali mempengaruhi persepsi seseorang terhadap penampilan fisiknya dan psikisnya. Persepsi terhadap diri ini sering disebut dengan konsep diri. Burns (1993) mengatakan bahwa konsep diri merupakan persepsi individu terhadap dirinya sendiri baik secara fisik, psikis, moral, dan sosial. Persepsi

13 tersebut dibentuk oleh pengalaman-pengalaman dan interpretasi dari lingkungan, terutama dipengaruhi oleh penguatan penilaian orang lain dan atribut seseorang bagi tingkah lakunya. Pengalaman dan interpretasi dari lingkungan memegang faktor penting dalam pembentukan konsep diri seseorang. Lingkungan pertama yang seseorang temui dalam hidupnya adalah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang menanggapi perilaku yang dilakukan oleh individu. Maka dapat dikatakan pula bahwa keluarga merupakan ajang pertama dalam pembentukan konsep diri anak (Walgito, 2000). Pudjijogyanti (1995) juga menyatakan bahwa konsep diri terbentuk dari dua komponen, yaitu: a. Komponen kognitif Merupakan pengetahuan individu tentang keadaan dirinya (misalnya: saya rajin atau saya malas). Komponen Kognitif akan memberikan gambaran tentang diri individu dan gambaran tersebut akan membentuk ciri diri b. Komponen afeksi Merupakan penilaian individu terhadap diri sendiri. Penilaian ini akan membentuk penerimaan terhadap diri dan harga diri seseorang Sullivan (dalam Rakhmat, 2002) juga menjelaskan bahwa seseorang dapat diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan dalam dirinya. Sebaliknya bila orang lain meremehkan, menyalahkan, dan menolak, maka seseorang tidak akan menyenangi dirinya sendiri. Begitu pula dalam bekerja Danadjaja (dalam Simamora, 1997) berpendapat bahwa hubungan sosial yang ada di antara karyawan

14 merupakan faktor yang cukup penting untuk dapat menimbulkan kegairahan kerja. Karena itu di dalam fungsi integrasi ini top manager berusaha agar karyawan tidak hanya mampu bekerja sama tetapi juga harus melakukan kerja sama. Melalui kerja sama, karyawan beranggapan bahwa pekerjaan akan dapat cepat selesai dan akan mendapatkan kepuasan. Sehingga hal tersebut akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Produktivitas kerja karyawan adalah bagian yang paling penting menentukan sekaligus juga yang paling sulit dimengerti, apalagi untuk dikelola. Top manager berusaha untuk mencoba memberdayakan anggota dalam fungsi perencanaan, pengoordinasian, dan pengendalian secara berkesinambungan sehingga akan memperbaiki seluruh proses kerja. Hal ini membutuhkan dukungan dari semua pihak yang terkait dalam sebuah tim tersebut untuk mewujudkan hasil yang maksimal (Stewart dan Hardjana dalam Ashar, 2001). Baik dari keluarga, teman sebaya, rekan sejawat, tetangga, saudara, dan pasangan hidup ( Thoist, 1986). Oleh karena itu, dukungan sosial terutama di tempat kerja sangat mempengaruhi adanya konflik dalam diri individu secara pribadi. Individu yang bekerja dalam situasi yang tidak nyaman dan kurang menyenangkan, maka dapat membawa dampak timbulnya konflik tertentu dalam diri seseorang. Trisni (2000) memperkirakan bahwa sekitar 7-8 jam sehari selama 5 hari atau lebih setiap minggu dan jangka waktu 20-40 tahun, sebagian besar dari waktu tersebut dipergunakan untuk bekerja sama dengan orang lain baik itu sebagai rekan, atasan, bawahan, ataupun klien. Rekan kerja adalah semua orang yang berhubungan satu sama lain karena sifat atau kebutuhan pekerjaan dan tidak sama dengan mereka yang

15 berhubungan untuk menghabiskan waktu diluar jam kerja. Hubungan kerja sangatlah penting, dan dapat menjadi sumber kepuasaan dukungan. Hal tersebut terjadi apabila hubungan tersebut berjalan lancar. Dukungan sosial di tempat kerja dapat memperkecil munculnya kecemasan, depresi, stress, dan penyakit fisik. Apalagi yang terjadi pada wanita bekerja sebagai Sales Promotion Girl (SPG), karena mereka dituntut menjadi sempurna baik penampilan fisik maupun pikiran dan ada target yang harus mereka capai. Timbulnya angkatan kerja sebagai Sales Promotion Girl (SPG) tidak lepas dari pembangunan pusat perbelanjaan. Pada awal tahun 1990-an, setiap ibu kota provinsi di Pulau Jawa sudah memiliki pusatpusat perbelanjaan. Sementara itu, di luar Pulau Jawa hanya kota-kota yang mempunyai penduduk lebih dari satu juta jiwa yang memiliki pusat perbelanjaan modern, seperti Medan, Manado, Palembang, Balikpapan, Pontianak, serta Makassar. Dengan menjamurnya pusat perbelanjaan maka kebutuhan tenaga kerja Sales Promotion Girl (SPG) dengan pendidikan SLTA cukup besar jumlahnya. Department store seluas 6.000 m² diperkirakan membutuhkan 300 tenaga kerja yang umumnya wanita belum lagi untuk kasir dan bagian-bagian lainnya. Tidaklah heran banyak Sales Promotion Girl (SPG) yang berani memakai pakaian yang minim, bukan karena keinginan mereka tetapi karena tuntutan perusahaan untuk menarik konsumen. Tidak dapat dipisahkan bahwa mereka merupakan ujung tombak dari perusahaan untuk memasarkan hasil produksi perusahaan kepada konsumen.

16 Banyak kejadian yang sangat menyudutkan para wanita yang bekerja sebagai SPG, mereka kerap kali dicap negatif oleh masyarakat seperti yang dilansir oleh www.lampu merah.com dinilai bukan hanya menjual produk, tetapi juga menjual tubuh. Sales Promotion Girl (SPG) yang berada di pasar swalayan umumnya sudah berpenampilan tertutup dengan memakai celana ataupun baju panjang. Lain halnya mereka yang bekerja mempromosikan produk di diskotik, seringkali mereka mendapatkan pelecehan seksual dari klien ataupun atasan yang umumnya pria. Seyogyanya atasan seharusnya memberikan dukungan bagi Sales Promotion Girl (SPG) dengan terus mengawasi mereka dari pria-pria yang iseng. Sehingga kinerja mereka optimal dan mampu memenuhi target yang ditentukan perusahaan. Akan tetapi pada kenyataannya kinerja Sales Promotion Girl (SPG) tidak optimal, disebabkannya masih belum mendapatkan dukungan dari rekan kerja, ataupun keluarga. Rekan kerja yang umumnya wanita sering mengalami konflik pribadi dan keluarga beranggapan miring mengenai profesi Sales Promotion Girl (SPG). Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang telah dijabarkan di atas, maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut Apakah ada hubungan antara Konsep Diri dan Dukungan Sosial dengan Kinerja? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Antara Konsep Diri dan Dukungan Sosial dengan Kinerja.

17 B. TUJUAN PENELITIAN 1. Mengetahui ada-tidaknya hubungan antara konsep diri dan dukungan sosial dengan kinerja 2. Mengetahui hubungan antara konsep diri dengan kinerja 3. Mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kinerja 4. Mengetahui seberapa besar peranan konsep diri dan dukungan sosial dengan kinerja 5. mengatahui tingkat konsep diri, dukungan sosial, dan kinerja pada subjek penelitian C. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Bagi peneliti selanjutnya khususnya ilmuwan psikologi diharapkan untuk menambah khasanah ilmu terutama bidang Psikologi Industri dan Organisasi 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sales Promotion Girl (SPG) diharapkan membantu memperbaiki kinerja mereka melalui pembentukan konsep diri yang positif dan dukungan sosial dari semua pihak yang berada dekat dengannya dan mempengaruhi segala bentuk perilakunya.

18 b. Bagi Pimpinan perusahaan diharapkan dapat memahami peran penting Sales Promotion Girl (SPG) dalam mempromosikan suatu barang atau jasa