2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

2015 INTIMACY WANITA KORBAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dian Lidriani, 2014

HUBUNGAN FORGIVENESS TERHADAP PERISTIWA PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua

Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS)

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan

BAB I PENDAHULUAN. kanker di negara-negara berkembang. Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh

BAB V PENUTUP. orang lain, memiliki otonomi, dapat menguasai lingkungan, memiliki. tujuan dalam hidup serta memiliki pertumbuhan pribadi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) pada buku karangan Aristotetea yang berjudul Nicomacheon Ethics

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

PENGANTAR. kebiasaan, visi hidup, maupun strata pendidikan. Perbedaan dan keunikan masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

BAB I PENDAHULUAN. Setelah kurang lebih lima hingga sepuluh tahun, HIV ini dapat berubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari ( Ryff, 1995). Ryff (1989) mengatakan kebahagiaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pancaindra menurun, dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2016).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sumber daya manusia itu sendiri dapat dirincikan menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterikatan aturan, emosional dan setiap individu mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. individu-individu yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini untuk mendapatkan pekerjaan sangat sulit contohnya

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being) 1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being)

BAB III METODE PENELITIAN

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta restrukturisasi organisasi, begitu pula di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam dan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan manusia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. Data Yayasan Lupus Indonesi (YLI) menunjukkan bahwa jumlah

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB I PENDAHULUAN. individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang,

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. yang paling dinanti-nantikan. Pada pasangan yang sulit memiliki anak, segala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia mengalami situasi darurat kekerasan. terhadap perempuan. Berdasarkan catatan tahunan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB 5 Simpulan, Diskusi, Saran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

HUBUNGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA ISTRI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja termasuk ke

KEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Khoirul Ihwanudin 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi

BAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan

BAB I PENDAHULUAN. selesaikan oleh individu untuk kemudian di lanjutkan ketahapan berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. potensi individu dimana individu dapat menerima kekurangan dan kelebihan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian

BAB II LANDASAN TEORI. Psychological well-being merujuk pada perasaan seseorang mengenai aktivitas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kekerasan dalam rumah tangga menjadi sebuah fenomena sosial yang memprihatinkan di tengah masyarakat. Abrahams (2007), mengungkapkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah segala bentuk perilaku mengancam dan menyakiti yang digunakan untuk mengendalikan seseorang dalam sebuah keluarga tanpa memperhatikan jenis kelamin atau gender. Kekerasan dalam rumah tangga dapat berbentuk kekerasan fisik, psikis, seksual, dan penelantaran rumah tangga. Menurut data Komnas Perempuan (2014), berdasarkan sumber Catatan Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2013 terdapat 11.719 kasus kekerasan dalam relasi personal di Indonesia. Dengan kasus kekerasan terhadap istri berada di peringkat pertama, yaitu sebanyak 7.548 kasus atau 64% dari jumlah kasus kekerasan dalam relasi personal yang terjadi. Salah satu kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi dan beredar di media massa adalah kasus Cornelia Agatha. Tindak kekerasan dilakukan oleh suaminya, Sony Lalwani. Kekerasan sudah terjadi sejak masih berpacaran dan berlanjut hingga menikah, bahkan saat proses perceraian kekerasan tetap pun masih terjadi. Hal tersebut tidak pernah dilaporkan Lia dengan alasan memiliki anak, mencintai dan berharap bahwa perilaku suaminya akan berubah. Pada tahun 2013, Lia bercerai dan melaporkan kekerasan yang dilakukan Sony kepada polisi (Tribunnews, 2013). Kekerasan dalam rumah tangga terbentuk melalui sikus kekerasan yang sama dan berulang dalam pola interaksi pasangan (Lianawati, 2009). Walker (2009) menjelaskan bahwa siklus kekerasan dalam pola interaksi pasangan dimulai dengan membangun ketegangan dalam hubungan sehingga mengakibatkan terjadinya ledakan kekerasan. Kemudian diikuti dengan periode yang lebih harmonis dimana pelaku menunjukkan kasih sayangnya sehingga korban memaafkan dan mempertahankan hubungan dengan pelaku. Siklus tersebut membantu menjelaskan mengapa korban tetap memilih

2 bertahan dalam suatu hubungan yang disertai kekerasan selama siklus tersebut berlangsung. Menurut Krauss & Krauss (1995 dalam Krahe, 2005), kekerasan dalam rumah tangga jarang berdimensi tunggal, cenderung berulang, kadang terus-menerus, dan dalam jangka waktu yang lama. Hasil penelitian Kisinky (2011), mengungkap bahwa perempuan yang menikah muda merasa sakit hati dan sedih atas kekerasan yang dilakukan suaminya, akibatnya perempuan tersebut berencana untuk menceraikan suami. Hal ini sejalan dengan Lianawati (2009) yang mengungkap bahwa akan ada saat dimana korban merasa tidak mampu bertahan sehingga korban akan mengatur strategi agar dapat meninggalkan dan menuntut keadilan atas kekerasan yang dilakukan suami. Setelah meninggalkan pelaku, perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga akan tetap merasakan tekanan. Penelitian yang dilakukan Parker & Lee (2002 dalam Fraser, 2003) menjelaskan bahwa peristiwa kekerasan berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan psikologis wanita dewasa madya. Secara keseluruhan wanita tersebut memiliki kesehatan fisik dan mental yang rendah serta mengalami psychologically distresses dan depresi. Menurut Abrahams (2007), tekanan psikologis yang dirasakan korban kekerasan memunculkan rasa takut, cemas, perasaan bersalah, marah, depresi bahkan trauma (PTSD). Tindak kekerasan dalam rumah tangga akan mempengaruhi kesehatan korban. Padahal kesehatan dan kesejahteraan psikologis saling berhubungan. Penelitian Vazquez et al. (2009) menjelaskan kesejahteraan psikologis berperan dalam mencegah dan menyembuhkan kondisi fisik atau penyakit bahkan memungkinkan peningkatan harapan hidup individu. Menurut penelitian Ryff (2014), kesejahteraan psikologis berkaitan dengan ketahanan dan kemampuan individu dalam mempertahankan atau memperoleh kembali kesejahteraan saat menghadapi kesulitan. Menurut Ryff (1995 dalam Wells, 2010), kesejahteraan psikologis diperoleh melalui pencapaian penuh dari potensi psikologis individu ketika individu dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki tujuan hidup, mengembangkan relasi yang positif dengan orang lain, menjadi

3 pribadi yang mandiri, mampu mengendalikan lingkungan, dan terus bertumbuh secara personal. Ryff menambahkan bahwa kesejahteraan psikologis merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan apa yang dirasakan individu sebagai hasil dari pengalaman hidupnya. Kekerasan dalam rumah tangga menyebabkan adanya perubahan dalam kesejahteraan psikologis perempuan yang menjadi korban meskipun telah berpisah dengan pelaku. Rini (2008) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kesejahteraan psikologis survivor yang mengalami kekerasan belum sepenuhnya kembali dikarenakan masih ada rasa cemas, takut, dan depresi. Menurut penelitian yang dilakukan Anderson & Saunders (2003) bahwa kesejahteraan psikologis perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga akan menurun dalam jangka waktu enam bulan atau interval satu tahun selama masa perpisahan. Kesejahteraan psikologis yang dimiliki individu dapat berubah dan berbeda antara satu individu dengan individu yang lainnya. Hidalgo et al. (dalam Wells (Ed), 2010), mengungkap bahwa kesejahteraan psikologis dipengaruhi oleh pengalaman subjektif individu karena adanya fungsi aspek fisik, mental dan sosial yang berbeda dari masing-masing individu. Lebih lanjut Hidalgo et al. menambahkan bahwa salah satu komponen dari kesejahteraan adalah kepuasan pribadi pada kehidupan, dimana kepuasan pribadi dipengaruhi oleh hubungan individu dengan lingkungan sosialnya yang meliputi masa kini dan masa lalu. Dalam penelitiannya, Huppert (2009) menyatakan bahwa kesejahteraan psikologis berkaitan dengan kehidupan yang berjalan baik. Kehidupan tersebut merupakan kombinasi dari perasaan yang baik dan keberfungsian secara efektif. Banyak faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis. Menurut penelitian yang dilakukan Hamdan-Mansour et al. (2011), kesejahteraan psikologis perempuan yang berpendidikan lebih baik sehingga sedikit memperoleh kekerasan dalam rumah tangga, bila dibandingkan dengan perempuan yang kurang berpendidikan. Hidalgo et al. (dalam Wells (Ed), 2010), mengungkapkan faktor sosiodemografi seperti usia, jenis kelamin,

4 status perkawinan, tingkat sosial-ekonomi, dan hubungan sosial sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis. Berdasarkan uraian dan fenomena yang dipaparkan, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai kesejahteraan psikologis perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga. kasus kekerasan dalam rumah tangga terutama kekerasan terhadap istri telah banyak terjadi di Indonesia. B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penelitian ini berfokus pada kesejahteraan psikologis perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga. Menurut Ryff (1995 dalam Wells, 2010), kesejahteraan psikologis adalah pencapaian penuh dari potensi psikologis individu dan suatu keadaan ketika individu dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki tujuan hidup, mengembangkan relasi yang positif dengan orang lain, menjadi pribadi yang mandiri, mampu mengendalikan lingkungan, dan terus bertumbuh secara personal. Penelitian mengenai kesejahteraan psikologis perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga akan digambarkan melalui enam dimensi kesejahteraan psikologis yang dikemukakan oleh Ryff (1989, 1995; dalam Wells, 2010), yaitu: penerimaan diri (self-acceptance), hubungan positif dengan orang lain (positive relations with others), kemandirian (autonomy), penguasaan lingkungan (environmental mastery), tujuan hidup (purpose in life), dan pertumbuhan pribadi (personal growth). C. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang, rumusan masalah dapat dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu bagaimana kesejahteraan psikologis perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kesejahteraan psikologis perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga.

5 E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai referensi tambahan Psikologi Sosial mengenai kekerasan terutama kekerasan dalam rumah tangga dan Psikologi Positif mengenai kesejahteraan psikologis. 2. Menjadi sumber informasi bagi masyarakat luas terutama perempuan sehingga mengetahui hal yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kasus kekerasan dalam rumah tangga di masyarakat dan hal yang harus dilakukan untuk mengembangkan kesejahteraan psikologis setelah mengalami kekerasan. F. Struktur Organisasi Skripsi BAB I: PENDAHULUAN Bab ini merupakan latar belakang penelitian, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Pada bab II ini terdiri dari uraian tinjauan pustaka dari beberapa teori. Teori yang dipaparkan adalah teori mengenai kesejahteraan psikologis perempuan dan teori kekerasan dalam rumah tangga. BAB III: METODELOGI PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan mengenai desain penelitian, subjek dan lokasi penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik keabsahan data. BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini terdiri dari hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang gambaran subjek penelitian, hasil, dan pembahasan. BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menjabarkan mengenai kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran yang diajukan bagi peneliti selanjutnya berdasarkan kesimpulan.