PERTUMBUHAN STARTER DAN GROWER ITIK HASIL PERSILANGAN RESIPROKAL ALABIO DAN PEKING

dokumen-dokumen yang mirip
Peking. Gambar 6 Skema persilangan resiprokal itik alabio dengan itik peking untuk evaluasi pewarisan sifat rontok bulu terkait produksi telur.

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

Keterkaitan Kejadian dan Lamanya Rontok Bulu terhadap Produksi Telur Itik Hasil Persilangan Peking dengan Alabio

Pengaruh Genotipa dan Kadar Aflatoksin dalam Ransum pada Karakteristik Awal Bertelur Itik Lokal

PERFORMA PRODUKSI ITIK BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN

PERSILANGAN AYAM PELUNG JANTAN X KAMPUNG BETINA HASIL SELEKSI GENERASI KEDUA (G2)

Performa, Persentase Karkas dan Nilai Heterosis Itik Alabio, Cihateup dan Hasil Persilangannya pada Umur Delapan Minggu

Heterosis Persilangan Itik Tegal dan Mojosari pada Kondisi Sub-Optimal

Model Regresi Pertumbuhan Dua Generasi Populasi Terseleksi Itik Alabio

PENINGKATAN PERFORMA DAN PRODUKSI KARKAS ITIK MELALUI PERSILANGAN ITIK ALABIO DENGAN CIHATEUP

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari X Alabio (MA): Masa Pertumbuhan sampai Bertelur Pertama

Gambar 1. Itik Alabio

(PRODUCTIVITY OF Two LOCAL DUCK BREEDS: ALABIO AND MOJOSARI RAISED ON CAGE AND LITTER HOUSING SYSTEM) ABSTRACT ABSTAAK PENDAHULUAN

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN ITIK BALI SEBAGAI SUMBER PLASMA NUTFAH TERNAK (GROWTH CHARACTERISTICS OF BALI DUCK AS A SOURCE OF GERMPLASM) ABSTRACT

KARAKTERISTIK UKURAN ORGAN DALAM KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI

PRODUKSI TELUR ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN

PROGRAM PEMBIBITAN ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN: SELEKSI PADA POPULASI BIBIT INDUK ITIK ALABIO

FERTILITAS DAN DAYA TETAS TELUR ITIK PERSILANGAN PEKING X ALABIO (PA) DAN PEKING X MOJOSARI (PM) YANG DIINSEMINASI ENTOK JANTAN

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK SIFAT-SIFAT PRODUKSI TELUR ITIK ALABIO

PRODUKTIVITAS ITIK ALABIO DAN MOJOSARI SELAMA 40 MINGGU DARI UMUR MINGGU

Performans Produksi Telur Itik Talang Benih pada Fase Produksi Kedua Melalui Force Moulting

CIRI - CIRI FISIK TELUR TETAS ITIK MANDALUNG DAN RASIO JANTAN DENGAN BETINA YANG DIHASILKAN ABSTRACT ABSTAAK

PERSILANGAN TIMBAL BALIK ANTARA ITIK ALABIO DAN MOJOSARI : PERIODE AWAL BERTELUR

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik

Performa Itik Albino Jantan dan Betina bedasarkan Pengelompokan Bobot Tetas

Pendugaan Parameter Genetik Bobot Hidup Itik Alabio dan Mojosari pada Periode Starter

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

I PENDAHULUAN. dari generasi ke generasi di Indonesia sebagai unggas lokal hasil persilangan itik

PENDUGAAN UMUR BERDASARKAN PERGANTIAN BULU PADA ITIK BETINA LOKAL PERIODE INDUKAN SKRIPSI NOVI GIANTI LOKOLLO

PERSILANGAN TIMBAL BALIK ANTARA ITIK TEGAL DAN MOJOSARI : I. AWAL PERTUMBUHAN DAN AWAL BERTELUR

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

INTERAKSI ANTARA BANGSA ITIK DAN KUALITAS RANSUM PADA PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR ITIK LOKAL

ANALISIS FEASIBILITAS USAHA TERNAK ITIK MOJOSARI ALABIO

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

PROGRAM VILLAGEBREEDING PADA ITIK TEGAL UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI TELUR: SELEKSI ITIK TEGAL GENERASI PERTAMA DAN KEDUA ABTRACT ABTRAK

Bibit niaga (final stock) itik Mojosari dara

KARAKTERISTIK UKURAN KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI

PERSENTASE BAGIAN PANGAN DAN NONPANGAN ITIK MANDALUNG PADA BERBAGAI UMUR

PERFORMA ITIK ALABIO JANTAN DAN BETINA BERDASARKAN PENGELOMPOKAN BOBOT TETAS SYAIFUDIN

Bibit niaga (final stock) itik Alabio dara

KELENTURAN FENOTIPIK SIFAT-SIFAT REPRODUKSI ITIK MOJOSARI, TEGAL, DAN PERSILANGAN TEGAL-MOJOSARI SEBAGAI RESPON TERHADAP AFLATOKSIN DALAM RANSUM

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

Daging itik lokal memiliki tekstur yang agak alot dan terutama bau amis (off-flavor) yang merupakan penyebab kurang disukai oleh konsumen, terutama

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN TERBATAS TERHADAP PENAMPILAN ITIK SILANG MOJOSARI X ALABIO (MA) UMUR 8 MINGGU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KARKAS ITIK LOKAL GEMBA PADA UMUR 12 MINGGU. Growth and Carcass Production in Gemba Lokal Ducks at 12 Weeks Old Age

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

Identifikasi Bobot Badan dan Ukuran-ukuran Tubuh Itik Bali...Herbert Jumli Tarigan

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

SELEKSI AWAL BIBIT INDUK ITIK LOKAL

PRODUKSI TELUR PERSILANGAN ITIK MOJOSARI DAN ALABIO SEBAGAI BIBIT NIAGA UNGGULAN ITIK PETELUR

Persentase Karkas Itik Peking yang Diberi Pakan dalam Bentuk Wafer Ransum Komplit Mengandung Limbah Kopi

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Rodalon

Bibit niaga (final stock) itik Alabio meri umur sehari

KETERKAITAN GENETIS SIFAT RONTOK BULU DENGAN PRODUKSI TELUR PADA ITIK ALABIO DAN ITIK PEKING TRIANA SUSANTI

MATERI DAN METODE. Materi

PERFORMA SIFAT REPRODUKSI HASIL SILANG BALIK (BACKCROSS) ITIK PEKIN ALABIO (PA) DAN ITIK ALABIO PEKIN (AP) DENGAN TETUANYA SKRIPSI PANDU PERMATASARI

POLA PERTUMBUHAN BOBOT BADAN ITIK BALI BETINA

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD

USAHA PEMBESARAN ITIK JANTAN DI TINGKAT PETANI DENGAN PENINGKATAN EFISIENSI PAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda

MATERI DAN METODE 1. Lokasi dan Materi Penelitian 2. Penelitian Tahap Pertama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

PERFORMAN PRODUKSI ITIK ALABIO (ANAS PLATHYRYNCHOS BORNEO) YANG DIBERI RANSUM KOMERSIL DENGAN TAMBAHAN KROMIUM (CR) ORGANIK

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul Itik di Indonesia

Bibit niaga (final stock) itik Mojosari meri umur sehari

Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas Terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari x Alabio (MA): 2. Masa Bertelur Fase Kedua Umur Minggu

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

KUALITAS TELUR ITIK ALABIO DAN MOJOSARI PADA GENERASI PERTAMA POPULASI SELEKSI

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

Seminar Nasional Peternakan dan Yeteriner 1998 ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

HASIL DAN PEMBAHASAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

Kajian Karakteristik Biologis Itik Pegagan Sumatera Selatan. Study on the Biological Characteristics of Pegagan Duck

KAJIAN KARAKTERISTIK BIOLOGIS ITIK CIHATEUP DARI KABUPATEN TASIKMALAYA DAN GARUT

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang

PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH

SUBTITUSI TEPUNG IKAN KOMERSIAL DENGAN LIMBAH TEPUNG UDANG DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS ITIK PEKING UMUR 1 HARI - 8 MINGGU

TINGKAT KEPADATAN GIZI RANSUM TERHADAP KERAGAAN ITIK PETELUR LOKAL

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

DAMPAK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN DAN KOMPOSISI KARKAS ITIK LOKAL JANTAN

PERSILANGAN PADA AYAM LOKAL (KUB, SENTUL, GAOK) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAGING UNGGAS NASIONAL

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

Bibit induk (parent stock) itik Alabio meri

PENGARUH BANGSA ITIK ALABIO DAN MOJOSARI TERHADAP PERFORMAN REPRODUKSI (REPRODUCTIVE PERFORMANCE OF ALABIO AND MOJOSARI DUCKS) ABSTRACT ABSTAAK

PRODUKTIVITAS AYAM LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF

PENGARUH PENGGUNAAN KUNYIT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING

MATERI DAN METODE. Materi

Transkripsi:

PERTUMBUHAN STARTER DAN GROWER ITIK HASIL PERSILANGAN RESIPROKAL ALABIO DAN PEKING (The Growth of Starter and Grower of Alabio and Peking Reciprocal Crossbreed Ducks) TRIANA SUSANTI 1, S. SOPIYANA 1, L.H. PRASETYO 1, R.R. NOOR 2 dan P.S. HARDJOSWORO 2 1 Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 triana_susie@yahoo.com 2 Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRACT The crossing program between Alabio duck with Peking duck has been conducted to study the pattern of molting associated with egg production. Although the purpose of crossbreeding is to increase egg production, but growth should still be considered. So the aim in this study was to evaluate the growth of the offspring of the crossbred Alabio and Peking duck on the starter and grower period. The material used is 100 AP ducks (crossbred Alabio and Peking ) and 100 PA ducks (crossbred Peking and Alabio ). Variables observed are body weight, consumption and conversion measured since DOD until 16 weeks of age. The weighting is done every week during starter (0 8 weeks) and every two weeks during the grower (10 16 weeks). The results showed that AP ducks is significantly higher than PA duck for DOD-4 weeks. At the age of 5 weeks, AP duck have experienced slowing growth, so that body weights at the end of the starter of AP ducks are the same with PA ducks. At the age of 10 16 weeks, PA ducks are still experiencing a growth acceleration, so that body weight at the end of the grower the PA ducks were higher than the AP ducks. Consumption and conversion of duck AP and PA were not significantly different. The conclusion is the body weight of PA ducks is significantly heavier than ducks AP at the end of the growth period, so feared would disrupt the process of egg production when entering production period. Key Words: Growth, Crossing, Alabio Ducks, Peking Ducks ABSTRAK Program persilangan antara itik Alabio dengan Peking telah dilakukan untuk mempelajari pola rontok bulu yang berkaitan dengan produksi telur. Meskipun tujuan persilangan adalah untuk peningkatan produksi telur, namun pertumbuhannya tetap harus diperhatikan. Sehingga dalam penelitian ini telah dilakukan evaluasi terhadap pertumbuhan hasil persilangan itik Alabio dan Peking masa starter dan grower. Materi yang digunakan adalah 200 ekor terdiri atas 100 ekor itik AP (hasil persilangan Alabio jantan dengan Peking betina) dan 100 itik PA (hasil persilangan Peking jantan dan Alabio betina). Itik-itik tersebut ditempatkan dalam kandang litter dengan sistem pemeliharaan sesuai dengan operasional di Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor. Peubah yang diamati adalah bobot badan, konsumsi dan konversi yang diukur sejak menetas sampai umur 16 minggu, Penimbangan dilakukan setiap minggu pada masa starter (0 8 minggu) dan setiap dua minggu pada masa grower (10 16 minggu). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot badan itik AP sangat nyata lebih tinggi daripada itik PA pada awal pertumbuhan (DOD-4 minggu). Pada umur 5 minggu, itik AP mengalami perlambatan pertumbuhan, sehingga bobot badan pada akhir masa starter itik AP sama dengan itik PA. Pada umur 10 16 minggu itik PA masih mengalami percepatan pertumbuhan, sehingga bobot badan pada akhir masa grower menjadi lebih tinggi daripada itik AP. Konsumsi dan konversi itik AP dan PA tidak berbeda nyata. Kesimpulannya adalah bobot badan itik PA lebih berat sangat nyata daripada itik AP pada akhir masa pertumbuhan, sehingga dikhawatirkan akan mengganggu proses produksi telurnya karena overweight saat memasuki dewasa kelamin. Kata Kunci: Pertumbuhan, Persilangan, Itik Alabio, Itik Peking 135

PENDAHULUAN Program persilangan resiprokal antara itik Alabio dengan Peking telah dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari sifat rontok bulu yang berkaitan dengan produksi telur. PRASETYO dan SUSANTI (1997) menyatakan bahwa program kawin silang telah umum digunakan dalam industri peternakan, jika fenotip yang diinginkan merupakan kombinasi dari galurgalur yang ada, atau untuk memperbaiki efisiensi produksi melalui penggunaan galur jantan dan betina yang spesifik. Dalam penelitian ini digunakan persilangan itik Alabio dan itik Peking dengan pertimbangan bahwa itik Alabio, merupakan keturunan Indian runner yang diketahui memiliki potensi produksi telur tinggi. Namun juga memiliki sifat rontok bulu yang muncul pada periode produksi telur bahkan pada saat puncak produksi (PURBA et al., 2005). Sehingga pada kejadian rontok bulu yang besar yaitu rontoknya bulu sayap akan diikuti dengan berhentinya produksi telur. Hal ini tentu saja menyebabkan tingkat produksi telur pada itik Alabio menjadi rendah. Di sisi lain, saat ini di Indonesia terdapat itik Peking yang berasal dari daratan China dan ternyata mampu beradaptasi dengan baik, sehingga populasinya semakin banyak. Berdasarkan postur dan bobot badannya, itik Peking merupakan jenis pedaging sehingga potensi produksi telurnya menjadi rendah. Namun apabila dibandingkan dengan itik-itik lokal di Indonesia, itik Peking memiliki produksi telur yang hampir sama dengan itik Alabio sebagai tipe petelur. Hal ini karena itik Peking tetap mampu berproduksi telur meskipun sedang mengalami rontok bulu. Kejadian rontok bulu pada itik Peking tidak menyebabkan berhenti bertelur, karena hanya mengalami rontok bulu halus, sedangkan rontok bulu sayap primer yang menyebabkan berhentinya produksi telur muncul setelah satu periode produksi yaitu 40 minggu dan dalam rentang waktu yang relatif pendek yaitu 6 8 minggu (CHERRY dan MORRIS, 2008). Berdasarkan potensi produksi dan sifat rontok bulu pada itik Alabio dan itik Peking tersebut, maka dilakukan persilangan resiprokal dengan tujuan untuk memahami kejadian rontok bulu yang berkaitan dengan produksi telur secara genetis. Itik hasil persilangan Alabio (A) jantan dengan Peking (P) betina disebut itik AP, sedangkan itik hasil persilangan Peking (P) jantan dengan Alabio (A) betina disebut itik PA. Meskipun tujuan persilangan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan produksi telur, namun pengamatan terhadap pertumbuhannya harus tetap dilakukan. Hal ini disebabkan keberhasilan produksi telur yang optimum pada periode bertelur ditentukan oleh pertumbuhannya, terutama masa starter yaitu sejak itik menetas (DOD sampai umur 8 minggu (SUSANTI dan PRASETYO, 2007). Pertumbuhan pada ternak itik diartikan sebagai pertumbuhan dalam bobot hidup dari sejak menetas (DOD) sampai umur dewasa kelamin. Kecepatan pertumbuhan pada umumnya dinyatakan dengan perubahan bobot badan setiap periode waktu tertentu. Laju pertumbuhan ternak dapat diamati pada kurva pertumbuhan fase starter dan grower. Tujuan pengamatan pada kedua fase adalah untuk mengetahui titik infleksi yaitu titik belok dari pertumbuhan yang cepat menjadi perlambatan pertumbuhan. Oleh karena itu, tujuan dalam penelitian ini adalah mengevaluasi pertumbuhan itik AP dan PA. MATERI DAN METODE Penelitian ini menggunakan itik PA dan AP sebagai hasil persilangan antara itik Alabio (A) dan itik Peking (P). Itik PA adalah persilangan Peking jantan dengan Alabio betina, sedangkan itik AP adalah persilangan Alabio jantan dengan Peking betina. Jumlah populasi pada itik AP dan PA masing-masing sebanyak 100 ekor yang terdiri atas 10 ekor jantan dan 90 ekor betina, sehingga jumlah total itik yang diamati adalah 200 ekor. Sistem pemeliharaan itik dilakukan secara terkurung sesuai dengan standar operasional yang ada di Balai Penelitian Ternak. Jenis pakan yang diberikan untuk kedua populasi itik adalah sama yaitu ransum komersial dengan kandungan protein 21 22% dan energy metabolic (ME) 2920 kkal/kg pada masa starter, sedangkan pada masa grower digunakan ransum dengan kandungan protein 15 16% dan ME 2500 kkal/kg. Air minum diberikan secara ad libitum. Itik-itik tersebut ditempatkan pada kandang litter berukuran 1,5 2,5 m yang beralaskan sekam. Peubah yang diamati adalah bobot badan yang ditimbang setiap minggu pada masa 136

starter dan setiap 2 minggu pada masa grower, konsumsi dan konversi ransum. Pengamatan dilakukan sejak itik menetas sampai umur 16 minggu. Analisis yang dilakukan adalah ANOVA dengan persamaan sebagai berikut: y ij = µ + α i + ε ij y ij : Bobot badan µ : Rataan umum α i : Pengaruh genotipa ke-i ε ij : Galat HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan pertumbuhan itik masa starter dilakukan sejak itik menetas (DOD) sampai umur 8 minggu. Hasil pengamatan terhadap bobot badan masa starter tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan bobot badan masa starter itik AP dan PA Umur (minggu) Itik PA DOD 48,12 a ± 0,46 42,57 b ± 0,36 1 135,04 a ± 2,71 122,48 b ± 2,68 2 281,51 a ± 4,62 250,40 b ± 4,97 3 538,24 a ± 9,67 507,72 b ± 11,32 4 813,61 a ± 12,54 774,55 b ± 15,16 5 1099,75 a ± 16,04 1058,32 a ± 17,78 6 1413,87 a ± 16,30 1367,52 a ± 21,41 7 1672,94 a ± 19,08 1655,15 a ± 23,47 8 1882,61 a ± 20,82 1911,70 a ± 23,26 PBB (0 8) 1834,49 a ± 20,84 1869,14 a ± 23,13 Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata (P < 0,01); PBB: Pertambahan bobot badan Bobot badan DOD itik AP (48,12 ± 0,46) sangat nyata lebih besar daripada itik PA (42,57 ± 0,36). Begitu pula pada umur 1 sampai 4 minggu, bobot badan itik AP sangat nyata lebih besar dibandingkan dengan itik PA yaitu masing-masing berturut-turut dari umur 1 sampai 4 minggu 135,04 ± 2,71 vs 122,48 ± 2,68, 281,51 ± 4,62 vs 250,40 ± 4,97, 538,24 ± 9,67 vs 507,72 ± 11,32 dan 813,61 ± 12,54 vs 774,55 ± 15,16. Hal ini menunjukkan adanya maternal effect, karena itik AP adalah hasil persilangan antara Alabio jantan sebagai tipe petelur dengan Peking betina yang merupakan galur pedaging. Hasil penelitian ini memiliki bobot DOD itik AP (48,12 ± 0,46) dengan nilai diantara hasil persilangan Alabio Cihateup yaitu sebesar 50,23 ± 3,01 pada itik AC dan 45,63 ± 1,08 pada itik CA, namun itik PA (42,57 ± 0,36) memiliki nilai di bawah kedua hasil persilangan tersebut (MATITAPUTTY et al., 2011). Pada umur 5 sampai 8 minggu itik AP memiliki bobot badan yang sama dengan itik PA yaitu masing-masing berturut-turut adalah 1099,75 ± 16,04 vs 1058,32 ± 17,78, 1413,87 ± 16,30 vs 1367,52 ± 21,41, 1672,94 ± 19,08 vs 1655,15 ± 23,47 dan 1882,61 ± 20,82 vs 1911,70 ± 23,26. Meskipun bobot badan itik AP lebih baik daripada itik PA pada awal pertumbuhan, namun pada umur 8 minggu bobot badan itik PA masih menunjukkan laju pertumbuhan yang cepat, sehingga pertambahan bobot badan (PBB) selama masa starter menjadi sama pada itik AP dan PA yaitu masing-masing 1834,49 ± 20,84 vs 1869,14 ± 23,13. Hal ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan itik Peking sebagai tipe pedaging sudah mengalami perlambatan pada umur 8 minggu, sedangkan galur itik Alabio sebagai tipe petelur masih menunjukkan laju pertumbuhan yang cepat. Perubahan laju pertumbuhan itik PA yang lebih tinggi daripada itik AP terus berlanjut sampai memasuki masa grower. Hasil pengamatan bobot badan itik AP dan PA pada masa grower tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan bobot badan masa grower itik AP dan PA Umur (minggu) Itik PA 10 2108,98 a ± 24,80 2166,50 a ± 21,87 12 2172,03 b ± 27,46 2261,00 a ± 23,01 14 2209,83 b ± 28,36 2314,60 a ± 22,99 16 2251,49 b ± 38,33 2344,70 a ± 22,40 PBB (0 16) 2203,46 b ± 38,38 2302,14 a ± 22,33 Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (P < 0,01) Laju pertumbuhan itik PA lebih baik daripada itik AP (Tabel 2). Hal ini terlihat dari 137

bobot badan itik AP dan PA yang sama secara statistik pada umur 10 minggu. Namun pada umur 12 sampai 18 minggu, bobot badan itik AP sangat nyata lebih rendah dibandingkan dengan itik PA. Padahal pada umur DOD sampai umur 4 minggu bobot badan itik AP lebih baik daripada itik PA. Pola laju pertumbuhan pada penelitian ini hampir sama dengan persilangan itik CA dan AC (MATITAPUTTY et al., 2011). Pada bobot awal itik AC lebih baik daripada itik CA, namun pada bobot akhir yaitu umur 8 minggu itik CA lebih baik daripada itik AC, sehingga pertambahan bobot badan itik CA lebih baik dibandingkan dengan itik AC. Bobot badan itik AP dan PA pada umur 10 sampai 16 minggu berturut-turut adalah 2108,98 ± 24,80 vs 2166,50 ± 21,87; 2172,03 ± 27,46 vs 2261,00 ± 23,01; 2209,83 ± 28,36 vs 2314,60 ± 22,99; 2251,49 ± 38,33 vs 2344,70 ± 22,40. Pertambahan bobot badan sampai masa grower itik PA sangat nyata lebih besar daripada itik AP yaitu masing-masing 2203,46 ± 38,38 dan 2302,14 ± 22,33. Hasil ini menunjukkan bahwa itik PA, yang berasal dari induk Alabio sebagai tipe petelur, masih menunjukkan laju pertumbuhan yang cepat pada masa grower. Sedangkan itik AP, yang berasal dari induk Peking sebagai tipe pedaging, laju pertumbuhannya sudah mengalami perlambatan pada umur 8 minggu, sehingga bobot badan pada masa grower menjadi rendah. Hal ini mungkin sebagai akibat seleksi dalam kurun waktu yang panjang terhadap galur itik Peking yang memang ditujukan untuk membentuk itik tipe pedaging dengan umur potong 8 sampai 12 minggu. Padahal itik Alabio dan Peking merupakan keturunan yang sama yaitu dari itik Mallard (Anas plathyrhynchos). Perubahan laju pertumbuhan itik AP dan PA dari sejak menetas sampai dewasa kelamin terlihat jelas pada Gambar 1. Tampak bahwa pada awal pertumbuhan yaitu umur DOD sampai umur 4 minggu itik AP memiliki bobot badan lebih besar daripada itik PA. Namun sejak umur 4 laju pertumbuhan itik AP sudah memasuki perlambatan, sedangkan itik PA masih mengalami laju percepatan pertumbuhan, sehingga laju pertumbuhan masa starter yaitu umur DOD sampai 8 minggu pada itik AP dan PA adalah sama. Laju pertumbuhan itik PA masih mengalami percepatan sampai umur 16 minggu, sehingga bobot badan itik PA sangat nyata lebih besar daripada itik AP. Bobot badan (g) 2500 2000 1500 1000 500 0 DOD 1 2 3 4 5 6 7 8 10 12 14 16 Umur (minggu) Gambar 1. Laju pertumbuhan itik AP dan PA pada umur DOD sampai 16 minggu Hasil pengamatan terhadap konsumsi dan konversi itik AP dan PA tercantum pada Tabel 3. Tampak bahwa konsumsi itik AP dan PA tidak berbeda nyata pada semua fase pertumbuhan yaitu masing-masing 8804,84 ± 441,92 dan 7973,10 ± 303,33 masa starter, 21577,00 ± 1530,86 dan 20100,28 ± 852,55 masa grower. Begitu pula dengan konversi ransum itik AP dan PA tidak berbeda nyata yaitu masing-masing 4,70 ± 0,22 dan 4,31 ± 0,19 masa starter, 9,74 ± 0,69 dan 8,81 ± 0,38 masa grower. itik PA Tabel 3. Konsumsi, konversi, masa starter dan grower itik AP dan PA Peubah Itik PA Masa starter (0 8 minggu) Konsumsi (g/ekor/mg) 8804,84 a ± 441,92 7973,10 a ± 303,33 Konversi 4,70 a ± 0,22 4,31 a ± 0,19 Masa grower (10 12 minggu) Konsumsi (g/ekor/mg) 21577,00 a ± 1530,86 20100,28 a ± 852,55 Konversi 9,74 a ± 0,69 8,81 a ± 0,38 Huruf superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P > 0,05) 138

Konsumsi dan konversi yang diperoleh dalam penelitian ini lebih besar daripada galur murni Alabio, maupun hasil persilangan Alabio dengan Cihateup (MATITAPUTTY et al., 2011). Bila dibandingkan dengan galur Peking murni, konsumsi dan konversi dalam penelitian ini hampir sama (MARIE-ETANCELIN et al., 2008). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Bobot badan itik PA lebih berat sangat nyata daripada itik AP pada akhir masa pertumbuhan, sehingga dikhawatirkan akan mengganggu proses produksi telurnya karena overweight saat memasuki dewasa kelamin. 2. Meskipun pada awal pertumbuhan umur DOD sampai 4 minggu itik AP sangat nyata lebih besar daripada itik PA, namun laju pertumbuhan itik AP mengalami perlambatan sejak umur 5 minggu, sehingga bobot badan akhir pada masa starter itik AP sama dengan itik PA. DAFTAR PUSTAKA CHERRY, P. and T. MORRIS. 2008. Domestic Duck Production Science and Practice. British Library. London, United Kingdom. MARIE-ETANCELIN, C., H. CHAPUIS, J.M. BRUN, C. LARZUL, M.M. MIALON-RICHARD and R. ROUVIER. 2008. Genetics and selection of mule ducks in France: A review. World s Poult. Sci. Assoc. 64(2): 187 208. MATITAPUTTY, P.P., R.R. NOOR, P.S. HARDJOSWORO dan C.H. WIJAYA. 2011. Performa, persentase karkas dan nilai heterosis itik Alabio, Cihateup dan hasil persilangannya pada umur delapan minggu. JITV 16(2): 90 97. PRASETYO, L.H. dan T. SUSANTI. 1997. Persilangan timbal balik antara itik Tegal dan Mojosari: I. Awal pertumbuhan dan awal bertelur. JITV 2(3): 152 156. PURBA, M., P.S. HARDJOSWORO, L.H. PRASETYO dan D.R. EKASTUTI. 2005. Pola rontok bulu itik betina Alabio dan Mojosari serta hubungannya dengan kadar lemak darah (trigliserida), produksi dan kualitas telur. JITV 10(2): 96 105. SUSANTI, T. dan L.H. PRASETYO. 2007. Model regresi pertumbuhan dua generasi populasi terseleksi itik Alabio. JITV 12(4): 300 305. 139