PELESTARIAN BANGUNAN STASIUN KERETA API KEDIRI

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES

PELESTARIAN BANGUNAN KANTOR POS BESAR SURABAYA

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID JAMIK SUMENEP

KARAKTER VISUAL BANGUNAN STASIUN KERETA API JEMBER

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KANTOR BAKORWIL IV JATIM PAMEKASAN

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG

Karakter Visual Bangunan Stasiun Kereta Api Tanjung Priok

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA SDN DITOTRUNAN 1 LUMAJANG

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

Elemen Arsitektural pada Fasad Rumah Dinas Pabrik Gula Kremboong Sidoarjo

Bab IV Simulasi IV.1 Kerangka Simulasi

Elemen Pintu dan Jendela pada Stasiun Kereta Api Sidoarjo

PELESTARIAN BANGUNAN GEDUNG PELAYANAN PERIZINAN TERPADU JATIM (EKS SOERABAIASCH HANDELSBLAD)

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

PELESTARIAN BANGUNAN KOLONIAL MUSEUM FATAHILLAH DI KAWASAN KOTA TUA JAKARTA

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

Karakteristik Spasial Area Masuk Utama pada Bangunan Stasiun (Studi Kasus: Stasiun-Stasiun di Wilayah Malang)

PELESTARIAN BANGUNAN KOLONIAL BELANDA DI JALAN PEMUDA DEPOK

KARAKTER SPASIAL DAN VISUAL PADA BANGUNAN GEDUNG JUANG 45 BEKASI JAWA BARAT

BENTUKAN VISUAL ARSITEKTUR RUMAH SINOM DI KELURAHAN KERTOSARI PONOROGO

TATANAN ELEMEN VISUAL GEDUNG BALAI KIRTI YANG KONTEKSTUAL DI KOMPLEK CAGAR BUDAYA ISTANA BOGOR JURNAL ILMIAH

Karakter Visual Bangunan Rumah Dinas Kolonial Belanda Pabrik Gula Jatiroto Lumajang

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

Kesimpulan dan Saran

TIPOLOGI WAJAH BANGUNAN RUMAH KUNO DI DESA SEMPALWADAK KABUPATEN MALANG

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

Kriteria Desain Fasade Pembentuk Karakter Visual Bangunan Universitas Tanjungpura

Pelestarian Bangunan Masjid Al Aqsa Manarat Qudus (Masjid Menara Kudus) Jawa Tengah

PELESTARIAN BANGUNAN UTAMA EKS RUMAH DINAS RESIDEN KEDIRI

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

Identitas Visual Bangunan Pendopo Sabha Swagata Blambangan Banyuwangi

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN UTAMA KOMPLEKS ASRAMA KOREM 081/DSJ MADIUN (EKS MIDDELBARE BOSCHBOUWSCHOOL TE MADIOEN)

Karakter Visual Bangunan Utama Kompleks Asrama Inggrisan Kota Banyuwangi

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Analisa Karakter Fasade Bangunan. Kerangka Analisa Karakter Fasade Bangunan

LOKASI Lokasi berada di Jl. Stasiun Kota 9, dan di Jl. Semut Kali, Bongkaran, Pabean Cantikan.

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

KARAKTERISTIK SPASIAL BANGUNAN GEREJA IMMANUEL JAKARTA

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

Karakteristik Spasial dan Visual Balai Kota Madiun (Eks Raadhuis te Madioen)

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL PROTESTANCHE KERK (GEREJA MERAH)-PROBOLINGGO

KOMPONEN PADA ELEMEN FASADE MASJID AGUNG JAMI MALANG PERIODE 1910, 1940, DAN 2016

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep lagu blues Everyday I Have Blues, menerapkan nilai serta karakter lagu

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB

11.4 Kegiatan atau aktivitas dan mang-mang yang ada pada stasiun

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN FASILITAS TRANSPORTASI INTERMODA BSD

Komposisi Fasad Bangunan Kompleks Pusat Penelitian Perkebunan Pabrik Gula Indonesia (P3GI) di Pasuruan

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

BAB II FIRST LINE. ditinggalkan dan diabaikan oleh masyarakatnya sendiri. pada tahun yang berisi pengembangan Transit Oriented Development

Teknis Menggambar Desain Interior

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

Karakteristik Fasade Bangunan Kawasan Pasar Besar Kota Malang

PENGEMBANGAN KOMPLEK PERKANTORAN BALAI KOTA DEPOK Mochamad Iqbal Permana

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

Omah Dhuwur Gallery merupakan bangunan yang ada di Kawasan Cagar Budaya

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian :

TIPOLOGI WAJAH BANGUNAN RUMAH TINGGAL KOLONIAL DI NGAMARTO - LAWANG

DINDING DINDING BATU BUATAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi

2.2 Tinjauan Gaya Neo Klasik Eropa dan Indonesia Sejarah Gaya Arsitektur Neo Klasik

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Fasilitas Wisata Kuliner di Surabaya

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Bina Nusantara adalah sebagai berikut :

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Penerapan Tema dasar Arsitektur Islam yang berwawasan lingkungan pada

BAB V PENGEMBANGAN RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

RINCIAN KEGIATAN DAN ALOKASI PERTEMUAN DALAM SEMESTER

DOKUMENTASI MASJID SALMAN DAN PUSDAI

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2

PENDAHULUAN Latar Belakang Objek Latar Belakang Tema

RINCIAN KEGIATAN DAN ALOKASI PERTEMUAN DALAM SEMESTER

LHOKSEUMAWE COMMUTER & CENTRAL STATION ERWIN MUNTAZAR

Putih Abu Hitam Coklat

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil rancangan adalah output dari semua proses dalam bab sebelumnya

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

JURNAL UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN HOTEL RESORT DI WISATA PANTAI ALAM INDAH. Disusun Oleh :

BAB II LANDASAN TEORI

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

BAB V PENDEKATAN & KONSEP. Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst.

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA

1.2. ELEMEN STRUKTUR UTAMA

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

Gaya Kolonial pada Rumah Tinggal Keluarga Ko Som Ien dan Ko Kwat Ie di Magelang

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

Geometri Ornamen pada Fasade Masjid Jami Malang

Transkripsi:

PELESTARIAN BANGUNAN STASIUN KERETA API KEDIRI Yussi Oktarisa, Antariksa, Abraham M Ridjal Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167, Malang 65145 Telp. (0341) 567486 Alamat Email Penulis: oktarisa0@gmail.com ABSTRAK Stasiun kereta api Kediri memiliki nilai historis yang kuat. Bentuk bangunan yang bergaya Indische empire ini memiliki karater yang dapat merekam jejak sejarah. Sejarah masa lampau yang menjadikan kota kediri sebagai kota karisedanan karena adanya infrastruktur transportasi yang maju. Peranan bangunan stasiun Kereta api Kediri ini patut dipertahankan dan diarahkan ke upaya pelestarian. Metode yang dipakai adalah analisis kulitatif yang menggunakan pendekatan deskriptif dengan menganalisis karakter arsitektural. Karakter arsitektural ini kemudian diarahkan ke metode evaluative dengan penilaian makna kultural. Hasil dari metode evaluative tersebut, karakter arsitektural dikembangkan ke arahan dan upaya pelestarian dengan potensial tinggi, sedang dan rendah. Potensial tinggi diarahkan ke preservasi dan konservasi. Potensial sedang diarahkan ke konservasi dan rehabilitasi. Potensial rendah diarahkan ke rehabilitasi. Kata Kunci: Stasiun Kediri, Pelestarian, Bangunan Kolonial Belanda ABSTRACT Kediri City Train Station had a very strong historical value. The buildings were designed in Indische Empire style and it became a distinctive character that had been recording the track of history of Kediri City throughout its lives. The past history of Kediri City as a Residential City was marked by the presence of an advanced transportation infrastructure at the time. The role of train station in Kediri City must be kept intact and even be perpetuated. Method of research was qualitative analysis using descriptive approach to analyze the character of architectural attributes. This architectural character was then subjected to evaluative method to assess its cultural meaning. Result of this evaluative method would be the base of the policies to bring architectural character toward the perpetuation at various level of potentialities, including high, medium and low. High potentiality level was meant that the architectural character was set for preservation and conservation. Medium potentiality level was driven toward conservation and rehabilitation. Low potentiality level was only aimed for rehabilitation. Keywords: Kediri City Train Station, Preservation, Netherland Colonial Building 1. Pendahuluan Stasiun kereta api Kediri merupakan bangunan peninggalan kolonial Belanda yang mampu merekam sejarah. Stasiun ini memajukan infrastruktur dibidang transportasi dan memiliki peranan yang penting pada masa lampau. Akan tetapi berkembangnya zaman, membuat stasiun Kediri kurang mendapatkan perhatian. Kondisi bangunan mulai mengalami beberapa perubahan pada beberapa elemen bangunan. Hal ini menimbulkan keprihatinan akan adanya pembongkaran.

Pembongkaran bangunan-bangunan yang memiliki nilai historis ini dapat memutuskan rekaman sejarah masa lalu, masa kini dan masa mendatang. Berdasarkan uraian tersebut dan menjawab permasalahan yang ada maka perlunya kajian mengenai pelestarian bangunan stasiun kereta api Kediri. Kajian tersebut diawali dengan mengidentifikasi dan menganalisis karakter arsitektural bangunan stasiun kereta api Kediri. Karakter arsitektural ini meliputi spasial, visual, dan struktural yang kemudian dinilai menurut makna kultural dan diarahkan ke upaya pelestarian yang tepat. 2. Metode 2.1 Metode Penelitian Menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan metode deskriptif, evaluative dan development. Metode deskriptif ini menganalisisi karakter yang ada pada bangunan. Setelah dianalisis selanjutnya menggunakan metode evaluative dan development yang kemudian ke arahan pelestarian. Arahan pelestarian dilakukan dengan cara melihat potensi yang ada dalam bangunan asli, bagian mana yang masih dapat dipertahankan (konservasi) dan mana yang di rekonstruksii. Hal ini menjadi landasan yang kuat dalam upaya pelestarian. Terdapat beberapa langkah yang dilakukan dalam penelitian yakni; 1. Mengamati dan merekam bangunan stasiun Kediri 2. Mengumpulkan segala informasi informasi aspek nonfisik pada bangunan stasiun Kediri. 3. Melalui langkah 1 dan 2 didapat karakter arsitektur bangunan stasiun Kediri 4. Menyimpulkan tentang karakter arsitektural bangunan stasiun Kediri dan mengarahkan ke upaya pelestarian yang tepat. 2.2 Kriteria Objek Penelitian Kriteria bangunan Stasiun kereta api Kediri menjadi benda cagar budaya, merujuk pada UU no 11 Tahun 2010 yang menyebutkan bangunan diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya jika berusia 50 (limapuluh tahun) dan dapat memberikan nilai historis. Menurut RTRW kota Kediri pasal 36 mengenai kawasan suaka alam dan cagar budaya menetapkan bangunan kuno peninggalan sejarah menjadi bangunan cagar budaya. Merujuk pada pasal 14 ayat 4, strategi penetapan kawasan cagar budaya dengan mempertahankan dan memelihara bentuk asli. Selanjutnya melakukan konservasi dan preservasi pada bangunan cagar budaya agar bentuk asli tetap bertahan. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Objek Penelitian Stasiun Kediri merupakan salah satu bangunan paling tua di Indonesia. Stasiun ini dibangun pada tahun 1882 dengan gaya kolonial Belanda yang estetis dan merupakan stasiun kelas besar yang berada di timur jalan Dhoho. Pembangunan stasiun pada masa pemerintahan kolonial Belanda bertujuan mengembangkan infrastruktur di bidang transportasi. Bangunan stasiun Kediri pada masa kini masih mempertahankan karakter asli bangunan pada masa kolonial Belanda, terlihat dari bukaan pintu jendela, atap, gewel dan lain-lain (Gambar 1).

Gambar 1. Stasiun Kediri 2008 (Sumber : DAOP VII Madiun) 3.2 Karakter Arsitektural Bangunan Stasiun Kediri Karakter arsitektural bangunan stasiun Kediri terdiri dari karakter spasial, visual, dan struktural yang akan dijelaskan sebagai berikut; 1. Karakter Spasial Karakter spasial bangunan erat kaitannya dengan ruang dalam bangunan dan fungsi bangunan. Karakter spasial terbagi menjadi; Orientasi bangunan Bangunan stasiun Kediri menghadap kejalan utama, sehinga aksesibilitas dari luar ke dalam dan sebaliknya dapat ditempuh dengan mudah. Hal ini ditunjang dengan area kosong yang luas didepan stasiun sebagai area parkir, pangakalan ojek, becak dan taksi. (Gambar 2) Fungsi Ruang Stasiun kereta api Kediri memiliki ruang-ruang penting yang dapat diklasifikasikan menjadi front area, bangunan stasiun (ruang staff, ruang hall, ruang pelayanan kesehatan dan lain-lain), peron dan emplasemen. Terdapat ruang-ruang yang telah berubah fungsi karena kebutuhan pengunjung dan staff stasiun Kediri. Perubahan fungsi ini tidak merubah karakter bangunan stasiun Kediri yang bergaya kolonial Belanda. (Gambar 3) U SITE PLAN Gambar 2. Stasiun Kediri 2008 (Sumber : DAOP VII Madiun) Gambar 3. Fungsi dan Zoning Ruang stasiun Kediri (2016) Organisasi Ruang Organisasi ruang teragi menjadi pola ruang, alur sirkulasi, pintu masuk dan orientasi bangunan yang dijelaskan sebagai berikut; Pola ruang bangunan stasiun berbentuk ruang persegi panjang dengan ukuran yang berbeda yang dibatasi oleh dinding yang saling menyatu. Ruang-ruang

tersebut di tata secara linier sehingga mengakibatkan bentuk denah bangunan nampak horizontal. Alur sirkulasi pada bangunan stasiun Kediri memiliki elemen-elemen sirkulasi seperti pencapaian, pintu masuk, dan konfigurasi jalur ruang. Pencapaian dari jalan utama ke bangunan stasiun Kediri dilalui secara langsung. (Gambar 4) Gambar 4. Pencapaian menuju bangunan Pintu masuk menuju bangunan stasiun Kediri didominasi oleh pintu pada area Hall dan konfigurasi jalur ruang adalah linear dengan hubungan jalur ruang saling melewati dan menembus. (Gambar 5). Orientasi ruang pada bangunan stasiun Kediri dapat dicapai melalui arah bukaan pintu dan jumlah bukaan pada ruang. Arah bukaan pada stasiun Kediri yang jumlahnya lebih banyak mengarah ke peron, sehingga dapat disimpulkan orientasi ruang lebih menonjol kearah peron. (Gambar 6) Gambar 5. Konfigurasi ruang Gambar 6. Arah bukaan dominan pada peron 2. Karakter Visual Karakter visual bangunan stasiun Kediri memiliki variabel yang terdiri dari elemen-elemen penyusun aspek visual bangunan. Penyusun aspek visual diklasifikasikan menjadi empat, yaitu massa bangunan, gaya bangunan, elemen pembentuk fasade, dan elemen pembentuk ruang dalam yang dijelaskan sebagai berikut; Masa Bangunan Massa bangunan stasiun Kediri memiliki satu unit massa bangunan. Ruang-ruang pada bangunan stasiun Kediri memiliki bentuk horisontal yang kuat. Bentuk horisontal pada bangunan stasiun ini dikarenakan ruang-ruang yang bersebelahan dan berjajar membentuk pola linear. (Gambar 7) Bangunan stasiun Kediri memiliki siluet yang asimetris antara sayap kiri dan sayap kanan bangunan. Garis luar atau outline pada bangunan stasiun meliputi garis lurus mendatar, garis lurus vertikal, dan garis lurus miring. (Gambar 8)

Gambar 7. Massa Bangunan Stasiun Kediri Gambar 8. Siluet Bangunan Stasiun Kediri Gaya Bangunan Bangunan stasiun Kediri bergaya Indische Empire, ciri-cirinya seperti; Stasiun ini dibangun pada abad 18, tepatnya tahun 1882. Bangunan stasiun Kediri memiliki bentuk yang berkesan megah dilengkapi dengan halaman yang luas dan dikelilingi oleh serambi. (Gambar 9); Atap peron pada bangunan stasiun Kediri membentang lebar dengan material rangka baja dan penutup atap besi bergelombang. Atapnya sendiri merupakan atap pelana berbentuk segitiga. Bentukan atap menyesuaikan iklim tropis di nusantara. (Gambar 10); Gambar 9. Halaman depan stasiun Kediri Gambar 10. Ornamen atap Dinding bangunan stasiun Kediri menggunakan satu bata sehingga tebal dan dapat meredam panas matahari serta memiliki langit-langit yang tinggi. Dinding memiliki ornament berupa garis-garis serta akhiran cornice. Bukaan dinding berupa pintu dan jendela double dengan penggunaan krepak merupakan gaya indische empire.(gambar 11) Gambar 11. Ornamen dinding dan bentukan pintu krepyak Terdapat central room yang menghubungkan antara beranda depan dan beranda belakang. Central room ini adalah hall. Bangunan satsiun Kediri menerapkan proses penghawaan silang atau cross ventilation. Elemen Fasade Fasade pada bangunan stasiun Kediri terdiri atap, dinding, kolom, pintu, jendela, dan gewel. (Gambar 12)

Gambar 12. Fasad Depan dan Belakang Bangunan Stasiun Kediri 1. Atap Atap bangunan stasiun Kediri memiliki empat macam atap, yakni pintu masuk (entrance), atap bangunan, atap peron dan atap baru. Material atap eksisting pada masa kolonial menggunakan besi gelombang dan dalam perkembanganya terdapat penambahan atap genting dan atap datar cor beton. (Gambar 13) 2. Dinding Dinding eksterior bangunan stasiun Kediri menggunakan dinding bata dengan ketebalan dinding 30cm (satu bata). Dinding eksterior pada bangunan stasiun Kediri tidak pernah mengalami perubahan yang signifikan, hanya mengalami pengecatan ulang secara berkala dengan warna sama dengan warna asli, yakni warna putih netral. Warna putih ini sesuai kondisi eksisting bangunan dan memberikan kesan bersih, megah, dan berwibawa pada bangunan. Pada perkembangnya didapati pada keramik-keramik yang dipasang pada dinding. (Gambar 14) Gambar 13. Atap Bangunan Stasiun Kediri Gambar 14. Dinding Bangunan Stasiun Kediri 3. Pintu Pintu pada bangunan stasiun kereta api Kediri memiliki bentuk dan variasi yang berbeda. Terdapat beberapa jenis dan bahan material seperti menggunakan material kayu, kaca, krepyak dan lain-lain. Kusen pada setiap

pintu menggunakan material kayu jati sehingga memiliki kualitas dan ketahanan bahan yang sangat baik. Pada pintu masuk utama pada umumnya memiliki dua daun pintu dan pintu penunjang lainnya dengan satu daun pintu. (Gambar 15) Gambar 15. Pintu pada Bangunan Stasiun Kediri 4. Jendela Jendela menggunakan bentukan krepyak yang merupakan karakter gaya bangunan Indische Empire. Jendela pada bangunan stasiun Kediri merupakan jendela hidup yang berjumlah lima buah dengan bentuk dan jenis material yang sama, yakni menggunakan jendela double. Jendela-jendela selalu terdapat teralis besi yang memiliki ornamen garis lengkung berirama. (Gambar 16)

5. Kolom Gambar 16. Pintu pada Bangunan Stasiun Kediri Kolom terdiri dari empat jenis dengan bentuk, material, dan ukuran yang bervariasi. Kolom-kolom tersebut yakni, kolom pada area peron, kolom dinding fasad belakang bangunan, kolom dinding pada fasad depan bangunan, kolom pada fasad area hall. Kolom pada area peron berjumlah tujuh buah dengan bentuk dan material besi. Kolom-kolom ini menopang atap peron dan sebagai tumpuan beban rangka atap. Kolom peron menggunakan material beton dan besi, pada bagian atas kolom peron terdapat ornamen berupa garis melengkung dan lingkaran. Ketiga jenis kolom lainya menyatu dengan dinding dan pada lapisan luar terdapat penambahan kemarik setinggi 1,5 meter dari permukaan lantai. 6. Gewel Gewel pada bangunan ini tipe pediment yang terletak pada area Hall. Pada gewel terdapat pintu masuk utama menuju bangunan. Gewel dipenuhi oleh ornamen-ornamen yang dinamis pada bagian depan, teritisan. (Gambar 17) Gambar 17. Gewel Haall pada Bangunan Stasiun Kediri Elemen Ruang Dalam Elemen ruangdalam terdiri dari dinding interior, pintu, jendela, dan plafon. Dinding interior stasiun Kediri menggunakan material batu bata dengan ukuran satu batu bata atau sama dengan ketebalan dinding 30cm. Finishing dinding menggunakan warna putih neutral, terdapat penambahan material marmer pada ruang tertentu dengan ketinggian 1.5m dari permukaan lantai. Bagian atas dinding terdapat ornament di beberapa ruangan tertentu, ornament berupa

penonjolan dinding dengan bentukan horizontal memanjang dan menerus pada ruang interior. Pintu pada interior stasiun Kediri pada umunya memiliki satu daun pintu, seperti pada ruang-ruang dalam pusat pelayanan kesehatan, ruang administrasi dan lainlain. Jendela interior bangunan stasiun Kediri terdiri dari dua daun pintu dengan menggunakan material kayu dan adanya teralis besi. Jendela interior ini terletak pada ruang administrasi, ruang rapat dan ruang kepala stasiun (Gambar 18) Plafon pada bangunan stasiun Kediri menggunakan material besi dengan finishing cat putih neutral senada dengan cat dinding. Bentukan plafon yang sama seperti kondisi eksisting memiliki bentuk dan motif yang sejenis. Plafon berukuran lebar 0.5m dan panjang sesuai ukuran ruangan yang ada. Plafon yang berbeda terletak pada ruang-ruang yang memiliki fungsi baru seperti kafe teh Jawa dan kafe roti O. Oleh karena itu bentuk plafon pada bangunan stasiun Kediri terdiri dari tiga jenis. (Gambar 19) Gambar 18. Pintu Jendela Interior pada Bangunan Stasiun Kediri Gambar 19. Plafon Bangunan Stasiun Kediri 3. Karakter Struktural Karakter struktural pada bangunan stasiun Kediri jika diamati secara visual, terlihat konstruksi atap dan dinding. Karakter struktural jika diamati pada denah dan potongan, terlihat konstruksi pondasi. Atap Atap miring pada entrance Hall, menggunakan rangka setengah kuda-kuda dengan material baja yang diperkuat. Pada lapisan terluar menggunakan besi bergelombang dengan warna abu-abu. Pinggiran atap dihiasi ornament list plank yang berbentuk lengkungan secara menerus. (Gambar 20) Konstruksii atap pelana pada peron menggunakan struktur rangka baja dengan bentangan lebar. Rangka baja ini cukup fleksibel dengan kondisi peron sebagai tempat pemberhentian dan keberangkaran kereta yang seringkali terjadi getaran. Atap pelana pada peron menggunakan delapan kuda-kuda dengan kemiringan kuda-kuda 30 derajat, dengan jarak antar kuda-kuda 5m. (Gambar 21)

Gambar 20. Kontruksi atap Entrance Gambar 21. Kontruksi atap peron Atap perisai pada Hall menggunakan gewel pada bagian depan bangunan. Gewel ini memiliki ornament paling dominan jika dilihat dari depan bangunan. Sehingga pengunjung dapat terfokus pada hall. Konstruksii atap perisai menggunakan material baja. Bangunan pada area samping kanan dan kiri hall menggunakan atap miring, Atap ini menggunakan konstruksi setengah kuda-kuda dengan material baja. Finishing dengan besi bergelombang. (Gambar 22) Dinding Struktur dinding pada bangunan stasiun Kediri menggunakan struktur grid dan bearing wall. Struktur grid terlihat pada ruang-ruang pada bangunan yang tersusun secara rapi dengan rangka kaku. Dinding stasiun kediri terdiri dari elemen-elemen linear, yakni balok dan kolom saling berhubungan. Struktur bearing wall pada dinding hall, yang merupakan ruangan luas sehingga menggunakan bentangan lebar. Merupakan dinding struktur, yaitu dinding ini menopang beban diatasnya dan disalurkan pada pondasi. Ketebalan dinding 30cm dengan menggunakan satu batu bata. (Gambar 23) Gambar 22. Konstruksi atap bangunan Gambar 23. Konstruksi dinding Pondasi Konstruksi pondasi pada bangunan stasiun Kediri terlihat pada potongan bangunan, yang mana bangunan stasiun kediri memiliki dua jenis pondasi.

Pondasi pertama pada dinding dengan ketebalan satu bata menggunakan pondasi batu kali dengan kedalaman 1,3 m dari permukaan tanah. Pondasi kedua pada dinding dengan ukuran setengah bata menggunakan pondasi batu kali dengan kedalaman 1.1m dari permukaan tanah. (Gambar 24) Gambar 24. Konstruksi pondasi 4. Arahan Pelestarian Elemen-elemen karakter bangunan pada stasiun kereta api Kediri dikelompokan dalam potensial tinggi, sedang, dan rendah. Potensial tinggi masih dominan pada bangunan stasiun kediri, karena banyak elemen yang memperkuat karakter bangunan. Potensial sedang pada dinding fasade maupun interior yang telah terjadi penambahan keramik. Potensial rendah pada elemen-elemen baru yang menggantikan elemen lama yang telah rusak, sehingga tidak berkaitan terhadap karakter bangunan kolonial. Potensial rendah seprti pintu, jendela, dan lantai keramik yang menggunakan material dan bentuk yang baru. Arahan pelestarian yang diusulkan pada bangunan stasiun kereta api Kediri dikelompokkan dalam empat arahan pelestarian, yakni preservasi, konservasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi. 5. Kesimpulan Stasiun KA Kediri yang berada di wilayah DAOP VII Madiun ini, dibangun pada tahun 1882. Bangunan ini patut dilestarikan, karena cukup berperan pada masa lampau dan menjadi atribut kebanggaan kota Kediri sebagai ibukota karesidenan yang tua dan disegani dengan gaya bangunan Indische Empire. Bangunan stasiun Kediri memiliki aspek-aspek karakter arsitektural yang memperkuat kawasan. Aspek yang mendasari karakter arsitektural bangunan stasiun KA Kediri terbagi menjadi elemen-elemen spasial, visual dan struktural yang mana akan dinilai dan diarahkan ke upaya pelestarian. Aspek-aspek pelestarian pada bangunan stasiun ini dikelompokan dalam potensial tinggi, sedang, dan rendah. Potensial tinggi (arahan preservasi dan konservasi) masih dominan pada bangunan stasiun kediri, karena banyak elemen yang memperkuat karakter bangunan kolonial seperti pada dinding, kolom, pintu, jendela, plafond, dan atap. Potensial sedang (arahan preservasi dan rehabilitasi)pada pada dinding fasad maupun interior yang telah terjadi penambahan keramik. Potensial rendah (arahan rehabilitasi) pada elemen-elemen baru yang menggantikan elemen lama yang telah rusak, sehingga tidak berkaitan terhadap karakter bangunan

Daftar Pustaka Antariksa, 2012. Beberapa Teori dalam Pelestarian Bangunan. http://antariksaarticle.blogspot.com. Budiharjo, E. 1996. Menuju Arsitektur Indonesia. Bandung: Alumni Handinoto. 1996. Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Surabaya 1870-1940. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Petra Surabaya. Krier, R. 2001. Komposisi Arsitektur. Jakarta: Erlangga. Triwinarto, J.S., 1997. Morfologi Arsitektural Stasiun Kereta Api Tawang, Semarang. Jurnal Teknik,III(7) :93-100.