BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Savitri Purbaningsih, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berpikir merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang memacu pada kemandirian siswa dalam menyelesaikan masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, salah satu tujuan dari pendidikan agama Islam yaitu untuk menanamkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efa Rosfita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Yaitu sumber daya yang dapat bersaing dan. menetapkan keputusan dengan daya nalar yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

I. PENDAHULUAN. baik, namun langkah menuju perbaikan itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Salah satu upaya untuk

2016 PENINGKATAN KEMAND IRIAN BELAJAR SISWA D ENGAN MENGGUNAKAN MOD EL D ISCOVERY LEARNING D ALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roni Rodiyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Matthews dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu: 2001). Menurut Sagala

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sangat berperan adalah lembaga pendidikan. Dalam mencapai tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang mengarah pada pasar bebas, serta tingkat efisiensi dan kompetitif yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu

2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. dan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern sehingga mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan pendidikan nasional dan tuntutan masyarakat. Kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pem-belajaran

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Kemampuan Berpikir Kritis Sebelum Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat penting untuk dipelajari. adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomunikasikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. yang telah maju. Pendidikan mepunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang semakin maju, menyadarkan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah mata

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

2015 PENERAPAN NILAI-NILAI PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGGUNAAN MEDIA TWITTER UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA MENGEMUKAKAN PENDAPAT DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karunia Eka Lestari, 2013

seperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah seperti bangunan sekolah yang baik, juga tersedia alat atau media pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di kelas VIII-E SMP Negeri 44 Bandung, tentang pembelajaran IPS teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: (1) pembelajaran IPS di kelas masih memiliki kecenderungan pendidik yang aktif di dalam kelas (teacher center). Kesan pendidik yang menguasai kelas sangatlah menonjol, peserta didik hanya menerima informasi dari pendidik saja, sehingga kurang mengarah kepada pengembangan peserta didik untuk berpikir kritis. Padahal, pembelajaran yang baik mengharuskan peserta didik yang aktif (student centered) dalam kelas; (2) Buku paket dan pendidik seringkali dijadikan sebagai satusatunya sumber belajar, dampaknya mereka akan terbelenggu oleh satu buku itu saja yang selalu dianggap kebenaran mutlak; (3) peserta didik tidak memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat, berekspresi, berfikir kreatif, berpikir kritis dan ilmu yang mereka dapat akan cepat dilupakan serta dianggap kurang bermakna; (4) sejumlah peserta didik mengganggap bahwa mata pelajaran IPS itu merupakan mata pelajaran yang monoton, tidak menantang, dan kurang sesuai dengan kebutuhan hidup peserta didik. Padahal, IPS harus mempersiapkan peserta didik dalam berpartisipasi secara efektif di lingkungan kelas, sekolah, masyarakat, negara dan dunia (Effendi dalam Soemantri, 2010: 34). Dengan adanya kondisi dimana peserta didik tidak memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat, berargumen, dan berekspresi, yang mengindikasikan bahwa peserta didik kurang memiliki kemampuan dalam berpikir kritis dalam pembelajaran IPS. Padahal, IPS memiliki tujuan yang tercantum pada 1

2 PERMENDIKNAS no 22, 23, dan 24 tahun 2006 (Sapriya, 2007), memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, dan kritis, rasa ingin tahu, inquiry, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. Berpikir kritis adalah menjelaskan apa yang dipikirkan (Fisher, 2008:65). Dengan berpikir kritis peserta didik dapat mengembangkan keterampilan interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, penjelasan, dan regulasi diri. Berpikir kritis sangat penting dikembangkan dan dimiliki oleh setiap peserta didik agar peserta didik ini dapat memikirkan strategi-strategi yang tepat dalam memecahkan suatu masalah. Sebab pada abad ke-21 ini, permasalahan-permasalahan di masyarakat semakin runyam sehingga menuntut warga negaranya bisa lebih memikirkan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan dengan bijak. Selain itu, menurut Santrock dalam Desmita (2010:158), perubahan kognitif yang memungkinkan terjadinya peningkatan pemikiran kritis pada peserta didik apabila dilatih sejak dini, yaitu: (1) Meningkatkan kecepatan, otomatisasi dan kapasitas pemrosesan informasi, yang membebaskan sumber-sumber kognitif untuk dimanfaatkan bagi tujuan lain; (2) Bertambah luasnya isi pengetahuan tentang berbagai bidang; (3) Meningkatkan kemampuan membangun kombinasi-kombinasi baru dari pengetahuan; (4) Semakin panjangnya rentang dan spontannya penggunaan strategi atau prosedur untuk menerapkan atau memperoleh pengetahuan, seperti perencanaan, mempertimbangkan berbagai pilihan, dan pemantauan kognitif. Sementara itu, menurut Wilson dalam Muhfahroyin (http://muhfahroyin.blogspot.com/2009/01/berpikritis.html) mengemukakan beberapa alasan tentang perlunya keterampilan berpikir kritis, yaitu: (1) Pengetahuan yang didasarkan pada hafalan telah didiskreditkan; individu tidak akan dapat menyimpan ilmu pengetahuan dalam ingatan mereka untuk penggunaan yang akan datang; (2) Informasi menyebar luas begitu pesat sehingga tiap individu membutuhkan kemampuan yang dapat disalurkan agar mereka dapat mengenali macam-macam permasalahan dalam konteks yang berbeda pada waktu yang berbeda pula selama

3 hidup mereka; (3) Kompleksitas pekerjaan modern menuntut adanya staf pemikir yang mampu menunjukkan pemahaman dan membuat keputusan dalam dunia kerja; (4) Masyarakat modern membutuhkan individu-individu untuk menggabungkan informasi yang berasal dari berbagai sumber dan membuat keputusan. Dapat disimpulkan, berpikir kritis itu merupakan suatu kemampuan atau keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam menghadapi era globalisasi abad ke-21. Keterampilan dasar ini merupakan salah satu kunci dalam suatu kehidupan manusia dalam menjalin sosialisasi yang baik dengan individu lain dan dapat bersaing dalam dunia kerjanya kelak. Pada penelitian ini, dalam proses berpikir kritis menggunakan pendekatan FRISCO (Focus, Reason, Inference, Situation, Clarity, Overview) yang dikembangkan oleh Ennis (www.criticalthinking.net). FRISCO merupakan pendekatan yang memiliki komponen dasar dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis. berdasarkan pendekatan tersebut, maka kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis dapat dilihat sebagai berikut: (1) Memberikan penjelasan yang sederhana (elementary clarification), meliputi: (a) Memfokuskan pertanyaan, (b) Menganalisis argument, (c) Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan; (2) Membangun keterampilan dasar (basic support), meliputi: (a) Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, (b) Mengamati dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi; (3) Menyimpulkan (inference), meliputi: (a) Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, (b) Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, (c) Membuat dan menentukan nilai pertimbangan; (4) Memberikan penjelasan lanjut (advanced clarification), meliputi: (a) Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, (b) Mengidentifikasi pendapat; (5) Mengatur strategi dan teknik (strategy and tactics), meliputi: (a) Menentukan tindakan, (b) Berinteraksi dengan orang lain

4 Peserta didik yang memiliki pemikiran kritis memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah, bekerjasama, bertanggung jawab serta berani berpendapat/berargumen. Pembelajaran di lapangan yang bersifat tradisional, dimana peserta didik hanya diam dan hanya mendengarkan penjelasan dari peserta didik sangat sulit untuk diubah menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Sehingga diperlukan alternatif lain yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Terkait dengan rendahnya kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS, maka perlu adanya pemilihan metode yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, agar tidak hanya terpaku kepada pendidik atau pun buku pelajaran. Salah satu jenis metode pembelajaran itu adalah metode diskusi. Menurut Arends (2008:75), diskusi adalah situasi pendidik dan peserta didik atau peserta didik dan peserta didik lainnya bercakap-cakap dan berbagi ide dan pendapat. Hal ini sejalan dengan Sunaryo dalam Trianto (2010:122), diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersamasama mencari pemecahan, mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah. Dengan demikian diskusi merupakan suatu metode pembelajaran yang di dalamnya terdapat percakapan antara pendidik dengan peserta didik, dan peserta didik dengan peserta didik yang lainnya untuk mendapatkan pemecahan masalah yang benar. Di dalam metode pembelajaran diskusi, peserta didik akan dihadapkan dengan kegiatan pembelajaran dalam berkelompok. Selain itu, peserta didik juga akan dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan yang harus dipecahkan bersama, melalui kesepakatan bersama. Dalam mencari pemecahan masalah secara bersamasama, masing-masing peserta didik akan mengeluarkan argument atau pendapatpendapat mereka untuk memecahkan permasalahan yang mereka hadapi. Melalui kegiatan berargumen/ saling tukar pendapat inilah peserta didik akan menyimpulkan pemecahan apa yang paling benar dan sesuai, maka dalam mencari pemecahan

5 pemasalahan ini secara langsung membangkitkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Pentingnya metode diskusi dikembangkan agar peserta didik memiliki keberanian dalam memberikan pendapat atau berargumen serta bekerjasama. Dengan demikian, berpikir kritis dapat dikembangkan melalui metode pembelajaran diskusi karena pada hakikatnya kedua variable penelitian ini memiliki karakter yang tidak jauh beda. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Metode Diskusi Kelompok Untuk Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas VIII-E Di SMP Negeri 44 Bandung). B. Rumusan Masalah Secara umum, fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah ada peningkatan pemikiran kritis peserta didik pada pembelajaran IPS setelah menerapkan metode pembelajaran diskusi?. Agar peneliti dapat memfokuskan masalah yang akan diteliti, maka peneliti akan memfokuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana pendidik mendesain rancangan metode diskusi kelompok untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS di kelas VIII-E SMP Negeri 44 Bandung? 2. Bagaimana pelaksanaan penerapan metode diskusi kelompok untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS di kelas VIII-E SMP Negeri 44 Bandung? 3. Apakah metode diskusi kelompok dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS di kelas VIII-E SMP Negeri 44 Bandung?

6 4. Bagaimana kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan metode diskusi kelompok pada pembelajaran IPS di kelas VIII-E SMP Negeri 44 Bandung? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode diskusi mampu meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik dalam pembelajaran IPS melalui penelitian tindakan kelas (PTK). 2. Tujuan khusus a. Untuk menganalisis rancangan pembelajaran metode diskusi kelompok dalam meningkatkan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS di kelas VIII-E SMP Negeri 44 Bandung. b. Untuk menganalisis penyusunan tahapan-tahapan metode diskusi kelompok untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS di kelas VIII-E SMP Negeri 44 Bandung c. Untuk menganalisis apakah metode diskusi kelompok dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS di kelas VIII-E SMP Negeri 44 Bandung d. Untuk menganalisis kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan metode diskusi kelompok pada pembelajaran IPS di kelas VIII-E SMP Negeri 44 Bandung. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Manfaat Teoritis Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman terhadap pendekatan metode pembelajaran diskusi dalam peningkatan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS.

7 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta Didik 1) Memotivasi peserta didik dalam pembelajaran 2) Memudahkan peserta didik dalam memahami materi pelajaran 3) Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis peserta didik 4) Menumbuhkan keberanian peserta didik dalam berargumen b. Bagi pendidik 1) Menambah pengalaman pendidik sehingga dapat meningkatkan kinerjanya dan menjadi tenaga pendidik yang lebih professional. 2) Meningkatkan pengetahuan pendidik dalam memperbaiki pembelajaran dikelasnya 3) Sebagai pedoman, panduan dan perbandingan dalam meningkatkan proses belajar mengajar dalam kelas 4) Memudahkan pendidik dalam menyajikan materi pelajaran 5) Sarana bagi pendidik untuk mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran c. Bagi Sekolah 1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas pembelajaran di sekolah pada khususnya dan pendidikan pada umumnya. 2) Sekolah lebih maju dan berkembang karena adanya peningkatan hasil pembelajaran. E. Definisi Operasional Untuk menghindari kemungkinan terjadi kesalahpahaman terhadap istilahistilah yang dipergunakan dalam judul penelitian ini maka perlu kiranya penulis menyampaikan tafsiran yang jelas terhadap istilah-istilah yang digunakan tersebut. Secara operasional istilah-istilah tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut.

8 1. Metode Diskusi Kelompok Metode diskusi kelompok merupakan suatu metode pembelajaran yang di dalamnya terdapat percakapan antara pendidik dengan peserta didik, dan peserta didik dengan peserta didik yang lainnya untuk mendapatkan pemecahan masalah yang benar. 2. Berpikir Kritis Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk berpikir logis, reflektif, dan produktif yang diaplikasikan dalam menilai situasi untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang baik (Desmita, 2010:153). 3. IPS Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu pembelajaran di sekolah yang terintegrasi dari ilmu-ilmu sosial, seperti sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, sains, hukum, kewarganegaraan dan politik sehingga peserta didik diharapkan menjadi warga negara yang baik. F. Stuktur Organisasi Penulisan hasil penelitian tindakan kelas ini akan dijabarkan dalam stuktur sebagai berikut. Bab I merupakan pendahuluan. Dalam pembahasannya terbagi-bagi menjadi beberapa sub bab, yang meliputi (1) Latar Belakang Masalah; (2) Rumusan Masalah; (3) Tujuan Penelitian; (4) Manfaat Penelitian; (5) Definisi Operasional dan (6) Sistematika Penelitian. Bab II merupakan kajian pustaka dan kerangka pikir penelitian. Dalam pembahasannya terbagi-bagi menjadi beberapa sub bab, yang meliputi (1) Metode Diskusi Kelompok; (2) Berpikir Kritis; (3) ; (4) Peranan Metode Diskusi Dalam Berpikir Kritis; (5) Hasil Penelitian Terdahulu dan (6) Kerangka Berpikir.

9 Bab III merupakan metode penelitian. Dalam pembahasannya terbagi-bagi menjadi beberapa sub bab, yang meliputi (1) Lokasi dan Subjek Penelitian; (2) Desain Penelitian; (3) Setting Penelitian; (4) Tindakan Penelitian Tindakan Kelas; (5) Teknik Pengumpulan Data; (6) Instrumen Penelitian; dan (7) Teknik Analisis Data. Bab IV merupakan hasil penelitian. Dalam pembahasannya terbagi-bagi menjadi beberapa sub bab, yang meliputi (1) Deskripsi Lokasi Penelitia; (2) Refleksi Awal; (3) Analisis Refleksi Awal; dan (4) Deskripsi dan Pembahasan Hasil Temuan. Bab V merupakan kesimpulan dan rekomendasi. Dalam pembahasannya terbagi-bagi menjadi beberapa sub bab, yang meliputi (1) Kesimpulan dan (2) Rekomendasi. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN