KEBIJAKAN PEMDA DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA BACA MASYARAKAT Oleh Dardjo Sumardjo Terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab sehingga minat dan budaya baca masyarakat kita belum sebagaimana yang diharapkan. Faktor adat istiadat atau kebiasaan, faktor tingkat kebutuhan, faktor kemiskinan, faktor rendahnya pendidikan dan sebagainya, menjadi salah satu penyebab masih rendahnya minat baca. Jika sejumlah faktor atau penyebab itu dikaitkan dengan Human Development Index (HDI) ternyata tidak pernah ada data konkrit yang menunjukkan adanya korelasi yang erat antara rendahnya peringkat HDI Indonesia yang diukur dari tingkat kemiskinan, kesehatan dan pendidikan dengan kondisi rendahnya minat dan budaya membaca. Tetapi secara logika saja, dapat diasumsikan, jika minat dan budaya baca masyarakat kita sudah terbentuk, maka seharusnya tingkat pendidikan atau pengetahuan di Indonesia juga cukup tinggi Namun kenyataannya adalah, mengapa masyarakat kita masih perlu didorong, dimotivasi dan ditingkatkan minat, kemauan dan kemampuannya dalam hal membaca? Dalam konteks upaya pemberdayaan masyarakat, maka ada dua hal yang dapat menjawab pertanyaan tersebut, yakni : 1. Perlu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi atau daya yang dimiliki masyarakat dalam hal membaca. 2. Perlunya memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat dalam hal membaca. 1 / 7
Oleh karena itu, minat baca dan budaya baca masyarakat, harus menjadi perhatian dan menuntut tanggungjawab kita bersama. Pemerintah bersama masyarakat dan para pengelola taman taman bacaan masyarakat atau perpustakaan, perlu mengupayakan agar Taman Bacaan Masyarakat (TBM) atau Perpustakaan itu memperoleh perhatian secara proporsional sesuai perannya masing-masing. Konsepsi Pengembangan Budaya Baca Konsepsi atau pola pikir pengembangan budaya baca pada hakekatnya tidak bisa berdin sendiri, karena hal ini akan terkait dengan pengembangan fungsi perpustakaan. Mengapa demikian? Karena perpustakaan sebagai sumber belajar mempunyai peran yang sangat penting dalam mendukung proses belajar - mengajar tidak hanya di lingkungan sekolah saja, tetapi juga di lingkungan masyarakat. Selain itu, perpustakaan juga sekaligus sebagai laboratorium belajar yang memungkinkan peserta didik maupun masyarakat dapat mempertajam dan memperluas kemampuannya dalam membaca, menulis dan berkomunikasi. Salah satu upaya yang merupakan kunci untuk mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia, adalah mengembangkan minat dan budaya baca, karena tingkat kemajuan suatu bangsa juga ditentukan oleh kemampuan bangsa itu untuk mengakomodasi perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menjadi ciri dan penentu kemajuan bangsa. Selain itu, bahan bacaan juga merupakan sumber informasi, sehingga kecepatan, kemutakhiran dan penyebarluasan informasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses pengembangan kehidupan berbangsa yang beradab. Tanpa bacaan yang menarik dan berkualitas, maka akan sulit diharapkan suatu bangsa dapat mengejar ketertinggalan kemajuan dari negara dan bangsa lain yang saat ini tingkat persaingannya semakin kompetitif, dan hanya bangsa yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki peluang paling besar untuk memenangkan kompetisi di era global saat ini. Dihadapkan pada kenyataan seperti itulah, maka peranan Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjadi sangat penting dan strategis. Dalam konteks ini tentu harus ada pemahaman dan kemauan yang tinggi disertai dengan komitmen dari semua pihak, baik Pemerintah maupun 2 / 7
Pemerintah Daerah bersama -sarna dengan masyarakatnya, karena esensi dari otonomi daerah adalah berorientasi pada satu tujuan, yaitu membangun negara Indonesia melalui pemberdayaan daerah secara optimal demi terwujud-nya masyarakat yang adil dan sejahtera. Oleh karena itu, minat dan kebiasaan membaca perlu dipupuk, dibina dan dikembangkan. Hal ini dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Pembinaan minat baca seyogyanya memang dimulai dari lingkungan keluarga, karena peranan orangtua sangat menentukan bagi pertumbu-han minat baca anak sejak dini. Bilamana situasi seperti ini dapat dikondisikan secara baik, maka selanjutnya peran dan fungsi perpustakaan dapat dilakukan secara lebih intensif. Dengan begitu, maka kebiasaan membaca sesungguhnya menjadi tanggung-jawab pemerintah dan masyarakat yang didalam pembinaan dan pengem-bangannya melibatkan berbagai pihak terkait, yaitu mulai dari orangtua dalam keluarga, guru, pengarang, penerbit toko buku, pustakawan, organisasi atau praktisi dan juga pihak swasta serta pemerintah, harus secara sinergis mengupayakannya. Kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah Upaya pengembangan minat baca dan perpustakaan diakomodasikan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP 2005) Bidang Kebudayaan melalui program: (1) pengembangan nilai budaya; dan (2) pengelolaan kekayaan budaya. Pengembangan minat baca dan perpustakaan juga sangat penting dalam mendukung pembangunan Sumber Daya Manusia sehingga Rencana Kerja Pemerintah (RKP 2005) Bidang Sumber Daya Manusia mengakomodasikan program pengembangan dan minat baca tersebut dan Sub Bidang Pendidikan, yaitu Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan. Sasaran program tersebut adalah : 1. Mendorong tumbuhnya budaya kritis yang berbasis iptek; 2. Mengembangkan minat baca dan budaya baca masyarakat; 3. Meningkatkan layanan perpustakaan mejalui pengembangan system informasi data base; 3 / 7
4. Meningkatkan kualitas layanan melalui peningkatan kapasitas kelem-bagaan, baik secara system maupun manajerial. Pengembangan minat baca dan perpustakaan bagi 200 juta lebih penduduk Indonesia tentu tidak mungkin hanya mengandalkan sebuah program tersebut. Budaya lisan masih berakar kuat dj masyarakat. Kehadiran TV yang 24 jam penuh juga mengurangi minat baca. Akses fisik maupun ekonomi terhadap buku juga mempengaruhi minat baca. Dengan cakupan masalah yang demikian luas, agaknya sulit apabila hanya mengandalkan perpustakaan-perpustakaan di daerah. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan kuat dari semua pihak yang terkait. Mengembangkan minat dan kebiasaan membaca memang cakupannya sangat luas, karena mencakup aspek individual dalam keluarga, masyarakat, komunitas tertentu sampai dengan unsur pemerintah. Dalam konteks ini, peran pemerintah secara umum adalah menentukan kebijakan dan strategi termasuk mengupayakan penyediaan anggaran. Selanjutnya, pemerintah bersama-sama masyarakat, perseorangan, swasta dan Dunia usaha serta LSM, perlu mengoptimalkan dahulu konsep perpustakaan umum yang ada. Kalau konsep yang ada saja belum dioptimalkan, nampaknya akan sia-sia menyusun konsep konsep yang baru untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Untuk hal itu, diharapkan agar setiap Perpustakaan Umum Kecamatan yang ada hendaknya dapat dikoordinasikan oleh Perpustakaan Umum Kabupaten/Kota dengan cara membentuk jaringan informasi perpustaka-an yang berbasis teknologi informasi, seperti jaringan internet dan sebagainya. Dengan konsep jaringan Perpustakaan Umum Kecamatan ini, berarti perpustakaan telah memasuki medan kerja yang sebenarnya. Langkah ini sekaligus untuk menjawab masalah rendahnya minat baca masyarakat yang sebagian besar berada di desa- desa yang jauh dari kawasan perkotaan, karena masyarakat di pelosok perdesaan sulit untuk mengakses fungsi perpustakaan yang selama ini relatif hanya berjalan di ibu kota kabupaten/jkota saja. Minat membaca masyarakat harus ditumbuhkan melalui berbagai informasi yang muncul di sekitar kita. Apalagi di era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini, sumber-sumber informasi dengan mudah dapat diperoleh masyarakat melalui berita-berita dari 4 / 7
televisi dan radio, atau antar mereka sendiri melalui jaringan telepon, dan sebagainya. Tetapi sumber-sumber informasi lainnya tetap diperlukan, seperti dari buku, majalah, surat kabar dan berbagai informasi media cetak lainnya. Informasi yang terdokumentasikan dan dapat disajikan dalam fungsi pelayanan perpustakaan, harus menjadi strategi utama dalam meningkatkan minat baca dan budaya baca masyarakat. Dalam kaitan minat membaca di perpustakaan inilah, perpustakaan di Indonesia seharusnya dapat menjadi wahana bagi upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui penyediaan sumber bacaan untuk pembelajar-an seumur hidup. Meskipun demikian, janganlah perpustakaan dijadikan seperti lembaga pendidikan formal lainnya. Berikanlah kesempatan yang luas bagi para pemakai jasa perpustakaan untuk menentukan sendiri cara, tahapan, dan kecepatan belajar secara mandiri maupun terstruktur. Atas dasar hal itu, Departemen Dalam Negeri akan mendorong dan mengadvokasi PEMDA untuk melakukan beberapa hal, sebagai berikut : 1. Pemerintah Daerah sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya, akan didorong untuk mampu menjamin hak masyarakat dalam memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan melalui layanan perpustakaan; 2. Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota akan dikondisi-kan untuk mendorong keberlangsungan penyelenggaraan Perpustaka-an Daerah sebagai wadah penyedia akses informasi dan ilmu pengetahuan; 3. Pemerintah Propinsi akan didorong agar memiliki dan memfungsikan Perpustakaan Daerah Propinsi yang pada gilirannya dapat melakukan fungsi pembinaan terhadap tumbuh dan berkembangnya Perpustaka-an Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan peran pembinaan yang dimungkinkan; 4. Melalui fungsi Perpustakaan Daerah Kabupaten/Kota, perlu didorong tumbuhnya Perpustakaan 5 / 7
Umum Kecamatan yang dibina langsung oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dalam spirit otonomi yang bertanggung jawab; 5. Selanjutnya melalui fungsi Perpustakaan Umum Kecamatan, akan didorong tumbuh dan berkembangnya Perpustakaan Desa, Perpustakaan sekolah dan berbagai Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing daerah untuk mendorong minat baca masyarakat pedesaan; 6. Pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama perlu mendorong optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumber daya perpustakaan sebagai agen pembaharuan; 7. Memanfaatkan perkembangan don kemajuan teknologi informasi dan teknologi komunikasi dalam meningkatkan kualitas layanan perpustakaan. Penutup Dari beberapa hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor kuncinya berada pada berjalannya Perpustakaan Umum Kecamatan yang akan melahirkan beberapa dampak positif. Pertama, memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi. Kemudahan mengakses informasi berarti kemudahan dalam membuka pintu kemajuan pengetahuan masyarakat. Apalagi dalam era milenium ketiga saat ini, informasi telah menjadi sesuatu yang sangat penting sehingga abad ini disebut juga dengan abad informasi. Kedua, dapat merangsang tumbuh berkembangnya Perpus-takaan Sekolah dan Perpustakaan Desa. Karena dengan desentralisasi pembinaan Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Desa oleh Perpus-takaan Umum Kecamatan, akan memotong rentang kendali yang terlalu panjang. Koordinasi dengan Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan setempat untuk pembinaan Perpustakaan Sekolah dan koordinasi dengan Kantor Kecamatan setempat untuk pembinaan Perpustakaan Desa menjadi relatif lebih mudah dilakukan. Dengan mekanisme seperti ini, maka 6 / 7
akan memperjelas instansi pembina Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Desa. Ketiga, meningkatkan minat baca masyarakat, karena dengan tersedianya sumber bacaan yang memadai di level masyarakat akan lebih men]amin dan memberi peluang atau kesempatan bagi masyarakat untuk memperoleh informasi maupun sumber-sumber pengetahuan yang diperlukan. Melalui ketiga faktor kunci berjalannya Perpustakaan Umum Kecamatan, termasuk Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Desa, maka setiap warga masyarakat pada hakekatnya dapat memanfaatkan fungsi perpustakaan tanpa adanya eksklusivisme berdasarkan tingkat dan jenis pengetahuannya. Dengan pemanfaatan perpustakaan oleh semua anggota masyarakat inilah diharapkan dapat terjadi kegiatan berbagai pengetahuan, yang selanjutnya dapat membentuk modal sosial untuk mengangkat beban nasional secara bersama. Perpustakaan, dengan demikian, berperan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memastikan keutuhan bangsa Indonesia melalui integrasi pengetahuan bersama yang tidak mengenal diskriminasi. Sesuai dengan hakekat dan esensinya, perpustakaan sebagai institusi pengelola informasi, diharapkan dapat terus eksis dan bahkan berkembang baik di dalam mutu maupun dalam jumlahnya dimasa-masa yang akan datang. Tuntutan kebutuhan informasi akan semakin meningkat dan bervariasi sejalan dengan semakin meningkat dan kompleksnya permasalahan kehidupan dan pembangunan bangsa dan negara, baik pada tataran lokal, nasional, regional maupun internasional, yang menuntut kualitas intelektual yang semakin tinggi. Hal ini menjadi relevan dengan kebutuhan untuk menjaga, bahkan meningkatkan martabat dan kehormatan bangsa, yang seyogyanya dalam segala karya dan pernyataan baik individual sebagai warga negara maupun bersama-sama sebagai bangsa, dapat mencerminkan kualitas intelektual yang tinggi sebagai hasil dari pendayagunaan informasi. 7 / 7