BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KESESUAIAN EKOWISATA SNORKLING DI PERAIRAN PULAU PANJANG JEPARA JAWA TENGAH. Agus Indarjo

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai

19 Oktober Ema Umilia

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. sepanjang km (Meika, 2010). Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA SELAM DI PERAIRAN PULAU PANJANG, JEPARA, JAWA TENGAH. Agus Indarjo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Botutonuo, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan

5 GENANGAN AKIBAT TSUNAMI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB V. EVALUASI HASIL PENELITIAN Evaluasi Parameter Utama Penelitian Penilaian Daya Dukung dengan Metode Pembobotan 124

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

BAB IV METODE PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

ANALISIS KESESUAIAN WISATA PANTAI DI PANTAI KRAKAL KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 1 Lokasi penelitian.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PDF Compressor Pro BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Menurut Mahi (2001 a), sampai saat ini belum ada definisi wilayah pesisir yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Desa Botutonuo berawal dari nama satu dusun yang berasal dari desa

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Oleh: HAZMI C SKRlPSl Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Perikanan Dan llmu Kelautan

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : Mousafi Juniasandi Rukmana E

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA BAHARI DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR

III. METODE PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pengertian Sistem Informasi Geografis

BAB I PENDAHULUAN. alam dan jasa lingkungan yang kaya dan beragam. Kawasan pesisir merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012)

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN DAYA DUKUNG FISIK WISATA DANAU DI PANTAI PASIR PUTIH PARBABA KABUPATEN SAMOSIR

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusman a et al, 2003). Hutan

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM,

Febry Setiyawan Mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan perikanan, Fikp UMRAH.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HALAMAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

Identifikasi Daerah Rawan Bencana di Pulau Wisata Saronde Kabupaten Gorontalo Utara

METODOLOGI PENELITIAN. Bukit digunakan metode deskriptif, menurut Moh. Nazir (1983:63) Metode

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pantai adalah wilayah perbatasan antara daratan dan perairan laut. Batas pantai ini dapat ditemukan pengertiannya dalam UU No. 27 Tahun 2007, yang dimaksud dengan sempadan (batas) pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Pantai terdiri atas pantai landai dan pantai curam. Pantai landai adalah pesisir atau tepi laut yang daratannya menurun sedikit demi sedikit ke arah laut. Pengembangan kawasan wisata pantai merupakan kegiatan yang memiliki aktivitas yang berkaitan dengan kelautan, baik kegiatan yang dilakukan diatas permukaan laut maupun dibawah permukaan laut. Faktor penting yang dalam pengembangan wisata pantai antara lain adalah kondisi alam yang masih alami, keanekaragaman flora dan fauna serta ekosistem pantai tersebut. Kondisi alam yang masih alami tersebut akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pantai tersebut. Wisata pantai merupakan bagian dari wisata pesisir yang memanfaatkan pantai sebagai objek wisata. Dahuri et. al (2004) mendefinisikan wisata pantai sebagai kegiatan rekreasi yang dilakukan di sekitar pantai. Wisata pantai terdiri dari dua kategori yaitu kategori rekreasi dan wisata mangrove (Yulianda F, 2007). Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kabupaten yang berbatasan langsung dengan pantai, sehingga pantai merupakan salah satu pariwisata andalan yang ada di Kabupaten Kebumen. Penggunaan pantai sebagai lokasi pariwisata akan membantu menyokong pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Kebumen. Sektor pariwisata saat ini telah menjadi sektor andalan di Kabupaten Kebumen, dari berbagai pariwisata yaitu pariwisata pantai, pariwisata goa, pariwisata kebumian dan pariwisata pedesaan mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 5 miliar. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan APBD untuk bidang pariwisata yang ada di Kabupaten Kebumen.

SIG merupakan sistem informasi spasial berbasis komputer yang mempunyai fungsi pokok untuk menyimpan, memanipulasi, dan menyajikan semua bentuk informasi spasial. SIG juga merupakan alat bantu manajemen informasi yang berkaitan erat dengan sistem pemetaan, analisis dan pengolahan data terhadap segala sesuatu informasi yang terjadi di muka bumi dan bereferensi keruangan (spasial). Saat ini SIG sudah diaplikasikan dalam berbagai bidang seperti pertanian, lingkungan, manajemen sumbur daya alam, pariwisata, geologi, perencanaan dan lain sebagainya. Keunggulan SIG kenapa dipakai oleh bidang-bidang tersebut adalah kemampuannya mengintegrasikan antara data spasial dan data atribut sehingga dalam analisisnya mampu menghasilkan informasi yang kompleks. Selain kemampuan tersebut adalah penghematan waktu akibat dari aplikasi SIG. Pengggunaan SIG dalam ananlisis ini yaitu karena dengan menggunakan SIG, data dapat diolah dengan cepat dan akurat serta apabila terjadi kesalahan dapat dilakukan verifikasi data dengan cepat dan mudah. Perkembangan SIG tentunya dapat diaplikasikan pada bidang pesisir dan kelautan. Dengan menggunakan aplikasi SIG maka dapat membantu dalam analisis kesesuaian lahan pantai untuk pariwisata. Kabupaten Kebumen merupakan daerah yang memiliki banyak pantai yang menarik, namun pantai di Kabupaten Kebumen tersebut tidak semua dimanfaatkan secara optimal. Penelitian tingkat kesesuaian lahan pantai untuk pariwisata terutama di sepanjang Pantai Kecamatan Mirit, Ambal dan Buluspesantren diharapkan mampu memberikan gambaran tentang pantai yang sesuai untuk pariwisata berdasarkan parameter tetentu sehingga pantai tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh pemerintah setempat dan dapat membantu menyokong pendapatan asli daerah (PAD). 1.2. Rumusan Masalah Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kabupaten yang berbatasan langsung dengan Laut Selatan, sehingga pantai merupakan sektor pariwisata yang penting pada daerah ini. Pantai di Kabupaten Kebumen memiliki keunikan

tersendiri, walaupun banyak pantai yang terkenal di Kabupaten Kebumen ada pula pantai yang belum terkenal namun memiliki keindahan dan daya tarik tersendiri. Tardapatnya banyak pantai di Kabupaten Kebumen tidak diiringi dengan kesetaraan dalam pemberian dana pemerintah terhadap semua pantai, masih banyak pantai yang tidak mendapat dena dari pemerintah namun memiliki peluang untuk menjadi obyek pariwisata dan menghasilkan PAD yang besar. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan beberapa permasalahan diantaranya yaitu : 1) Lokasi mana saja yang sesuai apabila digunakan sebagai obyek pariwisata di sepanjang pantai sebagian daerah Kabupaten Kebumen bagian Timur (Kecamatan Mirit, Kecamatan Ambal dan Kecamatan Buluspesantren)? 2) Bagaimana menampilkan hasil analisis kesesuaian lahan pantai untuk pariwisata kedalam peta? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukan penelitian analisis kesesuaian lahan pantai untuk pariwisata yaitu : 1) Mengetahui wilayah yang sesuai untuk pariwisata di sepanjang pantai sebagian daerah Kabupaten Kebumen bagian Timur (Kecamatan Mirit, Kecamatan Ambal dan Kecamatan Buluspesantren) 2) Memetakan hasil analisis kesesuaian lahan 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Membantu pemerintah Kabupaten Kebumen dalam menentukan kebijakan dalam bidang pariwisata terutama dalam memanfaatkan pariwisata pantai

2. Memberikan gambaran tentang lokasi yang sesuai untuk kawasan wisata pantai 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian berjudul Aplikasi Sistem Informasi Geografi Untuk Kesesuaian Lahan Pantai Sebagai Pariwisata di Sepanjang Pantai sebagian Kabupaten Kebumen bagian Timur dibuat dengan tujuan untuk menentukan lahan yang sesuai untuk lokasi wisata di Sepanjang Pantai Kecamatan Ambal dan Mirit serta membuat peta hasil analisi kesesuaian lahan. Metode yang digunakan untuk melakukan analisis berupa metode skoring yaitu pendekatan kuantitatif berjenjang. Metode pendekatan kuantitatif berjenjang merupakan metode pendekatan dengan asumsi bahwa setiap parameter yang digunakan memiliki bobot yang sama serta pengaruh yang sama dalam menentukan tingkat kesesuaian lahan. Parameter yang digunakan dalam penelitian yaitu kemiringan lereng, penutup lahan, lebar pantai, tipe pantai, material dasar pantai, kedalaman perairan, biota berbahaya, serta warna pasir. Citra penginderaan jauh yang digunakan dalam penelitian ini berupa citra landsat 8. Citra landsat 8 yang digunakan merupakan citra dengan skala menengah. Pengolahan yang dilakukan pada citra landsat 8 yaitu dengan melakukan pansharpening kemudian interpretasi citra. Interpretasi citra yang diproses dengan menggunakan software ArcGIS dengan melakukan digitasi citra. Hasil akhir dari penelitian berupa peta kesesuaian lahan pantai untuk lokasi pariwisata dengan kelas kesesuaian didasarkan oleh hasil skor total. Kelas kesesuaian dibagi dalam lima kelas yaitu sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3), tidak sesuai untuk saat ini (N1), dan tidak sesuai selamanya (N2). Semakin tinggi nilai skor total maka akan semakin sesuai lokasi tersebut apabila digunakan untuk lokasi pariwisata, sebaliknya semakin rendah nilai skor total maka akan semakin kecil kesesuaian lahan pantai tersebut apabila digunakan sebagai lokasi pariwisata.

Selain penelitian yang dilakukan oleh penulis terdapat pula beberapa penelitian tentang penggunaan SIG untuk menentukan kesesuaian lahan pantai sebagai lokasi wisata, diantaranya yaitu : Anggoro (2013) melakukan penelitian dengan judul Kajian Kesesuaian Lingkungan dan Kesesuaian Wisata Pantai Tanjung Pesona Kabupaten Bangka dengan tujuan yaitu untuk mengetahui kualitas perairan Pantai Yanjung Pesona serta kesesuaiannya untuk pariwisata. Metode yang digunakan saat penelitian yaitu dengan purposive sampling menggunakan GPS sedangkan metode analisis yang digunakan yaitu metode skoring dengan pendekatan kuantitatif berjenjeng tertimbang. Penilaian pada pantai dilakukan dalam tiga aspek yaitu penilaian kualitas perairan, penilaian pariwisata kategori rekreasi dan berenang serta penilaian wisata kategori berperahu. Hasil akhir dari penelitian berupa tabel hasil penilaian kondisi lingkungan Pantai Tanjung Pesona, Peta kesesuaian lahan untuk lokasi pariwisata kategori rekreasi serta peta kesesuaian lahan untuk pariwisata kategori berperahu. Peta kesesuaian lahan terdiri dari tiga kelas kesesuaian lahan yanitu kelas sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal (S3). Armos (2013) melakukan penelitian dengan judul Studi Kesesuaian Lahan Pantai Wisata Boe Desa Mappakalompo Kecamatan Galesong ditinjau berdasarkan Biogeofisik. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis tingkat kesesuaian Pantai Boe sebagai objek pariwisata pantai ditinjau dari aspek geobiofisik. Penelitian dilakukan dengan menentukan titik sampel di lapangan menggunakan GPS. Data digunakan untuk penelitian diambil langsung di lapangan, data tersebut berupa data tipe pantai, lebar pantai, kemiringan pantai, pasang surut, kedalaman, kecepatan arus, jenis tanaman yang tumbuh di pantai dan kecerahan. Hasil akhir dari penelitian berupa tabel perhitungan nilai indeks kesesuaian wisata pada Pantai Boe, perhitungan tersebut diperoleh dari menjumlahkan skor pada setiap parameter. Nilai indeks kesesuaian dibagi dalam tiga kelas yaitu sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2) dan tidak sesuai (N).

Aswita (2014) melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Kesesuaian Pantai Teupin Layeu Iboih sebagai Ekowisata Bahari. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kesesuaian Pantai Teupin Layeu Iboih sebagai lokasi ekowisata bahari. Citra yang digunakan dalam penelitian berupa citra landsat 7. Selain menggunakan citra digunakan pula metode survey dan observasi lapangan. Parameter yang digunakan dalam penelitian berupa jenis terumbu karang, kedalaman perairan, kecerahan perairan, tipe pantai, penutup lahan pantai, material dasar perairan, dan jarak terhadap air bersih. Hasil akhir dari penelitian ini berupa peta kesesuaian perairan untuk lokasi ekowisata bahari yang terdiri dari empat kelas yaitu kelas sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3) dan tidak sesuai (N). Hasil kedua berupa tabel perhitungan indeks pariwisata pada Pantai Teupin Layeu Iboih. 1.6. Batasan Istilah Ekosistem merupakan tatatan kesatuan cara yang utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Unsur unsur lingkungan hidup baik unsur biotik maupun abiotik, baik makhluk hidup maupun benda mati, semuanya tersusun sebagai satu kesatuan dalam ekosistem yang masing masing tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa hidup sendiri, melainkan saling berhubungan, saling mempengaruhi, saling berinteraksi, sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan (UU Lingkungan Hidup, 1997) Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan lahan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survay serta studi betuk lahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Interpretasi citra adalah pembuatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut (Estes dan Simmonet, 1975).

Lereng merupakan suatu kondisi dimana terdapat dua permukaan tanah dengan ketinggian yang berbeda (Sunggono, 1984). Pantai menurut adalah perbatasan dengan laut atau massa air lainnya dan sebagian yang dapat pengaruh dari air tersebut atau daerah pasang surut di pantai antara pasang tertinggi dan surut terendah (Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh semntara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau libur serta tujuan-tujuan lainnya (Koen Meyers, 2009). Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah (Mardiasmo, 2002). Penginderaan jauh adalah pengukuran atau perolehan informasi dari beberapa sifat objek atau fenomena, dengan menggunakan tape recorder untuk menghindari kontak fisik dengan objek atau fenomena yang diteliti (American Society of Photogrammetry). Penggunaan lahan merupakan campur tangan manusia baik secara permanen atau periodik terhadap lahan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan kebendaan, spiritual maupun gabungan keduanya (Malingreau, 1979). Peta merupakan gambaran konvensional daripada permukaan bumi yang diperkecil seperti kenampakannya jika dilihat dari atas dengan ditambah tulisan-tulisan sebagai tanda pengenalnya (Diktat Kartografi Fakultas Geografi UGM) Sistem informasi geografi adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup metodologi dan teknologi yang

diperlukan, yaitu data spasial perangkat keras, perangkat lunak dan struktur organisasi (Gistut, 1994). Sempadan Pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat (UU no.27 tahun 2007)