IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

dokumen-dokumen yang mirip
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung. satu kota di Bali yang mempunyai wilayah seluas 418,52 km 2 atau 41.

BAB IV GAMBARAN UMUM

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM. A. Letak Geografis, Iklim

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI RIAU PADA AGUSTUS 2010 SEBESAR 8,72 PERSEN

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun untuk memperjelas tentang

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Transkripsi:

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13 Bujur Timur dan 1 o 23'23-1 o 24'23 Lintang Utara dengan luas wilayah 1.727,38 km 2. Kota Dumai memiliki lima (5) kecamatan dan 33 kelurahan. Batas administratif Kota Dumai adalah sebagai berikut : Utara : Selat Rupat Timur : Kabupaten Bengkalis Selatan : Kabupaten Bengkalis Barat : Kabupaten Rokan Hilir Gambar 5. Peta Kota Dumai

31 Kota Dumai sangat dipengaruhi oleh sifat iklim laut. Musim hujan jatuh pada bulan September hingga bulan Februari dan periode kemarau dimulai pada bulan Maret hingga bulan Agustus dengan iklim tropis basah yang dipengaruhi oleh sifat iklim laut dengan curah hujan berkisar antara 1.500 mm sampai dengan 2.600 mm selama 75 sampai dengan 130 hari per tahun. Kondisi ini didukung pula oleh suhu rata-rata 26 O C 32 O C dengan kelembaban antara 82 84 %. Laju percepatan angin berkisar antara 6 7 Knot, menjadikan Dumai sebagai kawasan yang paling bersahabat dengan iklim dan cuaca. Dalam lima tahun terakhir, keadaan ini terganggu dengan bencana asap yang cukup merugikan daerah. Kota Dumai memiliki 16 sungai besar dan kecil dengan total panjang keseluruhannya 222 km, yang bermuara ke Selat Rupat dan Selat Malaka sebagai jalur lalu lintas perdagangan. Jika dilihat dari segi topografi, Kota Dumai termasuk ke dalam kategori daerah yang datar dengan kemiringan lereng 0 < 3 %, di mana sebelah utara Kota Dumai umumnya merupakan dataran yang landai dan ke selatan semakin bergelombang. 4.2 Kondisi Kependudukan Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 yang dilaksanakan secara nasional oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, jumlah penduduk Kota Dumai tercatat sebesar 253.803 jiwa atau 4,58 persen dari total penduduk Provinsi Riau dengan rata-rata kepadatan penduduk sebesar sebesar 147 jiwa tiap km 2. Sex ratio penduduk Dumai adalah sebesar 107 yang menunjukkan bahwa pada setiap 100 laki-laki terdapat 107 wanita.

32 Sumber: BPS Provinsi Riau, 2011 (diolah). Gambar 6. Jumlah penduduk Kota Dumai tahun 2007-2010 Gambar 6 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk Kota Dumai mengalami pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 jumlah penduduk Kota Dumai sebesar 230.221 jiwa dan terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 2010 mencapai 253.803 jiwa. Penduduk merupakan modal dasar pembangunan. Tetapi untuk menunjang keberhasilan pembangunan, tentunya dibutuhkan penduduk yang berkualitas. Komposisi penduduk menurut umur dapat menggambarkan distribusi penduduk sesuai kelompok umur. Komposisi penduduk menurut kelompok umur seperti yang terlihat pada Gambar 7 di bawah ini yang menunjukkan bahwa Kota Dumai dikategorikan sebagai penduduk muda. Hal tersebut dikarenakan oleh presentase penduduk muda terhadap total penduduk masih cukup besar.

33 Sumber: BPS Provinsi Riau, 2011 (diolah). Gambar 7. Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010 Indikator kualitas penduduk dapat diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Peningkatan kualitas manusia diyakini akan menciptakan kinerja ekonomi yang lebih baik. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mencakup empat (4) indikator yaitu angka harapan hidup waktu lahir, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran perkapita disesuaikan. Kota Dumai merupakan kabupaten/kota dengan nilai IPM terbesar kedua di Provinsi Riau. IPM Kota Dumai pada tahun 2010 mengalami peningkatan yaitu menjadi 77,75 dibanding tahun 2009 dengan IPM sebesar 77,30. Angka ini menunjukkan bahwa Kota Dumai masih berada pada kriteria menengah atas, yang berarti pembangunan terutama di bidang kesehatan,

34 pendidikan dan ekonomi masih harus dipacu agar kualitas masyarakat semakin meningkat. 4.3 Struktur Ekonomi Salah satu sisi untuk melihat keberhasilan pembangunan dari aspek perekonomian suatu wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB atas dasar harga berlaku dapat memberikan gambaran tentang struktur ekonomi suatu wilayah yang dilihat melalui kontribusi sektor ekonomi terhadap pembentukan PDRB. Tabel 3. Kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB dengan migas Kota Dumai tahun 2007-2010 (persen) Sektor 2007 2008 2009 2010 1. Pertanian 4,10 3,34 3,09 2,86 2. Pertambangan & Penggalian 0,28 0,23 0,22 0,21 3. Industri Pengolahan 56,27 62,14 63,45 64,63 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,45 0,37 0,35 0,34 5. Bangunan 9,89 9,33 8,02 6,98 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 13,15 11,59 12,28 12,82 7. Pengangkutan & Komunikasi 8,02 6,52 6,24 5,93 8. Keu. Persewaan, & Jasa Perusahaan 1,73 1,45 1,43 1,53 9. Jasa-Jasa 6,11 5,04 4,91 4,69 Sumber: BPS Kota Dumai, 2011 (diolah). Sektor-sektor ekonomi yang memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan PDRB di Kota Dumai dengan migas tahun 2007-2010 secara berturut-turut antara lain sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor bangunan; sektor pengangkutan dan komunikasi (Tabel 3). Sektor yang kontribusinya sangat kecil yaitu sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas dan air bersih. Jika dilihat secara keseluruhan pada empat

35 tahun terakhir (2007-2010), posisi masing-masing sektor masih tetap meskipun terdapat perubahan besarnya kontribusi. Kontribusi sektor industri pengolahan sangat dominan terhadap pembentukan PDRB dalam struktur migas Kota Dumai dengan nilai sebesar 64,63 persen pada tahun 2010. Kontribusi sektor industri pengolahan memiliki kecenderungan yang semakin meningkat tiap tahunnya. Jika dilihat dari subsektornya, peningkatan nilai tambah pada subsektor industri migas sangat mempengaruhi adanya peningkatan pada sektor industri pengolahan. Kondisi ini cukup beralasan karena di Kota Dumai terdapat industri pengilangan minyak bumi. Tabel 4. Kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB tanpa migas Kota Dumai tahun 2007-2010 (persen) Sektor 2007 2008 2009 2010 1. Pertanian 7,35 6,84 6,38 5,98 2. Pertambangan & Penggalian 0,50 0,47 0,46 0,44 3. Industri Pengolahan 21,54 22,49 24,40 26,21 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,81 0,75 0,73 0,71 5. Bangunan 17,75 19,10 16,59 14,56 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 23,59 23,72 25,40 26,74 7. Pengangkutan & Komunikasi 14,40 13,35 12,91 12,37 8. Keu. Persewaan, & Jasa Perusahaan 3,11 2,97 2,97 3,20 9. JASA-JASA 10,96 10,32 10,16 9,79 Sumber: BPS Kota Dumai, 2011 (diolah). Berdasarkan Tabel 4, jika subsektor migas tidak dimasukkan ke dalam penghitungan PDRB (PDRB tanpa migas), maka selama tahun 2007-2010 sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Kota Dumai. Sektor dengan

36 kontribusi terkecil adalah sektor pertambangan dan sektor listrik, gas dan air bersih. 4.4 Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi tiap sektor dapat memberikan gambaran tentang sektor-sektor apa saja yang berpotensi untuk dikembangkan. Semakin positif peningkatan laju pertumbuhan suatu sektor dari tahun ke tahun, semakin berpotensi sektor tersebut untuk mampu menggerakkan perekonomian suatu daerah. Sumber : BPS Kota Dumai, 2011 (diolah) Gambar 8. Pertumbuhan ekonomi Kota Dumai tahun 2007-2010 Tren pertumbuhan ekonomi Kota Dumai pada tahun 2007 berada pada level 8,87 persen. Tahun 2008-2009 pertumbuhan ekonomi sedikit melambat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 8,66 persen pada tahun 2008 dan 8,43 persen pada tahun 2009. Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi bergerak naik yaitu sebesar 8,60 persen.

37 Tabel 5. Pertumbuhan ekonomi Kota Dumai menurut lapangan usaha tahun 2007-2010 (persen) Sektor 2007 2008 2009 2010 1. Pertanian 4,20 4,06 3,97 3,57 2. Pertambangan & Penggalian 9,67 9,78 9,59 8,88 3. Industri Pengolahan 8,95 8,70 8,21 8,37 4. Listrik, Gas & Air Bersih 3,81 4,03 2,13 3,68 5. Bangunan 8,72 8,73 8,62 8,42 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 10,28 10,15 9,53 9,58 7. Pengangkutan & Komunikasi 8,60 8,52 8,35 8,82 8. Keu. Persewaan, & Jasa Perusahaan 9,31 5,66 6,30 8,29 9. Jasa-Jasa 9,54 9,01 9,08 9,35 Sumber: BPS Kota Dumai, 2010 (diolah). Dari Tabel 5 terlihat bahwa laju pertumbuhan PDRB Kota Dumai seluruh sektor tahun 2007-2010 menunjukkan pertumbuhan positif namun cenderung berfluktuatif. Jika dibandingkan pertumbuhan tiap sektor tahun 2007 dengan pertumbuhan tahun 2010 hampir sebagian besar sektor mengalami pertumbuhan yang melamban kecuali sektor pengangkutan dan komunikasi dimana pada tahun 2007 memiliki pertumbuhan sebesar 8,60 persen dan pertumbuhan tahun 2010 menjadi sebesar 8,82 persen. Pada tahun 2010 sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan pertumbuhan paling besar dibandingkan sektor-sektor ekonomi lainnya dengan pertumbuhan PDRB sebesar 9,58 persen. Sektor terbesar kedua yaitu sektor jasa-jasa sebesar 9,35 persen. Sedangkan sektor yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang paling rendah adalah sektor pertanian dengan pertumbuhan sebesar 4,20 persen pada tahun 2007 dan terus menurun pada tahun 2008 sebesar 4,06 persen, tahun 2009 sebesar 3,97 persen dan tahun 2010 mencapai 3,57 persen. Selain sektor

38 pertanian, sektor listrik, gas dan air bersih juga termasuk sektor dengan laju pertumbuhan yang rendah yaitu sebesar 3,68 persen pada tahun 2010. 4.5 Kondisi Ketenagakerjaan 4.5.1 Distribusi Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Sektor Tenaga kerja merupakan salah satu faktor terpenting dalam proses produksi, sehingga apabila terjadi peningkatan output maka kesempatan kerja cenderung meningkat juga. Untuk melihat sejauh mana potensi sektor-sektor ekonomi menyerap tenaga kerja di Dumai, dapat dilihat pada Gambar 9. Sumber: BPS Provinsi Riau, 2011 (diolah). Gambar 9. Persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha di Kota Dumai tahun 2010 Pada tahun 2010, jumlah penduduk Kota Dumai yang bekerja sebanyak 90.768 orang. Berdasarkan Gambar 9, sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja terbanyak sebesar 24,94 persen diikuti oleh sektor jasa-jasa yaitu sebesar 21,67 persen.

39 Bila dikaitkan dengan kontribusi sektor terhadap PDRB, sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja dan kontribusinya terhadap PDRB juga cukup besar (lihat Tabel 3). Sedangkan sektor industri pengolahan yang juga sebagai penyumbang kontribusi utama dalam perekonomian Kota Dumai, hanya mampu menyerap tenaga kerja sebesar 10,23 persen pada tahun 2010. Jumlah penduduk Kota Dumai yang bekerja pada tahun 2010 meningkat dibandingkan tahun 2007 yaitu sebesar 13,75 persen dengan jumlah penduduk yang bekerja pada tahun 2007 sebanyak 75.265 orang. Selama tahun 2007-2010 sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor jasa-jasa; sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor ekonomi dominan dalam menyerap tenaga kerja. 4.5.2 Indikator Ketenagakerjaan Indikator ketenagakerjaan dapat dilihat dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), tingkat pengangguran terbuka serta tingkat kesempatan kerja. Tabel 6 memberikan gambaran mengenai ketiga indikator ketenagakerjaan tersebut di Kota Dumai selama tahun 2007-2010. Tabel 6. Indikator ketenagakerjaan Kota Dumai tahun 2007-2010 (Persen) Tahun Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat Pengangguran Terbuka Tingkat Kesempatan Kerja 2007 61,32 18,54 81,46 2008 65,45 14,90 85,10 2009 63,13 13,45 86,55 2010 62,49 14,68 85,32 Sumber: BPS Provinsi Riau, 2011 (diolah)

40 Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) merupakan rasio antara angkatan kerja dengan seluruh penduduk usia kerja (15 tahun ke atas). Semakin besar nilai TPAK menunjukkan semakin meningkatnya penduduk usia kerja di suatu daerah. TPAK Kota Dumai tahun 2010 sebesar 62,49 persen. Dimulai pada tahun 2008 TPAK semakin menurun dimana TPAK pada tahun 2008 sebesar 65,45 persen dan pada tahun 2009 sebesar 63,13 persen. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) merupakan perbandingan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja. TPT Kota Dumai selama tahun 2007-2009 cenderung menurun dengan TPT pada tahun 2007 sebesar 18,54 persen, 14,90 persen pada tahun 2008 dan menjadi 13,45 persen pada tahun 2009. Pada tahun 2010 TPT meningkat dengan nilai sebesar 14,68 persen. Tingkat kesempatan kerja menggambarkan banyaknya angkatan kerja yang tertampung dalam pasar kerja. Pada tahun 2007 tingkat kesempatan kerja di Kota Dumai sebesar 81,46 persen. Pada tahun 2008 dan 2009 tingkat kesempatan kerja semakin meningkat yaitu masing-masing sebesar 85,10 persen dan 86,55 persen. Pada tahun 2010 tingkat kesempatan bekerja menurun menjadi 85,32 persen.