dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PAMERAN A. DESAIN FINAL 1. Lampu Belajar

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

IV. PENDEKATAN DESAIN

PETUNJUK PERAKITAN DAN PENGOPERASIAN KIPAS ANGIN DEKORASI

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu.

Membuat Parut Listrik Sederhana MEMBUAT PARUT LISTRIK SEDERHANA (KOMPETENSI DASAR PERBANDINGAN) Oleh : Sutaji Pratomo. 1 x 2.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

PRAKARYA. by F. Denie Wahana

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk Pembuatan rancangan trainer sistem kelistrikan body mobil toyota

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

PANDUAN PEMBELIAN Lampu Dapur Terpadu


BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAB II METODE PERANCANGAN

RODA PECAHAN. Alat dan Bahan 1. Alat Penggaris Gunting. Cara Pembuatan

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan tempat pelaksanaan pembuatan stand pada mesin vespa P150X. Waktu Pelaksanaan : 1 Januari April 2016

Nama Alat Peraga: Ruang Ajaib Gambar Alat Peraga:

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB V ULASAN KARYA PERANCANGAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

KINCIR AIR PEMBANGKIT LISTRIK (PLTA SEDERHANA)

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV. KONSEP RANCANGAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3.1. Gambar desain Front shovel

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Jurusan Teknik Mesin

Peta Materi IV. Produk Sederhana dengan Teknologi Mekanik. Teknik Pembuatan. Mainan. dengan Teknologi. Mekanik. Teknologi Mekanik

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper).

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... v. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xiii. DAFTAR GAMBAR... xiv. A. Latar Belakang Masalah...

PANDUAN PEMBELIAN LAMPU DAPUR TERPADU

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

TUGAS DESAIN MEKATRONIKA II

BAB III METODELOGI PELAKSANAAN 3.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN ALAT PENGEPRES GERAM SAMPAH MESIN PERKAKAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTYPE POWER WINDOW PADA MOBIL FORD LASER. Firman Hidayat

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin

IV. KONSEP PERANCANGAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis

Gambar 1 : Tempat Tidur Bayi Dari Kayu

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai

V. ULASAN KARYA PERANCANGAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rekayasa. Edited by F. Denie Wahana, S.Kom SMP Negeri 1 Salatiga. Prakarya

Transkripsi:

BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN Memanfaatkan limbah atau barang bekas dan dijadikan sebuah produk desain adalah cara inovatif guna menjaga lingkungan dan mengurangi volume barang bekas dengan memanfaatkan bentuk material yang sudah ada, dengan sebuah strategi desain penulis merubah dari fungsi utama limbah menjadi segi manfaatannya. Biasanya limbah yang bermaterial besi atau tembaga, bekas kendaraan bermotor dimanfaatkan dengan cara menjualnya yaitu dengan cara hitungan perkilogramnya, dari penjualan barang rongsok tersebut hanya dihargai Rp.4500.00,-/Kg. dengan keadaan ini perancang membuat suatu terobosan yang dapat meningkatkan nilai jual barang rongsok kendaraan bermotor dan sebagainya dengan membuat suatu karya desain yang dapat digunakan untuk menunjang keperluan sehari-hari, khususnya pada bagian interior rumah. Dampak yang dihasilkan dari produk ini akan sangat bermanfaat karena merubah suatu limbah atau barang bekas menjadi produk perlengkapan rumah yang ramah lingkungan. Gambar : 4.1 Tempat Pengepulan Besi (Sumber : http://kaltim.prokal.co/read/news/24301, 2015) 28

B. TATARAN SISTEM Bentuk sebuah ruang dirancang sesuai dengan sebuah sistem nilai yang berlaku, sehingga aplikasinya dapat terwujud pada perancangan yang memenuhi aktifitas gerak dalam ruang, pemilihan furniture dan pengaturan ruang haruslah menyesuaikan kebutuhan pemakai, antara lain dengan tujuan meningkatkan produktifitas, kreatifitas, interaksi dan spontanitas manusia yang beraktifitas didalam ruang tersebut. Seperti kegunaan lampu dalam hal penerangan diruang sekitar, lampu merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari sistem elektrik suatu bangunan, mengubah suatu energi listrik menjadi pencahayaan yang menerangi ruang didalamnya. Fungsi lampu tidak hanya untuk penerangan dalam hal aktifitas didalam ruang melainkan juga dapat memperindah suatu ruang dengan bentuk-bentuk tempat lampu yang memiliki nilai lebih dari segi estetikanya. Tetapi bukan hanya melihat dari segi estetika saja, melainkan juga bisa dilihat dari sistem kerja produk itu tersebut, misalkan pencegahan terhadap terputusnya aliran listrik dari PLN yang sewaktu-waktu dapat terjadi sehingga mengakibatkan tidak adanya energi listrik yang mengalir kelampu, dengan kata lain lampu tidak dapat menyala. Dari permasalahan ini perancang membuat suatu bentuk tempat lampu untuk menunjang lampu-lampu yang sudah menggunakan adaptor USB yang sudah ada. 29

1. Tahapan pembuatan lampu. 1.1 Lampu Belajar Produk lampu belajar dibuat dengan bentuk menyerupai robot, lampu tersebut dapat dilipat atau dibentuk sesuai dengan cara kerja pada suatu lipatan. Berikut adalah beberapa tahapan dalam pembuatan lampu belajar. a. Sketsa awal pembuatan lampu belajar: Gambar: 4.2 Sketsa Lampu Belajar Sebelum masuk tahap produksi, perancang melakukan tahap sketsa terlebih dahulu, sehingga menentukan bentuk dari produk yang akan dibuat. 30

b. Proses pemilihan ukuran Gambar: 4.3 Penyesuaian Ukuran Stang Seher Proses pemilihan material dalam menentukan ukuran yang sama dalam membuat lampu belajar ini. c. Proses penggerindaan Gambar: 4.4 Penggerindaan Bagian Lampu Belajar Pada tahap ini semua material yang akan digunakan terlebih dahulu dibuat penempatan baut pengunci pada bagian tengahnya, dengan menggunakan mesin gerinda tangan. 31

d. Proses penyatuan material Gambar: 4.5 Pengelasan bagian lampu belajar Penyatuan material dengan teknik pengelasan, sehingga mur baut dapat menempel dibagian stang seher tujuannya untuk sistem penguncian. e. Tahap pengecatan Gambar: 4.6 Pengecatan Produk Pengecatan pada bagian lampu belajar, proses pengecatan ini terlebih dahulu dipisah menjadi beberapa bagian, sehingga memudahkan dalam pengecatan. 32

f. Proses perakitan Gambar : 4.7 Lampu Belajar Saat Lepas (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) Gambar : 4.8 Bentuk Beberapa Pose (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) Lampu belajar ini bisa dibentuk menjadi beberapa pose, seperti bentuk manusia maupun hewan. 33

g. Cara kerja lampu Gambar: 4.9 Cara Kerja Lampu Belajar Lampu belajar ini menggunakan dua jenis energi, pertama energi listrik langsung dan yang kedua energi penyimpan seperti power bank. Lampu belajar ini tidak terdapat tombol on off nya, jadi penggunaan langsung ke aliran energi listrik maupun power bank. 1.2 Lampu Tidur Lampu tidur ini menggunakan sistem lipat cara penggunaannya sama seperti lampu belajar pada dasarnya. Tetapi lampu tidur ini membentuk memanjang ke atas. 34

a. Sketsa awal pada lampu tidur Sketsa awal Gambar: 4.10 Sketsa Kap Lamput Tidur berbentuk kap lampu tidur pada umumnya, tetapi pada aslinya kap lampu tidur membentuk melingkar dengan susuan ring sehingga terbentuk sebuah lingkaran ring. b. Pembuatan kap lampu dengan mencetak palaron 6 Gambar: 4.11 Penempelan Ring Pada Palaron 35

Kap lampu tidur terlebih dahulu dicetak dengan paralon 6, cara menempelkan ring ke paralon adalah dengan cara melapisi paralon dengan lem kaca, sehingga proses pengelasan menjadi lebih mudah c. Proses pengelasan kap lampu Gambar: 4.12 Pengelasan Kap Lampu Tidur Proses pengelasan ini dilakukan untuk menyatukan ring sehingga membentuk sebuah lingkaran, yang nantinya akan digunakan untuk kap lampu tidur. Dari semua proses produksi, tingkat kesulitan yang paling memakan waktu banyak adalah peroses pembuatan kap lampu tidur ini, karena mula dari tahap cetak pada bagian kapnya, sampai masuk ketahap pengelasan dilakukan satu-satu, tidak bisa dilakukan secara bersamaan. 36

d. Perakitan Bagian Lampu Gambar: 4.13 Perakitan Lampu Tidur Sebelum masuk ketahap pembentukkan, perancang terlebih dahulu mencoba menyusun tumpukkan stang seher ini, dengan tujuan melancarkan pergerakkan pada bosh pen. e. Tahap pengecatan Gambar: 4.14 Pengecatan Pada Lampu Tidur Pada proses pengecatan, produk yang dibuat hanya menggunakan tiga warna, diantaranya warna hitam doff dan warna campuran, yang menjadi warna tembaga. 37

f. Proses lipatan pada lampu tidur Gambar : 4.15 Lipatan Pertama (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) Cara kerja sistem melipat tahap awal, digunakan pada setiap lampu yang menggunkan sistem lipat. Gambar : 4.16 Lipatan Kedua (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) Cara kerja sistem melipat tahap kedua, proses ini digunakan untuk meninggikan atau memendekkan suatu tempat lampu, tahapan kedua ini merupakan tahapan yang memiliki keseimbangan sempurna, karena terletak dibagian tengah dari ketinggian stang seher. 38

Gambar : 4.17 Lipatan Ketiga (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) Dari keseluruhan sistem kerja menggunakan sistem lipat, dari semua lampu yang menggunakan bosh pen dan stang seher. g. Proses akhir Gambar: 4.18 Lampu Tidur Saat dilipat Lampu tidur ini menggunakan sistem lipatan tahap kedua, memiliki keseimbangan yang sempurna, lampu tidur ini memiliki tiga tahapan dalam melipatnya. 39

Gambar: 4.19 Lampu Tidur Saat Dipanjangkan (Sumber: Marzuki MUnandar, 2015) Lampu tidur dengan sistem lipatan tahap akhir, yaitu tahap tiga tahap tiga ini tidak terlalu memiliki keseimbangan yang baik, tetapi jika pada sistem penguncian dikunci dengan benar maka tidak akan jatuh, karena pada bagian bawah terdapat sebuah pijakan yang menyilang. h. Cara kerja Lampu Gambar: 4.20 Cara Kerja Pada Lampu Tidur (Sumber: Marzuki Munandar,2015) Pada bagian kap atas terdapat tombol on off pada lampu, sedangkan bagian kedua proses cara untuk memanjangkan lampu tidur tersebut. 40

1.3 Lampu Sorot a. Sketsa lampu sorot Gambar : 4.21 Lampu Sketsa Lampu Sorot (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) Sketsa awal pada lampu sorot, pada sketsa awal, bentuk lampu sorot berbentuk memanjang yang pada bagian atasnya memiliki ukuran yang lebih kecil dari bagian bawahnya. b. Proses penggerindaan Gambar: 4.22 Pemotongan Material Lampu Sorot Seperti lampu-lampu yang lain, proses penggerindaan dilakukan untuk membelah bagian pada stang seher, tujuannya untuk penempatan pada baut yang sebagai pengunci dari semua bentuk lampu. 41

c. Pengelasan pada lampu sorot Gambar: 4.23 Penyambungan Material Proses pengelasan pada lampu sorot, proses awal sama seperti lampu-lampu sesudahnya. d. Hasil akhir lampu sorot Gambar : 4.24 Lampu Sorot (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) Lampu sorot dengan sistem lipatan mencapai tiga lipatan maksimal, minimalnya hanya menggunakan satu lipatan. Lampu ini berfungsi untuk menerangi bagian-bagian yang membutuhkan penerangan, misalkan foto, lukisan dan lain-lain. 42

e. Cara kerja lampu Gambar: 4.25 Cara Kerja Pada Lampu Sorot Penggunaan lampu sorot ini terbilang mudah, caranya adalah dengan menggunakan baut skrup untuk menempelkan bagian lampu ke dinding rumah yang membutuhkan pencahayaan lebih dengan lampu sorot. 1.4 Lampu Dinding Sistem kerja lampu dinding ini adalah dengan menempel di dinding rumah. Dengan menggunakan baut skrup untuk perekatnya, lampu ini memiliki lima lampu yang berbentuk seperti kipas. a. Sketsa lampu dinding Gambar : 4.26 Sketsa Lampu Dinding (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) 43

Sketsa awal dari lampu dinding, lampu dinding ini memiliki ukuran yang sama pada setiap sisi kanan kirinya, dengan menyerupai seperti kipas yang sedang membuka. b. Tahap pengelasan Gambar: 4.27 Pengelasan Lampu Dinding Proses pengelasan pada bagian sisi bawah lampu dinding, karena lampu dinding ini menggunakan sistem las mati, atau bisa disebut lampu yang tidak menggunakan sistem lipat. c. Proses pemotongan mika Gambar: 4.28 Pembentukkan Bulatan Pada Mika 44

Pemotongan pada mika lampu menggunakan gergaji mesin, dengan menggunakan ini hasil dari pemotongan menghasilkan kerapian pada mika. Gambar: 4.29 Pemotongan Bagian Yang Telah Dicetak Pada mika ini, dibentuk lingkaran terlebih dahulu sebelum masuk ketahap pemotongan, dengan tujuan agar semua ukuran memiliki ukuran yang sama. d. Proses pengalusan pada mika Gambar: 4.30 Pengalusan Hasil Pemotongan 45

Setelah melalui proses pemotongan pada bagian mika lampu dinding, dilanjutkan ke tahap pengalusan mika. Pengalusan pada bagian sisi dari mika tersebut, dengan tujuan agar bagian mika berbentuk menyerupai lingkaran. e. Proses pengecatan Gambar: 4.31 Pengecatan Lampu Dinding Untuk tahap pengecatan pada lampu dinding ini, beberapa bagian terlebih dahulu ditutup dengan perekat, dengan tujuan bagian pada mika tidak ikut terkena cat. f. Hasil akhir lampu dinding Gambar : 4.32 Lampu Dinding (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) Penggunaan lampu dinding ini hanya digantungkan kedinding yang terdapat paku, seperti memasang hiasan-hiasan dinding saja. 46

1.5 Lampu Dapur Lampu dapur ini memilik dua macam bentuk, dua lampu mempunyai bentuk yang sama dan satu bentuk memiliki bentuk yang berbeda. Lampu yang memiliki bentuk yang berbada berada diposisi tengah dari kedua lampu tersebut. a. Sketsa lampu dapur Gambar: 4.33 Sketsa Lampu Dapur Sketsa awal pada lampu dapur, lampu dapur ini memiliki jenis dua bentuk yang berbeda, diantara ketiganya satu memiliki bentuk berbeda, yaitu pada bagian tengah pada lampu dapur ini. Bagian atas dibuat melengkung, dengan tujuan untuk pemasangan pada bagian tempat lampu gantung ini. 47

b. Pengukuran material lampu dapur Gambar: 4.34 Pengukuran Plat Galvanis Proses yang pertama dilakukan dalam membut tempat lampu daput ini adalah mengukur bahan utama yaitu plat galvanis dengan ukuran yang sudah dibuat. c. Pemotongan material lampu dapur Gambar: 4.35 Pemotongan Plat Galvanis Proses pemotongan plat galvanis, pemotongan berbentuk persegi, yang nantinya sisi-sisinya dibentuk menyerupai kerucut. 48

d. Pembentukkan lampu dapur Gambar: 4.36 Pembentukkan Lampu Dapur Setalah membentuk kerucut, tahap selanjutnya adalah pengelasan pada bagian sisi atas tempat lampu ini. e. Bagian utama lampu dapur Gambar: 4.37 Jenis Lampu Dapur Bentuk dari lampu dapur ini masing-masing memiliki bentuk yang berbeda dan penambahan ukuran pada salah satunya. 49

f. Hasil akhir lampu dapur g. Cara kerja lampu Gambar : 4.38 Lampu Dapur (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) Gambar: 4.39 Cara kerja Pada Lampu dapur Cara penggunaan lampu dapur ini adalah dengan mengaitkan bagian atas lampu dapur yang sudah disediakan tempat pengait dengan baut gantung. 50

1.6 Lampu Gantung Lampu gantung dibuat menjadi dua jenis, dangan masing-masing kegunaan. Yang memiliki tingkat kesulitan yang paling tinggi ditempatkan untuk didalam ruang dan sebaliknya. Terdapat dua jenis warna yang berbeda, laampu dalam ruang menggunakan warna emas dan lampu dalam ruang menggunakan warna hitam doff. Terdapat kesamaan warna diantara keduanya yaitu warna silver dibagian dalam tempat lampu tersebut. a. Proses pembuatan kap lampu gantung Gambar: 4.40 Pembentukkan Kap Lampu Proses cetak dalam mebuat kap lampu gantung dengan terlebih dahulu memberi perekat pada bagian kaca. 51

Gambar: 4.41 Hasil cetak kap menggunakan kaca Setelah melalui proses pengelasan dengan bentuk yang diinginkan, bagian ring dilepaskan pada bagian kaca sebagai cetakkan kap lampu ini. b. Proses penyambungan dengan stang seher Gambar: 4.42 Penggabungan Material Dengan Las Penggabungan material ring dengan kumpulan stang seher bentuk melingkar, bagian yang digabungkan adalah kap lampu yang sudah dibentuk. 52

c. Proses pengecatan Gambar: 4.43 Pengecatan Lampu Gantung Pada bagian dalam lampu diperlukan perlakuan khusus untuk proses pengecatan, karena memiliki warna dasar yang dapat memantulkan cahaya. d. Hasil akhir dua lampu gantung Gambar : 4.44 Lampu Gantung Luar Ruang (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) 53

Lampu gantung luar ruang ini memiliki hiasan ring pada bagian bawah yang mengelilingi piting lampu, dengan tujuan agar cahaya dapat menembus dari celah-celah ring yang ada pada lampu gantung ini. Gambar: 4.45 Lampu Gantung Dalam Ruang Lampu gantung ini berbeda jenis dengan lampu gantung luar ruang, lampu gantung dalam ruang ini dibuat posisi pada kap lampu menghadap kebawah, sehingga sinar lampu sebagian besar mengarah kebagian bawah lampu ini. e. Cara kerja lampu Gambar: 4.46 Cara Kerja Pada Lampu Gantung Lampu gantung disediakan suatu rantai kecil yang digunakan untuk menggantungkan lampu. 54

1.7 Lampu Sudut lampu sudut ini menggunakan sistem bongkar pasang pada bagian tengah tiang lampu ini, sehingga dalam ukuran tinggi dapat dipendekkan, dalam lampu sudut ini terdapat tiga sambungan yang dapat menyatu dan pada sistem pengunciannya menggunakan bosh pen. a. Sketsa lampu sudut Gambar: 4.47 Sketsa Awal Lampu Sudut Sketsa lampu sudut dengan ukuran yang sesuai dengan aslinya, Pada perhitungan lampu sudut ini menggunakan milimeter dalam setiap pengukurannya. b. Penyususnan kaki pada lampu sudut Gambar: 4.48 Tahap Keserasian Kaki Lampu Sudut 55

Dalam penyusunan bagian bawah lampu sudut ini terlebih dahulu disusun sesuai dengan kebutuhan, dari perhitungan yang sudah disesuaikan dari berat bagian atas lampu sudut maka bagian bawah lampu sudut ini menggunakan stang seher yang melingkar dengan jumlah 12 stang seher, sehingga bagian atas lampu ini dapat stabil. c. Pengelasan pada lampu sudut Gambar: 4.49 Proses Penyambungan Material 56

Setelah proses penyusunan selesai, maka masuk ketahap selanjutnya ialah melakukan pengelasan pada setiap sisi dari stang seher yang berbentuk lingkaran dengan pengelasan tambahan pada bagian tiang lampu sudut ini. d. Tahap perataan bagian bawah lampu sudut Gambar: 4.50 Perataan dan Pengalusan Dengan Gerinda Pengerataan bagian bawah pada bagian bawah lampu sudut sangatlah penting dilakukan, karena kaki lampu sudut ini membentuk suatu lingkaran yang harus memiliki bidang rata agar lampu sudut ini seimbang jika digunakan. 57

e. Hasil akhir lampu sudut Gambar: 4.51 Hasil Akhir Lampu Sudut Lampu sudur dengan menggunakan tiga sambungan yang dapat dilepaskan jika dalam penggunaan menginginkan ukuran yang tidak terlalu tinggi. f. Cara kerja lampu Gambar: 4.52 Cara Kerja Pada Lampu Sudut Pada bagian sambungan pada lampu sudut ini dapat dilepaskan, sehingga ketinggian lampu sudut ini menjadi lebih rendah, bagian sambungan lampu sudut ini menggunakan bosh untuk menyambung tiga bagian pada tiang lampu sudut. 58

C. TATARAN PRODUK Produk yang dibuat ialah suatu produk daur ulang barang rongsok menjadi suatu tempat lampu dalam ruang dan luar ruang yang menampilkan bentuk desain yang berbeda pada umumnya, dengan memadukan konsep robot kedalam bentuk tempat lampu. Dari pemikiran awal di atas perancang ingin mengaplikasikan tema desain tempat lampu dengan bentuk robot sehingga dapat memberikan bentuk atau tampilan baru yang lebih modern sehingga seseorang dapat menikmati produk dari segi fungsi dan estetika produk ini. Dalam perancangan awal tempat lampu ini dirancang untuk mewujudkan sebuah barang rongsok kendaraan bermotor yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat lampu yang memiliki bentuk desain yang menarik. Dari sini perancang memunculkan suatu ide konsep lampu yang terbuat dari material kendaraan bermotor yang sudah tidak dapat digunakan lagi, dengan memanfaatkan beberapa bagian-bagian dari spare part kendaraan bermotor, yaitu pada bagian stang seher atau piston yang memiliki bentuk seperti lengan sendi pada suatu karakter jika disambungkan sisi satu dengan yang lainnya serta memiliki ukuran yang bervariasi tergantung jenis kendaraannya, untuk penambahan dari beberapa bagian lampu gantung adalah menggunakan ring tujuh belas serta ring empat belas pada bagian sisinya. Dari sini perancang memunculkan suatu ide untuk memanfaatkan material stang piston yang rusak untuk dirakit menjadi suatu bentuk desain yang baru serta susunan ring yang berbentuk seperti bunga dalam pembentukkannya. Dalam memulai proses desain ini, perancang lebih banyak memanfaatkan material stang piston motor dari pada stang piston mobil, sebenarnya pada dasarnya juga dapat digunakan juga, dengan ini diharapkan dapat memiliki nilai tambah dalam kaitan estetika 59

Alasan pemilihan material ini adalah : Bagian kedua sisi stang seher atau piston sudah terdapat bosh pen dan memiliki lubang untuk penyambungan jadi memudahkan untuk dijadikan bagian poros lipatan. Ketersediaan barang limbah ini sangatlah banyak, dengan melihat betapa banyak jumlah kendaraan khususnya dijakarta ini. Material besi dapat disatukan dengan cara mengelas listrik maupun las gas sehingga memudahkan dalam hal menyambung bagian tertentu. 1. Material Stang Sher Material Stang Seher ini banyak ditemukan dibengkel-bengkel bubut atau dibengkel-bengkel besar maupun kecil. stang seher ini dikatakan sudah tidak dapat digunakan lagi diantaranya adalah bagian pada bosh pen sudah terkikis yang mengakibatkan timbulnya suara-suara mengelitik pada bagian mesin tengah, selanjutnya stang seher yang sudah tidak center lagi, (sudah tidak lurus) dan yang terakhir adalah kerusakan pada kesalahan pemakaian oli. Gambar : 4.53 Stang Seher Motor (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) 60

Sebelum memasuki tahap produksi perancang terlebih dahulu melakukan beberapa proses yaitu proses pemilihan ukuran dalam setiap stang seher, karena disetiap stang seher memiliki ukuran yang berbeda sesuai dengan jenis kendaraannya. Dari tahap pemilihan stang seher lalu masuk ketahap pembersihan stang seher bekas tersebut, tujuannya ialah untuk membersihkan komponen oli yang melekat dibagian stang seher karena stang seher pada saat di motor berada dibagian dalam mesin sehingga terendam oli mesin yang mengakibatkan oli melekat pada keseluruan stang sher. Gambar : 4.54 Proses Pembersihan (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) 61

Tahap yang sangat penting dalam pembuatan produk baru adalah tidak menggunakan atau mencantum kan merek suatu produk yang sudah ada, produk yang akan perancang produksi adalah recycle dari limbah kendaraan bermotor, karena pada dasarnya limbah itu pernah menjadi produk baru yang sudah menggunakan merek dari suatu perusahaan lain. Oleh karena itu perancang sebelum ketahap produksi terlebih dahulu melakukan suatu proses yang sederhana yaitu penghapusan nama suatu perusahaan yang memproduksi bahan limbah stang seher ini, penghapusan merek pun terbilang mudah, karena perancang hanya butuh mesin gerinda tangan untuk proses penghapusan merek pada setiap stang seher kendaraan bermotor. Gambar : 4.55 Proses Penghapusan Merek (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) 62

Gambar : 4.56 Stang Seher Dua Macam Diameter (Sumber: http://www. otomotif.com, 2015) 2. Bosh Pen Bosh pen merupakan komponen yang sangat penting dalam bagian stang seher, fungsi bosh pen sendiri sebagai pusat putaran pada stang seher, bosh pen berada dibagian atas dan bawah pada stang seher. Gambar : 4.57 Bosh pen Lampu Belajar (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) 63

Gambar : 4.58 Bosh pen Lampu Sorot (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) 3. Kabel USB Dalam sistem penyaluran listrik dari stop kontak ke saklar lampu menggunakan kabel USB, kabel yang digunakan untuk mengisi daya baterai handphone dan juga menggunakan kepala colokan USB yang menghubungkan langsung ke aliran listrik walaupun tidak semua menggunakan kabel USB, hanya beberapa saja yang menggunakan kabel USB. Kabel yang dibutuhkan setiap lampunya adalah 1 (satu) meter sampai 1,5 (satu koma lima) meter, selebihnya menggunakan kabel biasa atau sering disebut kabel rambut. Gambar : 4.59 Kabel USB (Sumber : Marzuki Munandar, 2015) 64

D. TATARAN ELEMEN Sebelum mendapatkan bentuk dari beberapa tempat lampu, perancang banyak mendapatkan proses eksperimen bentuk dan ini sangat diperlukan untuk mendapatkan bentuk-bentuk yang proporsi dan stabil, memeperhitungkan bagian penyambungan pada ring untuk lampu yang menggunakan kap lampu dari ring jika salah dalam mengelas bagian ring maka tidak akan merekat, Dalam proses ini pengulangan bentuk yang kurang baik membuat perancang untuk dapat memikirkan hasil yang lebih sempurna lagi dan hasil yang baik. Perancang banyak menggunakan motif bunga pada bagian kap lampu gantung, dari motof ini memunculkan suatu bentuk yang sesuai, perancang membuat motof seperti bentuk bunga menggunakan cetakkan dari lampu-lampu taman yang menggunakan kaca, untuk kap lampu tidur perancang mencetaknya menggunakan paralon ukuran 6 terlebih dahulu harus diukur dalam pengepasannya. Sedangkan untuk bagian lampu belajar, lampu tidur dan lampu sorot, perancang terinspirasi dari sambungan pada pergelangan tangan suatu robot, yang dapat berubah bentuk dari bentuk awalnya. 1. Elemen pembentuk 1.1 Stang seher Gambar: 4.60 Stang Seher Motor (Sumber: http://www.otomotif.com, 2015) Material stang seher adalah bagian utama dalam proses pembentukkan produk tempat lampu recycle, stang seher ini digunakan untuk bagian-bagian pada sistem pelipatan pada tempat lampu yang perancang buat. 65

1.2 Baut L Gambar: 4.61 Baut L (Sumber: http://www.universalbaut.com) Pada sistem penguncian semua produk tempat lampu menggunakan baut L, karena dalam penggunaan baut L lebih mudah di bandingkan menggunakan baut biasa. Dari sisi kekuatan, baut L tidak mudah slek atau kendur dalam penguncian karena baut L memiliki derat ulir yang terbilang kuat. 1.3 TDH mini lampu sorot Gambar: 4.62 Kepala Lampu Sorot (Sumber: http://www.nittomotor.com, 2015) TDH mini lampu sorot ini digunakan pada bagian lampu sorot, sesuai dengan fungsinya, lampu ini digunakan dalam bagian motor untuk dijadikan sebagai lampu tembak atau lampu sotor, perancang mengaplikasikannya kedalam produk lampu sotor yang perancang produksi. 66

1.4 Lampu jeep RX king Gambar: 4.63 Kepala Lampu Belajar (Sumber: http://www.nittomotor.com, 2015) Lampu jeep RX king merupakan lampu custom pada motor-motor café racer. Lampu ini perancang gunakan untuk bagian kepala lampu pada lampu belajar. 1.5 Pipa paralon Gambar: 4.64 Pipa Paralon (Sumber: http://www.pipaku.com, 2015) Dalam penggunaan paralon pada tempat lampu yang perancang buat bukanlah sebagai bagian dalam material utama, melainkan hanya menggunakan dalam elemen pembentukkan kap lampu tidur yang membentuk lingkaran. 67

1.6 Knalpot Rx King Gambar: 4.65 Bagian Kap Lampu Dapur Penggunaan knalpot rx king dalam elemen pembentukkan lampu dapur tidak semua menggunakan knalpot rk king, tetapi hanya pada bagian leheran knalpot yang dugunakan dalam pembentukkan tempat lampu dapur, seperti gambar diatas, yang digunakan hanya pada bagian yang diberi lingkaran merah saja. 1.7 Bunga Sepatu Gambar: 4.66 Bunga Sepatu (Sumber: http://www.alfalfa.com, 2015) Penggunaan bentuk bunga sepatu diaplikasikan kedalam bentuk lampu-lampu gantung, dengan tujuan lampu gantung tersebut dapat memiliki nilai indah dari suatu bentuk bunga yang digunakan dalam pembentukkan kap lampu gantung. Alasan menggunakan bentuk bunga tersebut adalah melihat dari segi bentuk dan fungsi pada suatu 68

tempat lampu, yang membutuhkan ruang untuk penempatan piting lampu, bentuk bunga sepatu ini sesuai dengan tempat pada suatu lampu gantung. Pada bagian tengah kelopak bunga terdapat suatu ruang yang memiliki kedalaman sehingga jika diaplikasikan dalam bentuk lampu sangat berguna untuk penempatan pada suatu cahaya, sehingga cahaya yang dihasilkan akan fokus kebawah sesuai dengan kap lampu gantung itu sendiri. 69