SEBARAN DAN STATUS BEKANTAN (Nasalis larvatus) DI KABUPATEN TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
SUATU CATATAN BARU HABITAT KERA HIDUNG PANJANG ( Nasalis larvatus) DAN PERMASALAHANNYA DI KALIMANTAN SELATAN INDONESIA. Oleh. M.

POPULASI BEKANTAN Nasalis larvatus, WURM DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK DESA PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Mulawarman 2. PT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga 3

Struktur Kelompok dan Penyebaran Bekantan (Nasalis larvatus Wrumb.) dikuala Samboja, Kalimantan Timur

JUMLAH INDIVIDU DAN KELOMPOK BEKANTAN (Nasalis larvatus, Wurmb) Di TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM KABUPATEN KAPUAS HULU

Ucapan Terima Kasih dan Undangan

KONDISI HABITAT DAN PENYEBARAN BEKANTAN (Nasalis larvatus Wurmb) DI DELTA MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR 1 RINGKASAN

STRUKTUR POPULASI BEKANTAN (Nasalis larvatus) DI PULAU CURIAK KABUPATEN BARITO KUALA KALIMANTAN SELATAN

Aktivitas Harian Bekantan (Nasalis larvatus) di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

Struktur Populasi Bekantan (Nasalis larvatus) di area Gunung Batu Sawar Kecamatan Hulu Sungai Tengah

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

KONSERVASI Habitat dan Kalawet

Jenis dan Komposisi Pakan Bekantan (Nasalis larvatus Wurmb) di Hutan Karet Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan

JARAK JELAJAH HARIAN DAN AKTIVITAS PERGERAKAN BEKANTAN (Nasalis larvatus Wurmb) DI PULAU BAKUT, KABUPATEN BARITO KUALA

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Lampiran A. Kriteria (Deskripsi) Kelas Tutupan Hutan Penggunaan Lahan

Fokus Lahan Basah. Kajian Baseline Ekosistem Mangrove di Desa-desa di Kabupaten Pohuwato dan Bolaang Mongondow Selatan 3.

2.1. Kondisi Ekonomi dan Sumber Daya Alam. Ekonomi

POPULASI DAN SEBARAN BEKANTAN (Nasalis Larvatus Wurmb) DI WILAYAH KAMPUNG BATU-BATU DAN DELTA SUNGAI BERAU. Saryadi, Tri Joko Santoso

Rehabilitasi dan Restorasi Hutan Mangrove di Kalimantan Selatan. Wawan Halwany Eko Priyanto

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.56/Menhut-II/2013 TENTANG

Lahan Basah. Warta Konservasi. Ucapan Terima Kasih dan Undangan

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

2013, No

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai salah satu habitat alami bagi satwa liar. Habitat alami di

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN TANAH BUMBU DAN KABUPATEN BALANGAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Teknologi penanaman jenis mangrove dan tumbuhan pantai pada tapak khusus

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

BAB I PENDAHULUAN. pantai sekitar Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial.

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

Disampaikan Pada Acara :

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN BIOLOGI & BIOLOGI FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA, Tanggal 19 November 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2012

KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan daerah pertemuan antara ekosistem darat, ekosistem laut dan

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO

POPULASI BEKANTAN (Nasalis larvatus) DI SUAKA MARGASATWA KUALA LUPAK, KALIMANTAN SELATAN, INDONESIA

Bab III Karakteristik Desa Dabung

KEBIJAKAN PRIORITAS KEMENHUT p.70/2009

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN TANAH BUMBU DAN KABUPATEN BALANGAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2011

JENIS TUMBUHAN PAKAN BEKANTAN (Nasalis larvatus) DI PULAU BAKUT. Lely Salmitha

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 20, dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengembalikan Fungsi Ekosistem. Fungsi Ekosistem 11/1/2013. Ruang Lingkup. Konservasi. Pemanfaatan dan pelestarian. Restorasi.

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BAB I. PENDAHULUAN. bagi makhluk hidup. Keanekaragaman hayati dengan pengertian seperti itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PASIR NOMOR: 2 TAHUN: 1999 SERI: D NOMOR: 02

mendorong menemukan pasar untuk produk yang sudah ada dan mendukung spesies-spesies lokal yang menyimpan potensi ekonomi (Arifin et al. 2003).

Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 1: ISBN:

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

c. Bahwa untuk maksud konsideran huruf a dan b di atas perlu diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

TINJAUAN PUSTAKA. didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Distribusi yang

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terluas di dunia sekitar ha (Ditjen INTAG, 1993). Luas hutan mangrove

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

I. PENDAHULUAN. Distribusi dan status populasi -- Owa (Hylobates albibarbis) merupakan

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

19 Oktober Ema Umilia

KONDISI DAN PERMASALAHAN HABITAT BEKANTAN (Nasalis larvatus Wurmb) DI HUTAN MANGROVE TAMAN NASIONAL KUTAI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP UPAYA RESTORASI

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

Kata kunci: rehabilitasi, mangrove, silvofhisery

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. bantu yang mampu merangsang pembelajaran secara efektif dan efisien.

DR. H. AWANG FAROEK ISHAK Gubernur Kalimantan Timur

Propinsi KALIMANTAN SELATAN. Total Kabupaten/Kota

KEANEKARAGAMAN JENIS PRIMATA DIURNAL DI DALAM AREAL IUPHHK-HT PT. BINA SILVA NUSA KECAMATAN BATU AMPAR KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PENDAMPINGAN DESA ALO ALO MELALUI KEGIATAN REHABILITASI MANGROVE DAN PENYUSUNAN PERATURAN DESA

VI. SIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

10-086 SEBARAN DAN STATUS BEKANTAN (Nasalis larvatus) DI KABUPATEN TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN Distribution and Status of Proboscis Monkey (Nasalis Larvatus) in Tanah Bumbu Regency, Kalimantan Selatan Mochamad Arief Soendjoto 1, Titik Sundari 2, Cecep Budiarto 2, Hafizh Muhardiansyah 2 1 Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat, Jalan Ahmad Yani Km 36 Banjarbaru 2 Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Selatan, Jalan Sungai Ulin No. 28 Banjarbaru E-mail: masoendjoto@gmail.com Abstract - The proboscis monkey (Nasalis larvatus) is the fauna mascot of Kalimantan Selatan Province. Distribution and its status intanah BumbuRegency had not been reported yet. The objectives of the research were to document locationswhere the proboscis monkey lives in, estimate their population, and identifythe factorsinfluencingthe population. Methodsapplied were interview the people and directly survey to the field. The monkeys were found in 15 of 19 locations surveyed andthe population was more than 245 individuals, but they were not in 4 others. In addition to galam forest, mangrove forest, swamp forest, riverine forest, rubber forest, and forest growing on the limestone hill, the proboscis monkeys were found living in lands of ex-cultivation (ex-ladang), ex-fishpond, andex-sawmill industry. The factorsinfluencing or being likely to decrease the population were the broadening of oil-palm plantationand the development ofcoal mining, coal harbors, illegal logging, land/forest fire, and ressettlements. Key Words: location, Nasalis larvatus, population, status, Tanah Bumbu PENDAHULUAN Bekantan (Nasalis larvatus) adalah primata langka, endemik Borneo, dan hampir punah (IUCN, 2013). Primata ini ditemukan di kawasan konservasi Kalimantan Selatan, yaitu Cagar Alam (CA) Gunung Kentawan, CA Teluk Kelumpang, Selat Laut, Selat Sebuku, Suaka Margasatwa (SM) Kuala Lupak, SM Pleihari Tanah Laut, dan Taman Hutan Raya Sultan Adam (BKSDA Kalsel, 2008). Walaupun bekantan telah ditetapkan sebagai maskot fauna Provinsi Kalimantan Selatan oleh Gubernur Kalimantan Selatan pada tahun 1990, sebarannya di luar kawasan hutan belum lengkap didokumentasikan. Dokumentasi yang tersedia berkaitan dengan sebaran dan status primata ini di luar kawasan hutan di Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Banjar, dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Sebarannya di luar kawasan hutan di Kabupaten Tanah Bumbu belum diketahui atau dipublikasikan. Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk menginventarisasi lokasi bekantan, menduga populasi, dan mengidentifikasi faktor yang menurunkan populasi. Penelitian ini mendesak, karena pembangunan Kabupaten Tanah Bumbu yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Kotabaru semakin pesat. Pembangunan prasarana dan sarana pusat pemerintahan, permukiman, dan kawasan ekonomi berlangsung sepanjang tahun dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Kondisi ini diprediksi menurunkan populasi bekantan. METODE PENELITIAN Data dikumpulkan pada tanggal 23 27 Februari 2014 di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu. Informasi tentang keberadaan bekantan di lokasi dalam wilayah itu digali dari wawancara kepada masyarakat.bila hasil wawancara menunjukkan hasil positif (ada bekantan di lokasi yang dimaksud), lokasi ini didatangi. Selanjutnya dicatat koordinat lokasi, tipe dan kondisi tipe habitat, populasi bekantan, dan faktor yang diprediksi mengubah populasi bekantan. Data dianalisis secara kualitatif, antara lain melalui pembandingan dengan data dari pustaka lain. HASIL DAN PEMBAHASAN Sembilan belas lokasi disurvei berdasarkan pada hasil wawancara bahwa di lokasi-lokasi itu bekantan sering Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 521

ditemukan (Tabel 1). Bekantan ditemukan langsung di 15 lokasi dengan populasi diperkirakan lebih dari 245 individu. Di 4 lokasi lainnya, primata ini tidak ditemukan Tabel 1. Lokasi, habitat, dan populasi bekantan di Kabupaten Tanah Bumbu No. Lokasi Habitat Populasi 1 Hutan di tepi kiri Sungai Karangbintang, Desa Karangbintang, Kecamatan Batulicin dari arah hulu. Koordinat lokasi (UTM): 377187, 9625362. Karangbintang adalah desa transmigran yang dibuka sekitar tahun 1980-an. 2 Hutan di Desa Karangbintang, Kecamatan Karangbintang. (UTM): 379426, 9626605. 3 Hutan Jalan Manggis (jalan beraspal yang menghubungkan Batulicin dengan Kantor Bupati Tanah Bumbu), Desa Batulicin, Kecamatan Batulicin (UTM): 387017, 9618401. 4 Hutan di pulau (tepi kanan sungai sekitar 700 m ke arah hulu dari muara Sungai Batulicin, 15 menit dari Desa Batulicin, atau 500 m dari Jembatan Batulicin yang menghubungkan Batulicin-Pagatan) (UTM): 388089, 9619527 (lebar sungai ± 15 m dan dalam lebih dari 3 m). Hutan ini bekas ladang sekitar 10 tahun lalu. Vegetasi: alaban (Vitex pinnata), bungur (Lagerstroemia speciosa), girang merah (Leea indica), loa (Ficus sp.),mahang (Macaranga gigantea), kenanga (Cananga odorata). 200 m dari lokasi ini ke arah hilir terdapat tumpukan pasir bahan konstruksi (dari penambang) yang siap jual. Hutan galam yang dikelilingi perkebunan sawit (utara), jalan tanah selebar 10 m yang sering dilewati truk pengangkut tandan sawit (selatan), dan kebun karet (barat/timur) Vegetasi: galam (Melaleuca cajuputi), sirang (Livistona sp.) Hutan rawa galam Vegetasi: galam, nipah (Nypa fruticans), mangium (Acacia mangium), kelakai (Stenochlaena palustris), piai (Acrostichum aureum) Hutan sudah dikapling-kapling, sebagian dialihfungsi jadi permukiman, dan jalan beraspal (lebar jalan bervariasi 5 20 m) Hutan mangrove Vegetasi: bakau (Rhizophora spp.), bintaro (Cerbera manghas), nipah, piai, rambai (Sonneratia caseolaris) Dari bekas/reruntuhan rumah kayu, pulau ini pernah dihuni oleh masyarakat dan kemungkinan besar tetap dikuasai oleh masyarakat Lebar sungai sekitar 40 m. Bekantan ditemukan, tetapi kemudian berlarian/berloncatan antar-dahan untuk bersembunyi. Suaranya terdengar dari titik pengamat Populasi 1 kelompok (diduga sekitar 30.. Info masyarakat: banyak, ada sekitar seminggu yang lalu. Bekantan ditemukan 2 individu Info masyarakat: banyak (> 20, 2 bulan lalu ditemukan 1 mati tertabrak 1, seminggu lalu 1 lagi juga mati tertabrak kelompok (diduga sekitar 20 522 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_

5 Hutan di tepi kanan sungai sekitar 1 km ke arah hulu dari muara Sungai Batulicin, Hutan ini di seberang sungai atau sedikit belok kiri dari pulau (lokasi nomor 4 di atas) (UTM): 387897, 9619620 6 Hutan di tepi kiri sungai sekitar 1,2 km ke arah hulu dari muara Sungai Batulicin. Hutan ini di seberang sungai atau belok kanan dari pulau (lokasi nomor 4 di atas) (UTM): 0388161, 9619962 7 Hutan di tepi kanan Sungai Batulicin ke arah hulu (UTM): 387032, 9619728 8 Hutan di tepi kanan Sungai Batulicin ke arah hulu atau 500 m sebelum jembatan beton Batulicin yang menghubungkan Kantor Kabupaten Tanah Bumbu - Desa Sarigadung (UTM): 385257, 9620441 9 Hutan di tepi kiri Sungai Batulicin ke arah hulu (sebelum jembatan Desa Maju Bersama, Kecamatan Simpang Empat (UTM): 384609, 9620658 Hutan mangrove Vegetasi: bintaro (Cerbera manghas), bungur, nipah, kelapa (Cocos nucifera), piai, rambai, bakau Hutan ini bekas tambak udang sekitar 10 tahun lalu.pohon kelapa menjadi salah satu ciri. Lebar Sungai Batulicin diperkirakan 40 m Hutan mangrof Vegetasi: bintaro (Cerbera manghas), bungur, nipah, kelapa (Cocos nucifera), piai, rambai, bakau Hutan ini pernah dihuni. Bekas gubuk (pondokan dari kayu dan beratap daun nipah) masih terlihat. Lebar Sungai Batulicin diperkirakan 40 m. Hutan mangrof Vegetasi: bintaro (Cerbera manghas), bungur, nipah, kelapa (Cocos nucifera), piai, rambai Batas hutan dengan sungai didominasi nipah Lebar sungai diperkirakan 40 m Hutan mangrof di tepi dan hutan galam mulai 100 m dari tepi Sungai Batulicin Vegetasi: galam, rambai, beringin (Ficus benjamina), nipah, bintaro, rotan, alaban, mangium Vegetasi: rambai, mahar, mangium Lebar hutan bervegetasi diperkirakan 10-20 m; lebar sungai diperkirakan 20 m Melewati hutan ke arah darat, terdapat perkebunan sawit atau perkebunan kelapa (sisa pengelolaan PT Kodeco, perusahaan HPH yang sudah bangkrut kelompok (sekitar 15 kelompok (6 Bekantan ditemukan 3 individu bekantan (jantan, betina, dan anak) di pohon rambai kering (terlihat tanpa daun dari posisi pengamat) kelompok (sekitar 10 Lokasi dikunjungi kelompok (populasi seluruhnya sekitar 30 Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 523

10 Hutan tepi kanan Sungai Serdangan (anak Sungai Kusan), Desa Serdangan, Kecamatan Pagatan (UTM): 374118, 9610322 11 Hutan tepi kanan Sungai Satiung (anak Sungai Kusan), Desa Satiung, Kecamatan Kusan Hilir (UTM): 371246, 9608388 12 Hutan tepi kiri kanal (lebar 2-3 m) yang menghubungkan Sungai Satiung Sungai Kusan (UTM): 374116, 9608186 13 Hutan Lokdagal, tepi kanan Sungai Sebamban (500 m ke arah hulu dari Jembatan Sebamban), Desa Sebamban Lama, Kecamatan Sungai Loban (UTM): 353285, 9592523 14 Hutan Amat Nunur, hutan tepi kanan Sungai Sebamban (sekitar 15 menit dengan klotok dari Jembatan Sebamban ke arah hilir) (UTM): 353219, 9590883 15 Hutan Rawan, hutan tepi kiri Sungai Sebamban (di (lebar hutan bervegetasi 20-100 m dari batas air, mulai dari 20-100 m ke arah darat adalah hutan rawa yang ditumbuhi galam dan rumput padahiangan) Vegetasi: mampai, bitaro, bungur, beringin, keben (Baringtonia sp.) Vegetasi: mampai, mahar, kenanga (Cananga odorata), bungur, karet (Hevea brasiliensis), enau (Areca catechu), kariwaya (Ficus sp.) 20 50 m ke dalam terdapat persawahan atau kebun karet Melewati persawahan atau kebun karet.lebih ke arah darat, terdapat hutan rawa yang ditumbuhi galam dan rumput padahiangan. Hutan dikuasai oleh perusahaan sawit Hutan rawa galam Vegetasi: galam, mangium, alaban Vegetasi: bakau, bintaro, karet,macaranga heynei, nipah, nyiri batu (Xylocarpus granatum), piai, rambai bernuansa mangrof yang vegetasinya antara lain bakau, bintaro, Macaranga heynei, nipah, nyiri batu (Xylocarpus granatum), piai, rambai Lokasi pernah dijadikan pabrik penggergajian kayu (sawmill) sampai akhirnya tutup sekitar tahun 2000. Setelah melewati Hutan Amat Nunur ke arah darat terdapat hutan rawa galam. Amat Nunur adalah nama pemilik pabrik. bernuansa mangrof yang vegetasinya antara Lokasi dikunjungi Info masyarakat: banyak (lebih dari 20 Info masyarakat: banyak (lebih dari 30 kelompok (sekitar 10 Info masyarakat: 1 kelompok (sekitar 10 Bekantan ditemukan Jumlah bekantan pada kelompok ini diduga sekitar 20 individu Bekantan ditemukan 524 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_

seberang Hutan Amat Nunur) (UTM): 353219, 9590647 16 Hutan Sungai Paring Undang (sungai kecil selebar 3-5 m yang merupakan anak Sungai Sebamban) Hutan di tepi kiri Sungai Sebamban (sekitar 20 menit dengan klotok dari Jembatan Sebamban ke arah hilir) (UTM): 353718, 9590017 17 Hutan Purung-purung (hutan di kanan Sungai Sebamban ke arah hilir) (UTM): 353586, 9588731 18 Hutan Batulaki (hutan di kiri Sungai Satui ke arah hulu dari jembatan di atas Sungai Satui) (UTM): 324644, 9585637 19 Hutan Abidin (hutan di kiri Sungai Satui ke arah hilir dari Jembatan Satui) (UTM): 328982, 9582030 lain bakau, bintaro, Macaranga heynei, nipah, nyiri batu (Xylocarpus granatum), piai, rambai Lokasi pernah dijadikan pabrik penggergajian kayu (sawmill) sampai akhirnya tutup sekitar tahun 2000 Setelah melewati hutan Rawan, ke arah darat terdapat bekas lading yang vegetasinya antara lain mangium, karet Rawanadalah nama pemilik pabrik tersebut. Hutan bernuansa mangrof yang vegetasinya antara lain bintaro, Macaranga heynei, nipah, nyiri batu (Xylocarpus granatum), piai, rambai Sekitar 5 m ke arah darat terdapat hutan sekunder yang merupakan bekas ladang. Vegetasinya antara lain mangium. Hutan bernuansa mangrof, lebarnya hanya 5 m, vegetasi yang dominan nipah, bintaro, nyiri batu. Setelah melewati hutan ini, ke arah darat terdapat tambak yang sebagian masih difungsikan. Vegetasi: waru (Hibiscus tiliaceus), kabuau, mangium Di darat setelah hutan ini terdapat kebun sawit atau kegiatan penambangan batubara yang relatif terbuka Vegetasi: panggang (Ficus sp.), nipah, piai Menyusur Sungai Satui, baik sebelum maupun sesudah hutan ini, terdapat tempat penumpukan (stockpile) batubara Jumlah Bekantan pada kelompok ini diduga sekitar 20 individu Bekantan ditemukan dan yang terlihat hanya 1 individu. Bekantan lainnya diduga masih berada di darat atau di bawah vegetasi. kelompok (diduga sekitar 10 kelompok dengan 2 subkelompok; subkelompok 1 (diduga sekitar 20 dan subkelompok 2 (diduga sekitar 15 kelompok (sekitar 15 Wawancara setelah survei menghasilkan data dan informasi baru. Bekantan juga dilaporkan ada dilokasi yang tidak/belum disurvei. Lokasi tersebut masuk wilayah Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu. Daerah sekitar lokasi merupakan daerah yang sudah dibuka Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 525

untuk pengembangan transmigrasi pada tahun 1980-an. Keberadaan bekantan di luar kawasan, baik di dalam Kabupaten Tanah Bumbu maupun di lima kabupaten lainnya (Tabel 2) merupakan dilema. Masih ada populasi bekantan walaupun rasio kelaminnya masih harus diteliti mendalam yang diharapkan bisa menjadi tetua, induk, atau sumber generasi bekantan berikutnya. Tabel 2.Kondisi umum (lokasi, tipe habitat, dan populasi) bekantan di 6 kabupaten No Kabupaten; luas wilayah Lokasi (km²) 1) (disurvei) Tipe habitat 1. Barito Kuala; 2. 376,22 12 2) Hutan mangrof, hutan tepi sungai, hutan galam, hutan karet 2. Tabalong; 3.599,95 18 3) Hutan karet, hutan di atas bukit kapur, hutan tepi sungai, hutan rawa Dugaan populasi 289 3. Balangan; 1.819,75 13 4) Hutan karet, hutan rawa, 52 4. Banjar; 4.710,97 13 5) Hutan mangrof, hutan tepi sungai, hutan galam, hutan 62 rawa, hutan karet 5. Hulu Sungai Tengah; 1.472,00 18 6) Hutan karet, hutan tepi sungai, hutan rawa, hutan galam, hutan di atas bukit kapur/batu 55 6. Tanah Bumbu; 5.066,96 19 Hutan mangrof, hutan galam, hutan rawa, hutan tepi sungai 245 Keterangan:1) BPS Kalsel (2009); 2) Soendjoto et al. (2001); 3) Soendjoto et al.(2003); 4) Soendjoto & Nazaruddin (2012); 5) Soendjoto et al.2013a; 6) Soendjoto et al.2013b 197 Tipe habitat yang dihuni bekantan itu pun bervariasi.tipe habitat yang pernah dipublikasi sebelumnya (Bismark 1981; Salteret al. 1985; Yeager 1989; Alikodra& Mustari 1994; Boonratana 1999) adalah hutan mangrof, hutan tepi sungai, dan hutan rawa. Tipe habitat terbaru yang dipublikasi (Soendjotoet al. 2001, 2002, 2006a, 2006b, 2013a, 2013b) adalah hutan galam atau hutan rawa yang didominasi galam Melaleuca cajuputi, hutan karet, dan hutan yang tumbuh di bukit kapur atau bukit batu. Adaptasi bekantan di berbagai tipe habitat itu memberi nilai positif, terutama apabila reintroduksi atau relokasi diterapkan. Pada sisi lain, tipe habitat di lokasi bekantan yang di luar kawasan hutan itu cenderung berubah dengan cepat,berpeluang menjadi sumber konflik, dan akhirnya berpeluang membahayakan populasi bekantan. Sebagian besar adalah kawasan budidaya dan dikuasai oleh masyarakat.tipe habitat bisa dikonversi sesuai dengan keinginan masyarakat.kondisi saat ini saja menunjukkan habitat ditebang membabi buta (illegal loging), dibakar sengaja, atau dikonversi menjadi pertambangan, perkebunan sawit, permukiman atau perkantoran, dan pelabuhan khusus. SIMPULAN DAN SARAN Sembilan belas lokasi disurvei di Kabupaten Tanah Bumbu dan pada 15 lokasi bekantan ditemukan langsung dengan populasi keseluruhan diperkirakan 245 individu, sedangkan di 4 lokasi lainnya primata ini tidak ditemukan. Populasi bekantan diprediksi menurun, karenaberbagai aktivitas manusia yang mengarah pada pengembangan ekonomi. Survei masih harus dilakukan ke lokasi yang tidak disurvei sebelumnya.survei-survei ini tidak hanya berguna untuk mengevaluasi kondisi habitat dan populasi bekantan, tetapi juga untukmemerdalam pengetahuan tentang perilaku bekantan dan yang tidak kalah penting, untuk meningkatkan kesadaran 526 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_

masyarakat dan koordinasi antar-instansi dalam rangka pelestarian bekantan. DAFTAR PUSTAKA Alikodra HS, AH Mustari. 1994. Study on ecology and conservation of proboscis monkey (Nasalis larvatus Wurmb) at Mahakam River delta, East Kalimantan: behaviour and habitat function. Annual Report of Pusrehut 5:28-38. Bismark. 1981. Preliminary survey of the proboscis monkey at Tanjung Puting Reserve Kalimantan. Tigerpaper 8(1):26. BKSDA Kalsel. 2008. Kawasan Konservasi Kalimantan Selatan. Banjarbaru: Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Selatan. Boonratana R. 1999. Dispersal in proboscis monkey (Nasalis larvatus) in the Lower Kinabatangan, Northern Borneo. Tropical Biodiversity 6(3):179-187. BPS Kalsel. 2009. Luas Wilayah Kalimantan Selatan menurut Kabupaten/Kota. Banjarmasin: Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Selatan. http://kalsel.bps.go.id/?set=viewdatadetail2&fla g_template2=1&id_sektor=32&id=654. [16 Mei 2014] IUCN. 2013. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2013.1. <www.iucnredlist.org>. [04 Agustus 2013]. Salter, R.E., N.A. MacKenzie, N. Nightingale, K.M. Aken, and P. Chai P.K. 1985. Habitat uses, ranging behaviour, and food habitats of the proboscis monkey, Nasalis larvatus (van Wurmb), in Sarawak. Primates 26 (4): 436-451. Soendjoto MA, C Budiarto, H Muhardiansyah, Mahrudin. 2013a. Sebaran dan Status Bekantan (Nasalis larvatus) di Luar Kawasan Konservasidi Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.Makalah disampaikan pada Seminar Ilmiah Nasional Ekologi dan Konservasi Tahun 2013, Kerjasama antara Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung dan Universitas Hasanuddin, Makassar, 20-21 November 2013. Soendjoto MA, Djami at, Johansyah, Hairani. 2002. Bekantan juga hidup di hutan karet. Warta Konservasi Lahan Basah 10(4):27-28. Soendjoto MA, HS Alikodra, M Bismark, H Setijanto. 2003. Persebaran dan status habitat bekantan (Nasalis larvatus) di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Media Konservasi 8(2):45-5l. Soendjoto MA, HS Alikodra, M Bismark, H Setijanto. 2006a. Aktivitas harian bekantan (Nasalis larvatus Wurmb) di hutan karet Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Biota 11(2):101-109. Soendjoto MA, HS Alikodra, M Bismark, H Setijanto. 2006b. Jenis dan komposisi pakan bekantan (Nasalis larvatus Wurmb) di hutan karet Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Biodiversitas 7(1):34-38. Soendjoto MA, M Akhdiyat, Haitami, I Kusumajaya. 2001. Persebaran dan tipe habitat bekantan (Nasalis larvatus) di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Media Konservasi 7(2):55-61. Soendjoto MA, M Rabiati, Usman, H Muhardiansyah. 2013b. Sebaran dan status bekantan (Nasalis larvatus) di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan.Dalam: PC Kuswandi, A Wibowo, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi,Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19November 2013. h. B-155 164. Soendjoto MA, Nazaruddin. 2012. Distribution of the proboscis monkey (Nasalis larvatus) in Balangan District, South Kalimantan, Indonesia. Tigerpaper 26(2):1-7. Yeager CP. 1989. Feeding ecology of the proboscis monkey (Nasalis larvatus). International Journal of Primatology 10(6):497-530. Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 527