Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.2 Oktober 2016 ISSN: (online); X (Printed)

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN EFFISIENSI PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR RUANG PERAWATAN KELAS III DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TASIKMALAYA TAHUN 2011 DAN 2012

ANALISIS EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON PADA BANGSAL KELAS III DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI PERIODE TRIWULAN TAHUN

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN: X, Vol.1, No.2, Oktober 2013

ABSTRAK. Kepustakaan : 11 ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1204/Menkes/SK/X/2004. pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. (14) 340/MENKES/PER/III/2010

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

ANALISIS EFISIENSI PENGELOLAAN TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2015

HUBUNGAN JUMLAH PASIEN RAWAT INAP DENGAN BOR (BED OCCUPANCY RATE) DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan. mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. American Hospital Association mendefinisikan rumah sakit. sebagai sebagai organisasi yang didalamnya terdiri atas tenaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, mempunyai tiga pilar otoritas, yang masing-masing bekerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Rekam Medis menurut Huffman EK, diagnosa dan pengobatan serta merekam hasilnya. (6)

PENILAIAN EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN PERIODE TRIWULAN TAHUN 2011

PREDIKSI KEBUTUHAN TEMPAT TIDUR BANGSAL KELAS III BERDASARKAN INDIKATOR BARBER JOHNSONTAHUN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis pemanfaatan data sensus harian rawat inap untuk pelaporan indikator pelayanan rawat inap di rumah sakit umum daerah dr.

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS DESKRIPTIF NILAI TOI PADA BANGSAL BAITUL MA RUF DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG TAHUN

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. American Hospital Association mendefinisikan rumah sakit. sebagai sebagai organisasi yang didalamnya terdiri atas tenaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

Edi Susilo, Nopriadi, Efisiensi Pendayagunaan Tempat Tidur Dengan Metode Grafik Barber-Johnson Di Rs Lancang Kuning Pekanbaru Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2 Menurut Alamsyah (2012) salah satu aktivitas yang rutin dilakukan dalam statistik rumah sakit adalah menghitung tingkat efisiensi hunian tempat tidu

DESKRIPSI ANGKA TOI DI BANGSAL DEWI KUNTHI BULAN JANUARI JUNI di RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2015 ANIS SUNARNI. Maryani Setyowati, M.

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. 1. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan yang sangat komplek, padat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang profit maupun yang non profit, mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui

Tinjauan Keakuratan Data pada Sensus Harian Rawat Inap Di Rumah Sakit Khusus Bedah Banjarmasin Siaga

KONSISTENSI PENGGUNAAN ISTILAH GASTROENTERITIS PADA KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang profesional baik dibidang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan non profit, yaitu unit usaha yang bertujuan tidak untuk mencari

BAB III METODE PENELITIAN

GAMBARAN PENGEMBALIAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP RUANG VII TRIWULAN IV TAHUN 2013 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TASIKMALAYA

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Pesryaratan. Guna Mencapai Derajat S-1 Kesehatan Masyarakat

PENGELOLAAN DATA PASIEN MASUK, KELUAR DAN TRANSFER DI TEMPAT PENDAFTARAN PASIEN RSU JATI HUSADA KARANGANYAR

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. dan Undang-undang No. 36 tahun 2010 tentang kesehatan, membawa

STUDI DESKRIPTIF KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP PADA KASUS BEDAH ORTHOPEDY DI RSUD KOTA SEMARANG

Risdian Nur Khayatur Rohman (Prodi D3 PMIK STIKes Buana Husada Ponorogo)

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

KARAKTERISTIK PASIEN PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR PERIODE TAHUN 2010

Bangkit Ary Pratama 1 Toura Lovita Karunia 2 Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan. fasilitas kesehatan padat teknologi dan padat pakar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh kualitas dari sumber daya manusia yang dimiliki oleh rumah sakit bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan yang ada di rumah sakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengutamakan pelaksanaannya melalui upaya penyembuhan pasien, rehabilitasi dan pencegahan gangguan kesehatan. Rumah sakit berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat, baik kuratif maupun preventif, rumah sakit juga

TINJAUAN PELAKSANAAN SENSUS HARIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2013

PENGARUH SIKAP PETUGAS REKAM MEDIS TERHADAP KELENGKAPAN PENGISIAN FORMULIR PEMERIKSAAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM HERNA MEDAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. ketepatgunaan perawatan pasien di rumah sakit. tingkat dasar pada tanggal 12 juli 2014 dan sudah dilakukan kunjungan

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN PERSENTASE PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR DI RSUD SRAGEN PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. tidak dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan. (1) pelayanan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan maupun

KARAKTERISTIK PASIEN RUJUKAN MASUK RAWAT INAP PADA TAHUN 2010 DAN 2011 DI RSUD SRAGEN

KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS HEPATITIS BERDASARKAN KUNING PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (health service). Sarana Pelayanan Kesehatan merupakan tempat

JURNAL PERMATA INDONESIA Halaman Volume 8, Nomor 2, November 2017 ISSN

BAB 1 : PENDAHULUAN. sehat. Namun saat ini rumah sakit bukan hanya sebagai fasilitas sarana kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

TINJAUAN PROSEDUR PELEPASAN INFORMASI MEDIS DALAM MENJAGA ASPEK KERAHASIAN REKAM MEDIS DI RSUD dr. DARSONO KABUPATEN PACITAN

PREDIKSI KEBUTUHAN TEMPAT TIDUR MENURUT STANDAR EFISIENSI BOR DEPKES TIAP BANGSAL RAWAT INAP RSUD KABUPATEN KUDUS BULAN JUNI DESEMBER TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan (1, 2)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit serta pemulihan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 1173 Tahun 2004 Tentang Rumah Sakit Gigi. dan Mulut (RSGM) pasal 1 ayat 1, RSGM adalah sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu tujuan primer rekam kesehatan/rekam medis. berbagai fasilitas pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dep Kes RI (2008), rumah sakit adalah sarana kesehatan

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD dr.soekardjo KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan yang lambat proses pelayananya. kepada pelanggan maka semakin besar pula waktu kerja yang harus disediakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

ANALISIS KUANTITATIF RAWAT JALAN KASUS DIABETES MELETUS DENGAN METODA HATTA DI RS JASA KARTINI TRIWULAN IV TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA

PREDIKSI KEBUTUHAN TEMPAT TIDUR BERDASARKAN STANDAR BOR DEPKES DI BANGSAL RAWAT INAP RSUD PROF DR MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan pusat penelitian medik, dan dapat berguna sebagai alat. kesehatan di rumah sakit untuk perencanaan masa depan.

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

EFISIENSI RUMAH SAKIT DI SUKOHARJO DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH ANALISA TREND INDIKATOR RAWAT INAP MENURUT BANGSAL TAHUN DI RSUD RA KARTINI JEPARA DI SUSUN OLEH

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KABUPATEN SIDOARJO

BAB 1 : PENDAHULUAN. Tahun Pemerintah berkewajiban mengupayakan tersedianya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan yang dinamis dan mempunyai fungsi utama melayani

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. Rekapitulasi SHRI :

BAB 1 : PENDAHULUAN. juga untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. (1) Era globalisasi yang menjadi

Tinjauan Ketidaklengkapan Pengisian Resume Medis Di RS. X, Mei - Juni 2013

QUANTITATIVE ANALYSIS OF THE MEDICAL RECORD DOCUMENT CASES OF STROKE HOSPITALIZATIONS FOURTH QUARTER OF 2012 IN THE HOSPITAL KRT SETJONEGORO WONOSOBO

Transkripsi:

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.2 Oktober 2016 ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed) ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR PER RUANGAN BERDASARKAN INDIKATOR DEPKES DAN BARBER JOHNSON DI RUMAH SAKIT SINGAPARNA MEDIKA CITRAUTAMA KABUPATEN TASIKMALAYA TRIWULAN 1 TAHUN 2016 Viki Rinjani 1, Endang Triyanti 2 1,2 Program Studi D III PIKES Poltekkes Tasikmalaya Tahun 2016, vikirinjani@gmail.com, triyanti.endang@yahoo.co.id Abstract Inpatient Services is one of service held by the hospital. Singaparna Medika Citrautama Hospital Tasikmalaya regency have 7 (seven) inpatient room there are Shofa, Marwah, Madinah, Arafah, Mina, Perinatology and 2015 and the addition of beds in every room in 2016 became the backdrop and and illustrated through Barber Johnson graphs as an evaluation and planning. The purpose in Singaparna Medika Citrautama Hospital Tasikmalaya Regency First Quarter in 2016. The research is 2016 are 637 forms. The results showed that there is only one (1 75% - 85% (standard Barber Johnson). Therefore, it is necessary to allocate a bed based on patient visits total. Keywords: Abstrak Pelayanan Rawat Inap adalah salah satu pelayanan yang diselenggarakan oleh rumah sakit. Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama Kabupaten Tasikmalaya memiliki 7 (tujuh) ruangan rawat inap yaitu ruangan pada tahun 2015 dan penambahan tempat tidur disetiap ruangan pada tahun 2016, menjadi latar belakang Barber Johnson sebagai bahan evaluasi dan Depkes dan Barber Johnson di Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama Kabupaten Tasikmalaya Triwulan 1 Tahun 2016. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan populasi jumlah sensus harian rawat inap triwulan 1 (satu) tahun 2016 berjumlah 637 formulir. Hasil penelitian menunjukan bahwa hanya ada 1 (satu) Barber Johnson). Oleh karena itu, perlu dilakukan realokasi tempat tidur berdasarkan jumlah kunjungan pasien. Kata kunci: Barber Johnson, Depkes PENDAHULUAN Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 129/ Menkes/SK/II/2008 Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Salah satu upaya kuratif dan rehabilitatif rumah sakit adalah dengan diselenggarakannya pelayanan Rawat Inap. Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan kepada pasien yang melakukan observasi, diagnosis, 38

Viki Rinjani dan Endang Triyanti. terapi atau rehabilitasi yang perlu menginap dan menggunakan tempat tidur serta mendapat makanan dan pelayanan perawat terus menerus (Rustiyanto, Pelayanan Rawat Inap akan dapat yang bertujuan untuk memulihkan keadaan pasien yang sedang sakit. Unit Rawat Inap (URI) memiliki peran yang penting bagi rumah sakit, karena sebagian besar pendapatan yang diterima oleh rumah sakit adalah dari pelayanan rawat inap. dibutuhkan unit rekam medis yang mampu menunjang tercapainya tertib adminstrasi sebagaimana menurut Hatta (2013), Rekam Medis memiliki peran dan fungsi yang sangat penting, yaitu sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien, bahan pembuktian dalam perkara hukum, bahan untuk keperluan penelitian dan pendidikan, dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan dan terakhir sebagai bahan untuk membuat statistik kesehatan. hanya dengan data mentah atau data dari SHRI saja, melainkan harus diolah terlebih dahulu ke dalam indikator-indikator rawat inap (BOR, LOS, dan ) yang berfungsi untuk memantau kegiatan yang ada di unit rawat inap. Data dari indikator rawat Barber Johnson yang digunakan untuk memantau dan menilai tingkat Barber Johnson digunakan sakit. Apabila titik Barber Johnson berada di luar Jadi titik Barber Johnson digunakan untuk mengetahui Pada tahun 2016 dilakukan penambahan tempat tidur menjadi 162 tempat tidur sampai bulan Februari karena masih dalam tahap awal sehingga jumlah tempat tidur sering berubah-ubah, maka dari itu perlu dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas penambahan tersebut. Barber Johnson bisa tahunan, semester dan triwulan. Karena program sudah berlangsung selama tiga bulan maka peneliti mengambil periode triwulan. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan Tempat Tidur Peruangan Berdasarkan Indikator Depkes dan Barber Johnson di Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama Kabupaten Tasikmalaya Triwulan 1 Tahun 2016. METODE Jenis penelitian ini adalah deskriptif menggunakan data primer dengan pendekatan retrospektif. Penelitian ini dilaksanakan di bagian ruang rekam medis Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama Kabupaten Tasikmalaya tanggal 09 Mei 11 Juni 2016. Variabel yang digunakan adalah variabel univariat yang menggambarkan penyajian data. Variabel dalam penelitian ini adalah penggunaan Tempat Tidur (TT) dan subvariabelnya adalah penggunaan Tempat Tidur (TT) berdasarkan BOR, LOS, dan. Populasi penelitian adalah data rekam medis, berupa Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) triwulan 1 Tahun 2016. Sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) semua ruangan triwulan 1 Tahun 2016. Instrumen penelitian berupa Pedoman Observasi. Cara analisa data yang digunakan adalah analisa univariat umumnya dalam analisis ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Dalam penelitian ini analisa univariat digunakan untuk menjelaskan atau HASIL Barber Johnson. Gambaran Efisiensi Penggunaan Tempat Tidur di Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama Kabupaten Tasikmalaya Sistem informasi yang menghasilkan indikator BOR, Johnson dilakukan secara semi komputerisasi yaitu dimulai dengan pencatatan Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) di setiap ruangan oleh administrasi ruangan (adru). Pengambilan formulir SHRI dilakukan seminggu sekali yaitu setiap hari sabtu oleh petugas rekam medis ke semua ruangan. Ada 7 ruangan rawat inap diantaranya ruangan Arafah, Shofa, Mina, Madinah, Marwah, Perinatologi dan ICU. 1. Ruangan Shofa Ruangan Shofa BOR 65,37 % 3,26 hari 3,01 hari 1,73 hari 18,66 kali Ruangan Shofa 39

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.2 Oktober 2016 ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed) dari tabel 1.1: 3. Ruangan Madinah Tabel 1.3 Madinah BOR 79,93 % 4,62 hari 1,16 hari 17,55 kali 4,4 hari Ruangan Madinah dari tabel 1.3 Gambar 1.1 Barber Johnson Ruangan Shofa 2. Ruangan Marwah Tabel 1.2 Marwah BOR 72,64 % 2,59 hari 2,52 hari 1 hari 27,84 kali Ruangan Marwah. dari tabel 1.2 : Gambar 1.3 Barber Johnson Ruangan Madinah 4. Ruangan Arafah Tabel 1.4 Arafah BOR 63,13 % 4,74 hari 2,77 hari 12,44 kali 4,64 hari Ruangan Arafah Gambar 1.2 Barber Johnson Ruangan Marwah 40

Viki Rinjani dan Endang Triyanti. dari tabel 1.4: 6. Ruangan Perinatologi Tabel 1.6 Perinatologi BOR 70,13 % 3,17 hari 1,35 hari 20,15 kali 3,18 hari Sumber: Hasil Pengolahan Sensus Harian Rawat Inap Ruangan Mina dari tabel 1.6 : 5. Ruangan Mina Tabel 1.5 Gambar 1.4 Barber Johnson Ruangan Arafah Mina BOR 86,06 % 3,81 hari 0,62 hari 20,73 kali 4,15 hari Ruangan Mina dari tabel 1.5 : 7. Ruangan ICU Tabel 1.7 Gambar 1.6 Barber Johnson Ruangan Perinatologi ICU BOR 53,79 % 2,77 hari 2,38 hari 17,63 kali 2,67 hari Ruangan ICU Gambar 1.5 Barber Johnson Ruangan Mina 41

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.2 Oktober 2016 ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed) dari tabel 1.7 : ekonomi bagi pihak rumah sakit (Sudra, adalah indikator LOS dan, dimana angka LOS masih rendah yaitu 3,01 hari dari standar Selanjutnya angka yang tinggi yaitu 18,66 kali/triwulan dari standar ideal 10 12,5 2. Ruangan Marwah Berdasarkan gambar 4.2 diketahui titik Gambar 1.7 Barber Johnson Ruangan ICU PEMBAHASAN Berikut analisis yang dilakukan terhadap 7 ruangan rawat inap dengan menggunakan standar Barber Johnson dan Depkes: 1. Ruangan Shofa Berdasarkan gambar 4.1 diketahui titik ruangan Shofa dikarenakan indikator BOR yang masih rendah yaitu 65,37% dari standar dengan Y ordinat, maka BOR makin tinggi. ordinat, maka BOR makin rendah (Rustiyanto, Angka BOR bisa ditingkatkan dengan cara pengalokasian TT. Semakin rendah BOR berarti semakin sedikit TT yang digunakan untuk merawat pasien dibandingkan dengan TT yang telah disediakan. Dengan katalain, jumlah pasien yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan Penyebab tidak efisiennya penggunaan TT di ruangan Marwah dikarenakan angka BOR yang masih rendah yaitu 72,64% dari standar dengan Y ordinat, maka BOR makin tinggi. ordinat, maka BOR makin rendah (Rustiyanto, Angka BOR bisa ditingkatkan dengan cara pengalokasian TT. Semakin rendah BOR berarti semakin sedikit TT yang digunakan untuk merawat pasien dibandingkan dengan TT yang telah disediakan. Dengan katalain, jumlah pasien yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit (Sudra, Penyebab lainnya adalah rendahnya angka LOS yaitu 2,59 hari dari standar ideal 3-12 hari. Dari aspek medis, semakin rendah LOS maka menunjukan kinerja kualitas medis yang kurang baik karena pasien dirawat sebentar. Dari aspek ekonomis, semakin rendah LOS berarti semakin rendah biaya yang nantinya harus dibayar oleh pasien (Sudra, Angka LOS sangat dipengaruhi oleh jenis penyakit yang diderita. adalah indikator LOS dan, dimana angka LOS masih rendah yaitu 2,52 hari dari standar 42

Viki Rinjani dan Endang Triyanti. Selanjutnya angka yang tinggi yaitu 27,84 kali/triwulan dari standar ideal 10 12,5 3. Ruangan Madinah Berdasarkan gambar 4.3 diketahui titik adalah indikator LOS dan, dimana angka LOS masih rendah yaitu 4,4 hari dari standar Selanjutnya angka yang tinggi yaitu 17,55 kali/triwulan dari standar ideal 10 12,5 4. Ruangan Arafah Berdasarkan gambar 4.4 diketahui titik ruangan Arafah dikarenakan indikator BOR yang masih rendah yaitu 63,13% dari standar dengan Y ordinat, maka BOR makin tinggi. ordinat, maka BOR makin rendah (Rustiyanto, Angka BOR bisa ditingkatkan dengan cara pengalokasian TT. Sedangkan menurut Depkes yang belum ideal adalah indikator LOS, dimana angka LOS masih rendah yaitu 4,64 hari dari standar ideal 6 9 hari. Rendahnya angka LOS dapat diakibatkan oleh kurang baiknya perencanaan dalam memberikan pelayanan kepada pasien atau kebijakan dibidang medis (Rustiyanto, 5. Ruangan Mina Berdasarkan gambar 4.1 diketahui titik ruangan Mina dikarenakan indikator BOR yang tinggi yaitu 86,06% dari standar ideal 75% - ordinat, maka BOR makin tinggi. Sebaliknya, maka BOR makin rendah (Rustiyanto, Faktor yang menyebabkan tingginya BOR antara lain: kunjungan yang tinggi tidak sebanding dengan tempat tidur yang tersedia. Angka BOR bisa diturunkan dengan cara pengalokasian TT. Semakin rendah BOR berarti semakin sedikit TT yang digunakan untuk merawat pasien dibandingkan dengan TT yang telah disediakan. Dengan katalain, jumlah pasien yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit (Sudra, Penyebab lainnya adalah rendahnya angka yaitu 0,62 hari dari standar ideal 1 3 hari. Semakin kecil angka, berarti semakin singkat saat TT menunggu pasien berikutnya. Hal ini berarti TT bisa sangat produktif, apalagi jika = 0 berarti TT tidak sempat kosong 1 haripun dan segera digunakan lagi oleh pasien berikutnya. Hal ini bisa sangat menguntungkan secara ekonomi bagi pihak manajemen rumah sakit tapi bisa merugikan pasien karena TT tidak sempat disiapkan secara baik. Akibatnya, kejadian infeksi nasokomial mungkin bisa meningkat, beban kerja tim medis meningkat sehingga kepuasan dan keselamatan pasien terancam (Sudra, Solusi yang bisa diambil yaitu dengan cara penambahan TT. Sedangkan menurut Depkes semua indikator belum ideal baik BOR, LOS, dan, dimana angka BOR tinggi yaitu 86,06 % dari standar ideal 60 % 85%. Lalu angka LOS masih rendah yaitu 4,15 hari dari standar 43

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.2 Oktober 2016 ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed) Lalu angka masih rendah yaitu 0,62 hari dari standar 1 3 hari. Selanjutnya angka yang tinggi yaitu 20,73 kali/triwulan dari standar ideal 10 12,5 kali/triwulan, ini diakibatkan karena standar ideal yang terlalu rendah sehingga sulit untuk 6. Ruangan Perinatologi Berdasarkan gambar 4.6 diketahui titik Perinatologi berada di luar daerah efisien. Apabila titik Barber Johnson terletak di dalam daerah efisien berarti penggunaan TT pada periode yang bersangkutan sudah efisien. Sebaliknya, apabila titik Barber Johnson masih (Sudra, ruangan Perinatologi dikarenakan indikator BOR yang masih rendah yaitu 70,13% dari BOR dengan Y ordinat, maka BOR makin tinggi. Sebaliknya, makin jauh grafik BOR dengan Y ordinat, maka BOR makin rendah (Rustiyanto, Angka BOR bisa ditingkatkan dengan cara pengalokasian TT. Semakin rendah BOR berarti semakin sedikit TT yang digunakan untuk merawat pasien dibandingkan dengan TT yang telah disediakan. Dengan katalain, jumlah pasien yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit (Sudra, adalah indikator LOS dan, dimana angka LOS masih rendah yaitu 3,18 hari dari standar Selanjutnya angka yang tinggi yaitu 20,15 kali/triwulan dari standar ideal 10 12,5 7. Ruangan ICU Berdasarkan gambar 4.7 diketahui titik ICU berada di luar daerah efisien. Apabila Penyebab tidak efisiennya penggunaan TT di ruangan ICU dikarenakan angka BOR yang masih rendah yaitu 53,79% dari standar dengan Y ordinat, maka BOR makin tinggi. ordinat, maka BOR makin rendah (Rustiyanto, Faktor yang menyebabkan rendahnya BOR antara lain: sumber daya manusia, fasilitas, cara pembayaran, lokasi, angka kesakitan, promosi dan pendanaan. Angka BOR bisa ditingkatkan dengan cara pengalokasian TT. Semakin rendah BOR berarti semakin sedikit TT yang digunakan untuk merawat pasien dibandingkan dengan TT yang telah disediakan. Dengan katalain, jumlah pasien yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit (Sudra, Penyebab lainnya adalah rendahnya angka LOS yaitu 2,77 hari dari standar ideal 3-12 hari. Dari aspek medis, semakin rendah LOS maka menunjukan kinerja kualitas medis yang kurang baik karena pasien dirawat sebentar. Dari aspek ekonomis, semakin rendah LOS berarti semakin rendah biaya yang nantinya harus dibayar oleh pasien (Sudra, adalah indikator BOR, LOS dan, dimana angka BOR masih rendah yaitu 53,79 % dari standar ideal 60 % 85%. Lalu angka LOS masih rendah yaitu 3,01 hari dari standar Selanjutnya angka yang tinggi yaitu 18,66 kali/triwulan dari standar ideal 10 12,5 Secara statistik bila nilai BOR rendah berarti semakin sedikit TT yang digunakan untuk merawat pasien dibandingkan dengan TT yang telah disediakan. Dengan kata lain, jumlah pasien yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit (Sudra, 44

Viki Rinjani dan Endang Triyanti. SIMPULAN Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang difokuskan pada analisis tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur dengan melihat dari empat parameter Barber Johnson (BOR, LOS, dan ) dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. BOR diatas angka ideal seperti yang terjadi di ruangan Mina disebabkan karena kunjungan pasien rawat inap tidak sebanding dengan tempat tidur tersedia. Hal ini dapat diatasi dengan pengalokasian tempat tidur di ruangan perawatan. BOR dibawah angka ideal seperti menurut indikator Depkes hanya ruangan ICU saja, sedangkan menurut Barber Johnson ada ruangan Shofa, Marwah, Arafah, Perinatologi dan ICU, kemungkinan disebabkan karena pengalokasian tempat tidur yang kurang tepat. 2. Pendeknya LOS seperti menurut indikator Barber Johnson terjadi di ruangan Marwah, angka LOS sangat dipengaruhi oleh jenis penyakit yang diderita oleh pasien. Sedangkan menurut Depkes tidak ada satu ruangan pun yang mencapai standar ideal dikarenakan standar yang terlalu tinggi yaitu 6 9 hari. 3. dibawah angka ideal seperti yang terjadi di ruangan Mina kemungkinan disebabkan oleh jumlah kunjungan yang tinggi tidak sebanding dengan tempat tidur tersedia, disini perlu dilakukan pengalokasian tempat tidur yang tepat. Apabila ini tidak diatasi berakibat terhadap meningkatkan infeksi nasokomial. 4. diatas angka ideal hanya terjadi apabila menggunakan indikator Depkes yaitu terjadi disemua ruangan kecuali di ruangan Arafah, ini disebabkan karena standar ideal yang rendah yaitu 10 12,5 kali/triwulan sehingga sulit untuk Khadijah, Siti Mahmul. (2012). Determinan Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Pemanfaatan Tempat Tidur (Bed Occupancy Rate/BOR) di RSU Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan. Tapanuli; Skripsi. [diakses pada tanggal 8 Juni 2016]. Nasution, M.N (2009). Manajemen Mutu Terpadu. Bogor Jakarta: Ghalia Indonesia. Notoatmodjo, S. ( Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Permenkes RI No. 269 / MENKES / PER / III / 2008, Rekam Medis, Jakarta. No.340 / MENKES / PER / III / 2010, Jakarta. No. 129 / MENKES / SK / II / 2008, Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, Jakarta. Rustiyanto, E. (2009). Etika Profesi Perekam Medis & Informasi Kesehatan, Yogyakarta: Graha Ilmu Rustiyanto, E. ( Statistik Rumah Sakit Untuk Pengambilan Keputusan, Yogyakarta: Graha Ilmu Sudra, R. I. ( Statistik Rumah Sakit Dari Sensus Pasien & Grafik Barber Johnson Hingga Statistik Kematian & Otopsi. Yogyakarta: Graha Ilmu Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,cv. Undang-undang RI Nomor 44 pasal 24 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. DAFTAR PUSTAKA Hatta, Gemala. (2013). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan Di Sarana Pelayanan Kesehatan, Jakarta: UI PRESS. Kepmenkes RI No. 1204 / MENKES / SK / X / 2004, Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. 45