PERENCANAAN JARINGAN EVOLUTION DATA OPTIMIZED (EVDO) PADA TELKOM FLEXI AREA JAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (browsing, downloading, video streaming dll) dan semakin pesatnya kebutuhan

Journal of Informatics and Telecommunication Engineering

Perencanaan Jaringan 3G UMTS. Kota Bekasi, Jawa Barat. Aldrin Fakhri Azhari


Estimasi Luas Coverage Area dan Jumlah Sel 3G pada Teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access)

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

Analisa Performansi Sinyal EVDO di Area Boundary Pada Frekuensi 1900 MHz

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Wireless Communication Systems. Faculty of Electrical Engineering Bandung Modul 14 - Perencanaan Jaringan Seluler

1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan tugas akhir ini adalah: 1. Melakukan upgrading jaringan 2G/3G menuju jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan terlebih

Perencanaan Kebutuhan Base Station Jaringan Fixed WiMAX Berdasarkan Demand Site

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA

PERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD

Perancangan Jaringan Seluler 4G LTE Frekuensi MHz di Provinsi Papua Barat

Teknologi Seluler. Pertemuan XIV

ANALISIS PERBANDINGAN THROUGHPUT PADA GENERAL PACKET RADIO SERVICE (GPRS) DAN ENHANCED DATA RATE FOR GSM EVOLUTION (EDGE)

ANALISIS IMPLEMENTASI JARINGAN CDMA20001X EVDO REV-A DI KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KUALITAS LAYANAN DATA PADA JARINGAN CDMA x EVOLUTION-DATA ONLY (EVDO)

Studi Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Pada Spektrum 1800 MHz Area Kota Bandung Menggunakan Teknik FDD, Studi Kasus PT.

BAB II LANDASAN TEORI

Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA ROUND ROBIN DAN BEST CQI PADA PENJADWALAN DOWNLINK LTE

Simulasi Dan Analisis Pengaruh Kecepatan Pengguna Terhadap Kualitas Layanan Data Dengan Menggunakan Encoder Turbo Code Pada Sistem CDMA EV-DO Rev A

Analisis Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Frekuensi 900 MHz Pada Perairan Selat Sunda

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA. Oleh : NRP

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SISTEM KOMUNIKASI BEGERAK WHAT TECHNOLOGY ABOUT THIS???

ANDRIAN SULISTYONO LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENUJU 4G. Penerbit Telekomunikasikoe

BAB I PROTOKOL KOMUNIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab 3 ini akan dibahas mengenai metode penelitian yang dilakukan pada BTS-

ANALISIS KUALITAS LAYANAN DATA PADA JARINGAN TELEKOMUNIKASI BERBASIS CDMA EVDO Rev.A

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengertian Judul

HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

ANALISIS dan PROSPEK TEKNOLOGI CDMA di INDONESIA Joseph Rasiman

Analisis Pengaruh Model Propagasi dan Perubahan Tilt Antena Terhadap Coverage Area Sistem Long Term Evolution Menggunakan Software Atoll

BAB II LANDASAN TEORI

Pengertian dan Macam Sinyal Internet

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Home Networking. Muhammad Riza Hilmi, ST.

Simulasi Perencanaan Site Outdoor Coverage System Jaringan Radio LTE di Kota Bandung Menggunakan Spectrum Frekuensi 700 MHz, 2,1 GHz dan 2,3 GHz

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan LTE (Long Term Evolution). LTE merupakan teknologi yang

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes

PERANCANGAN CAKUPAN AREA LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI DAERAH BANYUMAS

ANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI JARINGAN UPLINK 4G-LTE DENGAN METODE INNERLOOP POWER CONTROL DI PT TELKOMSEL

Perancangan dan Analisis Desain Jaringan Mobile WiMax e di daerah Sub urban (Studi Kasus di Kota Kediri)

KAJIAN STRATEGI PENGEMBANGAN FWA INDOSAT TESIS

PERENCANAAN LOKASI SITE BTS LAYANAN 3G-WCDMA DI PEMERINTAH KOTA DENPASAR DENGAN MEMANFAATKAN BALAI BANJAR

RESUME PAPER KOMUNIKASI DATA & JARINGAN

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

Gambar 1 1 Alokasi Penataan Ulang Frekuensi 1800 MHz[1]

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah.

Analisis Aspek-Aspek Perencanaan BTS pada Sistem Telekomunikasi Selular Berbasis CDMA

10/13/2016. Komunikasi Bergerak

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse.

ANALISIS PERANCANGAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI WILAYAH KOTA BANDA ACEH DENGAN FRACTIONAL FREQUENCY REUSE SEBAGAI MANAJEMEN INTERFERENSI

BAB II TEORI PENUNJANG

ANALISIS PERMASALAHAN OPTIMALISASI VOICE CDMA X UNTUK MENGURANGI KEGAGALAN KONEKSI STUDI KASUS DIVISI TELKOM FLEXI SEMARANG

Wireless Technology atau teknologi nirkabel, atau lebih sering disingkat wireless adalah teknologi elektronika yang beroperasi tanpa kabel.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Alokasi frekuensi 2300 MHz di Indonesia [4]

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

ANALISIS PENGARUH MODEL PROPAGASI DAN PERUBAHAN TILT ANTENA TERHADAP COVERAGE AREA SISTEM LONG TERM EVOLUTION MENGGUNAKAN SOFTWARE ATOLL

BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA. depan. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik

BAB I PENDAHULUAN. Akhir yang berjudul Discrete Fourier Transform-Spread Orthogonal Frequency Division

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014

ANALISIS PERFORMANSI PENGIRIMAN SHORT MESSAGE SERVICE UNTUK PELANGGAN PRABAYAR PADA JARINGAN CDMA DI PT TELKOM FLEXI MEDAN

BAB III Perencanaan Jaringan VSAT Pada Bank Mandiri dengan CDMA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis manajemen..., Lestari Pragusvita, FT UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Universal Mobile Telecommunication System

ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN PADA SISTEM CDMA (STUDI KASUS TELKOM FLEXI MEDAN)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI TELEKOMUNIKASI POLITEKNIK NEGERI MEDAN

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

SISTEM SELULAR. Pertemuan XIV

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Deris Riyansyah, FT UI, Universitas Indonesia

ABSTRACT. : Planning by Capacity, Planning by Coverage, Okumura-Hatta, Software Atoll

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA PENJADWALAN PAKET PADA CDMA xEV-DO

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)1800 Mhz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Pengaruh Penggunaan Physical Cell Identity (PCI) Pada Perancangan Jaringan 4G LTE

Optimasi BTS Untuk Peningkatan Kualitas Jaringan CDMA 2000

BAB 1 I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KUALITAS LAYANAN PANGGILAN PADA TELEKOMUNIKASI BERGERAK 3G

Makalah Seminar Tugas Akhir PENINGKATAN KAPASITAS SEL CDMA DENGAN METODE PARTISI SEL

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

PENS SISTIM SELULER GENERASI 2 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA By: Prima Kristalina

UNJUK KERJA NOISE RISE BASED CALL ADMISSION CONTROL (NB-CAC) PADA SISTEM WCDMA. Devi Oktaviana

Transkripsi:

JETri, Volume 11, Nomor 1, Agustus 2013, Halaman 59-72, ISSN 1412-0372 PERENCANAAN JARINGAN EVOLUTION DATA OPTIMIZED (EVDO) PADA TELKOM FLEXI AREA JAKARTA Henry Candra * & Muhammad Ikhsan Fauzi ** (*) Dosen Jurusan Teknik Elektro, FTI Universitas Trisakti (**) Alumni Jurusan Teknik Elektro, FTI Universitas Trisakti Abstract The development of high-speed data connection and internet in mobile phones technologies is rapidly growing lately. Certain technology that support the growth of mobile data communication is EVDO system. EVDO offers wireless internet technology for data optimization and internet access with high speed data rate and large capacity. This technology also provides a solution for wireless mobile internet with high performance. EVDO can achieve peak data rates up to 2.45 Mbps on the forward link with the use of 1.25 MHz wide spectrum. This paper discusses Network Evolution Data Optimized (EVDO) plan at Telkom Flexi Jakarta. The area of discussion includes traffic prediction, and coverage area to existing BTS CDMA 2000 1x. Based on the prediction, the number of customers in 2015 for the dense urban areas in Central Jakarta will be 150,000 customers, while in the urban area of West Jakarta will reach 60,000 customers and the local urban areas in North Jakarta will have 60,000 subscribers. The offered traffic in dense urban area North Jakarta is 15,170 Kbps/km 2, while in urban area of West Jakarta is 17,455 Kbps/km 2, and for the urban area in North Jakarta is 13,473 Kbps/km 2. Keywords: EVDO, wireless network, internet access. 1. PENDAHULUAN Dewasa ini sarana telekomunikasi merupakan sarana penting bagi segala aspek, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya serta dalam pertahanan dan keamanan. Kemajuan pesat teknologi informasi dalam komunikasi data, komunikasi seluler merupakan alternatif sistem telekomunikasi kian diminati masyarakat. Semakin majunya sosial, ekonomi serta semakin meningkatnya mobilitas masyarakat, maka semakin membutuhkan kecepatan dan kemudahan serta fleksibilitas berkomunikasi, baik untuk komunikasi suara maupun komunikasi data, seperti Multimedia Message Service (MMS) dan internet [Yuli Kurnia Ningsih, 2004: 15-20].

JETri, Volume 11, Nomor 1, Agustus 2013, Halaman 59-72, ISSN 1412-0372 Evolution Data Optimized (EVDO) adalah sebuah standar telekomunikasi nirkabel dengan transmisi data melalui sinyal radio, yang biasanya digunakan untuk akses internet broadband. EVDO menggunakan teknik multiplexing, Code Division Multiple Accsess (CDMA) untuk uplink dan Time Division Multiple Accsess (TDMA) untik downlink. Hal ini distandarisasi oleh 3rd Generation Partnership Project 2 (3GPP2) sebagai bagian dari keluarga CDMA 2000 dan telah diadopsi oleh banyak penyedia layanan seluler di seluruh dunia terutama yang menggunakan jaringan CDMA sebelumnya, EVDO ini dirancang sebagai suatu evolusi dari standar CDMA2000 (IS- 2000) yang akan mendukung kecepatan data tinggi dan dapat digunakan bersama operator nirkabel layanan suara. Pada saluran EVDO memiliki bandwith 1,25 MHz, bandwith yang sama ukurannya dengan IS-95A (IS-95) dan IS-2000 (1xRTT). EVDO mempunyai keunggulan dibandingkan teknik multiple access lainnya (ZTE University), yaitu: 1. Memiliki pengaruh interferensi kecil antara sinyal yang satu dengan lainnya. 2. Memiliki tingkat kerahasiaan yang tinggi di mana hal ini berkaitan dengan proses acak pada teknik ini. 3. Mempunyai akses downlink 3,2 Mbps dan uplink 384 kbps. Divisi Flexi pada PT. Telekomunikasi Indonesia merupakan salah satu operator telekomunikasi selular yang menerapkan teknologi EVDO, PT Telekomunikasi Indonesia telah melakukan pengembangan dan perencanaan teknologi EVDO pada beberapa daerah di Indonesia khususnya di Jakarta, dan awal perencanaan EVDO diuji coba di daerah Jakarta. 2. TEKNOLOGI EVDO 2.1. Perkembangan EVDO Evolution Data Optimized (EVDO) merupakan sistem seluler yang menggunakan Code Division Multiple Acess (CDMA) sebagai standard air interface. CDMA adalah teknologi digital seluler yang menggunakan sistem pengkodean yang unik, dijamin kenyaman tinggi dan memiliki kapasitas spektrum yang besar. Sistem 60

Henry Candra dkk, Perancangan Jaringan Evolution Data Optimazed (EVDO) Pada ini menggunakan kode-kode korelatif untuk membedakan satu pengguna dengan pengguna yang lain. Sinyal-sinyal CDMA pada penerima dipisahkan dengan menggunakan sebuah korelator yang hanya melakukan proses despreading spektrum pada sinyal yang sesuai. Sinyal-sinyal lain yang kodenya cocok, tidak didespread dan hasilnya sinyal-sinyal lain itu hanya menjadi noise interferensi. Dalam perkembangannya CDMA IS-95 mengalami perbaikan sampai pada CDMA 2000 yang berganti standard menjadi IS-95B. Untuk pengembangan selanjutnya CDMA 2000 1x EVDO adalah tahap pertama dari evolusi CDMA2000 1x (Usman 2010: 5-6). Spesifikasi EVDO ditetapkan oleh organisasi standar 3G, 3GPP2 (IS-856). EVDO menempatkan data dan suara dalam kanal yang terpisah sehingga data dapat dikirimkan dalam kecepatan 2,4 Mbps. EVDO dikenal sebagai High Rate Packet Data Air Interface. EVDO adalah teknologi yang memungkinkan layanan internet secara wireless. Berikut adalah parameter penting dari standar: 1. Mendukung kecepatan data 2,4 Mbps pada downlink dan 153,6 Kbps pada uplink. 2. Mendukung dua mode inter-operable:mode integrated Ix ditujukan untuk suara dan data kecepatan biasa (medium) dan mode Ix EV ditujukan untuk data non real-time berkapasitas tinggi dan data kecepatan hingga data akses internet 3. Menggunakan adaptive rate yang disesuaikan dengan kondisi kanal. 4. Menggunakan modulasi dan coding adaptive. 5. Menggunakan macro diversity melalui pemilihan radio. 6. Terminal EVDO selalu dalam kondisi hidup pada active state. 7. Menggunakan banyak format modulasi (QPSK,8-PSK,16-QAM). 2.2. Arsitektur Jaringan EVDO EVDO merupakan evolusi dari CDMA 20001x, seingga untuk melakukan migrasinya, konfigurasi jaringan CDMA harus kompatibel terutama pada Base Station. Base Station bertanggung jawab dalam alokasi resource, daya dan walsh code untuk pemakaian subscriber. Base Station juga memiliki peralaan fisik radio yang digunakan untuk mengirim dan menerima sinyal. Selain itu, Base Station 61

JETri, Volume 11, Nomor 1, Agustus 2013, Halaman 59-72, ISSN 1412-0372 mengontrol interface antara sistem jaringan dengan subscriber dan beberapa aspek lainnya yang sering dikaitkan secara langsung pada performansi jaringan. Arsitektur jaringan EVDO dapat dilihat pada Gambar 1 (Denia Deputra: 2010). Gambar 1. Arsitektur jaringan EVDO 2.3. Struktur Kanal EVDO Struktur kanal evolusi EVDO pada Gambar 2. terdiri atas kanal forward dan kanal reverse. Kanal forward memberikan layanan kepada subscriber setiap saat dengan memberikan daya penuh oleh Base Station transmitter dan nantinya akan diterima oleh MS terminal akses. Pada kanal reverse, evaluasi dilakukan untuk mengetahui peformansi dari suatu jaringan. Hal ini dilakukan sebagai dampak dari keterbatasan kanal yang diberikan kepada MS untuk menentukan kapasitas yang tersedia. 3. PROSES PERENCANAAN EVDO AREA JAKARTA (PUSAT, BARAT, DAN UTARA) 3.1. Proses Perencanaan Suatu perusahaan operator penyelenggara jaringan fixed wireless CDMA PT Telekomunikasi Indonesia melalui Divisi Flexi akan mengimplementasikan jaringan Evolution Data Optimized (EVDO) di area Jakarta, dan dibutuhkan suatu tahapan 62

Henry Candra dkk, Perancangan Jaringan Evolution Data Optimazed (EVDO) Pada perencanaan yang matang, dengan harapan menghasilkan suatu jaringan yang optimum, serta dapat meminimalisasi kesalahan ataupun kerugian yang dapat di alami pada PT Telekomunikasi Indonesia tersebut setelah operasional pada daerah Jakarta. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah pertumbuhan user, dan topografi wilayah, demografi penduduk dan lainnya yang dianggap cukup menjadi penentu dalam perancangan jaringan EVDO area Jakarta. Hal ini sangatlah penting, karena diharapkan PT Telekomunikasi Indonesia mendapatkan suatu keuntungan yang optimum. Gambar 2 merupakan struktur kanal EVDO. CDM A 1 X EV- D O RTT Forw ard R everse P ilo t M eduium A ccess Control T raffic Control T raffic A ccess R everse A ctiv ity DRC Lock R everse P ow er Control M edium P ilo t A ccess D ata ACK Control P ilo t D ata U sing forw ard tim e divisio n m ainly, w ith code division a s the auxiliary R everse R ate Indicator D ata R ate Control U sing rev erse cod e division m ainly, w ith tim e division a s the auxiliary Gambar 2. Struktur kanal EVDO Implementasikan teknologi EVDO pada area Jakarta yang sudah mempunyai jaringan seluler untuk teknologi GSM 2G dan 3G maupun CDMA2000 1x dan dianggap trafik GSM dan CDMA yang lama tidak mempengaruhi trafik yang 63

JETri, Volume 11, Nomor 1, Agustus 2013, Halaman 59-72, ISSN 1412-0372 ada. Sebelum mengimplementasikan jaringan broadband EVDO, alasan diterapkan di kota Jakarta karena memiliki data jumlah penduduk dan luas wilayah tahun 2010: 1. Jumlah penduduk kota Jakarta pad tahun 2010 adalah 9.607.787 jiwa. 2. Luas wilayah Jakarta 664,01 km 2. Struktur demografi DKI Jakarta berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Struktur demografi DKI Jakarta Usia % Dari Populasi 0 14 th 20% 15 35 th 62% 36 55 th 18% 55 keatas 5% Demografi yang ditunjukan Tabel 1 diasumsikan bahwa jumlah pelanggan potensial untuk area Jakarta adalah dari populasi usia produktif yaitu 15-55 tahun. Topografi dari kondisi geografis kota Jakarta tersebut dipetakan menggunakan google earth seperti yang terlihat pada Gambar 3. Gambar 3. Peta Kondisi Geografis Jakarta 64

Henry Candra dkk, Perancangan Jaringan Evolution Data Optimazed (EVDO) Pada 3.2. Daerah Potensial EVDO Kota Jakarta Pada peramalan trafik untuk perencanaan EVDO diasumsikan menurut data pada Tabel 1 hanya umur 15 55 tahun yang meggunakan layanan data dan internet. Sehingga presentase layanan data untuk pelanggan CDMA untuk seluruh kawasan bisnis, dan komersial di area Jakarta dapat diasumsikan sebesar 80% dari total penduduk yang terdiri dari kelompok umur 15-35 dan 36-55, dengan faktor pertumbuhan pelanggan diasumsikan sebesar 0,3. Pembagian kawasan potensial di Jakarta, dalam perencanaan ini hanya kawasan bisnis dan perkantoran di daerah Jakarta Pusat, Barat dan Utara dengan luas wilayah, model trafik, dan potensi bisnis ditunjukkan pada Tabel 2. Distribusi market di ketiga wilayah Jakarta Pusat, Barat, dan Utara ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 2. Daerah potensial di Jakarta Kawasan Luas Potensial Model Trafik Potensial Jakarta Pusat 48 km 2 Dense urban bisnis area, mall, pemerintahan Jakarta Barat 85 km 2 Urban bisnis area, universitas Jakarta Utara 110 km Urban mall, industri, pelabuhan Tabel 3. Distribusi market layanan data Daerah Potensial Distribusi market Jakarta Pusat (Dense Urban) 70% Jakarta Barat (Urban) 50% Jakarta Utara ( Sub Urban) 30% Pada Tabel 3 diasumsikan bahwa distribusi market pelanggan pada masingmasing daerah layanan adalah sebagai berikut: Jakarta Pusat sebesar 70% dari total penduduk di Jakarta Pusat sendiri, Jakarta Barat 50% dari penduduk di Jakarta Barat, dan di Jakarta Utara 30% dari penduduk Jakarta Utara. Dalam penentuan daerah layanan, perlu diketahui bagaimana kondisi riil di lapangan. Berapa luas wilayah yang direncanakan untuk mengetahui kebutuhan jumlah sel dan pemilihan lokasi base station yang tepat. Kondisi topologi daerah perlu diketahui, apakah berbukit-bukit, datar, atau memiliki kemiringan terhadap permukaan bumi. Perlu diketahui bagaimana kondisi kerapatan dan ketinggian 65

JETri, Volume 11, Nomor 1, Agustus 2013, Halaman 59-72, ISSN 1412-0372 bangunan, serta kepadatan pemukiman penduduk untuk mengetahui daerah tersebut termasuk pada kualifikasi urban, suburban, atau rural. Ini keuntungan dalam penempatan Base Station baru untuk EVDO. Pada penentuan layanan EVDO, akan di bangun berdasarkan daerah hot zone yang diambil dan mencari letak yang sangat strategis untuk jaringan EVDO. Gambar 4 menunjukan letak base station untuk area Jakarta menurut peta perencanaan EVDO Flexi area Jakarta seperti Gambar 4. Gambar 4. Peta penentuan base station EVDO area Jakarta Jika diasumsikan bahwa seluruh pelanggan pengguna data pada CDMA 1x akan beralih kesistem EVDO, maka jumlah pelanggan hingga beberapa tahun ke depan dapat diasumsikan menurut data pelanggan CDMA 2000-1x sehingga hasil perencanaan dapat digunakan hingga beberapa tahun ke depan atau dengan jumlah pelanggan maksimal yang sudah diperkirakan, dengan faktor pertumbuhan 30% per tahun, maka diperkirakan jumlah pelanggan pengguna internet EVDO hingga tahun ke n, maka prediksi jumlah pelanggan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini: Lp = Ls (1 + Fp)n (1) 66

Henry Candra dkk, Perancangan Jaringan Evolution Data Optimazed (EVDO) Pada dimana Lp adalah jumlah prediksi pelanggan n tahun ke depan (user), Ls adalah jumlah pelanggan tahun pertama (user), Fp adalah faktor pertumbuhan pelanggan (user), dan n adalah jumlah tahun prediksi (tahun) [Rianty Anggraeni Sutedjo: 2006: 16-21]. Perhitungan kebutuhan trafik layanan data dilakukan dalam bit per second (bps) sedangkan untuk layanan suara dilakukan dalam erlang, kemudian dikonversi menjadi bit per second (bps). Tabel 4 merupakan faktor penetrasi layanan Tabel 4. Faktor penetrasi layanan Jenis layanan Faktor Penetrasi Data 30% Maka offered traffic seluruh net user layanan data dapat dihitung menggunakan Persamaan (2) (ZTE University): offered traffic data = [kbps] (2) dimana throughtput adalah rata-rata jumlah byte yang dibutuhkan setiap pelanggan selama jam sibuk (byte/bh/subs). Karena dalam prakteknya troughput tidak mungkin 100% dan jaringan data juga mengalami blocking, maka offered traffic untuk layanan data diatas harus ditambah agar dapat mengatasi blocking yang terjadi. Perencanaan di atas dilakukan dengan menggunakan beberapa asumsi yaitu pada model trafik dan analisa kebutuhan trafik EVDO pada setiap user dalam satu site. Berikut adalah data teknis perangkat yang akan di tunjukan pada Tabel 5. Tabel 5. Data teknis capacity Tariff Strategy Parameters Remark Forward Access Data Rate (Kbps) 300 FADR Subscriber Active Ratio in Busy Hour (%) 40 BHCA Active PPP Session Time (s) 1200 Active PPP PPP Session Duty Ratio (%) 40 PPP Duty R Sector Throughput (Kbps) 1200 Throughput/c 67

JETri, Volume 11, Nomor 1, Agustus 2013, Halaman 59-72, ISSN 1412-0372 4. PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1. Perhitungan Offered Bit Quantity (OBQ) Pada total kebutuhan trafik untuk area Jakarta akan dihitung berdasarkan daerah potensial. 1. Daerah potensial Jakarta Pusat Daerah potensial Jakarta Pusat meliputi pusat bisnis, komersial dan pemerintahan. Perhitungan OBQ daerah Jakarta Pusat menggunakan data Tabel 2. dan 3. User = 150.000 Luas daerah Jakarta Pusat = 48 km 2 Jumlah User / km 2 = [user / km 2 ] = [user / km 2 ] = 3.125 user/km 2 Perhitungan jumlah Offered Bit Quantity total dengan menggunakan Persamaan (3) (ZTE University) pada daerah potensial Jakarta Pusat dapat dilihat pada Tabel 5. OBQ = (3) Pada Tabel 5 diketahui daerah Jakarta Pusat dibutuhkan Offered Traffic Bit Quantity (OBQ) 150,170 Kbps/km. Service Type Tabel 5. Hasil perhitungan OBQ daerah Jakarta Pusat User/ km 2 Penetrasi Layanan Lama Panggilan Efektif BHCA BW Lay. (Kbps) OBQ Layanan Web service 3125 0,70 600 0,9 128 151.200.000 Streaming 3125 0,15 600 0,1 512 14.413.824 Multimedia interactive 3125 0,15 300 0,4 2000 375.000.000 total = 540.613.824 Kbit/hour/km = 150,170 Kbps/km 68

Henry Candra dkk, Perancangan Jaringan Evolution Data Optimazed (EVDO) Pada 2. Daerah potensial Jakarta Barat Derah potensial Jakarta Barat meliputi area industri dan komersil. Perhitungan OBQ menggunakan data pada Tabel 2 dan 3. User = 60.000 Luas daerah Jakarta Pusat = 85 km 2 Jumlah User / km 2 = [user / km 2 ] = [user / km 2 ] = 706 user/km 2 Pada daerah potensial Jakarta Barat 706 user/km, untuk perhitungan jumlah Offered Bit Quantity total dapat dilihat pada Tabel 6. Service Type Tabel 6. Hasil perhitungan OBQ daerah Jakarta Barat User/ km 2 Penetrasi Layanan Lama Panggilan Efektif BHCA BW Lay. (Kbps) OBQ Layanan Web service 706 0,70 600 0,9 128 34.159.104 Streaming 706 0,15 600 0,1 512 3.263.248 Multimedia interactive 706 0,15 300 0,4 2000 25.416.000 total = 62.838.352 Kbit/hour/km = 17,455 Kbps/km Pada Tabel 6 dapat diketahui daerah Jakarta Pusat dibutuhkan Offered Traffic Bit Quantity (OBQ) 17,455 Kbps/km. 3. Daerah potensial Jakarta Utara Derah potensial Jakarta Utara meliputi area industri dan komersil. Perhitungan OBQ menggunakan data pada Tabel 2 dan 3. Luas daerah Jakarta Utara = 110 km 2 Jumlah User / km 2 = [user / km 2 ] 69

JETri, Volume 11, Nomor 1, Agustus 2013, Halaman 59-72, ISSN 1412-0372 = [user / km 2 ] = 545 user/km 2 Pada daerah potensial Jakarta Utara 545 user/km 2, untuk perhitungan jumlah Offered Bit Quantity total dapat dilihat pada Tabel 7. Dapat diketahui bahwa pada daerah Jakarta Utara dibutuhkan Offered Traffic Bit Quantity (OBQ) 13.473 Kbps/km. Service Type Tabel 7. Hasil perhitungan OBQ daerah Jakarta Utara. User/ km 2 Penetrasi Layanan Lama Panggilan Efektif BHCA BW Lay. (Kbps) OBQ Layanan Web service 545 0,70 600 0,9 128 26.369.280 Streaming 545 0,15 600 0,1 512 2.511.369 Multimedia interactive 545 0,15 300 0,4 2000 19.620.000 total = 48.500.649 Kbit/hour/km = 13,473 Kbps/km 4.2. Analisis Dari hasil perhitungan estimasi beban trafik untuk jaringan EVDO pada luas cakupan pada area Jakarta, pada downlink dan uplink, throughput sangat berpengaruh pada perangkat access terminal dan kualitas transmisi radio. Dalam kasus perencanaan estimasi beban trafik, dapat dipastikan bahwa pengguna dapat menikmati layanan data dengan kecepatan 1,2 Mbps 1,4 Mbps pada downlink dan 384 pada uplink. Pada proyek perencanaan jaringan ini, kualitas jaringan diperoleh dengan memasukan data perhitungan pada software yang menggunakan perangkat milik PT Telkom yaitu Huawei serta Qualcomm yang ditunjukan pada grafik troughput per sector pada Gambar 5 untuk jarak cakupan diambil jarak paling maksimal sesuai radius BTS. Garis solid dengan tanda menunjukan throughput sebesar 600 Kbps untuk kecepatan 3 km/hour dengan jumlah user 16 menggunakan perangkat Huawei. Pada perangkat BTS EVDO jarak maksimum cakupan BTS pada kota Jakarta dengan jumlah 16 user didapat throughput 600 Kbps. Untuk garis solid 70

Henry Candra dkk, Perancangan Jaringan Evolution Data Optimazed (EVDO) Pada dengan dan didapat untuk Forward Link sebesar 400 kbps untuk kecepatan 120 km/h dengan jumlah 16 user. Gambar 5. Grafik perkembangan troughput per sector pada perangkat 5. KESIMPULAN 1. Pada daerah potensial Jakarta Pusat untuk luas wilayah 48 km 2 perkiraan jumlah pengguna dalam satu BTS 3.125 user/km 2, dan Jakarta Barat dengan luas wilayah 85 km 2 perkiraan jumlah pelanggan 706 user/km 2, dan Jakarta Utara dengan luas wilayah 110 km perkiraan jumlah pelanggan 545 user/km 2. 2. Berdasarkan hasil prediksi jumlah pelanggan wilayah dense urban Jakarta Pusat sampai tahun 2015 mencapai 150.000 pelanggan dan pada daerah wilayah urban Jakarta Barat mencapai 60.000 pelanggan dan pada daerah wilayah urban Jakarta Utara mencapai 60.000 pelanggan. Dengan offered trafik pada derah dense urban Jakarta Utara 150.170 Kbps/km 2, dan 17.455 Kbps/km 2 untuk wilayah urban Jakarta Barat, dan 13.473 Kbps/km 2 wilayah urban Jakarta Utara. 3. Pada hasil simulasi perhitungan menggunakan perangkat milik PT Telkom yang diuji coba pada perangkat Huawei adalah, pada kecepatan 3 km/h untuk radius 71

JETri, Volume 11, Nomor 1, Agustus 2013, Halaman 59-72, ISSN 1412-0372 paling terjauh didapat troughput untuk kanal forward link dengan kapasitas 600 kbps dan untuk kecepatan 120 km/h dengan radius terjauh didapat troughput untuk kanal forward link dengan kapasitas 400 kbps. DAFTAR PUSTAKA [1]. Usman, Uke Kurniawan. Sistem Komunikasi Seluler CDMA 2000-1x. Informatika Bandung. 2010. [2]. Ningsih, Yuli Kurnia. Teori Dasar Trafik. Universitas Trisakti. 2004. [3]. Deputra, denia. Planning Network For Coverage CDMA System (Online). (http:// students-blog.undip.ac.id/2009/07/24 diakses 3 Mei 2010: 12.00 WIB) [4]. Sutedjo, Rianty Anggraeni. Analisis Performansi Kualitas Radio Frekuensi Pada Jaringan CDMA2000 1x, Tugas Akhir. Universitas Trisakti. 2006. [5]. Modul ZTE University, CDMA Wireless Network Planning Process. [6]. Modul ZTE University, Capacity Theory. [7]. Modul ZTE University, CDMA Basic Theory. [8]. Modul ZTE University, CDMA Link Budget. 72